Diruang tamu seorang pria memarahi anaknya. Sebab tidak bisa mencari calon istri yang benar. Arshana marah balik kepada Felix ayahnya. Malam ini Arshana membawa kekasihnya ke rumah untuk meminta restu kepada kakek dan kedua orang tuanya untuk menikah dengan Firsi. Namun hal yang tidak diduga oleh Arshana, hubungan mereka tidak mendapat restu. Karena Felix dan Yolanda ibu Arshana, tidak melihat keseriusan dalam diri Firsi untuk anaknya dan terdapat sisi buruk yang dari Firsi yang diketahui oleh Felix dan Yolanda.
"Papa gak mau kamu berhubungan lagi dengan perempuan itu. Dia gak serius denganmu Arshan! Dia hanya memanfaatkanmu saja. Dengar itu!" marah Felix dengan putranya yang susah diatur.
"Mama juga gak akan mau mempunyai menantu yang gak tau diri seperti dia. Kamu kalau mau mencari istri yang benar. Jangan dilihat dari luarnya saja Arshan" Yolanda mamanya Arshan ikut emosi melihat tingkah Arshan yang ngotot untuk menikah dengan Firsi.
"Mama ini ngomong apa sih. Kenapa menjelek-jelekkan Firsi seperti itu. Kalau papa dan mama gak mau merestui hubungan kami ya sudah, gak masalah buat Arshan. Tapi jangan pernah berbicara buruk tentang Firsi. Karna dia bukan wanita seperti itu!" Arshan sangat marah sampai meninggikan suaranya saat berbicara dengan kedua orang tuanya.
Abhimarta kakeknya Arshan dari tadi hanya diam duduk disofa dengan tenang. Padahal anak dan cucunya sedang bertengkar. Ia malah diam menjadi penonton bukannya melerai. Mendengar penegasan dari Arshan barulah kakek angkat bicara yang membuat anak dan cucunya kaget.
"Turunkan nada bicaramu Arshan! Kalau kamu tetap ngotot untuk menikah dengannya terserah, silahkan saja. Tapi ingat! kakek gak akan pernah merestui sampai kapan pun. Semua aset yang kamu pegang sekarang silahkan dikembalikan dan kamu boleh keluar dari sini tanpa membawa apapun. Kartu kredit, mobil, jabatan, dan semuanya kembalikan. Kamu keluar dari rumah ini tidak boleh membawa sepeserpun apapun itu. Silahkan kamu menikah dengan wanita itu. Dan jangan menyesal suatu hari nanti!!" ucapan kakek membuat Felix dan Yolanda sangat terkejut. Terutama Arshan yang menkadi targetnya, ia tak kalah kaget dengan orang tuanya.
'Bagaimana bisa aku menghidupi anak orang kalau semuanya diambil. Terus aku harus tinggal dimana, dasar kakek gak pengertian sekali. Mana bisa aku hidup tanpa semua ini. Sial!! Kenapa dipersulit begini sih!' batin Arshan merututi nasibnya yang malang. Ia sekarang bingung harus bagaimana lagi untuk membujuk kakek dan kedua orang tuanya. Bahkan sekarang dia harus diancam untuk mengembalikan semua yang dia punya.
"Kakek yang benar saja, mana bisa aku menghidupi anak orang tanpa ini semua. Mobil itu milik Arshan, kakek gak bisa mengambilnya seenak hati. Kalau semuanya kakek ambil, lalu Arshan mau tinggal dimana. Yang benar saja dong kek" protes Arshana menganggap semua ini tak adil untuknya.
"Terserah kamu mau tinggal dimana, bukan urusan kakek. Kalau kamu lebih memilih wanita itu, ya harus mau menanggung apapun yang terjadi. Dan ingat!! Kamu gak boleh kerja lagi diperusahaan. Carilah pekerjaan lain diluar sana yang bisa kamu lakukan. Intinya kalau kamu masih ngotot menikah dengannya, yaa silahkan tapi konsekuensinya kamu harus siap pergi dari rumah ini tanpa membawa sepeserpun barang dari sini." ancam kakek menegaskan kembali. Felix dan Yolanda hanya bisa diam kalau kakek sudah angkat bicara. Karna kakek gak pernah main-main dengan ucapannya.
'Aargh sial!! Aku harus gimana sekarang. Aku gak mau jadi gembel diluar sana. Duh terpaksa aku harus mengalah untuk sekarang. Kakek gak pernah main-main dengan perkatannya, kalau aku tetap ngotot sudah pasti semuanya yang aku miliki akan dirampas olehnya' batin Arshana frustasi.
