NovelToon NovelToon

Cinta Syana Untuk Ketua Geng Motor

Bab 1 Hampir Ditabrak

Syana berjalan tergesa menuju tempat kerjanya yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 7.55 menit. Sementara jam masuk kerja hanya tinggal lima menit lagi.

"Haduhhh, telat ni," bisiknya menyesal. Kalau saja tadi saat di rumah tidak rebutan kamar mandi dengan adiknya yang mau berangkat kuliah pagi, Syana tidak mungkin tergesa seperti ini.

"Ya ampun, Syala. Kakak jadi terlambat nih. Gara-gara kamu bangun kesiangan, kakak yang kena imbasnya. Mana Bosnya galak lagi," gerutu Syana kesal.

Dari arah berlawanan tanpa Syana sadari seseorang bersepeda motor dengan kekuatan 1000cc melaju kencang. Syana melangkahkan kakinya untuk menyebrang, jalanan kiri kanan lumayan masih lengang. Namun sepersekian detik suara deritan motor terdengar nyaring tepat di samping Syana. Syana terkejut seketika, tubuhnya terpental menghindari roda motor yang hampir menubruk tubuhnya sekonyong-konyong.

"Awwww!"

"Srewekkkk.

Suara jeritan dan bunyi sobekan benda seperti kain, bersamaan terdengar. Rupanya rok payung Syana sebagian terlindas gelinding roda motor sekelas Moto GP dan sebagian lagi mengait pada sisi pedal motor sehingga roknya sampai sobek. Syana terbelalak takut dan tentu saja terkejut. Tubuhnya yang masih tersungkur menahan rok yang masih di bawah gelinding roda motor.

Seketika tubuh Syana gemetar dan lemas tidak berdaya, jantungnya bergerak cepat menahan rasa takut, belum lagi rasa sakit yang dia rasakan dari siku dan lututnya yang tadi kena gesekan aspal sekerasnya. Cucuran darah mulai terlihat merembes dari balik kemejanya. Juga dari dalam kakinya, rembesan darah itu keluar memenuhi tumit dan mata kakinya.

"Ahhhhh, ya Allah," pekiknya menahan sakit. Karena shock dan rasa terkejut juga takut mendera Syana, beberapa saat kemudian Syana tidak sadarkan diri.

Cowok yang tidak sengaja hampir menabrak tubuh Syana, nampak terkejut melihat tubuh cewek yang hampir ditabraknya tergeletak tidak berdaya dengan darah yang keluar dari siku membasahi kemejanya.

"Sialan, pingsan lagi," umpatnya kesal. Namun tidak luput cowok itu turun dari motornya lalu menghampiri Syana yang tidak sadarkan diri. Perlahan rok Syana yang sebagian sobek karena mengait pada pedal motor, diangkat dan dilepaskan dari lindasan ban motor 1000 cc nya. Rok itu sobek dan sebagian berubah bolong-bolong kena lindasan ban. "Sial," umpatnya lagi sembari melihat kiri dan kanan samping jalan.

Tidak berapa lama suasana jalan yang masih lengang itu, muncul dua orang pria dewasa memburu ke arah cowok yang hampir menabrak Syana.

"Den Syahdan, apa yang terjadi Den?" Rupanya dua orang lelaki dewasa itu mengenal cowok berandalan satu ini, dengan sebutan 'Den' itu artinya cowok badboy ini sepertinya memiliki pengaruh yang lumayan tinggi. Siapakah sebenarnya cowok yang bernama Syahdan itu? Wajahnya tampan, gayanya cool dan sangat menarik bagi lawan jenis. Akan tetapi gaya coolnya nampak jelas terlihat dari sikap berandalannya.

"Rama, Rami, bantu aku angkat cewek ini naik taksi. Bawa motorku, dan simpan di basemen. Aku akan mengantar cewek ini ke ke klinik terdekat," titah Syahdan tidak bisa dibantah. Nasib baik salah satu pria dewasa tersebut sudah sigap menghentikan sebuah taksi yang tadi kebetulan lewat.

Tubuh Syana diangkat dan dibawa ke dalam taksi kemudian dibaringkan di jok belakang. "Pak Klinik Syalala," ujar Syahdan sembari masuk ke dalam taksi. Syahdan duduk di depan bersama supir taksi sembari sesekali melihat ke jok belakang, dia khawatir tubuh cewek yang hampir ditabraknya tadi jatuh dari jok.

