"Pasien atas nama Bu Kinanti. Silahkan masuk keruangan." ucap salah seorang suster yang bertugas memangil pasien di sebuah rumah sakit.
Kinanti pun langsung berdiri dari duduknya dan masuk ke sebuah ruang praktek dokter spesialis penyakit dalam.
Dengan sangat gemetaran, Kinanti duduk di depan sang dokter.
Sudah beberapa hari ini Kinanti mondar-mandir memeriksakan dirinya di sebuah rumah sakit di Solo.
"Silahkan duduk, saya akan menjelaskan hasil laboratorium yang sudah Bu Kinanti lakukan tes sebelumnya. Sekarang saja akan memberi tau hasil lap itu pada Ibu." ujar salah seorang dokter wanita yang menangani Kinanti dalam memeriksa penyakit dalam yang ia keluhkan.
"Saya harap, Ibu tidak usah kaget dan panik." imbuh sang dokter mencoba memberikan Kinan rasa tenang.
"Iya dokter." jawab Kinan dengan perasaan was was.
"Setelah menganalisis hasil pemeriksaan medis dan laboratorium yang telah kami lakukan beberapa hari lalu. Saya akan memberi tau kan pada Bu Kinanti tentang hasilnya." Sang dokter kemudian membuka lembaran hasil tes yang sudah di print out.
"Bu Kinan, Bu Kinan saat ini mengidap penyakit kista ovarium stadium satu." jelas sangat dokter dengan suara yang hati hati.
Sontak saja, kenyataan itu membuat Kinan tersentak kaget.
"Apa saya ada kista ovarium!" seru Kinan tak percaya.
"Iya Bu, tapi jangan khawatir. Jangan takut dulu. Penyakit ini bisa di angkat dengan cara operasi. Tapi sebelum kita melakukan operasi. Saya bisa menyarankan kepada Bu Kinan untuk melakukan terapi dan meminum obat yang sudah saya resepkan. Mudah-mudahan dengan cara itu kista yang menempel di dinding rahim Bu Kinanti bisa hilang" jelas sang dokter.
"Apa penyakit itu ganas dokter?"
"Penyakit yang ibu derita cukup aktif. Jadi supaya kista itu tidak merembet. Maka harus segera diatasi dan di obati." jelas sang dokter.
"Lakukan apa saja agar saya bisa sembuh dari penyakit yang saya derita dokter." sahut Kinan.
Mendengar jika ia saat ini ia mengidap penyakit kista. Membuat Kinan syok.
Karena sebelumnya ia tidak pernah memiliki riwayat penyakit apapun.
Kinan terlihat khawatir. Apalagi kista itu berhubungan dengan kandungannya.
Dengan sangat gemetaran dan tangan yang sudah dingin. Kinanti saling meremaskan kedua tangannya saking ia kawatir.
"Saya akan memberikan jadwal kontrol untuk Bu Kinanti. Jadi, bu Kinan bisa datang kemari sesuai jadwal untuk bisa mengetahui perkembangan kistanya. Untuk obatnya, silahkan di tembus di pelayanan obat." jelas sang dokter.
"Saya akan melakukan apa saja sesuai perintah dokter. Tolong berikan arahan terbaik untuk saya."
"Pasti Bu Kinan. Semoga saja lekas sembuh ya Bu."
"Terimakasih dokter."
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Berada di kamarnya. Pikiran Kinan menjadi tidak tenang. Karena ternyata ia menginap kista ovarium.
Tiduran dengan suasana hati gelisah di dekat Shafira. Kinanti terus mengamati wajah putrinya yang sudah tertidur lelap itu.
"Disaat aku harus mencari pekerjaan baru. Untuk membiayai hidup dan untuk membantu kedua orang tua ku. Kenapa aku harus menginap penyakit ini. Aku malu sama Bapak dan Ibu. Sudah sedewasa ini dan punya anak. Tapi aku masih merepotkan mereka. Terlebih sangat membuat mereka kecewa. Maafkan Kinan ibu, bapak. Maafkan Mama juga ya sayang. Kamu ikut terombang ambing dengan Mama sekarang ini. Kamu tumbuh tanpa bisa merasakan kasih sayang ayah kandung mu. Tapi jangan kawatir sayang. Mama sangat sayang dengan mu. Dan ayah mu meskipun tidak berada di sisi mu. Dia juga sayang dengan mu." ucap Kinanti. Kemudian ia mencium pipi gembul Shafira.
