NovelToon NovelToon

Ruby

Kecelakaan Tragis

Braak!

Sebuah truk besar menyambar tubuh seorang wanita yang tengah melangkah gontai. Pikiran kalut membuat Ruby, wanita muda malang yang itu tidak begitu memperhatikan jalanan. Penyakit kanker yang menggerogoti tubuhnya sudah membuat semangat hidupnya kian menurun. 

Tubuh mungil bersimbah darah itu terkapar di jalanan, dadanya mulai merasakan sesak, pandangan kian mengabur setiap detiknya. Ruby berjuang untuk bernapas antara hidup dan mati, hingga matanya benar-benar tertutup rapat. 

“Sial! Orang miskin membuat susah saja. Lebih baik aku pergi dari sini.” 

Sopir truk itu hanya melihat dari kaca mobil lalu pergi meninggalkan Ruby begitu saja.

Ruby membuka matanya, ia merasa aneh menatap bangunan kuno yang ada di pandangannya. Ruby memeriksa tubuhnya dan lebih bingung, karena rasa sakit itu sudah hilang dan bahkan luka di kepalanya tidak ada.

“Aku di mana? Aku kenapa?” Ruby membatin.

Matanya nanar menatap baju yang dikenakannya, sontak Ruby berlari ke depan cermin. Kebingungan yang dirasakannya semakin bertambah, karena penampilannya jauh berbeda, layaknya putri dari sebuah kerajaan. Beberapa saat kemudian, Ruby baru menyadari bahwa wajahnya tidak lagi sama.

Kepalanya mulai sakit, seperti ada ingatan milik orang lain yang coba ia ingat, Ruby mencoba bertahan berpegangan ke kursi. Namun, sakit di kepalanya terasa semakin hebat, hingga membuat Ruby pun tidak bisa menahannya dan kesadarannya perlahan hilang, tubuh Ruby ambruk ke lantai.

"Itu siapa? Wajah dan semua ini bukan milikku," Batin Ruby masih bergejolak antara sadar dan tidak.

Ketika kesadarannya mulai pulih, Ruby membuka mata perlahan meski terasa berat. Pandangannya masih tidak jelas, tapi matanya menangkap sesosok orang yang duduk di sampingnya. Ruby mengangkat tangan tapi tidak bisa menyentuh bayang tersebut, akhirnya Ruby hanya bisa pasrah.

"Gantikan aku, aku sudah tidak tahan menerima perlakukan keluargaku," kata sosok yang ada di samping Ruby.

"Siapa kamu?" tanya Ruby. Ia mencoba memulihkan kesadaran sepenuhnya.

"Tolong aku, karena cuma kau harapanku satu-satunya. Kamu butuh pertolonganku, begitu juga sebaliknya, Ruby," jawab sosok tersebut.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Ruby yang masih kebingungan.

"Hiduplah semaumu dan balaskan dendamku pada keluarga yang telah membuangku."

"Kenapa aku harus balas dendam? Apa yang keluargamu lakukan, hingga kamu sangat dendam pada mereka?" tanya Ruby lagi.

"Aku hanya anak tiri yang tidak dianggap. Mereka menganggapku sebagai bencana dan kesialan. Itu sebabnya mereka membenciku."

"Siapa kau sebenarnya? Sejak bercerita, tapi kau tidak mengatakan siapa namamu?" tanya Ruby.

 

"Aku putri Ruby, aku tahu saat ini kau masih bingung. Tapi tolonglah hidup untukku, Ruby. Saat ini kau ada di tubuhku, aku diasingkan oleh keluarga ku. Aku dikurung di ruangan ini. Aku bahkan tidak boleh keluar hingga membuatku benar-benar dalam kondisi yang frustasi. Jadi aku menggunakan jurus terlarang untuk menukar jiwa. Waktuku sudah tidak banyak lagi aku pergi," kata sang putri yang perlahan bayangannya mulai menghilang meninggalkan Ruby sendiri.

"Satu hal lagi yang harus kau tahu. Kau memiliki kekuatan untuk menyembuhkan orang. Gunakanlah darahmu, jika kau ingin membantu seseorang." Setelah berkata demikian, sosok Putri Ruby benar-benar hilang dari pandangan.

Ruby terbangun dan membuka matanya perlahan. Gadis itu masih saja kebingungan, apakah barusan mimpi atau khayalannya saja. Mana mungkin seorang putri dengan kekuatan luar biasa. Bisa diasingkan oleh keluarganya, hanya karena status anak tiri.

Putri Ruby hidup dalam pengasingan dan sangat tertekan. Hingga membuat Ruby pun harus menggantikan sang putri yang hidup di pengasingan. Ruby bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia bisa melakukannya? Sementara tempat ini sangat asing baginya.

Cukup lama Ruby terdiam memikirkan semuanya. Ada banyak hal yang ingin Ruby tanyakan, tapi sayangnya sang putri sudah menghilang. Hingga akhirnya ia tersadar untuk bertahan dan menerima keadaannya saat ini, untuk mengetahui caranya kembali ke tubuhnya.

"Kenapa nama kita sama, dan aku harus menolongnya. Miris sekali menjadi putri tapi tidak bisa melakukan apapun," batin Ruby yang mulai penasaran.

Bruukhh!

Tiba-tiba pintu dibuka secara paksa, dua orang pelayan menyeretnya bagai barang yang tak berguna. Sontak Ruby kaget lalu mencoba memberontak karena merasa tidak suka dengan perlakuan dari pelayan itu. Tapi tindakannya percuma,  sehingga membuatnya juga sulit untuk bergerak.