"Pak jalannya jangan ngebut, saya takut gadis ini jatuh dari jok," ungkapnya khawatir.

"Baik, Mas." Sopir taksi setuju, lalu melajukan taksinya ke arah Klinik Syalala yang jaraknya sudah tidak jauh dari sana.

Sejenak Syahdan menatap Syana lelap. Gadis berhijab segi empat itu nampak pucat, namun tidak menghilangkan kecantikan dan kelembutan yang terpancar di wajahnya. "*Cantik juga*," gumannya dalam hati, memuji.

Tidak berapa lama, taksi itu tiba di Klinik Syalala. Supir taksi segera membantu Syahdan menggotong tubuh Syana yang masih belum sadarkan diri.

"Dokter, tangani luka gadis ini. Kebetulan dia saat ini pingsan. Sepertinya dia tadi shock karena hampir tertubruk motor," ujar Syahdan panik. Seorang Dokter yang diberi berita oleh Syahdan segera bertindak, tubuh Syana segera mendapatkan brangkar oleh dua orang Perawat, lalu Syana segera dibaringkan di atas brangkar. Syana dibawa ke ruang IGD dan ditangani di sana.

Syahdan menunggu di ruang tunggu IGD dengan harap-harap cemas. Ia berharap gadis itu tidak mengalami hal fatal apapun. Setengah jam kemudian Dokter yang tadi dimintai pertolongannya keluar dari ruang IGD. Syahdan segera menghampiri Dokter itu dengan beberapa buah pertanyaan.

"Bagaimana, Dok. Apakah gadis itu sudah mulai sadarkan diri?" Syahdan sangat khawatir dengan raut wajah cemas.

"Tenang Mas, gadis itu kini keadaannya sudah membaik dan Alhamdulillah sudah siuman. Untuk lukanya juga tidak ada yang serius. Luka di siku dan lututnya itu hanya benturan dan gesekan keras dengan aspal. Efek yang dirasakan pastinya nanti nyeri dan linu untuk beberapa minggu. Tapi lain-lainnya baik-baik saja. Nona itu pingsan bisa jadi disebabkan shock karena melihat kejadian yang hampir menabraknya tadi," terang Dokter, membuat Syahdan sedikit lega.

"Apakah saya boleh melihatnya?" Syahdan bertanya sembari matanya masih menuju ke ruangan IGD.

"Boleh. Apakah Anda kekasihnya?" Dokter membolehkan sembari diimbuhi sebuah kalimat pertanyaan yang membuat Syahdan bingung menjawabnya.

"Iya betul, dia kekasih saya. Malah sebentar lagi kami akan segera melangsungkan pernikahan," jawab Syahdan mengarang. Entah kenapa mulutnya berbohong, padahal Syahdan sama sekali tidak mengenal gadis yang hampir ditubruknya. Dokter tersenyum seraya mempersilahkan Syahdan masuk ruangan IGD.

"Silahkan, Mas. Pasien atau kekasih Anda sudah boleh dilihat. Dan sepertinya nanti siang setelah labu infusnya habis, kekasih Anda sudah boleh dibawa pulang," ujar Dokter yang merawat Syana sembari mengantar tubuh Syahdan ke dalam ruangan IGD.

"Nona, kekasih Anda datang melihat Anda. Karena luka Anda tidak serius, jadi saya pastikan siang nanti setelah labu infus ini habis, Anda sudah boleh pulang. Dan kenapa Nona diinfus? Sebab tubuh Nona lemas dan tidak bertenaga, sehingga kami memberikan infus," jelas Dokter yang bername tag Syaila itu dengan senyuman ramah.

Sejenak Syana tersentak mendengar Dokter Syaila menyebut 'kekasih' pada cowok yang lumayan tampan yang kini sudah berada di hadapannya.

"Kekasih, siapa dia, kenapa dia mengaku kekasihku?" tanya hati Syana heran.

"Silahkan Mas, Anda boleh menemani kekasih Anda sampai pulang," ujar Dokter Syaila sembari tersenyum lalu melangkahkan kaki menuju keluar pintu IGD. Kepergian Dokter Syaila menyisakan tanya yang banyak di kepala Syana yang kini menjadi mumet.

Apa yang akan terjadi setelah Syahdan mengaku kekasih dari Syana? Yuk ikuti kelanjutannya besok.

Bab 2 Syaidar Mall

"Kekasih, maksud Kakak?" heran Syana menatap Syahdan untuk meminta jawaban.