Aku tidak boleh putus asa sekarang. Aku harus fokus untuk menyembuhkan penyakit ku.
Setelah aku sembuh, aku akan mencari pekerjaan.
Aku tidak bisa terus-menerus merepotkan Bapak dan Ibu.
Aku harus mandiri untuk bisa membiayai hidup ku sendiri tanpa merepotkan sedikitpun Bapak dan Ibu.
Bagaimanapun, aku perlu meraih masa depan untuk diriku sendiri. Agar aku tidak tergantung pada siapapun. Guman Kinanti dalam hati. Menyemangati dirinya sendiri. Walau kini dirinya tengah dalam masa pengobatan untuk penyakit yang ia derita.
Semangat dan tekad Kinanti untuk bisa sembuh dari penyakit yang ia derita begitu besar.
Karena Kinanti merasa sejauh ini sudah menjadi seorang anak yang menjadi beban bagi kedua orang tuanya.
Karena ia tidak ingin kembali lagi untuk menyusahkan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu semangat Kinan untuk bisa sembuh dari penyakit yang ia derita begitu berkobar.
Banyak harapan yang Kinanti ingin capai setelah ia kembali di Solo.
Meski ia menjadi seorang single mother. Kinan ingin menunjukkan kepada orang tuanya. Jika ia bisa hebat sebagai seorang orang tua tunggal bagi putrinya Shafira.
"Kin, ada tamu untuk mu di depan."
"Siapa Bu?" tanya Kinanti pada sang ibu, saat ia sedang menyusui putrinya Shafira.
"Nak Bima."
Kinanti langsung menoleh ke arah ibunya saat sang ibu menyebut nama itu.
Bimasena adalah suami Kinanti yang menikahi Kinan secara siri.
"Suruh saja dia pulang Bu. Saya sudah tidak ada urusan dengannya. Urusan kami sudah selesai di Jakarta." ujar Kinan. Yang tidak mau menemui Bima. Karena Kinan sendiri merasa kecewa pada Bima. Karena ternyata Bima berbohong soal statusnya.
"Urusan mu sama Nak Bima belum selesai Kinan. Temui dia, dan selesaikan urusan kalian secara dewasa. Meskipun kamu hanya nikah siri dengannya. Paling tidak, selesaikan urusan itu sampai tuntas. Sehingga tidak ada lagi beban di antara kalian."
Mendengar nasehat sang ibu. Kinanti pun akhirnya mereda. Ia kemudian mau menemui Bima.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
"Buat apa Mas Bima datang ke sini. Kita sudah tidak ada lagi urusan. Diantara kita semua sudah putus hubungan Mas. Aku sudah kembali semua yang masih kasih ke aku. Aku tidak membawa apapun dari rumah mas Bima saat aku pergi." ucap Kinan, yang kala itu disusul oleh Bimasena ke Solo.
"Siapa bilang kita tidak punya urusan Kinanti. Sampai detik ini, sampai saat ini, kamu masih sah jadi istriku. Meskipun aku menikahi mu secara siri. Karena secara agama aku belum menceraikan mu. Aku belum mengucapkan kata talak itu sama kamu." jelas Bimasena.
"Hubungan kita sudah berakhir Mas. Disaat semua kebohongan mas sudah terbongkar. Aku harap, Mas bisa kembali kepada keluarga Mas. Selamatkan keluarga Mas Bima. Kembalilah pada istri Mas. Aku sudah iklas melepaskan pernikahan kita yang tidak jelas secara hukum ini. Aku sudah ikhlas untuk berpisah dengan Mas Bima. Biar kita sama sama lega. Ucapkan kata talak itu untuk ku Mas." desak Kinan pada Bima. Mendengar itu, Bima hanya bisa diam.
"Jatuhkan talak untuk ku, agar aku bisa lega menjalani kehidupan setelah ini." Tutur Kinanti lagi.
"Aku masih mencintaimu Kinan." Mendengar kata cinta yang Bima ungkapan pada dirinya hanya membuat Kinan tersenyum getir.
"Lupakan aku Mas." jawab Kinanti tegas. Yang sejak tadi bicara tanpa sama sekali memandang ke arah Bimasena.