"Sekarang terserah kamu" ucap kakek duduk santai disofa.
"Huufh.......Baiklah aku mengalah" Arshan tak mungkin bisa hidup tanpa yang dia punya sekarang. Tubuhnya meminta untuk duduk, mau tak mau Arshan harus turuti dulu apa kemauan kakeknya.
"Hmm sudah kakek tebak kamu pasti tidak akan bisa melepaskan apa yang kau punya sekarang" cibir kakek mengejek Arshan.
"Arshan! Kalau kamu mau tau sifat asli dari kekasihmu itu, coba tes saja dia. Jadi orang biasa bukan seorang Arshan Abhimarta. Uji lah ketulusan dia padamu dan kau akan tau sifat aslinya. Asal kamu tau, papa sudah menyuruh orang untuk membuntuti setiap gerak gerik kekasihmu. Dan ternyata didepanmu seolah perempuan baik, tetapi dibelakangmu lain." Felix pun ikut menyahuti.
"Maksud papa apa? Papa nyuruh aku untuk menyamar gitu?"
"Yaa seperti itu, agar kau tau sifat aslinya. Kalau hanya ucapan dari kami, kamu kan gak bakalan percaya kalau gak mata kepalamu sendiri yang melihatnya. Jadi buktikan saja, papa yakin kamu gak bodoh Arshan!"
"Caranya bagaimana? Kepalaku buntu sekarang" karna frustasi jadinya Arshan sulit untuk berpikir.
"Ck...mikir gitu saja gak bisa, tapi soal cinta malah paling depan. Mangkanya jangan terlalu bodoh jadi lelaki, diberi rasa cinta sedikit saja sudah buta mata. Kalau mau mencari calon itu, lihat dulu seluk beluknya. Jangan main asal pacarin" gerutu Felix menyindir.
"Aahh kalau papa terus memarahiku, bagaimana otakku bisa bekerja untuk berpikir. Berilah waktu anakmi ini untuk memikirka sesuatu. Jangan dicibir terus-terusan" kesal Arshan mendengar ocehan ayahnya yang tiada henti.
"Lama!! Kau mikir terlalu lama. Sudah kembali lah ke kamarmu dan besok pagi ikut kakek. Jangan membantah dan jangan banyak tanya. Sekarang masuk ke kamarmu!!" perintah kakek Abhimarta.
Arshan pun menuruti perintah kakeknya berusan. Ia pergi ke kamarnya tanpa pamit, pergi begitu saja. Kepalanya sudah tak bisa diajak berpikir, ia butuh istirahat untuk menjernihkan otaknya kembali. Arshan benar-benar frustasi, disisi lain dia juga memikirkan keadaan Firsi kekasihnya yang pulang sendirian setelah tadi mendapatkan amukan dari kedua orang tuanya dan juga kakeknya. Bahkan ka tak sempat mengejar kepergian Firsi karna dicegah oleh ayahnya.
Beberapa menit yang lalu......
Arshan datang bersama kekasihnya untuk memperkenalkan kepada kakek dan kedua orang tuanya. Arshan menyuruh Firsi untuk duduk disofa dulu. Sebelum Arshan memanggil kedua orang tuanya. Firsi begitu kagum melihat rumah Arshan yang megah dan mewah, bak istanah dinegeri dongeng. Ia ingin sekali bisa tinggal disana satu rumah dengan Arshan.
'Wah bagus banget rumahnya, kalau aku bisa menikah dengan Arshan. Sudah pasti aku akan menjadi nyonya disini. Apapun yang aku mau bisaku dapatkan dengan mudah' batin Firsi tersenyum sambik menengok kanan dan kiri.
Belum sempat Arshan memanggil kakek dan orang tuanya, Felix dan Yolanda serta kakek sudah menghampiri mereka duluan dengan wajah yang sinis. Tampak mereka tidak menyukai Firsi sama sekali. Walau pun Firsi merasa ada yang aneh, ia tetap bersikap baik dengan menyalami Felix dan Yolanda. Namun uluran tangannya tak dibalas, sehingga Firsi menurunkan kembali tangannya dengan rasa kesal.
'Ck...Sombong sekali mereka. Awas saja kalau aku sudah menikah dengan Arshan nanti, akanku balas kalian.' umpat Firsi dalam hati.
