NovelToon NovelToon

Ayah Anakku Kakak Kekasihku

Bab 1

Praaang, terdengar suara pecah di ruangan rumah tua itu, entah apa yang di lemparkan oleh pria yang menyekap Sabrina, suara itu sontak membuat Sabrina kian ketakutan, keringat dingin mulai membasahi badannya.

Saat ini matanya ditutup dengan kain, tangannya diikat beserta dengan kakinya, dengan menggunakan tali, dari tambang.

Sabrina menggeliatkan badannya, ke sana kemari, berusaha melepaskan dirinya, tiba-tiba sebuah tamparan hinggap di pipinya, yang putih mulus itu. Plaaak, keras, terasa sangat sakit, seketika wajah Sabrina langsung memerah, karenanya. Sabrina merintih kesakitan.

" Aduuuh, tolong lepaskan aku!" pria itu hanya diam.

"Siapa kau, kenapa menyekap ku, kau disuruh, sehingga dari tadi kau tak berani mengeluarkan suara sedikitpun, katakan siapa yang menyuruhmu?" tidak ada jawaban. Justru tiba-tiba sebuah tinju mendarat telak, di perutnya. Sabrina menjerit.

"sakiiit, kumohon ampuni aku, lepaskan aku!" lagi-lagi bukan di lepaskan dan pengampunan, malah siksaan yang bertubi-tubi, yang Sabrina dapatkan.

Sebuah ikat pinggang, dibuka dari celana pria itu, kemudian dengan tanpa belas kasih sedikitpun, pria itu mencambuknya, suara teriakan akibat rasa sakit yang menderanya, Sabrina mencoba berteriak minta tolong, tapi alhasil, sia-sia belaka.

Pria itu menarik leher Sabrina dengan ikat pinggang itu, sangat kuat, sampai Sabrina tercekik. Sungguh Sabrina tak mampu berbuat apa-apa, akhirnya iapun terkulai tak berdaya, pingsan.

Aneh, sangat aneh, melihat Sabrina menderita dengan siksaannya, bukannya menjadi kan pria itu merasa kasian, justru nafsu birahinya memuncak, memenuhi hasrat ke lelaki an nya, di pandangi nya wajah cantik Sabrina, dengan kasar, diciumnya bibir ranum itu. Dengan semakin brutal di jamah nya seluruh bagian tubuh Sabrina.

Kreeek ....

Kreeek ....

Suara baju Sabrina yang koyak, di tarik paksa oleh pria biadab itu, tampak dua buah gunung kembar yang menonjol, membuat pria itu menelan saliva nya.

Setelah beberapa jam, puas dengan petualangannya, pria itu telah berhasil membuat tubuh Sabrina, polos tanpa sehelai benangpun, dengan nafsu kian membuncah, pria itu menanggalkan celananya, dan menyalurkan hasrat nya pada Sabrina, terkoyak sudah kesucian Sabrina, darah mengalir, menandakan bahwa mahkotanya telah Hilang. Sabrina sadar dari pingsannya, merasakan ada yang sakit yang teramat sangat, diarea kewanitaannya.

"Kau apakan aku ... kau bajingan!" tak ada suara lagi.

Kemana pria itu, ya, ternyata pria brengsek itu, telah meninggalkan Sabrina begitu saja, meninggalkan tanpa jejak sedikit pun.

Hik ... hik ... Sabrina menangis, menyesali nasibnya yang begitu malang. Tangannya melepaskan tutup kain di wajahnya. Namun setelah melepas tutup kain itu, masih terasa sangat gelap, tak terlihat sama sekali, beberapa kali Sabrina mengucek matanya, sama ... masih gelap.

"Tuhan ... apa yang terjadi denganku?"

"Apakah aku buta?" tangisnya kian pecah, diraba-raba nya bagian tubuhnya, terasa tak memakai apa-apa, jiwanya terasa kian terguncang, Sabrina mencari sesuatu yang bisa menutupi badannya, lama, tapi akhirnya, ia menemukan juga baju sobeknya, yang di lepas dengan paksa tadi. Kemudian meraba-raba kembali lantai yang ada di sekitarnya, iapun kembali menemukan, celananya, kemudian memakai nya.

Sabrina masih ingat, ketika pria itu memukul bagian matanya, saat sebelum datang di bawa ke rumah tua itu. Mungkin saat itulah Sabrina kehilangan penglihatannya.

Lalu sekarang, kemana Sabrina akan pergi, arah pun tak tahu, dia dimana, dia tak tahu. Yang ada hanya kegelapan.