"Apakah kamu yakin, ingin berpisah denganku. Kita sudah melalui pernikahan kita dengan baik. Hubungan ku dengan Laura memang sudah buruk sebelum kamu datang Kinan. Jadi kamu tidak perlu salahkan diri mu sendiri dengan situasi yang sedang terjadi pada saat ini. Sudah lama aku dah Laura merencanakan berpisah. Karena sudah tidak ada kecocokan di antara kami. Hubunganku dengan Laura memang sudah tidak sehat. Saat aku menikahi mu, itu karena aku menyukai kepribadian mu." jelas Bimasena mencoba membujuk.
"Meskipun Mas punya hubungan yang tidak sehat dengan Laura pada saat itu. Kenapa Mas tidak jujur pada ku soal status Mas Bima. Mas Bima sudah membohongi ku. Jika Mas bisa jujur tentang status Mas yang masih menjadi suami orang. Aku juga pada saat itu tidak akan mau menikah dengan Mas. Mas kan tau masa lalu ku. Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Tapi apa nyatanya. Aku melukai Laura dan anak anak Mas. Aku tetap saja akan di cap sebagai seorang pelakor." ucap Kinan penuh emosi.
"Apakah Mas Bima pikir. Mas Bima ingin berpoligami?"
"Tentu tidak Kinan. Bagaimana kamu berasumsi seperti itu?"
"Jangan bohong Mas. Aku tau, Mas Bima ada niatan untuk poligami kan. Mas bisa ingin punya dua istri. Yaitu aku dan Laura." tebak Kinan.
"Itu tidak benar Kinan." Bima nampak menyangkal.
"Jangan berkelit Mas. Video itu, sudah membuktikan jika Mas masih punya perasaan terhadap Laura istri sah Mas Bima. Sudah beberapa kali Laura mengirimkan aku video dan foto. Itu semua sudah membuktikan. Jika Mas masih ada rasa dengan istri Mas."
"Laura adalah ibu dari anak anak ku." elak Bima.
"Jika benar Mas tidak ada perasaan dengan Laura. Mas tidak akan bercinta dengannya." ucap Kinan telak. Dan Bima sudah tidak bisa berkata-kata lagi.
"Maafkan aku Kinanti."
"Kisah kita sudah selesai Mas. Kembalilah bersama keluarga Mas. Jangan sakiti hati anak anak Mas Bima lagi. Jangan lagi bohongi Laura. Kita tidak jodoh."
"Sebagai seorang perempuan. Aku tidak ingin menyakiti perasaan sesama perempuan yang kedua kali Mas. Dan aku sudah ikhlas dengan semuanya. Aku ingin memulai kehidupan ku kembali. Aku ingin melaluinya dengan tanpa merasa bersalah dengan siapapun. Termasuk dengan istri mu Mas. Aku mohon ceraikan aku sekarang juga. Talak aku." ucap Kinan dengan serius.
Yang kali ini memandang wajah Bimasena dengan tatapan penuh permohonan.
Kinan POV
Sebuah kejelasan tentang status pernikahan siri ku dengan Mas Bima kini semua telah jelas.
Semua sudah selesai dan berakhir dengan baik antara kami berdua.
Diantara kami sekarang sudah tidak ada lagi ikatan pernikahan setelah ia mengucapkan kata talak itu.
Meski sejujurnya, sebenarnya aku sudah mulai tumbuh rasa cinta untuk mas Bimasena.
Tapi semua harapan ku untuk bersama seseorang yang aku cintai kandas kembali. Setelah aku tau ternyata Mas Bima adalah suami orang. Sedangkan aku hanyalah istri siri.
Aku patah hati lagi. Untuk dua cinta yang tak bisa aku miliki. Pak Prasetya dan Mas Bimasena.
Mereka sama sama punya tempat di hati ku. Aku mencintai mereka. Tapi aku tak bisa bersama dengan mereka.
Jika cinta ku pada Prasetya adalah cinta terlarang. Cinta ku untuk Mas Bimasena adalah sebuah cinta yang tulus.
Tapi lagi lagi, aku terlalu gegabah dan tidak mencari tahu dulu asal usul Mas Bima. Dan pada akhirnya aku kembali kecewa.
Mas Bima telah menalak ku sebelum ia pergi meninggalkan rumah kemarin sore.
Kedatangannya ke Solo sebenarnya untuk membujuk ku.
Ia membujuk ku untuk tetap bersamanya. Dan meyakinkan aku jika hubungannya dengan Laura sudah tidak bisa di perbaiki.