"Sudah, tidak perlu banyak tanya. Yang penting aku sudah bertanggung jawab mengobati lukamu, sekarang istirahatlah. Siang nanti, akan ada orangku yang menjemputmu dan mengantarkanmu pulang. Kamu kasih tahu saja alamat lengkapmu, maka suruhanku akan mengantarmu ke alamat rumahmu dengan selamat," ucap Syahdan berdiri lalu beranjak.

"Kak, tapi saya tidak bisa lama di sini, saya harus bekerja. Kalau saya tidak ada kabar sama sekali pada Leader saya, maka saya akan kena SP," tahan Syana pada cowok berperawakan kekar itu. Syahdan menghentikan langkahnya dan memutar kembali tubuhnya lalu mendekati Syana. Dengan tatapan tajam, Syahdan berkata kesal.

"Itu urusanmu, salah siapa kamu menghalangi jalanku. Gara-gara kamu, acaraku hari ini hancur berantakan," tunjuknya di muka Syana. Syana terbelalak mendapat tatapan tajam dan ucapan galak dari cowok yang baru ditemuinya itu.

"Kenapa Kakak menyalahkan saya, saya sudah berjalan di posisi yang benar. Kakaknya saja yang kebut-kebutan di jalan umum, kalau mau road race bikin sendiri lintasan bukan di jalan umum," balas Syana membela diri dan balik menyerang Syahdan. Syahdan seketika membelalakan matanya, tidak diduga cewek tengil di hadapannya mampu membalasnya.

"Setidaknya Kakak bertanggung jawab, menyampaikan pada Leader saya, bahwa saya tidak bisa masuk kerja karena hampir ditabrak orang. Dan sekarang saya masih shock di RS. Kalau Kakak bersedia, Kakak tinggal datangi Leader saya di Syaidar Mall bagian spare part motor," jelas Syana tanpa rasa takut.

Sejenak Syahdan membulatkan mata, saat mendengar salah satu mall terbesar di kota ini disebut oleh perempuan berhijab segi empat di depannya ini, yang mana mall tersebut merupakan mall terbesar di kota ini milik Papanya.

"Apa? Syaidar Mall?" kejutnya tidak percaya. Syana secepat mungkin mengangguk sekaligus heran, sepertinya cowok muda di depannya ini seakan sudah tidak asing lagi dengan Syaidar Mall. Jelas dong Syaidar Mall tidak asing lagi bagi siapa saja, bukankah mall ini merupakan mall terbesar di kotanya? Belum lagi yang diluar kota, anak cabangnya masih tercecer di hampir 20 provinsi di Indonesia.

"Aku akan tanggung jawab, kamu tidak perlu risau. Jangan kemana-mana sebelum orang suruhanku datang menjemputmu," tukas Syahdan membalikkan badan dan segera beranjak dari ruangan rawat itu.

"Kak, Kak, tunggu!" teriak Syana yang tidak dihiraukan Syahdan. Syahdan terus melaju menuju parkiran, di sana dia sudah ada yang menjemput dengan sebuah mobil sport mewah keluaran baru.

"Ck!" Syana mendesah kesal dengan sikap tidak peduli cowok barusan yang belum dia tahu siapa namanya. "Ya ampun, bagaimana jadinya ini? Masa aku harus menunggu orang suruhan cowok menyebalkan tadi?" gerutu Syana kesal. Terpaksa Syana dengan berat hati menunggu kedatangan orang suruhan yang dikatakan cowok tadi dengan perasaan kesal.

**

Tiba di kediaman Syahdan. Rumah mewah bak istana menjulang di hadapannya. Mobil sport yang ditumpanginya langsung disambut dengan pintu gerbang yang terbuka secara otomatis. Saat memasuki gerbang, mobil Syahdan mendapat penghormatan dari beberapa penjaga.

Syahdan keluar dari mobil mewahnya dengan gaya yang sangat cool dan angkuh. Tiba di depan pintu seorang lelaki setengah abad lebih yang wajahnya sekilas mirip Syahdan menghalangi jalan Syahdan dengan merentangkan kedua tangannya.

"Berhenti di situ!" ujarnya keras. Syahdan berdiri terpaku, tepat dibatas rentangan tangan lelaki itu. Lelaki setengah abad lebih itu menatap tajam wajah Syahdan dengan marah. Syahdan sudah tidak aneh lagi dengan sikap lelaki di hadapannya ini. Syahdan membalas tatapan tajam itu tanpa takut. Di belakangnya seorang perempuan paruh baya berusia sekitar 48 tahun ikut menatap Syahdan. Berbeda dengan sikap lelaki setengah abad lebih itu, perempuan paruh baya ini menatap dengan tatapan yang tajam namun tidak segalak lelaki setengah abad lebih itu.

