Adiba si cantik yang di kenal orang-orang dengan kepribadian nya yang lemah lembut. Ia wanita yang sangat baik dan Istri yang sempurna menurut orang di sekitarnya. Dan Adiba juga adalah istri yang selalu di manja oleh Amar sang suami. Tak sekalipun Amar menyakiti hati Adiba ia sangat sayang kepada Adiba.
Lima tahun kemudian
"Mas, kenalin ini Irena sahabat aku, yang kemarin aku cerita kan sama kamu. Dia mau nginep di sini malam ini gak apa-apa kan Mas? Soal nya Irena belum punya tempat tinggal." jelas Adiba pada Amar
"Terserah kamu aja asal tidak merepotkan kita." jawab Amar
Irena tersenyum menatap Amar ia kemudian mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Amar.
"Irena." ucap Irena
"Amar." balas Amar dengan menjabat tangan Irena
Cukup lama mereka bersalaman hingga akhirnya Irena melepaskan tangannya duluan dari tangan Amar.
"Ya udah Mas aku antar Irena dulu ya ke kamar tamu." ucap Adiba
"Iya." jawab Amar dengan tersenyum menatap sang istri
Adiba kemudian mengantar Irena ke kamar tamu. Yang kebetulan ada di lantai bawah tak jauh dari ruangan kerja Amar.
"Diba, suami kamu ganteng juga ya, aku jadi pengen deh cari suami seperti suami kamu. Kira-kira ada gak ya cowok seperti Mas Amar? Udah ganteng, kaya, baik kamu beruntung banget bisa dapetin suami seperti itu." puji Irena pada suami sang sahabat
"Alhamdulillah terima kasih atas pujiannya. Aku rasa kamu juga bisa seperti aku kamu kan cantik, suatu hari nanti kamu pasti dapat lelaki seperti Mas Amar." jawab Adiba
"Amin." ucap Irena dengan tersenyum menatap Adiba
"Ya udah kamu istirahat aku mau keluar dulu. Good night!"
"Iya, good night." balas Irena dan setelah itu Adiba pun keluar dari kamar Irena
Pagi-pagi sekali Adiba sudah berada di dapur ia tengah menyiapkan sarapan pagi.
Di tengah kesibukan nya membuat sarapan, Amar datang ke dapur. Amar ikut membantu sang istri membuat sarapan.
"Udah kamu duduk aja, biar aku yang siap kan sarapan nya. Lagi pula sebentar lagi selesai kok." ucap Adiba sembari mengaduk nasi goreng yang masih ada di dalam wajan
"Ya udah aku duduk, makasih ya sayang kamu udah mau masakin aku setiap hari." ucap Amar
"Iya sama-sama." jawab Adiba
Irena keluar dari kamar nya dengan pakaian yang sudah rapi. Ia kemudian pergi ke meja makan untuk menemui Adiba dan Amar.
"Pagi semua nya!" sapa Irena
"Pagi!" ucap Amar dengan tersenyum menatap Irena
"Pagi Ren, ayo duduk kita sarapan sama-sama. Oh ya kamu udah mulai kerja hari ini?"
"Iya Dib, oh iya aku gak apa-apa kan nginap sehari lagi di rumah kamu? Rencana nya besok baru aku mau cari kontrakan, nanti kalau udah dapet baru deh aku pindah."
"Iya gak apa-apa. Aku malah senang kamu di sini karena aku ada teman nya." jawab Adiba setelah ia duduk di meja makan karena nasi goreng yang di buat nya sudah siap
Setelah selesai makan Amar pamit pergi ke kantor begitu dengan Irena yang pamit untuk berangkat kerja.
