*****
Menikah, suatu hal yang sangat begitu dinantikan oleh hampir setiap manusia. Saking menantikannya, sampai-sampai di antara mereka ada yang memilih untuk menikah di usia muda.
Seperti halnya yang dilakukan oleh gadis bernama Kiana Anuradha Widjaya. Entah karena pemikiran dari siapa di umurnya yang baru saja menginjak usia 18 tahun, dia memilih untuk menikah dengan seorang pria yang beruntungnya lebih dewasa darinya, sekitar berumur 25 tahun. Dia Nararya Sadira Pratama, biasa dipanggil Arya.
Beberapa alasan yang membuat Kiana tidak ingin berpacaran dan lebih ingin menikah di usianya yang masih muda ini adalah karena dirinya tidak mau terjerumus ke hal yang negatif.
Memang, begitu polos pemikiran Kiana itu. Hanya memikirkan kalau menikah itu untuk terhindar dari hal negatif, padahal pada kenyataannya menikah tidaklah semudah itu. Sepertinya Kiana tidaklah pernah berpikir bahwa menikah adalah suatu tanggung jawab yang besar, bukan hal yang main-main.
Ah, mungkin saja Kiana belum tentu memikirkan atau juga merasakan itu semua. Tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi nanti saat dia sudah menjalankan pernikahannya bersama seorang Nararya Sadira Pratama.
Di hari ini, Arya dan Kiana baru saja melangsungkan pernikahannya di kediaman Kiana. Walaupun acara yang dilaksanakan hari ini hanya akad pernikahannya saja. Juga yang diundang pun hanya sahabat dan kerabat, namun acara ini begitu bermakna bagi mereka. Karena di hari ini, mereka melepaskan status kesendiriannya menjadi bersama.
Tak banyak yang menyangka, kalau mereka ternyata bisa berjodoh. Mereka saling mengenal juga karena saudara mereka sendiri. Memang ya, dengan siapa kita berjodoh itu tidak ada yang tahu.
Akad nikah sudah terlaksana. Sekarang Kiana sudah menjadi istri Arya, begitu juga Arya yang sudah menjadi suami dari seorang gadis bernama Kiana.
Mereka dihadapkan ketika akad pernikahan sudah terjadi.
Dengan perasaan bahagia dalam hatinya, mereka saling menatap satu sama lain dan tersenyum.
Dalam batinnya, mereka saling berkata.
Semoga kamu jadi jodoh dunia akhiratku, Kak. Begitu yang dikatakan Kiana dalam batinnya.
Terima kasih sudah mau nerima aku yang masih punya kekurangan ini istriku, Kiana Anuradha Widjaya. Sementara ini, yang diucapkan Arya.
Usai acara tersebut berlangsung, Arya langsung membawa Kiana ke rumah mereka. Rumah dari hasil kerja keras Arya sendiri. Rumah yang akan menjadi saksi jalan kehidupan rumah tangga mereka nanti. Apakah akan selalu bahagia atau sedih. Tidak ada yang tahu, karena itu hanyalah rahasia Tuhan.
Sampai di waktu malam harinya, pasangan baru itu menggunakan waktunya untuk mengobrol bersama. Hal itu mereka lakukan supaya bisa beradaptasi dengan status hubungan mereka yang baru saja berubah hari ini, sekaligus membahas perihal rencana kehidupan mereka nanti akan bagaimana.
“Kiana, udah lulus sekolah nanti, kamu mau lanjut kuliah?” Arya yang pertama kali membuka percakapan di antara mereka.
“Pengennya sih lanjut. Tapi Kakak sendiri bakal kasih Kiana izin gak kalau Kiana lanjut kuliah? Sekarang kan Kiana tanggung jawabnya Kakak, jadi ya minta izinnya sama Kakak.” Kata Kiana, “toh kalau Kiana kuliah juga, pintarnya Kiana bukan buat Kiana aja, tapi buat anak Kiana juga. Kan katanya kalau ibu yang cerdas, bakal ngelahirin generasi yang cerdas juga.” Lanjut Kiana dan tersenyum, lalu kemudian terdiam tiba-tiba karena ucapannya tadi.