Keduanya bagi Syahdan bagai monster pengekang yang otoriter, selalu memaksakan kehendak dan kaku. Semua harta kekayaan ini sepertinya yang memberangkatkan watak kedua orang di hadapannya menjadi sangat otoriter baginya.

"Jangan injakan lagi kaki di istana ini, jika sikapmu masih urakan dan tidak mau mengikuti aturan orang tua, pergilah! Papa sudah tidak peduli kamu jadi gembel atau pengemis sekalipun. Kalau masih tidak mau mengikuti maunya Papa dan Mama, keluar dari rumah ini!" usirnya tegas dan keras menghantam gendang telinga Syahdan. Syahdan menatap kedua netra lelaki yang menyebut dirinya Papa itu, tajam. Sudah tidak ada lagi rasa takut.

"Aku sudah tidak sudi juga Pa, tinggal di istana yang bagiku neraka ini. Semua kehendak Papa dan Mama harus selalu aku turuti. Aku juga punya pilihan hidup yang sesuai pashion aku, bukan atas desakan Papa dan Mama. Sejak sekolah dulu, Papa selalu mengatur hidupku atas maunya Papa. Ok, aku turuti. Tapi sikap otoriter Papa rupanya berlanjut sampai aku berkuliah, aku tidak bisa memilih bangku perkuliahan sesuai kemampuan aku, tapi Papa selalu memaksakan kehendak Papa sehingga aku tidak sanggup lagi menerimanya. Maka jangan salahkan jika aku berubah seperti ini. Ini semua gara-gara Papa yang selalu memaksakan kehendak," jedanya mengatur nafas yang tersengal karena berkata-kata keras barusan di hadapan Papa dan Mamanya.

Pak Syaidar dan Bu Syarimi melotot mendengar pembelaan anak keduanya, Syahdan semakin brutal dan keras kepala serta melawan dengan kata-kata yang keras juga.

"Jujur saja aku merasa dikekang, ini itu diatur. Sampai jodoh pun kalian atur. Kapan aku bisa menentukan sikap Pa, jika Papa selalu memaksakan kehendak Papa padaku? Dan anehnya, Mama sebagai orang satu-satunya yang aku harapkan membelaku, sama sekali tidak pernah ada untukku, bahkan untuk sekedar menangis di bahunya saja, Mama tidak ada," lanjut Syahdan semakin berani.

"Syahdannn!"

"Plakkkk," tamparan keras seketika mengenai wajah tampan dan cool Syahdan sampai berubah memerah. Syahdan seketika meremas wajahnya yang terasa panas dan perih akibat tamparan itu.

"Papa!" jerit seorang lelaki muda mencegah kebrutalan yang lebih parah pada sang Papa. Lelaki muda yang dua tahun lebih tua dari Syahdan itu menghampiri Pak Syaidar dan meraih bahunya, mencoba menenangkan emosi yang memuncak pada sang Papa.

"Aku bukan tidak ada maksud dan tujuan mengatur hidupmu, aku hanya tidak ingin kehidupanmu berubah arah seperti ini jika keluar aturanku. Buktinya ini, seperti inilah yang mampu kau tunjukkan. Berubah arah tanpa tujuan hanya menjadi gembel jalanan menaruhkan nyawa dengan balapan liar dan menjadi ketua geng urakan yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Kamu hanya akan jadi sampah masyarakat jika tidak ikuti aturanku," tandasnya dalam.

Rasa marah sepertinya sudah di atas ubun-ubunnya Pak Syaidar, sehingga dia tidak bisa mencegah ucapannya, yang biasa menyebut dirinya Papa, kini berubah menjadi aku. Itu tandanya kemarahannya pada Syahdan sudah begitu memuncak.

Bab 3 Diusir

"Papa itu otoriter! Bukan aturan ini namanya Pa, tapi pemaksaan kehendak. Sejak kecil hingga kuliah Papa selalu memaksakan kehendak Papa padaku. Lalu kini, pernikahan aku. Papa mau paksakan juga. Papa mau menjodohkan aku dengan anak rekan bisnis Papa demi menjulangkan usaha bisnis Papa sampai ke jomantara, kurang apalagi, Pa? Bisnis Papa sudah sangat menjulang, tapi kenapa Papa masih tidak puas? Dengan menjodohkan aku dengan anak teman Papa itu, sama saja menjual harga diriku," tandas Syahdan membalas ucapan Pak Syaidar telak.