"Ren, kamu bareng Mas Amar aja berangkat nya, tempat kerja kamu sama Mas Amar kan searah." usul Adiba sembari membereskan piring-piring di meja makan
"Iya kamu bareng saya saja kan searah tempat kerja kamu sama saya." timpal Amar
"Gak usah Mas terimakasih saya naik taksi aja. Lagi pula gak enak sama Adiba. Dan kita juga bukan muhrim jadi gak baik jika kita berada di dalam satu mobil yang sama. Saya naik taksi aja. Terimakasih atas tawaran nya." jawab Irena
"Oh gitu ya udah sayang aku berangkat ya, kamu hati-hati di rumah." jawab Amar dan kemudian pamit kepada sang istri Adiba
"Aku juga ya Dib, assalamualaikum."
pamit Irena
"Waalaikum salam. Hati-hati di jalan." jawab Adiba
Adiba melanjutkan aktivitas nya di dapur. Ia mencuci piring sesudah mereka sarapan tadi. Setiap hari hanya itu yang di lakukan Adiba. Memasak, mengurus suami, pergi ke pasar dan membereskan rumah. Bukan nya ia tidak mampu menyewa pembantu hanya saja ia ingin mengerjakan nya sendiri. Bagi nya jika seseorang wanita sudah menikah, maka tugas seorang wanita itu adalah mengurus suami serta rumah yang mereka tinggali.
Tepat pukul 19.30 wib seperti biasa setelah selesai sholat Adiba dan Amar menghabiskan waktu berdua dengan mengobrol tentang keseharian mereka tadi siang.
"Mas, menurut kamu kalau nanti kita punya anak kamu mau anak laki-laki atau perempuan?" tanya Adiba dengan kepala nya bersandar di bahu Amar
"Aku mau nya anak kembar menurut kamu gimana?" jawab Amar
"Aku setuju!" jawab Adiba dengan wajah terlihat senang
"Kalau nanti Allah kasih kita anak kembar, aku mau kasih nama Nasya dan Rasya. Gimana?"
"Nama yang bagus semoga doa kita terkabul kan. Amin" ucap Adiba
"Amin." jawab Amar
Irena lagi di sebuah supermarket, ia membeli minuman dan beberapa cemilan. Namun saat ia telah selesai dan hendak mau pulang, tiba-tiba saja sekelompok laki-laki datang menghampiri nya dan hal itu membuat Irena ketakutan.
Irena berusaha untuk pergi dari tempat itu, namun mereka malah menarik tangan Irena hingga akhirnya Irena tidak bisa pergi.
"Tolong!.... tolong!...." teriak Irena namun tak ada yang menolong nya karena tempat nya yang sepi
"Kamu, gak bisa pergi dari sini. Kamu harus ikut kita." ucap salah satu dari mereka
"Tolong lepas kan saya. Saya gak mau ikut dengan kalian!" teriak Irena dengan ketakutan
Keesokan paginya
Irena bangun dari tidur nya. Di lihatnya sekeliling tidak ada orang di sana hanya ada dirinya seorang diri.
"Aku di mana? Kenapa aku bisa ada di sini?" Irena mencoba mengingat kejadian yang menimpa nya semalam
"Gak mungkin mereka melakukan itu pada aku. Gak, gak mungkin!" ucap Irena dengan wajah ketakutan
Irena bangun dari tempat tidur, ia kemudian pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah nya dan setelah itu ia keluar dari kamar tersebut. Namun sebelum keluar ia melihat ada sebuah kertas yang di letakkan di bawah pintu kamar.
Irena mengambil kertas tersebut dan membaca nya.
"Makasih untuk semalam aku bahagia." tulisan yang tertulis di kertas itu
"Gak mungkin, gak mungkin ini terjadi pada aku. Gak mungkin mereka melakukan itu pada ku. Tapi apa yang sebenarnya terjadi kenapa aku tidak ingat kejadian semalam." Irena tampak berpikir tentang kejadian semalam ia benar-benar tidak ingat apa yang telah terjadi pada nya. Ia hanya mengingat sekelompok laki-laki menganggu nya
Sementara itu di rumah Adiba tengah cemas karena Irena sahabat nya tidak pulang ke rumah.
"Mas, kamu cari Irena ya sekarang, aku khawatir banget sama dia. Aku takut terjadi apa-apa sama dia." pinta Adiba pada Amar
"Kamu gak usah khawatir Irena pasti baik-baik aja. Semalam kan dia udah chat kamu, dia bilang akan nginap di rumah teman kantor nya. Jadi kamu gak usah khawatir sama dia." jelas Amar agar Adiba bisa lebih tenang dan tidak khawatir dengan keadaan Irena
"Tapi Mas, entah kenapa aku khawatir banget sama Irena. Aku mohon kamu cari dia ya!" mohon Adiba agar Amar mau mencari Irena
"Iya, aku cari Irena sekarang." jawab Amar walaupun sebenarnya ia malas, tapi melihat wajah sang istri yang memohon pada nya, ia jadi kasihan dan akhirnya menurut.