"Lepaskan aku!" Ruby berusaha membela diri mendapatkan perlakukan kasar dari para pelayan.

"Diam kau dasar putri tidak berguna," bentak Pelayan yang bersikap kasar, seolah Ruby juga setara dengan dirinya.

Ruby terus memberontak, tapi karena jumlah mereka begitu banyak, Ruby tidak bisa melakukan apa-apa. Ia tahu semakin memberontak, maka akan semakin sakit saat para pelayan itu memaksanya.

"Pantas saja sang putri merasa sudah tidak sanggup lagi menjalani kehidupan yang sangat mengerikan ini. Sekarang aku mulai mengerti, kenapa dia menggunakan jurus penukar jiwa," batin Ruby.

Untung saja ia bertemu dengan sang putri terlebih dahulu. Sehingga membuat Ruby sedikit menguasai situasi dan kondisi di kerajaan itu, yang mana  mereka semua benar-benar membenci Ruby. Pelayan memaksa dan mendandaninya layaknya seorang pengantin membuat Ruby benar-benar merasa bingung. 

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Ruby kebingungan.

"Kau akan dinikahkan dengan seorang pangeran yang lumpuh," jawab pelayan dengan nada menghina jelas membuat Ruby sangat marah mendengar hal tersebut.

Ruby tidak mengira jika ia akan dinikahkan dengan seorang pangeran lumpuh. Jangankan menerima pernikahan, ia sendiri masih harus adaptasi dengan lingkungan istana. Apalagi Pangeran tersebut dikatakan lumpuh, Ruby mulai merasa otaknya frustasi. Belum hilang rasa kagertya setelah bangun di tempat asing, kini ia dikagetkan lagi dengan kabar jika ia yang lebih mengejutkan.

"Kehidupan sang putri benar-benar mengerikan, aku mau membantu tapi jika sebegitu sulit seperti ini," batin Ruby.

"Diam kalian semua, aku tak ingin menikah!" kata Ruby marah pada seluruh pelayan yang membuatnya kesulitan.

Jelas saja ia tidak ingin menikah, apalagi dengan pangeran yang tidak ia kenal dan kondisi yang lumpuh. Tapi melihat pelayan yang mampu bersikap kasar padanya, mereka pasti tidak akan membantunya jika ia tetap berada di istana. Bahkan para pelayan itu tidak ada yang menghargainya sebagai seorang Putri.

Putri yang terbuang yang benar-benar diperlakukan buruk dan dianggap aib, hingga pelayan pun sanggup mengkhianati dan tidak ada rasa hormat. Ruby sadar jika ia memang putri terbuang dari istana yang begitu megah ini.

"Betapa cocoknya kalian nanti putri jelek dan pangeran lumpuh," kata pelayan lain membuat makin geram dan ingin memukul kedua pelayan tersebut.

Tanpa diduga, sang Raja datang dan membuat semua diam. Sang Putri sudah didandani rapi, lengkap dengan pakaian pernikahan. Sang Raja lah yang menjodohkan Putrinya tersebut dengan seorang pangeran yang lumpuh demi memperluas daerah kekuasaanya. Raja berjalan perlahan menghampiri Ruby, lalu berdiri di sampingnya.

Pengantin Pengganti

"Gantikan Kakak mu untuk menikah dengan Pangeran Alzan, Ruby. Kau sudah dengar bukan? Jika dia seorang pangeran yang lumpuh, jadi bersikap baiklah dan buat dirimu berguna untuk kerajaan," kata sang Raja. Nada bicaranya santai tapi seakan mengintimidasi.

Ruby hanya mengangguk pelan dan sulit untuk mengeluarkan kata-kata. Hatinya merasa takut bahkan untuk sekedar bertanya, kharisma yang dimiliki sang raja membuat hatinya gemetar.

Setelah menyampaikan hal tersebut, sang raja pun pergi meninggalkan Ruby. Tidak lama kemudian, semua pelayan membawa Ruby untuk pergi ke kerajaan Lion tempat Pangeran Alzan berada.

"Ah sial kenapa, orang itu seperti ini pada putrinya sendiri. Jika aku jauh darinya, aku akan melatih tubuh ini agar tidak takut lagi padanya."

Ruby berkata di dalam hatinya, saat ini ia sudah berada di kereta kuda. Ia benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh keluarganya tersebut, pernikahan itu diluar dugaannya yang sempat berpikir hanya menjalani pengasingan saja.

Pernikahan berjalan dengan sederhana, tanpa adanya tamu dari kerajaan manapun. Hanya pihak keluarga kerajaan saja yang hadir di sana. Setelah selesai melakukan ritual pernikahan, Ruby di bawa ke kamar pengantin. Jantungnya berdegup kencang, tidak tahu lagi harus berbuat apa. Hati Ruby merasa tidak tenang, hingga akhirnya Pangeran datang menggunakan tandu dibantu oleh dua orang pengawal yang mengangkatnya duduk di ranjang.

Ekor mata Ruby melirik iba pada Pangeran Alzan. Betapa menyedihkannya kondisi sang pangeran yang kini menjadi suaminya, Ruby tidak mampu lagi untuk sekadar berkata-kata.

"Putri, akhirnya kita bisa bersama," kata Pangeran Alzan, pria itu menyunggingkan senyum lebar.