Pak Syaidar melotot dengan balasan Syahdan barusan, dirinya memang ingin menjodohkan Syahdan dengan anak rekan bisnisnya. Hal itu bertujuan agar Syahdan lebih terarah hidupnya jika sudah menikah. Apalagi anak rekan bisnisnya itu memang ada hati pada Syahdan, akan tetapi Syahdan menolaknya. Dia tidak mau dijodohkan dan sama sekali tidak tertarik dengan anak rekan bisnisnya yang notebene seorang raja bisinis di kawasan Asia Tenggara.

"Kamu memang keras kepala, berbeda dengan Kakakmu Syailendra, dia selalu patuh dengan aturan Papa. Jika kamu masih tidak mau ikuti kemauan Papa, maka mulai detik ini, kamu angkat kaki dari rumah ini. Jangan pernah injakan kaki lagi di sini sebelum kamu berubah dan kembali pada jalan yang benar," tandas Pak Syaidar geram dan tidak ada ampun.

"Papa!"

Bu Syarimi menghampiri Pak Syaidar, menyadarkan emosinya. Pak Syaidar memang telah emosi, sehingga dia tidak terkendali dan akhirnya keluar kata-kata yang tidak semestinya, mengusir Syahdan dari rumah yang bak istana ini.

Syahdan mendongakkan wajahnya tidak gentar, ucapan Papanya bagi Syahdan sudah bisa ditebak. Pembangkangannya sudah diyakini akan berakhir pengusiran dan dia sudah tidak merasa terkejut. Sejak kecil dia sering diperlakukan berbeda hanya karena dia punya keinginan yang berbeda. Lain dengan Kakaknya, Syailendra, dia selalu patuh diibaratkan robot yang harus selalu mengikuti mau tuannya. Syailendra tidak pernah sekalipun membantah kemauan Papanya meskipun itu bertentangan dengan hatinya.

"Jalan yang benar menurut definisi Papa, kan? Otoriter? Kalau menurut Papa, Kak Syailen selalu patuh pada aturan Papa, kenapa tidak Kakak saja yang dipaksa menikah dan dijodohka dengan anak rekan bisnis Papa itu?"

"Syaira hanya menginginkanmu, bukan aku. Jadi bukan Papa tidak ingin menjodohkan aku dengan gadis itu, tapi gadis itu memang mencintaimu," potong Syailendra menjelaskan kenapa Papanya lebih memilih Syahdan untuk dijodohkan dengan anak rekan bisnis Papanya. Untuk sejenak Syahdan terdiam, dia terkejut dengan kenyataan bahwa Syaira mencintainya dan ingin dijodohkan dengan dirinya.

Akan tetapi Syahdan punya alasan lain kenapa Syaira memilih dirinya dan mau dijodohkan dengan dirinya, rupanya Syaira hanya menjadikan Syahdan sebagai ajang taruhan. Jika dia berhasil mendapatkan Syahdan, maka setengah harta dari Papanya Syaira akan jatuh ke tangannya. Begitu rumor yang sempat Syahdan dengar. Dan lebih jelasnya lagi Syahdan memang tidak menyukai gadis manja dan suka foya-foya itu, gaya hidupnya hedonis dan suka menghabiskan malam di klub bersama teman-temanya. Meskipun Syahdan urakan dan ketua geng motor, dia tidak tertarik dengan gadis yang sama urakan dengan dirinya, suka mabok-mabokan dan hanya baik di depan saja.

"Aku tidak mau, aku sudah tahu siapa Syaira. Dan jika Syaira memilih Kakak, aku juga tidak rela," tukas Syahdan penuh teka-teki.

"Apa maksudmu, Syah? Kamu menolak Syaira, tapi tidak rela jika Kakak dipilih olehnya, jangan buat kami bertanya-tanya, Syaira gadis baik-baik" sergah Syailendra penasaran. Syahdan tidak menjawab, dia segera beranjak dan menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Syailendra mengikuti adiknya menuju kamar.