Mereka pun duduk disofa bersama. Felix masih ingin mendengar anaknya mengungkapkan yang ingin dia sampaikan. Walau pun sebenarnya Felix sendiri tau maksud dan tujuan anaknya mengajak Firsi ke rumah.
"Papa, mama, kakek.......Kenalin ini Firsi. Aku membawanya kesini berniat meminta restu sama papa dan mama. Aku ingin menikahi Firsi." ucap Arshan tersenyum penuh harap.
"Mama gak setuju kamu menikah dengan dia. Mama gak akan pernah memberi restu untuk kalian sampai kapan pun. Kamu kalau mau mencari calon istri yang bener dong." jawab Yolanda dengan lantang, ia menolak Arshan untuk menikah dengan Firsi. Karena sebelumnya, suaminya sudah memberi tau dan memberi bukti tentang kebusukan Firsi. Felix sudah tau tentang hubungan Arshan dengan Firsi. Oleh sebab itu dia mencari tau siapa Firsi sebenarnya.
Karena suatu hari Felix melihat Firsi bersama teman-temannya masuk ke dalam bar saat malam hari. Disitu Felix kesal dan mulai menyuruh orang untuk mencari tau tentang Firsi. Ini memang kali pertama Arshan mengenalkan kekasihnya kepada mereka. Tetapi Felix sudah tau dari jauh-jauh hari, sebab Firsi selalu datang ke perusahaan menemui Arshan. Otomatis Felix tau saat kesana.
"Kok mama gitu sih, apa alasannya mama menolak Firsi?. Dia baik ma......" ucapan Arshan terpotong oleh perkataan ayahnya.
"Perempuan yang suka minum-minum dan keluar masuk bar kamu bilang baik Arshan? Dimana matamu itu!!. Bisa buruk nama baik keluarga kita kalau kamu menikah dengan dia!!. Papa gak akan merestui kalian sampai kapan pun. Mending sekarang kamu bawah pergi dia dari rumah ini." sahut Felix dengan mata yang mengobarkan amarah dan menunjuk ke arah pintu agar Firsi bisa tau diri dengan posisinya.
Firsi begitu terkejut melihat reaksi kedua orang tua Arshan. Ia tak akan menduka kalau ayahnya Arshan akan berbicara seperti itu. Bagaimana bisa dia tau? Apakah ada yang diam-diam memberi tau? Firsi benar-benar gak nyangka. Kalau begini impiannya untuk jadi nyonya dikeluarga Abhimarta akan musnah. Untuk mendapatkan Arshan saja butuh proses, mana mungkin Firsi mau melepaskan begitu saja. Semua wanita tidak akan mungkin seberuntung Firsi bisa menjalin hubungan dengan Arshan. Pewaris tunggal dari keluarga Abhimarta yang mempunyai kekayaan dimana-mana sampai dikenal dinegaranya. Perusahaan banyak sampai diluar negeri pun ada.
Jadi Firsi gak mau melihat Arshan jatuh ke pelukan wanita lain. Pokoknya bagaimana pun caranya Firsi harus bisa menikah dengan Arshan. Diluar sana banyak wanita yang ngantri untuk bisa menjadi istri seorang Arshana. Dan Firsi termasuk yang beruntung bisa dipilih oleh Arshan.
...🍀🍀🍀...
Assalamu'alaikum readers tersayangnya othor. Yei akhirnya bisa jumpa lagi sama kalian 😊. Bagaimana dibagian awal nih? Seru gak.....Seru dong pastinya.
Lanjut baca yuk ⬇️⬇️
Jangan lupa kasih Like, Vote, dan komen 🌹
"Om......Tante.....Apa salah saya sampai om dan tante, berbicara seperti itu. Kenapa kalian tega memfitnah saya. Saya memang gak pantas untuk Arshan, tetapi perkataan om dan tante sudah menyakiti hati saya. Hiks" Firsi berpura-pura menangis agar Arshan membelanya. Perempuan satu ini memang jago sekali kalau berekting dan membalikkan keadaan. Kalau memang dasarnya licik cara apapun pasti akan dilakukan agar yang diinginkan bisa didapatkan.
"Firsi......." Arshan berusaha menenangkan kekasihnya agar tak menangis, Arshan benar-benar membelanya.
"Papa sama mama ngomongnya kok gitu sih didepan Firsi. Dia bukan perempuan seperti yang papa tuduhkan. Jangan asal bicara dong pa, kasihan Firsi." Arshan memang begitu mencintai Firsi sampai cinta itu membutakan mata dan hatinya. Bagi Arshan, Firsi adalah wanita yang baik.