"Tunggu dulu, Pangeran tidak butakan?" tanya Ruby, ia merasa heran kenapa dia tidak bisa membedakan Ruby dengan Kakaknya. Walau Ruby belum tahu siapa sosok kakaknya tersebut, tapi Ruby yakin kalau wajah anak raja yang lainnya pasti berbeda.

Apalagi dia menikah dengan pangeran Azlan yang berasal dari kerajaan Lion, sedang Ruby dari kerajaan teratai menggantikan Kakaknya, tentunya mereka belum pernah bertemu sama sekali. Mendengar ucapan Pangeran Azlan yang seakan akrab, membuat Ruby bingung.

"Kau menghinaku!" bentak Pangeran Alzan marah.

"Tidak, aku tidak bermaksud menghina. Coba lihat aku baik-baik," pinta Ruby pada Pangeran. Karena tahu jika dia menggantikan kakaknya untuk menikah yang seharusnya Pangeran tahu dan sadar siapa dia.

Pangeran Alzan diam menatap Ruby dalam waktu lama, sebenarnya Pangeran juga sudah merasa ragu. Jika dia bukanlah Putri Alinza yang dijodohkan dengannya, padahal Pangeran menginginkan Putri pertama dari kerajaan teratai tersebut untuk menjadi istrinya.

Tapi melihat sikap Ruby dihadapannya, jelas dia bingung tidak mungkin dia menikah dengan Putri kedua dari kerajaan tersebut. Sebab yang ia dengar, putri kedua terkenal bodoh dan jelek, bahkan takut pada orang lain. Ia bahkan dikabarkan memiliki penyakit mematikan hingga tidak pernah keluar dari kerajaan.

"Siapa Kau?" tanya Pangeran Alzan.

Mata pria itu menyelidik tajam, karena seingatnya Putri Alinza terkenal dengan lemah lembut baik hati, Pangeran sengaja menjadikannya istri karena kekurangannya tersebut dan berharap putri bisa membantunya serta melengkapi kehidupannya. Pangeran Alzan berpikir wanita seperti Putri Alinza, pastilah memiliki hati yang sangat luas untuk menerima kekurangannya.

Pangeran Alzan juga tahu, Ruby yang terkenal dengan Putri jelek, karena sangat takut dengan manusia itu membuat Raja sangat marah kepada putrinya tersebut. Sehingga mengurungnya di ruangan yang jauh dari istana dan menganggapnya sebagai aib keluarga, tapi berita itu sudah begitu menyebar hingga semua kerajaan tahu seperti apa Putri Ruby.

"Ya ampun, kau bahkan tidak tahu jika menikah dengan orang lain," kata Ruby bangkit dan mencopot riasannya sendiri, tidak mungkin Pangeran yang lumpuh itu mau membantunya.

Seakan bebas dari kerajaan nya yang dulu, tanpa bayangan Ayah yang menyebalkan dan sosok Kakak yang tidak pernah baik pada nya. Jadi jelas hal itu membuat Ruby bertingkah semuanya sendiri.

Ruby bertingkah semaunya sendiri di ruangan tersebut, apalagi di dalam kamar itu hanya ada mereka berdua. Ruby mencari baju untuk mengganti gaun pengantin, pakaian itu benar-benar tidak nyaman dikenakan olehnya. Ruby membuka lemari dan tidak menemukan baju wanita di sana, Ruby memutuskan memakai baju milik pangeran yang paling sederhana yang biasa digunakan untuk tidur.

Melihat apa yang dilakukan oleh Ruby, Pangeran hanya bisa menatapnya karena dia sendiri juga tidak bisa bangun apalagi menegurnya. Seperti orang lain yang tidak memancarkan perilaku seorang putri, Ruby bertindak seenaknya dan menganggap tempat itu sebagai kamar sendiri. Pangeran Alzan hanya menggeleng tak berdaya dengan ulah wanita yang baru dinikahinya. Sekarang, ia semakin sadar bahwa yang dinikahinya bukanlah Putri Alinza wanita idamannya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Pangeran Alzan melihat Ruby sudah selesai berganti pakaian.

"Aku Ruby," jawabannya sambil mengabaikan Pangeran dan Ruby masih sibuk menghapus make up tebalnya hingga membuat ia mirip orang lain.

"Tidak mungkin kau putri jelek itu, yang bahkan takut dengan orang,?" tanya Pangeran Alzan, melihat seorang wanita yang bahkan tidak ia kenal sebelumnya.

Tapi rumor tentang Putri Ruby jelas sudah didengar oleh Pangeran, tak percaya melihat wanita itu yang jauh dan berbeda dengan apa yang dia katakan. Pangeran masih tidak percaya dengan hal itu, karena wanita yang ada di depannya begitu lincah, hingga membuat dirinya pun tidak percaya dengan kabar burung diluaran sana, yang mengatakan Putri Ruby yang buruk rupa dan penyakitan.

Setelah selesai menghapus riasannya, Ruby merasa mukanya pun menjadi lebih ringan daripada sebelumnya. Saat melihat wajah Ruby tanpa riasan, hal itu membuat Pangeran terpana dengan wajah putih bersih dan manis yang ada di hadapannya. Pangeran Alzan menatap Ruby sampai tidak berkedip.

“Kenapa menatapku, tenang saja aku tidak akan melukaimu.”

Ruby yang berjalan dan duduk di dekat Pangeran hanya untuk memastikan, Pangeran itu benar-benar lumpuh apa tidak, ia yang menatapnya dengan kasih sosok yang ada di hadapannya itu seakan tidak percaya jika sang Ayah tega melakukan semua itu.