"Makasih ya Mas." ucap Adiba dengan tersenyum lalu memeluk Amar dengan senang nya
"Iya, aku berangkat ya." jawab Amar dan setelah itu dia pergi mencari Irena
Bersambung
"Apa yang terjadi kenapa kamu nangis? Apa ada yang menyakiti kamu?" tanya Amar setelah ia bertemu dengan Irena di sebuah taman
Irena tak menjawab ia terus menangis bahkan semakin kencang hingga membuat orang yang ada sekitar mereka melihat ke arah mereka.
"Irena, ada apa? kalau lagi ada masalah kamu bisa cerita sama saya. Siapa tau saya bisa bantu?" tanya Amar lagi
"Kamu gak mungkin bisa bantu saya." jawab Irena
"Maksudnya?" tanya Amar yang masih bingung dengan jawaban Irena barusan
Irena kemudian menceritakan semua nya kepada Amar. Tentang apa yang terjadi pada dirinya semalam.
"Jadi semalam yang chat ke hp Adiba itu bukan kamu?" tanya Amar dengan wajah serius menatap Irena
"Aku gak tau, semua terjadi begitu saja. Pagi tadi aku bangun, aku sudah berada di sebuah rumah yang aku gak tau itu rumah siapa. Dan saat aku bangun, aku menemukan kertas ini. Di situ tertulis terima kasih untuk semalam aku bahagia." jelas Irena
Amar gak tau harus bagaimana ia bingung, bingung bagaimana cara menolong Irena.
"Mas Amar, saya boleh minta tolong? Amar mengangguk dengan tersenyum menatap Irena. Tolong rahasia kan semua ini pada Adiba, saya gak mau Adiba tau."
"Iya, tapi maaf hanya itu yang bisa saya bantu. Selanjutnya kamu selesai kan sendiri." jawab Amar
"Kenapa?"
"Karena saya udah punya istri, lagi pula apa yang terjadi sama kamu semalam, itu urusan kamu bukan urusan saya. Jadi saya minta maaf sama kamu saya gak bisa bantu kamu." jawab Amar dan setelah itu ia pergi
"Kalau emang Mas Amar tidak bisa bantu saya, ya udah gak apa-apa. Mungkin lebih baik saya mati aja, mungkin dengan itu saya bisa lebih tenang dan Mas Amar tidak perlu bantu saya." ucap Irena
Amar berhenti saat mendengar Irena ingin mengakhiri hidupnya. Amar membalikkan badan dan berjalan menghampiri Irena.
"Irena, saya tau jadi kamu itu tidak mudah. Tapi jangan pernah kamu berniat untuk mengakhiri hidup kamu." ucap Amar
"Gak ada guna nya juga saya hidup. Semua nya udah berubah saya udah gak seperti dulu lagi. Jadi sebaiknya saya akhiri saja semua ini." jawab Irena dengan tangis pecah
"Enggak! saya enggak akan biar kan kamu melakukan itu. Saya akan menolong kamu." ucap Amar
"Jadi Mas Amar mau menikah dengan saya?" tanya Irena dengan tatapan serius menatap Amar
Deg
Tiba-tiba saja gelas yang di pegang Adiba jatuh hingga pecah. Adiba dengan segera mengambil pecahan gelas itu dengan tangan nya setelah itu ia membuang nya ke tempat sampah.
"Ada apa ini kenapa perasaan ku jadi gak enak seperti ini. Ya Allah semoga semua nya baik-baik saja. Mas, aku harap kamu baik-baik aja."
"Ya Allah lindungilah suami hamba di mana pun dia berada. Hamba tidak tau entah kenapa hamba jadi takut seperti ini. Ya Allah kabul kan doa hamba mu ini. Amin." doa Adiba setelah itu ia pergi ke kamar mengambil hp nya untuk menelpon Amar
"Menikah?"