"Apa!? Baik? Kamu bilang dia baik? Kamu belum tau saja siapa dia. Didepanmu memang baik, tapi kamu gak taukan sifat asli dia dibelakangmu Arshan. Sok-sok berwajah lugu, sukanya memakak topeng. Papa itu sudah tau wanita-wanita seperti dia yang hanya mau harta dan uang. Gak lebih dari itu!!" tegas Felix menghina yang membuat emosi Arshana terpancing.
"Stop pa!! Jangan pernah menjelekkan Firsi didepanku. Dia bukan wanita yang seperti papa tuduhkan. Kalau papa gak suka ya sudah, tidak perlu menghina sampai menuduh yang menyakiti hati Firsi" marah Arshana sampai berbicara dengan nada tinggi. Pada akhirnya kakek angkat bicara membakas ucapan Arshana yang tak enak didengar dari tadi.
"Jaga ucapanmu Arshan!! Gak pantas kau berbicara kasar dengan papamu. Kakek juga gak akan pernah merestui hubungan kalian. Lebih baik sekarang kau pergi dari rumahku. Jangan pernah coba-coba mendekati Arshan lagi. Kau bukan wanita baik untuk cucuku. Kau hanya sekedar wanita malam yang suka dijamah oleh lelaki j*l*ng!!" perkataan kakek begitu menusuk dihati Firsi begitu pun dengan Arshan.
Firsi sangat emosi dihina bertubi-tubi oleh keluarga Arshan. Hatinya mulai panas mendengar cemooh dari mereka yang tak henti-hentinya. Sampai dia sudah gak punya wajah lagi untuk nampak didepan mereka.
"Sudah lah Arshan, aku mau pulang saja. Keluargamu gak suka denganku, hatiku sakit mendengar hinaan mereka. Kamu tau siapa aku dan ucapan mereka begitu menusuk dihati. Aku mau pulang" ucap Firsi pura-pura menangis dan memasang wajah sedih agar Arshan mengasihaninya. Firsi pun langsung pergi begitu saja keluar dari rumah Arshan.
Arshana ingin mengejar Firsi, namun tangannya ditahan oleh Felix. Ia tak mau anaknya berbubungan lagi dengan wanita seperti Firsi lagi. Mau gak mau Arshan membiarkan Firsi pergi pulang sendiri. Ia mau memberontak pun akan semakin memancing emosi papa dan kakeknya. Rencana untuk mengenalkan dan meminta restu malah gagal total. Dan sudah pasti Firsi akan sangat marah dengan Arshan. Yang ada dalam pikiran Arshan.
🍀
🍀
🍀
Dalam kegelapan malam, Firsi berjalan sendirian untuk pulang. Ia memasuki taksi untuk pulang. Hatinya sangat kesal dan marah mendengar ucapan orang tua Arshan yang menusuk dihatinya. Apalagi Arshan sama sekali tak megejarnya, membuat Firsi semain dibakar amarah. Padahal saat tadi berangkat bersama Arshan, hatinya dipenuhi bunga-bunga dan sangat percaya diri kalau keluarga Arshan akan menerimanya. Tetapi ekspektasi tidak sesuai dengan realita.
Arshan hanya mengirim beberapa pesan kepada Firsi untuk mempertanyakan kondisinya. Namun semua pesan hanya dibaca oleh Firsi dan enggan untuk membalasnya.
"Kamu dimana sayang?"
"Apakah kamu sudah sampai rumah?"
"Maafkan kedua orang tuaku ya. Aku akan membujuk mereka agar mau merestui hubungan kita. Kalau sudah sampai rumah, kamu chat aku ya. Seditaknya aku tau kalau kamu baik-baik saja"
Begitu lah isi pesan dari Arshan secara bertubi-tubi. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Firsi. Kondisi sudah malam dan tadi Arshan yang menjemput Firsi, seharusnya dia juga yang mengantarkan Firsi pulang. Tapi ternyata dia gak bisa berbuat apapun.
Sampai dirumah Firsi benar-benar dilanda amarah yang sangat besar. Ia jatuhkan tubuhnya diatas sofa ruang tamu sambil terus berdecak kesal. Elena mamanya Firsi yang baru saja keluar dari arah dapur, langsung menghampiri anaknya. Ia melihat wajah marah Firsi saat baru saja sampai rumah.