"Jangan biarkan adikmu membawa apa-apa dari rumah ini, cukup baju yang melekat di badannya. Keluarkan semua isi dompetmu beserta semua kartu ATM maupun kreditmu. Jika aturan di rumah ini tidak mau kau ikuti, maka kau boleh pergi tanpa membawa apa-apa dari istana ini," tandas Pak Syaidar tegas dan menyakitkan ulu hati. Namun, karena Syahdan sudah siap dengan semua ini, dia dengan santai membuka semua isi dompet dan menyerahkan semuanya di hadapan Pak Syaidar, kecuali KTP dan salah satu kartu ATM miliknya pribadi atas uang hasil balapan liar yang selalu dimenangkannya.

"Aku tidak akan mati tanpa ini semua. Ambillah Pa, ambilah semua ini untuk Kakak, karena hanya Kakak anak kesayangan Papa dan Mama," tandas Syahdan segera berbalik menuju pintu dan segera angkat kaki sesuai apa yang dikatakan Pak Syaidar.

"Syahdan," panggil Bu Syarimi nampak sedih. Bagaimanapun pembangkangnya anak bontotnya itu, dia tidak rela jika Syahdan pergi meninggalkan rumah ini.

"Biarkan dia pergi Ma, dia mau jadi gembel jalanan yang hanya akan diludahi masyarakat. Dia boleh menginjakan kaki di rumah ini jika dia berhasil membawa seseorang yang bisa merubahnya menjadi lebih baik. Tapi, jika tidak, maka rumah ini tertutup selamanya untuknya," tegas Pak Syaidar mencegah dan menahan tangan Bu Syarimi yang ingin mengejar Syahdan.

Syailendra mengejar adiknya. Sebenarnya dia sedih dengan keadaan ini, tapi dia tidak bisa apa-apa. "Syah, jangan pergi dengan pikiran yang sedang emosi. Coba pikirkan kembali ucapan Papa. Papa sayang sama kamu, itu semua demi kebaikan kamu," ucap Syailendra setelah berhasil menyamai langkah adiknya yang cepat.

"Semua sudah terlanjur Kak. Papa dan Mama tidak sayang aku, Papa hanya menyayangi kamu."

"Jangan sembarangan bicara, Syah. Aku hanya mematuhi semua keinginan Papa tanpa ingin membantahnya, aku bukan kesayangan Papa dan Mama. Tapi kalau kamu mau tahu, justru mereka lebih sayang padamu dan mengkhawatirkanmu. Pikirkan itu, Syah," tepis Syailendra menyangkal tudingan adiknya itu.

"Terserah, aku tidak peduli, sekarang aku mau pergi dan bebas dari aturan Papa yang otoriter. Selamat bersenang-senang dengan semua aturan Papa, Kakakku," tegas Syahdan di depan muka Syailendra seraya berlalu keluar gerbang yang sudah terbuka otomatis.

Kepergian Syahdan diratapi sedih oleh Bu Syarimi, bagaimanapun juga dia merasa sedih melihat anak bontotnya pergi hanya membawa baju di badannya. Syailendra pun menatap sendu, ada gurat sedih dan cemburu pada sosok adiknya yang pembangkang itu. Dirinya pun kadang terpikir untuk seperti apa yang Syahdan lakukan, menjadi pembangkang. Akan tetapi Syailendra sadar siapalah dirinya ini, hanya sebatas anak angkat yang diangkat dari salah satu saudara laki-laki Ibunya yang sudah meninggal.

"Tapi aku terlanjur menyayangi keluarga ini Syah, aku menyayangi Papa, Mama dan kamu, walaupun aku tidak terlahir dari rahim Mamamu. Itu alasan aku tidak berani sepertimu," batin Syailendra.

Syahdan keluar gerbang. Di depan gerbang dia sudah dijemput motor Repsol miliknya yang berkekuatan 1000 cc itu. Motor itu hadiah dari sang Om, adik laki-laki dari Papanya, yang menghadiahi Syahdan saat ulang tahun ke 24, satu tahun yang lalu. Itulah makanya Syahdan berani membawa motor itu tanpa rasa malu, karena ini bukan pemberian Papanya.

Syahdan menjalankan Repsolnya tidak tentu arah. Agenda balap liar yang tadi pagi sempat direncanakannya gagal sudah akibat dirinya hampir menabrak gadis berhijab segi empat itu, yang tadi sempat dia antar ke Rumah Sakit.

"Gadis itu, sialan. Dia penyebab semua ini," rutuknya menuding dan merasa diingatkan akan Syana yang tadi hampir ditabraknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!