“Mana ada ayah yang menikahkan putrinya dengan Pangeran yang cacat, sungguh tragis nasibku,” batin Ruby yang masih belum terbiasa dengan suasana di tempat baru.

Pangeran Alzan masih diam menatap Ruby, dia terpesona pada wanita yang ada di hadapannya. Banyak pertanyaan yang membuat Pangeran tidak percaya dengan perkataan Ruby.

"Kau tidak perlu berbohong padaku, katakan dengan jujur siapa kau sebenarnya?" tanya Pangeran Alzan lagi yang tidak percaya jika wanita di hadapannya itu adalah putri Ruby.

"Aku Putri Ruby dari kerajaan Teratai, adik dari putri Alinza yang akan kau nikahi itu. Apa kau kecewa tidak bisa menikah dengan Alinza?" tanya Ruby

Pangeran memalingkan wajahnya, saat Ruby mendekatinya karena penasaran dengan tangan kiri Pangeran yang tidak bisa digerakkan sama sekali.

"Tanganmu juga lumpuh?" tanya Ruby lagi tak percaya dengan pangeran yang ada di hadapannya ini.

"Kau tidak perlu menghinaku seperti itu, seharusnya kau sudah tahu bagaimana kondisiku, jadi kau tidak perlu berbohong padaku," kata Pangeran Alzan yang tidak suka dengan orang lain yang menanyakan kelemahannya.

"Aku tidak menghinamu, aku bertanya bagaimana kondisi suamiku sekarang ini, aku harus tahu kan?" tanya Ruby, sudut bibirnya terangkat sebelah.

"Harusnya kau sudah tahu dan tidak perlu berpura-pura. Tidak perlu mengatakan hal itu, karena menyinggung perasaanku," kata Pangeran, pria itu melirik tajam pada Ruby. "Siapa kau sebenarnya?" lanjutnya.

"Aku sudah mengatakan untuk yang ketiga kalinya, bahwa aku Putri Ruby. Ingat dengan jelas namaku, agar kau tidak bertanya lagi Aku adalah Putri Ruby," jawab Ruby kesal.

"Kau bohong," kata Pangeran Alzan, membuat Ruby makin kesal dibuatnya.

"Aku tidak bohong, apa Pangeran ingin aku berubah jadi Alinza? Jangan mimpi," kata Ruby merasa jika ia benar-benar sudah jujur.

"Sudah lah, aku akan menyelidiki mu," kata Pangeran Alzan.

Keraguan dalam hati Pangeran membuat bertekad untuk mencari tahu siapa Putri Ruby sebenarnya. Sebab, apa yang diceritakan oleh mereka, faktanya sangat jauh dari yang dilihatnya sekarang. Mata Pangeran Alzan masih menatap tajam pada Ruby, perasaannya tidak karuan antara kagum akan kecantikan yang dimiliki wanita dan benci karena sudah menggantikan posisi Putri Alinza.

"Selidiki saja aku tidak takut padamu, sekarang saja aku bisa dengan mudah membunuhmu,” kata Ruby yang kesal.

Ruby tak sadar jika di kamar itu jelas tidak hanya ada mereka berdua. Pangeran selalu dilindungi oleh pengawal bayangan, yang selalu siap untuk melindunginya.Saat Pengawal bayangan itu ingin bergerak menyerang Ruby, Pangeran Alzan memberikan kode untuk berhenti dan tidak boleh menyerang wanita yang kini ada di sampingnya.

“Kenapa kau diam apa kau takut padaku?” tanya Ruby yang senang bisa mengancam seorang Pangeran lumpuh.

Apalagi kalau ingat perkataan Ayahnya jika ia akan menggantikan Kakaknya yang jelas membuat Ruby merasa kesal, dari perlakuan keluarga kerajaan jelas Putri Ruby yang asli sudah banyak menderita.

“Jaga ucapanmu, apa kau senang mengancam suamimu.”

Pangeran Azlan hanya bisa menatap Ruby dengan tak mengerti, melihat sosok asing yang bahkan memiliki keberanian untuk mengancam suaminya sendiri yang merupakan putra mahkota, seperti tidak ada rasa takut sama sekali

“Hah, suami? sejak kapan? padahal sedari tadi jelas kau mencurigaiku dan tidak kenal denganku,” kata Ruby yang masih merasa kesal.

Saat tahu jika Pangeran mengharapkan menikah dengan Putri Alinza bukan dengan dirinya. Ruby yang teringat kembali dengan Permintaan pemilik tubuh asli yang meminta dirinya untuk membalaskan dendam pada keluarganya, jelas membuat Ruby terbebani karena belum menemukan cara untuk dapat membalas dendam.

“Apa kau bodoh, baru saja kau menganti gaun pengantinmu kau sudah lupa, jika kau bukan istriku aku sudah menyuruh pengawal untuk menyeretmu keluar,” kata Pangeran Azlan dibuat kesal oleh Ruby.

“Benarkah, aku takut,” kata Ruby sengaja bersikap tak berdaya.

“Kau tahu kan dengan siapa kau menikah harusnya kau paham dan tidak membuat ulah,” kata Pangeran memebuat Ruby terdiam.

Ruby baru sadar jika ia menikah dengan putra mahkota yang jelas, meski ia lumpuh pasti dia memiliki kekuatan di kerajaan.

”Apa kau meminta bantuannya saja untuk balas dendam?” batin Ruby.

Ruby yang sadar jika dirinya tidak memiliki dukungan, sedangkan ia harus balas dendam. Jadi hal itu jelas membuat Ruby ingin memanfaatkan Pangeran Azlan.