Tapi apapun alasannya. Aku sudah memutuskan untuk tidak akan mau lagi menerima Mas Bimasena.
Karena pernikahan kami di selimut kebohongan.
"Kinanti, mulai sekarang. Kamu tidak lagi menjadi istri ku. Aku menalak mu." ucapnya dengan suara tercekat.
Aku tau, dan bisa merasakan. Bahwa Mas Bima berat mengucapkan kata keramat itu.
Karena ia juga telah memiliki rasa pada ku.
Tapi apalah arti rasa itu. Jika di suruh memilih antara aku dan Laura. Pastilah dia harus memilih Laura. Karena bersama Laura ia telah memiliki anak.
"Ini kartu ATM mu dan juga kredit card mu." ucap Mas Bima kala itu. Sambil menyodorkan dua buah benda tipis yang di dalamnya berisikan saldo uang ratusan juta untuk ku.
Tapi aku menolak dan tidak mau menerimanya nya.
Aku tidak berhak mengambil dan mendapatkan itu.
"Terimakasih untuk kebaikan Mas Bima. Tapi Maaf Mas. Aku tidak bisa menerima itu semua. Aku iklas pergi dari kehidupan Mas Bima tanpa membawa apapun. Jangan bebani aku soal pemberian ini. Meksi aku tau, Mas Bima iklas dan dengan senang hati memberikannya untuk ku." jawab ku kala itu padanya.
"Baiklah, aku tidak bisa memaksa mu untuk menerima ini. Tapi izinkan aku memeluk mu sekali saja sebelum aku pergi Kinan. Sebagai pelukan perpisahan."
Untuk yang terakhir kalinya, kami berpelukan. Dan Mas Bima mencium kening ku. Setelah itu ia pergi.
Aku berpesan padanya. Untuk kembali pada istri dan anak anaknya.
Aku tidak ingin lagi menjadi penyebab kehancuran pernikahan Mas Bima dan Laura.
Aku tidak mau lagi menghancurkan rumah tangga seseorang.
Aku telah menjadi seorang janda saat ini. Meski pernikahan ku dan Mas Bima terjadi secara siri.
Setelah ini, aku bisa menjalani kehidupanku lebih baik lagi dan lebih fokus.
Berjuang lagi dan semangat untuk kembali meniti karir.
Bagaimanapun, ada Shafira yang membutuhkan diriku.
Setelah menyembuhkan penyakit kista ovarium yang aku derita. Aku akan kembali mencari pekerjaan dan kembali mencari uang untuk bekal masa depan kami.
Meskipun Shafira telah di jamin biaya hidupnya oleh ayahnya Prasetya. Tetapi sebagai seorang ibu, aku tetap bertanggung jawab atas dirinya.
Aku tidak akan mencari pekerjaan lagi di Jakarta.
Kota itu menjadi kota yang punya kenangan buruk bagiku.
Teruntuk Bu Hanin dan juga Laura. Kalian adalah dua wanita yang mungkin secara tidak langsung sudah aku sakiti.
Aku minta maaf pada kalian berdua.
Aku berharap pernikahan kalian akan tetap utuh dan bahagia bersama anak anak kalian.
Maafkan aku telah menjadi duri dalam kehidupan rumah tangga kalian sebelumnya.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Dua pengalaman berharga telah Kinan dapatkan dari sebuah pilihan yang ia pilih.
Kesalaha terakhir mengajarkan Kinan untuk tidak ingin lagi kembali jatuh ke lobang yang sama.
Mungkin kata penyesalan itulah yang bisa Kinan ungkapkan. Meski ia begitu menyesal. Tapi ia juga bersyukur karena telah memiliki Shafira adalah hidupnya.
Meskipun berbagai kejadian buruk menimpa dirinya. Berkat Shafira, ia memiliki kekuatan dan semangat.
Meskipun anak yang iya miliki saat ini juga buah hatinya dari sebuah hubungan yang salah. Dan juga karena ia hamil diluar nikah.
Tetapi anak tetaplah anak. Dia tidak tahu apa-apa dan dia tidak berdosa. Saat ini Kinan hanya ingin bertekad untuk memperbaiki kehidupannya dengan lebih. Berhati-hati menentukan sebuah pilihan. Terutama itu menyangkut soal pasangan hidup.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!