"Kamu kenapa sayang? Dimana Arshan? Apakah tadi kedua orang tua Arshan merestui hubungan kalian?" pertanyaan bertubi-tubi diajukan oleh Elena kepada anaknya.
"Mama kalau mau tanya satu-satu bisa gak sih! Jangan semuanya diajukan jadi satu. Pusing kepalau" kesal Firsi malah marah kepada Elena.
"Loh mama kan hanya tanya, kok kamu malah marah-marah. Tinggal jawab apa susahnya sih. Kamu pulang-pulang malah besengut seperti itu. Ada apa?" tanya Elena ikut kesal.
"Semuanya gagal ma. Gagal!! Orang tua Arshan tidak merestui hubungan kita. Mereka malah mengolok-olok dan menghinaku. Aarggh sial!! Kesal rasanya. Pengen aku bungkam saja mulut mereka. Masak mah papanya si Arshan bilang kalau aku itu wanita malam yang suka keluar masuk bar dan kakeknya juga malah menghinaku dengan mengatakan aku ini wanita j*l*ng. Siapa yang gak marah dihina seperti itu. " umpat Firsi dipenuhi amarah.
"Apa!! Kok bisa sih, kenapa mereka malah menghinamu. Kamu kan baru saja diajak Arshan untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Lalu kenapa mereka bisa berbicara kotor begitu. Apalagi sampai mengatakan kamu wanita malam. Mama gak terima kamu dikatakan seperti itu. Mereka harus dikasih pelajaran." Elena sangat sakit hati mendengar anaknya dihina sampai dicap wanita kotor.
Selama ini Elena memang tidak tau pergaulan anaknya diluar sana. Yang Elena tau Firsi adalah putri tersayangnya. Apapun yang diminta oleh Firsi pasti dituruti oleh Elena. Dan selama ini Firsi tidak pernah menunjukkan sikap buruk didepan Elena, apalagi sampai menjadi wanita malam yang suka keluar masuk bar. Yang Elena tau Firsi adalah anak yang baik dan penurut.
"Kalian ini kenala sih ribut-ribut sampai kedengeran dari ruangan papa. Suara kalian itu loh terlalu keras" ucap Devon tiba-tiba datang dari arah ruangan pribadinya. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk.
"Gini loh pa. Tadikan Firsi diajak Arshan ke rumahnya untuk kenalan dengan orang tua Arshan. Tapi saat sampai disana orang tuanya Arshan malah marah-marah dan tidak menyetujui hubungan mereka. Apalagi merestui untuk mereka menikah. Sampai-sampai Firsi dihina sebagai wanita malam yang suka keluar masuk bar. Mama gak terima lah pa, anak kita dihina seperti itu" ujar Elena panjang lebar dengan wajahnya yang kesal.
"Hah!! Sampai segitunya mereka menghina Firsi? Iya Firsi mereka mengatakan begitu?" Devon meminta penjelasan kepada Firsi yang tengah diam saja menahan amarah.
"Iya pa, ngapain Firsi berbohong. Tadi saja Firsi pulang sendirian. Udah terlanjur sakit hati aku pa dengan ucapan mereka. Arshan juga gak mengejarku gara-gara ditahan sama orang tuanya. Jadi ya aku pulang naik taxi sendiri"
"Mereka kan keluarga terpandang. Gak mungkin asal ngomong sampai melontarkan kata-kata gak senonoh. Kalai emang gak......."
"Maksud papa apa? Papa ikut nuduh aku seperti mereka gitu? Harusnya papa belain aku dong bukan malah percaya dengan ucapan mereka. Apa selama ini papa tau kalau aku sering keluar masuk bar? Enggak kan!! Lagian ngapain aku kesana kurang kerjaan banget. Sudah ada Arshan ngapain juga aku jadi wanita penggoda ditempat kotor begitu. Aku minta apapun sama Arshan juga dipenuhi tanpa harus aku susah payah jadi wanita j*l*ng" kesal Firsi melihat papanya sendiri malah mau menuduhnya juga.
"Kamu ini apa-apaan sih mas, bukannya belain anak sendiri malah mau ikut-ikutan nyalahin Firsi. Sudah Firsi kamu masuk ke kamar saja, gak usah dengerin ucapan papamu. Istirahatlah" kata Elena menyuruh Firsi untuk beristirahat.
Ceklek.
"Zulfa pulang pa ma" ucap Zulfa saat memasuki rumah.
"Jam berapa ini? Kau gak lihat jam berapa sekarang, sudah malam baru pulang. Gak ingat waktu! Dari mana saja kamu" ucap Elena saat melihat Zulfa baru saja pulang.