“Aku memiliki permintaan padamu. Aku akan menyembuhkanmu, jika kau mau berjanji untuk membentuk membalaskan dendam kepada sang Raja. Raja sudah membawaku dan menipumu dengan menukar kakakku," kata Ruby langsung melontarkan ucapan untuk bekerjasama dengan pangeran.

"Jelas tanpa di minta saja, aku akan menyerang kerajaan mu," jawan Pangeran Alzan yang sudah memiliki rencana untuk menyerang Kerajaan Teratai karena sudah membohonginya.

Tapi Pangeran tidak percaya jika Ruby bisa menyembuhkan dirinya, apalagi sedari tadi Ruby terlihat tidak seperti orang yang memiliki kekuatan. Ditambah tingkahnya juga tidak elegan dan menunjukkan keturunan seorang bangsawan.

"Aku setuju, jadi kau mau sembuh tidak?" tanya Ruby lagi meyakinkan Pangeran.

"Jangan memberi harapan palsu," jawab Pangeran Alzan, yang masih tidak percaya dengan semua perkataan Ruby.

Ruby menghela nafas panjang, ia sendiri belum tahu bagaimana caranya menggunakan kekuatan dalam tubuh Putri Ruby yang asli. Sebab, otak logisnya berpikir bahwa tidak mungkin hanya meneteskan darah saja bisa menyembuhkan orang. Ruby diam sambil berpikir untuk meyakinkan Pangeran untuk percaya padanya.

"Kau masih memiliki kekuasaan bukan di kerajaan ini, jadi aku ingin menyerang kerajaan teratai dan mengajaknya perang," kata Ruby yang masih duduk di kaki Pangeran dan bahkan tidak beranjak pergi dari sana.

"Jelas saja aku masih memiliki kekuasaan di kerajaan ini. Aku sedang merencanakan penyerangan, ada kendala kecil yang sebenarnya kau tidak perlu tahu," kata Pangeran Alzan.

"Kendala apa? Aku ini istrimu, katakan saja padaku, Pangeran." Ruby memaksa, Hatinya tidak bisa menerima jika Pangeran Alzan tidak mau menyerang kerajaan Teratai.

Pangeran Alzan masih diam tidak menjawab, sebetulnya pernikahan ini hanyalah alasan untuk melakukan perang dengan kerajaan teratai. Namun, Pangeran Alzan yang memahami politik, tidak mau bertindak sembarangan. Apalagi menyerang tanpa alasan yang jelas, tentu saja hal itu akan meruntuhkan citra baiknya yang selama ini dijaga.

Selain strategi yang masih belum matang, Pangeran Alzan juga mendapat penolakan dari Pamannya yang mengatakan bahwa ia belum bisa memulai peperangan, karena kekurangan yang dimilikinya. Di sisi lain Pangeran juga memahami bahwa ada niat terselubung dari sang Paman, desas desus ingin menggulingkan kekuasaannya sudah sampai ke telinganya.

Namun, karena ikatan baik keluarga kerajaan. Pangeran masih mencoba percaya pada sang paman. Saat ini Pangeran mempunyai rencana untuk memperluas wilayah kekuasaannya, termasuk menaklukkan kerajaan Teratai. Dirinya yang tidak mendapatkan dukungan dan malah mendapatkan sebuah isu penghianatan, jelas membuat Pangeran marah.

Tapi dengan adanya Ruby di sana, membuat Pangeran pun bertanya, jika memang benar dia adalah sang putri yang terbuang. Ia pun bisa memanfaatkan situasi tersebut, walaupun dia tidak seperti putri yang diceritakan. Tapi sebelum itu Pangeran ingin menyelidiki dulu siapa wanita yang menikah dengan dirinya sekarang yang benar-benar jauh berbeda dari kenyataan.

"Pangeran, kenapa anda diam saja?" tanya Ruby.

"Aku akan pikirkan kerjasama kita nantinya. Tapi, setelah aku tahu siapa kau sebenarnya dan kau bisa membuktikan. Bahwa memang kau bisa menyembuhkan kelumpuhan ku," jawab Pangeran Alzan.

"Syukurlah kalau begitu, jadi sekarang aku tenang, karena bisa meminta bantuanmu," sahut Ruby tersenyum lebar.

"Ya, tapi aku katakan sejak awal. Kau jangan besar kepala dulu," kata Pangeran Alzan.

Ruby tersenyum tipis, ia kemudian bangkit dari duduknya." Pangeran membutuhkan bantuanku atau tidak? Pangeran butuh ganti baju, tidak mungkin kan, menggunakan baju pengantin seperti itu?" tanya Ruby dengan lemah lembut, menanyakan apa ada yang butuh dibantu kepada pangeran. Karena merasa jika Pangeran dalam posisi yang benar-benar tidak nyaman.

Kecurigaan Pangeran

"Tidak perlu," kata Pangeran Alzan menjawab kesal.

Pangeran Alzan benar-benar dibuat Kesal oleh tingkah laku dari Ruby yang sedari tadi menawarkan bantuan. Pangeran merasa terhina dengan bantuan tersebut, apalagi wanita yang ada di hadapannya ini yang belum dipercaya oleh pangeran dan merasa jika wanita itu adalah pembohong.

"Lalu malam pertama kita bagaimana?" tanya Ruby yang sangat senang melihat Pangeran Alzan kesal terhadap dirinya.