Badannya terasa sakit tak terkira, bagai remuk, mungkin akibat dari siksaan yang telah ia alami barusan. Pencarian nya tidak sampai disitu, ia terus meraba-raba dengan tangan nya, perlahan iapun mencoba untuk berdiri, tapi alhasil, sia-sia belaka. Tubuhnya oleng dan terseok, akhirnya kemudian terjatuh tidak berdaya. Di cobanya berulang kali, namun ia masih merasa lemas, sampai akhirnya ia merasa putus asa, menangis penuh derita.

Bab 2

Lisa kelabakan, merasa tidak ada kabar dari Sabrina, sejak siang tadi, tak ada kabar, padahal, Sabrina hanya pamit untuk belanja keperluan dapur, semua sudah di hubungi nya.

"Mas, Pras!" Lisa meraih ponselnya, menghubungi nya, tak berapa lama, suara pun menyahut.

"Ada apa?"

"Mbak Brina ... sejak pagi belum pulang!"

"Memangnya, dia kemana?"

"Dia belanja menggantikan bik Sumi!"

"Terus belum ada kabarnya?"

"Itulah Mas, sejak tadi saya menghubungi nya tak bisa, diluar jangkauan, teman-teman nya pun tak ada yang tahu."

"Sekarang ... sudah akan magrib, apakah Brina tidak memakai memasang GPS di ponselnya?"

"Ya, mari kita cari!"

"Baiklah, aku akan jemput kamu, kita cari bersama!"

Sekitar setengah jam, Prasetya datang menjemput Lisa. Mereka berdua masuk dalam mobil mewah milik Prasetya. Menyusuri jalan, lokasi yang di tunjuk.

Tak jauh dari sebuah rumah tua, mobil itu berhenti, mereka berdua turun, mencari cari sesuatu yang mungkin bisa menjadi petunjuk keberadaan Sabrina, sebab mereka belum mengetahui bahwa ada rumah di sekitar itu, rumah itu di tutupi oleh semak-semak karena sudah berpuluh tahun tidak di huni.

"Mas, coba lihat, bukankah itu sebuah rumah, apakah mungkin, mbak Sabrina di culik?"

"Siapa yang menculik nya?"

"Kita sama-sama tidak tahu, mari kita ke rumah itu!" kata Lisa sambil menarik tangan Prasetya.

Prasetya mendorong pintu yang ada di hadapannya, perlahan pintu itu pun terbuka.

"Siapa di sana?" Prasetya dan Lisa sangat terkejut mendengar suara yang sangat dikenalnya itu.

Dengan segera Lisa berlari menghampiri Sabrina, didapati nya kakak tirinya itu dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Pakaian sobek dan terlihat sangat kotor. Rambutnya berantakan, pipinya lebam, dan ... ada noda merah didekat Sabrina duduk saat ini. "Apakah mbak Sabrina diperkosa?" batin Lisa.

"Mbak ... apa yang terjadi padamu?"

"Lisa ... apakah kau Lisa?"

"Iya Mbak ... lihatlah, aku Lisa!"

"Aku ...tak bisa melihat, aku ...." Sabrina menangis memeluk Lisa. Prasetya pun sangat terkejut mendengar nya.

"Kau tak bisa melihat?"

"Ada orang yang telah melecehkan aku dan menyiksa aku, aku tak tahu dia siapa."

Prasetya meraih tubuh Sabrina, membawa dalam pelukannya, tapi tak di sangka nya, Sabrina justru mendorong Prasetya, sampai hampir jatuh.

"Kenapa kau mendorongku?"

"Kau ... Mas Pras?"

"Iya, sayang ... ini aku, aku datang bersama Lisa, mencari mu!"

"Pergilah, aku kotor, aku tak pantas lagi bersama denganmu."

"Jangan katakan itu, aku tidak pernah menganggap mu kotor."

"Selain kotor, aku buta, apalah artinya diriku, tak ada gunanya aku hidup ...."

"Sabrina sayang ... maaf... maafkan aku, karena aku tak bisa menjaga mu, sungguh aku akan mencari laki-laki bejat itu, aku tak akan mengampuni nya."

"Ayo, kita bawa pulang, Mbak Sabrina pasti sudah sangat tersiksa."

Prasetya membopong tubuh Sabrina, membawanya masuk ke dalam mobilnya, Sabrina dan Lisa duduk di jok belakang, Lisa menenangkan Sabrina yang terus-menerus menangis histeris.

Sabrina merasa, masa depannya sudah hancur, tiada lagi yang bisa di harapkan dari sisa kehidupan nya, masa depannya sudah suram bersama terenggut nya kesuciannya.

Mahligai pernikahan yang akan di bina nya bersama Prasetya, telah kandas, karena menurut Sabrina, tak mungkin lagi Prasetya akan menikahinya, sedangkan ia sudah kotor, seperti saat ini.