"Maaf ma, tadi ditoko ramai jadi Zulfa harus bantuin sampai malam. Sekalian tutup toko" jawab Zulfa menunduk.
"Halah alesan saja, sukanya malah keluyuran. Urus itu anak kamu mas. Aku mau tidur, ngantuk. Ayo Firsi kamu juga harus istirahat, pergi ke kamarmu." sewot Elena lalu menyuruh Firai untuk ke kamar bebarengan dengannya.
"Maaf ya pa, Zulfa pulangnya kemaleman." ucap Zulfa menunduk.
Zulfa Adinda adalah putri sulungnya Devon dari pernikahan pertamanya dengan ibunya Zulfa. Saat ini Devon sudah menikah lagi dengan Elena dan dikaruniai anak perempuan juga yaitu Firsi. Ibunya Zulfa sudah meninggal karna kecelakaan bersama Devon. Saat ibunya Zulfa baru saja dua minggu keluar dari rumah sakit seleoas melahirkan Zulfa. Dia meninggal setelah dinyatakan koma. Sejak saat itu Zulfa dirawat oleh Devon dan neneknya. Namun sayangnya nenek Zulfa juga harus berpulang. Saat Zulfa baru saja masuk kuliah. Sehingga Zulfa sekarang hanya punya papanya yang menyayangi dia dengan tulus.
Berbeda dengan ibu dan adik tirinya yang suka semena-mena dengan Zulfa. Bahkan setiap hari Zulfa dijadikan seperti pembantu oleh mereka. Devon jadi merasa bersalah dengan Zulfa, walau pun sikapnya sudah tegas dengan Elena. Tetal saja tak merubah keadaan. Sifat mereka tetap sama kepada Zulfa.
Zulfa masih kuliah semester akhir. Diawal kuliahnya Zulfa memang dibiayai oleh papanya. Namun Elena tak suka kalau suaminya memberk uang untuk Zulfa. Yaa wajar lah dia anaknya, itu juga kewajiban Devon sebagai ayah. Namun Elena tetap ngotot kalau Zulfa harus bisa mandiri untuk mencari uang sendiri. Sementara Firsi selalu disayang dan dimanja. Kuliah pun Firsi menggunakan uang ayahnya. Pokoknya perlakuan Elena sangat berbeda kalau dengan Zulfa.
Devon masih memberi uang untuk Zulfa agar bisa menambah biaya kuliahnya. Walau pun gak banyak dan gak sebanding dengan pemberian Devon kepada Firsi. Zulfa tak mempermasalahkan hal itu, untuk menambah uang kuliahnya. Zulfa bekerja sebagai karyawan ditoko roti. Ia sudah lama bekerja disana sejak masuk kuliah. Semua dijalani oleh Zulfa dengan lapang dada dan penuh keikhlasan.
Devon bekerja sebagai manajer disalah satu perusahaan. Jadi yaa kalau dipikir gajinya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan untuk membiayai kuliah anaknya. Dia juga punya restoran yang bisa dikatakan cukup terkenal. Sehingga uangnya lebih dari cukup untuk kehidupan sehari-hari. Hanya saja kelakuan istri dan anak bungsunya selalu boros dan gak bisa menabung.
"Gak pa-pa, sudah kamu langsung istirahat ya. Besok kalau pulangnya malam, setidaknya beri kabar pada papa. Biar papa gak khawatir." timpal Devon memegang bahu putri sulungnya.
"Iya pa, maafkan Zulfa. Kalau gitu Zulfa ke kamar dulu ya pa."
"Iya nak"
"Hmm..." Zulfa masih berdiri ditempatnya seperti ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengan Devon, tapi Zulfa masih ragu untuk mengatakannya.
"Ada apa Zulfa? Kok masih berdiri disitu. Ada yang ingin kamu sampaikan sama papa?" tanya Devon melihat wajah Zulfa yang bingung.
"Eh hmm......" Zulfa bingung harus mengatakannya bagaimana, takut ayahnya marah.
"Katakan saja Zulfa gak perlu ragu"
"Itu pa, Zulfa mau izin balik ke asrama besok. Zulfa mau tinggal disana saja" kata Zulfa mengeluarkan unek-uneknya yang sedari tadi ditahan.
"Loh kenapa Fa? Bukannya lebih enak kamu tinggal disini saja sama papa. Ngapain harus balik ke asrama?" tanya Devon.