"Iya, apa Mas Amar mau menikah dengan saya?" tanya Irena
"Saya sudah punya istri, gak mungkin saya menikah lagi. Apalagi menikah nya dengan sahabat dari istri saya sendiri. Maaf saya gak bisa, kamu cari saja laki-laki lain yang bisa menerima kamu." jawab Amar
"Ya udah kalau Mas Amar tidak mau menikah dengan saya, saya pergi terima kasih dan selamat tinggal." ucap Irena
Irena pergi ke arah jalanan raya yang sangat ramai dengan mobil dan motor yang lalu lintas di jalanan. Ia kemudian berdiri di tengah-tengah jalan tersebut. Ia tidak peduli dengan motor atau mobil yang akan menabrak dirinya.
"Irena.....!"
Amar dengan cepat berlari ke arah Irena, dan ia langsung menarik tangan Irena ke arah tempat yang sepi dari motor dan mobil.
"Kamu udah gila apa? Kamu ngapain sih melakukan itu?" tanya Amar dengan nada emosi
"Iya, saya emang gila. Gak ada guna nya juga saya hidup. Jadi lebih baik saya mati aja. Percuma juga kan saya hidup, Mas Amar juga tidak akan menolong saya. Jadi jangan coba larang saya, biar kan saya pergi dengan cara saya sendiri." ucap Irena dengan tangis pecah
Amar terdiam ia bingung harus melakukan apa. Jika ia mengikuti semua kemauan Irena, pernikahan nya dengan Adiba pasti akan hancur.
"Ok! saya akan menikahi kamu. Tapi dengan satu syarat, Adiba tidak boleh tau soal ini, dan kita hanya nikah siri saja." jawab Amar dan hal itu membuat Irena tersenyum senang mendengar nya dan langsung memeluk Amar.
Sementara di rumah Adiba dengan cemas menunggu Amar, ia takut terjadi sesuatu dengan suaminya itu. Apalagi ia sudah beberapa kali menelpon Amar, namun tak di angkat oleh Amar.
"Mas, kamu kemana sih, kenapa telepon aku gak di angkat." ucap Adiba sembari berjalan mondar-mandir di depan teras rumah nya
Tak beberapa lama kemudian Amar pun pulang ke rumah. Ia pulang sendiri tanpa Irena.
"Alhamdulillah Mas, akhirnya kamu pulang juga, aku khawatir banget sama kamu. Oh ya gimana, apa Irena sudah ketemu?"
"Aku gak apa-apa kok, aku baik-baik saja. Kalau Irena tadi aku udah ketemu dia di kantor nya, tapi dia bilang sama aku kalau dia gak akan balik lagi ke sini. Karena tiba-tiba saja kantor tempat nya bekerja, menyuruh nya untuk pindah kerja keluar kota. Jadi Irena harus pindah ke sana. Tadi nya dia mau ke sini untuk pamit sama kamu, tapi karena gak ada waktu nya, dia hanya titip salam sama kamu." jelas Amar dan Adiba pun percaya dengan cerita karangan Amar barusan
"Terus, baju Irena di rumah kita gimana?" tanya Adiba
"Oh baju itu nanti ada teman Irena yang ambil ke sini besok." jawab Amar
"Maaf kan aku sayang, aku gak bermaksud bohong sama kamu." ucap Amar dalam hati
"Oh gitu ya udah Mas, ayo kita masuk." ajak Adiba
Irena menatap diri nya di pantulan cermin, menatap diri nya yang sudah tidak suci lagi.
"Irena, kamu kenapa sih, kenapa kamu gak bisa jaga diri kamu. Kenapa sih Irena?" omel Irena pada dirinya sendiri
"Dib, maaf kan aku. Aku gak bermaksud merebut suami kamu." ucap Irena dengan masih menatap diri nya di cermin
"Sayang, tadi aku dapat kabar dari bos aku di kantor. Kata nya besok aku harus ke luar kota untuk melihat proyek yang ada di sana. Jadi besok aku akan pergi, kamu gak apa-apa kan sendiri di rumah?"
"Berapa hari Mas di sana? "tanya Adiba yang duduk di samping Amar yang lagi mengerjakan tugas kantor nya
"Satu minggu. Kenapa? Kamu mau ikut?" tanya Amar
"Enggak ah Mas aku di rumah aja. Lagu pula aku bosan di sana. Kamu kan di sana kerja bukan liburan. Jadi aku di rumah aja. Tapi aku minta sama kamu, kamu jangan telat makan, vitamin nya jangan lupa di minum. Dan satu lagi jaga mata jaga hati kamu. Kamu itu hanya milik aku, gak boleh ada yang lain di hati kamu. Cukup aku seorang."