Mereka telah sampai di kediaman Lisa dan keluarganya, Prasetya membawa Sabrina masuk ke dalam, menenangkannya, sampai akhirnya Sabrina tertidur, itu pun setelah Lisa mengganti seluruh pakaian Sabrina.

Bab3

Suara tawa terkekeh di telinga Sabrina, dan Sabrina mengenal suara itu milik siapa. Ibu tirinya, wanita itu merasa senang dengan apa yang terjadi padanya.

"Rasain, itu adalah karma kenapa ayah kamu ninggalin aku, kamu harus membayar semuanya."

"Mama ... jangan begitu, kasihan Kak Sabrina!"

"Kasihan ... setelah dia numpang gratis?"

Dulu sebelum ayah Sabrina pergi ke luar kota, bekerja sebagai kepala kontraktor bangunan, keluarga mereka baik-baik saja. Tapi setelah ayah Sabrina tidak pulang, tanpa kabar berita, hidup mereka berubah seratus delapan puluh derajat, Ibu tirinya yang dulu menyayangi nya sekarang menjadi seorang ibu yang begitu kejam.

Lisa lah, yang selalu membelanya, meskipun kadang harus bertentangan dengan ibu kandungnya sendiri.

Apalagi sekarang keadaan Sabrina sangat mengenaskan seperti saat sekarang ini. Beberapa kali ia berusaha berjalan dengan memakai tongkat, tapi mungkin karena belum terbiasa, Sabrina sering menjatuhkan barang-barang yang tidak sengaja tersentuh oleh nya. Tak bisa di hindari, banyak makian dan hinaan yang keluar dari mulut ibu tirinya.

"Lis, kamu bawa saja anak tak tahu di untung ini keluar dari rumah ini, dia hanya bisa menghabiskan barang-barang berharga ku saja."

"Ma, apa Mama lupa, rumah ini adalah rumah Mbak Brina, kalau sampai papa tahu Mama memperlakukan Mbak Sabrina dengan kasar, maka kita sendiri yang akan di usir dari rumah ini."

" Alah ... sudah mati mana bisa marah!"

Sabrina merinding mendengar jawaban Mama tirinya. Rasanya ia mau marah, tapi apalah daya, ia hanya mampu mendengus kesal. Tanpa menjawab atau melawan Mama tirinya itu.

"Ayo Mbak, kita pergi, nggak usah didengarkan, yang penting sekarang Mbak Brina sehat."

"Lisa ... Maafkan aku yang selalu merepotkan mu!"

"Aku tidak merasa direpotkan."

Lisa membimbing tangan Kakak nya, menuntun nya, masuk ke dalam kamar.

"Lisa ... aku ingin bertemu dengan Mas Pras, tolong telpon dia agar datang ke sini."

" Ya Mbak, sebentar!" Lisa menghubungi Prasetya Abraham Dirja, kekasih kakaknya.

Selang tak berapa lama, Prasetya pun datang, Lisa membawa Sabrina ke taman samping rumah mereka, Prasetya telah duduk disebuah bangku santai, menatap wajah kekasihnya, yang saat ini sudah berada dekat dengan dirinya.

"Mas ... apakah engkau masih sama seperti yang dulu?" ucap Sabrina sambil mengusap wajah Prasetya, dan meraba-raba nya.

"Aku akan tetap sama, aku akan tetap mencintaimu, dalam keadaan apapun."

"Aku hanya gadis buta, selain itu aku sudah ternoda, oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab." Sabrina diam sebentar.

"Tinggalkan aku, lupakanlah aku, cari dan temukan pengganti ku."

"Kamu ngomong apa sayang ...."

"Aku tidak mampu melakukan apapun untuk mu, aku hanya akan menjadi beban!"

"Tidak ... aku tidak pernah menganggap mu seperti itu, kau bagiku masih sama seperti yang dulu."

"Tapi Mas ...."

"Brina ... aku akan segera menikahi mu, aku tidak perduli, apapun kata orang, yang ku tahu aku sangat mencintaimu."

" Mas ...."

"Udah, jangan bicara lagi, aku tak suka dengan semua perasaan mu, bagiku kau tetap suci, seperti dulu!"

Prasetya meraih tubuh Sabrina, memeluknya begitu erat, Sabrina merasa tidak berdaya, iapun terisak, menangis dalam ketidakberdayaan.

Prasetya membelai rambut yang tergerai panjang milik Sabrina. Hatinya ikut hancur, betapa tidak wanita yang begitu dicintai nya telah menderita, dulu Sabrina adalah gadis yang sangat periang, mudah tersenyum dan selalu berbagi dengan yang membutuhkan. Sekarang hanya sebagai gadis yang tidak mampu melakukan apapun, Prasetya berjanji akan mencari pelaku bejat dan kejam itu, dan tak akan mengampuni nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!