Ruby tahu dan sadar jika Pangeran tidak menyukai dirinya dan bahkan kesal dengan segala tindakannya, dia pun curiga terhadap dirinya. Hal itu membuat Ruby pun menggoda Pangeran dan senang membuat Pangeran kesal.

"Pergi kau menjauh dariku, tidak perlu kau dekat-dekat dengan ku," kata pangeran yang mana masih belum percaya pada Ruby jika melihat dari kecantikannya Pangeran memang merasa sangat tertarik tapi kalau melihat dari siapa dia yang sebenarnya tidak sempat Pangeran tidak percaya dengan kata-kata dari Sang Putri.

"Baiklah jika kau tidak mau dibantu oleh aku maka aku akan tidur," kata Ruby yang kembali ke tempat dan tidur di samping pangeran.

Pangeran melihat tingkah Ruby benar-benar di luar dugaan, yang sangat berani seperti itu mana ada putri Raja, memiliki keberanian seperti itu dan bahkan tidak tahu malu.

Wajah Pangeran Alzan memerah saat Ruby menanyakan tentang malam pertama.

"Bisa-bisanya seorang wanita menanyakan hal itu padaku," batin Pangeran Alzan yang masih duduk dan berusaha untuk berbaring.

Melihat Pangeran yang kesulitan Ruby segera bangun dan ingin membantunya.

Tapi Pangeran melarang Ruby melakukan hal itu, hingga Pangeran memanggil pelayan untuk membantunya dengan lonceng yang disimpan di dalam jubahnya.

Dua orang pelayan pun langsung datang setelah pengaruh membunyikan lonceng tersebut dan membantu Pangeran untuk berganti pakaian dan juga membantu Pangeran kembali.

Melihat hal itu membuat Ruby memperhatikan betapa repotnya orang-orang itu, padahal tinggal bilang iya saja sangat sulit.

"Dasar Pangeran keras kepala," batin Ruby kesal.

Malam penuh kewaspadaan Ruby, tidur cepat karena lelah. Pangeran menyuruh orang kepercayaannya untuk menyelidiki tentang Putri Ruby  yang sebenarnya dan meminta laporan itu secepat mungkin. Ia ingin mendapatkan laporannya pagi hari. 

Saat Ruby tertidur lelap, Pangeran Alzan pun tidak bisa tidur sama sekali. Kenyataan bahwa dirinya telah ditipu oleh Raja dari kerajaan Teratai dan tidak mendapatkan gadis impiannya membuat kepala Pangeran Alzan pusing. Hatinya harap-harap cemas sambil menunggu pagi, Pangeran Alzan gelisah masih menunggu informasi jelas tentang Putri Ruby.

Sepanjang malam Pangeran Alzan tidak bisa memejamkan matanya, sampai orang kepercayaannya datang membawa kabar yang sangat ia tunggu. Ternyata memang benar, orang yang menikah dengan pangeran adalah Putri Ruby yang selama ini diasingkan.

Mendengar hal itu, Pangeran makin tidak percaya jika Sang Putri memiliki kekuatan seperti yang dikatakannya kemarin. Ia juga berpikir, untuk apa sang raja menyembunyikan Putri, padahal Sang Putri terlihat begitu cerdik dan juga lincah, jauh dari kata jelek dan bahkan lebih cerdik dari dugaan Pangeran.

"Pangeran sudah menyelidiki ku?" tanya Ruby yang baru bangun dari tidurnya dan meluruskan punggungnya.

"Kau baru bangun tidur dan beraninya langsung bertanya padaku?" sahut Pangeran Alzan.

"Ahh, kalau begitu sebaiknya aku mandi saja," kata Ruby sambil menggeliat manja.

"Kamar mandi di sana, jangan lupa tutup pintu. Jangan sampai urat malu mu putus!" seru Pangeran, meski kesal pria itu tetap bersikap baik pada Ruby.

Ruby tidak peduli dengan perkataan Pangeran Alzan, dengan santainya ia bangun dari tidur dan segera mandi. Setelah selesai mandi Ruby mencari baju, ia lupa sejak kemarin dirinya memakai baju Sang Pangeran.

"Apa di istana ini tidak memiliki baju wanita? Pangeran, kenapa sampai sekarang masih belum menyediakan baju untukku? Bagaimana aku bisa berpakaian?" tanya Ruby yang hanya menggunakan handuk dan sedang sibuk mencari baju.

"Kau ini," kata Pangeran menarik nafas kesal.

"Pakai bajuku saja seperti semalam, aku akan menyuruh orang menyiapkan baju untukmu," kata Pangeran Alzan mendengus kesal."Kau benar-benar seperti putri yang dibuang saja," sambungannya.

Sontak Ruby menoleh dan menatap tajam pada Pangeran Alzan."Memang benar aku Putri yang dibuang. Apa kau merasa kecewa sudah menikahiku?"  tanyanya.

Tidak enak hati melihat wajah Ruby yang bersedih, Pangeran Alzan memilih diam tidak menjawab. Mau bagaimanapun dirinya berkeras hati, nasibnya dan Ruby tetap sama yaitu terasingkan. Juga diperlakukan berbeda, meski mereka memiliki kekuasaan sebagai anggota kerajaan.  

Pangeran Alzan memanggil seorang pelayan dan meminta pakaian juga keperluan Ruby. Tak berapa lama pelayan pun datang membawa baju untuk Ruby. Gadis itu sangat senang melihat pakaian mewah yang ada di hadapannya, sesuatu yang belum pernah ia dapatkan dan rasakan.

.