Tempat kuliah Zulfa dilengkapi dengan asrama untuk mahasiswa yang jarak rumahnya jauh dengan kampus. Asrama tersebut diberikan secara gratis untuk ditempati oleh mahasiswa. Bagi mahasiswa yang berprestasi akan mendapatkan fasilitas yang lengkap. Seperti Zulfa, dia termasuk mahasiswa yang berprestasi. Dan juga Zulfa masuk ke kampus tersebut dengan berbekal beasiswa. Jadi tanggungan untuknya membayar bisa berkurang. Selama ini Zulfa tinggal diasrama, sebab sebenarnya Zulfa hak betah tinggal satu rumah dengan ibu dan adik tirinya yang kejam.
Sehingga Zulfa lebih memilih tinggal diasrama. Fasilitasnya juga lengkap dan nyaman sekali. Tetapi beberapa minggu lalu Zulfa diminta pulang oleh Devon karna dia kangen dengan putri sulungnya. Alhasil Zulfa menuruti permintaan papanya dengan berat hati. Tetapi sekarang Zulfa ingin balik ke asrama lagi, melihat sikap ibu tirinya membuat Zulfa gak nyaman.
"Maaf pa, bukannya Zulfa gak mau tinggal dirumah. Tapi Zulfa lebih nyaman diasrama, dekat kampus juga. Zulfa sudah dewasa, papa gak perlu khawatirin Zulfa lagi. Kalau papa kangen Zulfa akan pulang. Tolong ya pa jangan paksa Zulfa tinggal dirumah." Sebenarnya Zulfa gak enak hati dengan ayahnya. Keadaanlah yang memaksa dia untuk tinggal diasrama.
"Kamu gak perlu meminta maaf Zulfa. Harusnya papa yang minta maaf sama kamu. Papa gak bisa belain kamu. Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman untukmu, ini malah sebaliknya." Devon menyesal karna tidak bisa membela putrinya dari orang yang berniat jahat padanya. Ia tau selama ini Zulfa tertekan tinggal dirumah karna ulah istrinya. Memang dari dulu sejak Devon memutuskan untuk menikah dengan Elena. Barulah Elena membuka sifat aslinya. Ia sama sekali tak menyayangi Zulfa.
"Sudah lah pa, gak pa-pa kok. Besok Zulfa balik ke asrama ya. Papa gak perlu nungguin Zulfa."
"Iya nak, terserah kamu. Asalkan kamu nyaman tinggal disana, papa pasti akan mengizinkan. Jaga dirimu baik-baik ya, jaga kesehatan juga. Kalau butuh apa-apa telfon papa ya" ucap Devon.
"Iya pa, aku akan menjaga diri baik-baik" balas Zulfa tersenyum.
"Ya suda tidurlah ini sudah malam"
"Oke pa, selamat malam"
"Selamat malam sayang" balas Devon sambil mengecup kening Zulfa.
🍀
🍀
🍀
Keesokan harinya, Arshan sudah bangun tidur dan juga sudah selesai mandi. Ia sudah rapi dengan setelan jasnya yang biasa dia gunakan ke perusahaan. Arshan sangat penasaran, apa yang akan dilakukan oleh kakeknya hari ini. Aroma-aromanya akan ada sesuatu yang tidak mengenakkan bagi Arshan.
Selesai sarapan, kakek langsung menggiring Arshan ke ruangan Felix. Arshan tak bisa apapun selain menurut. Apapun yang ingin dilakukan kakeknya sudah pasti tak akan bisa ditolak oleh Arshan. Apapun perkataan kakek harus ditiruti, kalau tidak pasti amcaman adalah keluar dari rumah tersebut.
"Kakek mau melakukan apa sih? Kenapa aku harus dibawa ke ruangan papa. Gak bisa ya dibicarakan diluar saja. Ini papa juga ngapain ikut-ikutan sama kakek sih." gerutu Arshan duduk disofa.
"Diam Arshan!! Bisa gak kamu menurut sedikit saja. Gak usah banyak protes, semua ini juga demi kebaikan kamu." sahut Felix menyuruh Arshan diam, teyapi bukannya diam Arshan malah semakin protes.
"Apa!! Demi kebaikanku? Ini sih untung buat papa, buat aku mah enggak. Bukannya membuat senmag malah menyiksa" protes Arshan.
"Sudah!! Bisa kalian diam, kamu juga Arshan diamlah. Kakek belum mengatakan apapun kamu sudah banyak omong. Kau itu lelaki bukan banci" kesal kakek mendengar perdebatan anak dan cucunya.