Mendengar itu Amar jadi takut, ia takut Adiba mengetahui semua nya.
"Mas, kamu kenapa diam?" tanya Adiba
"Enggak kok, aku gak apa-apa. Ya udah ayo tidur, aku harus berangkat pagi-pagi besok." ajak Amar dan Adiba pun menurut ia kemudian naik ke atas ranjang di ikuti Amar dan setelah lampu di mati mereka pun tidur
Bersambung
Setelah pamit dengan Adiba, Amar langsung pergi. Tapi ia tidak pergi ke luar kota melainkan ke tempat di mana ia akan menikah dengan Irena di sebuah rumah.
Tiba di sana Amar langsung masuk dan tak menunggu berapa lama akad nikah pun di mulai. Dan dengan satu tarikan nafas Amar dan Irena sudah sah menjadi suami istri, dengan di nikah kan oleh penghulu karena Ayah nya Irena yang sudah tidak ada.
"Mas, makasih kamu sudah mau menikahi aku. Aku harap setelah ini kamu tidak meninggalkan aku. Aku bahagia banget hari ini, akhirnya aku menikah juga, walaupun jadi istri kedua." ucap Irena dengan senang nya
"Iya, tapi kamu harus janji rahasia kan semua ini dari Adiba. Aku gak mau dia tau tentang pernikahan ini. Dan kamu juga harus tau aku menikahi kamu bukan karena cinta melainkan karena aku mau membantu kamu."
"Iya, aku ngerti kok." jawab Irena walaupun sebenarnya ia ingin Amar mencintai nya seperti Amar mencintai Adiba
Setelah beberapa hari acara nikah itu di laksanakan, akhirnya Amar pulang ke rumah nya bersama dengan Adiba. Sementara Irena berada di rumah yang di beli Amar untuk nya.
Amar bersikap seperti biasa nya saat berada di rumah. Ia masih menjadi suami sempurna menurut Adiba.
"Mas, gimana proyek kamu di luar kota, lancar?" tanya Adiba sembari membongkar baju Amar yang berada di dalam koper
"Alhamdulillah lancar. Selama aku gak ada kamu baik-baik aja kan di rumah?" tanya Amar
"Aku baik-baik aja kok. Oh iya Mas kemarin aku sempat chat Irena tapi gak di balas sama dia. Kenapa ya Mas akhir-akhir ini Erina aku hubungi sibuk terus, kamu juga aku hubungi sibuk terus. Kalian kok bisa samaan gitu ya sibuk nya."
"Kalau aku emang lagi banyak kerjaan. Tapi kalau Irena aku gak tau." jawab Amar bohong padahal yang sebenarnya terjadi tidak seperti apa yang di katakan Amar barusan
Satu bulan kemudian
"Mas, aku hamil!" pesan Irena pada Amar
"Apa!"
"Ada apa Mas, kenapa kamu kaget gitu?" tanya Adiba yang lagi di dapur
"Enggak apa-apa kok. Oh iya aku pergi sebentar ya keluar, aku mau ketemu teman sebentar." izin Amar dan Adiba mengizinkan nya ia sama sekali tak curiga pada Amar
"Iya, pulang nya jangan terlalu malam ya Mas." pesan Adiba
"Iya sayang." jawab Amar ia kemudian pergi meninggalkan Adiba sendiri di rumah
"Kamu serius hamil? tanya Amar tak percaya dengan apa yang di katakan Irena lewat pesan tadi
"Iya Mas, tapi ini bukan anak kamu. Melainkan anak laki-laki yang telah membuat aku seperti ini." jawab Irena dengan wajah sedih
Amar mendekat ke arah Irena ia kemudian duduk di samping Irena. Di elus nya perut Irena yang belum terlihat berisi itu.