"Kau ini menganggapku apa dari kemarin? Kau mau ganti baju di depanku, apa kau tidak malu sama sekali?" tanya Pangeran dengan nada sinis.

"Aku menganggap Pangeran itu adalah suamiku. Jadi, tidak masalah jika aku berganti baju di depan Pangeran," jawab Ruby dengan berani, ia tahu pangeran yang  kepadanya dan tidak mungkin menggodanya. 

Ruby berpikir bahwa ia tidak memiliki perasaan apapun pada Pangeran dan pria itu tidak mungkin tertarik padanya. Ia hanya ingin membantu Pangeran, agar bisa berjalan dan bisa membantunya untuk membalas dendam. Tapi Ruby masih kesulitan dengan keras kepala pangeran, yang tidak mau menerima bantuan darinya sedikitpun, hingga membuat Ruby bingung ingin melakukan apa.

"Tugasku apa? aku sudah rapi?" tanya Ruby pada Pangeran dan mendekati Pangeran dan duduk di samping Pangeran sambil menatapnya sedang menuliskan sesuatu.

"Tidak ada, bersantailah, aku tidak membutuhkanmu," jawab Pangeran.

"Serius, aku ingin menyembuhkanmu," kata Ruby membuat Pangeran tidak merespon apapun.

Ruby melihat Pangeran dan mendekatinya, merasa tidak dibutuhkan bahkan sudah berulang kali menawarkan bantuan membuat Ruby ingin keluar dari kamar.

"Jangan keluar, aku penasaran kenapa kau selalu bilang ingin menyembuhkan?" tanya Pangeran Alzan penasaran.

"Karena aku bisa, itu kalau kau percaya," jawab Ruby lagi mengabaikan Pangeran dan mencoba mencari bacaan yang ada di kamar karena Pangeran Alzan melarang untuk keluar.

Waktu berjalan begitu cepat, hingga siang hari dan Ruby masih berada di dalam ruangan. Ruby memanfaatkan waktu dengan membaca di sana, ruangan itu benar-benar luas bahkan makanan pun bisa diantar ke sana.

Walaupun Ruby tidak keluar, ia tidak merasa bosan karena membaca buku yang ada di sana dan  bersantai. Pangeran hanya duduk diam di meja tempatnya bekerja, memeriksa dokumen apa yang sedang diteliti. Pelayan bergantian masuk ketika Pangeran membutuhkan sesuatu.

“Menyebalkan sekali bahkan aku tidak melakukan apapun di sini,” keluh Ruby yang sudah mulai bosan.

Ruby tidak mengerti sama sekali kenapa Pangeran tidak mengizinkannya untuk melihat istana. Padahal saat ini seharusnya Pangeran memperkenalkan lagi dirinya pada semua penghuni istana  bahwa dia adalah permaisuri. Semakin ia berpikir serius semakin ia merasa curiga dengan Pangeran yang terus melarangnya untuk keluar.

"Aku bosan," keluh Ruby.

"Batu aku bangun, aku ingin istirahat sebentar karena aku belum tidur semalam," kata Pangeran.

Ruby bangkit lalu membantu Pangeran pindah dari meja kerja ke tempat tidur. Tubuh pangeran begitu berat, hingga membuat Ruby kelelahan menopang tubuh pria itu. Meski akhirnya Ruby bisa menempatkan Pangeran ke ranjang dengan posisi yang nyaman. Ruby duduk di samping Pangeran, ditatapnya pria itu lekat, Ruby berpikir ingin segera mencari cara menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan Pangeran.

"Aku akan menyembuhkanmu, aku tidak bisa melihatmu seperti ini," kata Ruby lalu bangkit dari tempat duduknya. 

Pangeran memperhatikan Ruby yang berkata demikian. Entah apa yang akan dilakukan oleh Ruby dengan ingin menyembuhkannya. Sebenarnya Pangeran juga ingin tahu sekaligus heran dengan kata-kata Ruby yang terus diulang.

Ruby bangkit dan mengambil pisau kecil yang ada di meja dan menyayat tangannya lalu memasukkan darah ke dalam gelas. Pangeran sangat kaget melihat apa yang dilakukan oleh Ruby, karena hal itu benar-benar jauh di luar dugaannya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Pangeran khawatir dan juga panik dengan apa yang sedang dilakukan oleh sang putri. Segera saja Pangeran memanggil Pengawal untuk mencegah Ruby.

“Pengawal!” seru Pangeran.

Dengan cepat dua orang Pengawal Bayangan langsung mencegah apa yang dilakukan oleh Ruby. Jelas hal itu membuat Ruby tidak bisa melakukan apa yang ia inginkan dan ia pun gagal.

“Cob kemarikan tanganmu,” kata Pangeran Azlan  yang melihat ela Ruby menyayat Tangannya meski belum ada darah yang menetes, tapi terlihat jelas di pisau yang digunakan oleh Ruby masih ada bekas darahnya.

“Aku tidak apa-apa jangan berlebihan,” kata Ruby menunjukan tangannya yang tidak ada luka sama sekali.

Pangeran yang memberikan kode pada kedua Pengawalnya itu pun dimengerti dan dua orang pengawal itu langsung pergi.

Ruby yang makin berpikir keras, karena tahu bisa saja dia dianggap gila, dan dikurung di ruang rahasia seperti apa yang dilakukan oleh keluarganya. Hal itu membuat nya pun berpikir keras mencari cara, agar Ruby bisa menyembuhkan Pangeran, tanpa di cugai.