"What? Kakek menyamakan aku dengan banci? Ihhh amit-amit kek. Aku ini masih waras alias sehat bukan gila." gerutu Arshan tiada henti.
"Siapa juga yang mengatakan kau gila. Kamu sendiri yang mengatakannya bukan kakek. Orang banci mah bukan gila Arshan. Hiiss sudah diamlah, dengarkan kakek." Arshan dan Felix pun mulai mendengarkan sesuatu yang ingin disampaikan oleh kakek. Lebih tepatnya sih rencana yang harus dijalankan oleh Arshan.
"Jika kamu Arshan ingin tau sifat asli kekasihmu itu. Kamu harus menyamar untuk mencari tau sendiri. Dan ini juga tantangan dari kakek untuk kamu."
"Maksud kakek apa yang jelas dong kek kalau bicara" ujar Arshan yang langsung mendapat tatapan tajam dari sang kakek.
"Kakek belum selesai bicara kau malah mengoceh terus. Dengarkan dulu lah baru berkomentar. Kau punya telinga kan untuk mendengar" kesal kakek.
Arshan pun terdiam tanpa mengeluarka suara appaun lagi. Ia males kalau harus mendapat omela dari kakeknya. Memang Arshan paling gak bisa kalau harus membantah ucapan kakeknya. Dari dulu Arshan begitu dekat dengan kakek. Apalagi dia adalah pewaris tunggal keluarganya.
"Kamu harus menyamar menjadi rakyat biasa. Untuk mencari tau sendiri sifat asli kekasihmu, itu yang pertama. Kedua, kamu harus bisa mencari calon istri yang bisa menerima kamu apa adanya dengan kondisimu sebagai rakyat biasa. Ketiga, carilah siapa saja koruptor dan karyawan lain yang berniat buruk kepada perusahaan keluarga kita. Jadilah OB diperusahaan Abhimarta Group dan kakek sudah menyewakan kontrakam untuk kamu tinggali selama misi ini berjalan." terang kakek membuat Arshan membulatkan matanya tak percaya.
Mana bisa Arshan melakukan itu semua. Tinggal dikontrakan? Menjadi OB diperusahaan sendiri? What? Tak terbesit dipikiran Arshan kalau kakeknya akan melakukan hal ini kepadanya. Arshan kira kakek akan memberi solusi yang lebih baik, tapi malah berbalik menjadi siksaan buat Arshan.
"Hah!! Gak mau ah kalau jadi OB apalagi harus tinggal dikontrakan yang pasti jelek dan kumuh. Menjadi OB diperusahaan sendiri? Ditaruh mana muka Arshan kek. Pewaris tunggal Abhimarta menjadi seorang OB? Iihh yang ada harga diri Arshan jatuh kek" tolak Arshan, membayangkannya saja sudah tidak sanggup. Apalagi kalau harus menjalankannya. Belum apa-apa pasti dia sudah tepar duluan.
"Baiklah kalau kamu gak mau. Kakek akan cabut semua fasilitasmu, S-E-M-U-A-N-Y-A!! Gak tersisa apapun. Begitu pun dengan mobil dan motormu. Silahkahkan kalau kamu mau menjadi gembel diluar sana. Kakek gak masalah, semua keputusan ada ditanganmu" ucap kakek santai duduk sofa.
'Aah kakek sukanya hanya mengancan saja. Kenapa sih selalu buat aku susah gini. Mana bisa aku tinggal dikontrakan yang kecil. Lalu pekerjaanku gimana?' umpat Arshan dalam hati. Pilihannya hanya ada dua, dia menolak tapi semua asetnya dicabur atau menerima untuk mempertahankan miliknya sekarang dan menjalankan misi.
"Kek kalau aki tinggal dikontrakan dan kerja jadi OB. Lalu pekerjaanku diperusahaan gimana? Gak mungkinkan aku limpahkan sama papa"
"Enak saja mau kau berikan sama papa. Itukan tugasmu, papa juga ada pekerjaan lain. Jangan nambah pekerjaan papa, Arshan. Yaa kamu kerjain lah pekerjaanmu. Kan bisa dikerjakan saat pulang atau bisa kirim lewat email. Apa susahnya sih, suruh itu si Daniel untuk menghandle semuanya." tolak Felix, pekerjaannya saja sudah banyak. Kalau ditambah milik Arshan, gak bakal kelar kalau dia sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!