"Walaupun yang ada di perut kamu ini bukan anak aku, tapi aku akan menganggap anak ini adalah anak aku. Karena kamu sekarang istri aku." jawab Amar dengan masih mengelus perut Irena
"Makasih ya Mas aku bahagia banget. Aku gak tau jika tidak ada kamu, mungkin aku udah mengakhiri hidup ini." ucap Irena
"Iya sama-sama. Mulai hari ini aku yang akan menjaga kamu dan anak di dalam perut kamu ini. Aku janji akan menjaga kalian selama nya." janji Amar pada Irena
Irena tersenyum ia kemudian memeluk Amar dengan erat. Ia sangat senang ia bahkan tak memikirkan bagaimana perasaan Adiba.
Sementara itu di rumah Adiba tengah duduk di ruang tv, ia menunggu Amar dengan menonton tv. Namun sudah lewat dari janji Amar pada nya, Amar belum juga pulang.
"Mas, kamu kemana sih, kenapa belum pulang juga. Telepon juga gak kamu angkat, sebenarnya kamu kemana sih Mas?" Adiba sangat cemas malam itu karena Amar belum juga pulang. Padahal Amar sudah janji tidak pulang larut malam. Tapi jam sudah menunjukkan pukul 23.35 malam dan Amar belum juga pulang.
"Mas, kamu dimana?"
"Mas, kamu gak pulang kan ke rumah Adiba malam ini?" tanya Irena dengan berbaring sembari memeluk Amar
"Sebenarnya aku mau pulang, soal nya aku udah janji sama Adiba tidak pulang larut malam. Tapi setelah aku pikir, aku sebaiknya di sini temani kamu. Aku takut terjadi apa-apa sama kamu, kamu kan sekarang lagi hamil. Lagi pula Adiba sudah terbiasa kok sendiri di rumah." jawab Amar
Mendengar itu Irena semakin mempererat kan pelukannya dengan Amar.
"Makasih ya Mas." ucap Irena setelah itu ia memejamkan matanya dan tidur
"Kenapa aku jadi deg-degan gini ya, dekat dengan Irena? Apa aku udah mulai jatuh cinta sama Irena?" pikir Amar sembari menatap Irena yang sudah tertidur pulas di pelukan nya
Sementara itu di rumah Adiba tertidur pulas di ruang tv. Ia masih menunggu Amar pulang walaupun hari sudah menunjukkan pukul 00.00 malam. Tapi ia masih setia menunggu Amar, sampai akhirnya ia tertidur pulas di ruang tv. Bahkan tv nya masih hidup tak ia mati kan.
Keesokan paginya
Setelah selesai sarapan bersama Irena, Amar langsung pulang ke rumah nya. Ia tau saat ini Adiba pasti pasti cemas dengan keadaan nya. Apalagi semalam ia sudah janji tidak pulang larut malam pada Adiba.
"Maafin Mas Adiba, Mas gak bermaksud melakukan ini sama kamu. Maafkan Mas ya sayang karena telah bohong sama kamu." ucap Amar sembari fokus menyetir mobil nya.
Setibanya di rumah ia langsung masuk ke dalam. Ia ingin segera bertemu dengan Adiba dan minta maaf kepada nya.
"Mas Amar, ya Allah kamu kemana aja sih Mas, aku khawatir banget sama kamu. Kamu kemana aja sih Mas semalam? kamu baik-baik aja kan?" tanya Adiba terlihat dari wajah nya yang sangat cemas. Ia sangat khawatir dengan keadaan sang suami.
"Maafin Mas ya sayang, Mas semalam keasikan ngobrol sama temannya Mas. Terus pas Mas mau pulang tiba-tiba mobil Mas mogok jadi Mas nginap di rumah temannya Mas." jawab Amar bohong padahal sebenarnya ia lagi di rumah Irena istri yang baru satu bulan ini ia nikahi
"Mas gak bohong kan sama aku?" tanya Adiba
Seketika wajah Amar langsung berubah saat Adiba bertanya itu pada nya.
"Enggak dong sayang, Mas gak bohong sama kamu. Semalam mobil Mas mogok maka nya Mas gak pulang. Terus saat kamu telepon Mas semalam, hp Mas kebetulan lagi di cas jadi Mas gak dengar saat kamu telepon." jawab Amar lagi dan lagi ia berbohong pada Adiba. Dan Adiba pun lagi dan lagi percaya dengan apa yang di katakan Amar.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!