“Sepertinya ini akan sulit, bagaimana cara ku menyembuhkannya. Kalau dia tidak percaya jika darahku bisa menyembuhkan segala penyakit. Bahkan luka sayat sekalipun,” batin Ruby yang makin kesulitan setelah Melihat Pangeran makin mencurigainya.

“Coba ambil pisau itu,” kata Pangeran Azlan yang jelas melihat noda darah.

Dengan cepat ruby mengambilnya dan menghilangkan Noda darah itu dengan  kain secara diam-diam.

“Aku hanya bercanda, tidak ada yang terluka dan di sini tidak ada darah,” kata Ruby memperlihatkan pisau itu.

Pangeran Azlan yang masih tak percaya dan masih bingung dengan apa yang sebenarnya Ruby lakukan, Ruby yang terus merengek ingin menyembuhkannya dan bahkan sampai mengancam menggunakan Pisau untuk Bunuh diri.

“Apa yang sebenarnya Putri Ruby lakukan, aku makin tidak mengerti dengan sikapnya,” batin Pangeran Azlan yang semakin menambah kecurigaan.

“Jangan pernah lakukan hal seperti itu lagi, jika kau bosan mari kita keluar,” kata Pangeran Azlan yang pada akhirnya membawa Ruby berjalan-jalan ke luar.

Pangeran Azlan yang masih curiga dengan Ruby dan khawatir jika Ruby akan membuat kekacauan di istana, apalagi data yang ia dapat dari pengawal, berbeda jauh dengan Ruby yang ada di hadapannya. Maka dari itu, pangeran masih tidak yakin jika Putri Ruby merupakan Putri kedua kerajaan Teratai yang merupakan Adik dari Putri Alinza.

“Bagaimana caranya bukanya kau tidak bisa berjalan?” tanya Ruby bingung.

Ruby melihat kaki Pangeran dan menatap dengan heran, bagaimana caranya Pangeran lumpuh mengajaknya berjalan-jalan

“Menggunakan kursi roda,” kata Pangeran Azlan yang menunjuk kursi yang terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan Roda.

“Waw, kreatif sekali, aku kira kursi roda yang sama dengan di rumah sakit. Tapi ini berbeda ternyata,” batin Ruby yang hanya bisa merasa heran.

Seketika itu Pangeran Azlan memanggil dua orang pelayan untuk membantunya dan sekarang benar-benar sudah duduk di kursi Roda.

Ruby yang sudah biasa dengan pemandangan itu, hanya bisa melihat. Ia yang sebenarnya merasa kesal kenapa pangeran tidak mau dia sembukan padahal berdiri saja tidak bisa. Ia yang hanya bisa menatap dengan miris Pangeran Azlan yang ada di hadapannya itu.

“Aku yang mendorongmu?” tanya Ruby melihat Pangeran yang sudah siap duduk di kursi Rodanya.

“Itu jika kau mau,” jawab Pangeran Azlan dengan santai seperti tidak mengharapkan Ruby mau membantunya.

Ruby yang sebenarnya kesal dengan pemandangan itu, tapi jelas ia tidak bisa membiarkan Pangeran keluar dengan Pelayan, jika dia memiliki istri. Jadi elas hal itu membuat Ruby memutuskan untuk membantu mendorong kursi roda Pangeran.

“Merepotkan,” keluh Ruby dengan suara pelan.

“Apa katamu?” tanya Pangeran Azlan yang mendengar itu dan merasa kesal juga saat Ruby terus mengeluh.

Padahal tindakan Ruby juga terlihat aneh, dan tidak mencerminkan seorang Putri sama sekali, Pangeran yang masih mencoba untuk menyelidikinya terus, yang jelas ia tidak percaya dengan semua perkataan Ruby, yang semakin hari semakin aneh. 

Apalagi tindakan nya yang barusan ia lakukan juga terlihat begitu ekstrim, sehingga membuat Pageran khawatir. Untung saja Ruby tidak terluka, jika sampai Ruby terluka pangeran Azlan bisa saja menyalahkan Ruby atas tindakannya cerobohnya itu.

“Aku tidak berkata apa-apa. Aku hanya bilang biar aku saja yang mendorong kursi roda mu, agar kita bisa berjalan-jalan bersama. Untuk memperlihatkan jika kita pasangan serasi,” ata Ruby yang jelas bukan perkataannya yang sesungguhnya.

“Jangan sembarangan, bahkan aku yang tertipu oleh ayahmu, dilihat dari mana pun kita tidak serasi, dan aku bisa saja menyerang kerajaanmu karena sudah melakukan penipuan,” kesal Pangeran Azlan.

“Benarkah, ayo kita serang bersama,” kata Ruby bersemangat.

Pangeran yang memandang Ruby dengan tajam, merasa heran dan tak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Ruby yang selalu saja membuat Pasangan merasa aneh dengan sikapnya itu. Mana ada seorang Putri yang bersemangat saat erjaan akan di serang.

Setelah pelayan membantu Pangeran akhirnya Ruby bisa keluar dari kamar, walau harus mendorong Pangeran Azlan yang merepotkan. Tapi setidaknya ia tidak terus berada di kamar.

Sedari awal ia sampai di sana Ruby ingin sekali melihat istana itu dan ingin tahu bagaimana istana kerajaan pada Zaman dulu, karena ia yang berasa dari dunia modern tetu sangat tertarik dengan bangunan kuno yang sudah tidak bisa dilihat  di zamannya.

“Yes, akhirnya aku bisa keluar dan berjalan-jalan, meski bersama pangeran lumpuh ini,” batin Ruby senang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!