Kiana baru sadar. Kenapa dia menjawab pertanyaan Arya sedalam itu? Bagaimana nanti kalau Arya akan membahas soal anak padanya? Ini sih Kiana yang membuka masalahnya sendiri.
“Kakak pasti ngizinin Ki, masa Kakak ngelarang kamu kuliah. Kamu pinter juga bukan buat kamu aja kan katanya.” Arya terkekeh yang sebenarnya menggoda Kiana, “terus udah nentuin mau masuk ke kampus mana dan ambil jurusan apa?”
Kiana mengangguk yakin, “tentunya udah.”
“Bagus kalau udah.”Arya tersenyum sambil memegang kepala Kiana.
Setelah pembahasan itu, kini giliran Kiana untuk menanyakan suatu hal yang cukup penting dalam hidup mereka.
Kiana memegang tangan Arya dan menatapnya, “Kak...” Kiana memanggil Arya dan dibalas Arya melalui tatapannya.
Saat Arya menatapnya, Kiana malah menundukan pandangannya dan
memainkan jari tangan Arya. Kiana masih merasa malu untuk bertatapan sedekat
ini dengan Arya.
“Kalau nikah kan, pasti nanti punya anak. Nah, kalau misalnya kita nunda dulu buat punya anak gimana? Hmm — kita pacaran dulu gitu, biar makin klop.” Kiana mendongakkan wajahnya menatap Arya, meminta jawabannya. Tatapan mata Kiana pada Arya begitu memohon.
“Alasannya apa kamu mau nunda? Anak kan berkah, dia bisa jadi penguat hubungan kita.” Arya balik bertanya, “atau jangan-jangan, kamu gak mau lagi ya punya anak dari Kakak.” Arya menatap Kiana penuh selidik juga curiga.
Kiana langsung tebelalak kaget, bahkan tangan Arya yang ia pegang pun langsung dihempaskan secara kasar.
“YA AMPUN KAKAK! Kok sama istri sendiri mikirnya gitu?! Kiana emang mau nunda, tapi alasannya juga bukan karena itu.” Kiana menahan kesalnya, “Kiana mau kok punya anak, tapi bukan untuk sekarang. Kiana mau ngeraih
cita-cita Kiana dulu, dan juga Kakak tahu kan kalau Kiana belum siap punya anak buat sekarang-sekarang ini.” Kiana menjelaskan alasannya.
“Santai aja kali Ki, kamu ngegas banget ya tadi. Gemeeess jadinya. Untung udah sah, jadi bisa nyubit deh.” Arya mencubit pipi Kiana dengan gemasnya, lalu menciumnya.
Pipi Kiana bersemu merah seketika ketika diperlakukan seperti itu. Di satu sisi, ia senang, tapi di sisi lain ia juga kesal.
“Itu bukan nyubit, tapi nyium.” Ralat Kiana sambil menahan senyum dan malunya bersamaan.
“Tapi kamu suka kan?” Arya menggoda Kiana dan menunjuknya.
Kiana tertunduk malu seketika dan menahan senyumnya, “apaan sih?!” Kiana menepis tangan Arya.
Arya merengkuh tubuh Kiana yang membuat Kiana terkejut. Jantungnya tiba-tiba berdegup cepat dan merasa gugup karena tubuh mereka bersentuhan.
“Kakak ngikut aja sama keputusan kamu, Ki.” Arya tersenyum kemudian melepaskan tubuh Kiana, berganti memegang wajah Kiana lalu mendekatkannya dengan wajahnya, “kalau gitu mulai sekarang, kita gunain waktu ini untuk saling kenal dan pacaran dulu ya.” Arya masih tersenyum dan mencium kening Kiana tanpa permisi.
Kiana membalas senyuman Arya itu, “Kak Arya, makasih ya udah mau ngertiin Kiana.” Ucap Kiana walau malu setelah Arya menghentikan ciumannya.
“Iya, istri sayangnya Arya.” Balas Arya dan terkekeh sambil mencubit pipi Kiana juga.
“Eh kamu besok sekolah libur kan?” Arya mengubah topik pembahasan mereka ke yang lain dan Kiana jawab dengan anggukan membenarkan.
“Kalau gitu, besok kita main ke luar yuk! Mau gak?” Tawar Arya.
“Emang besok Kakak gak ngajar?”
“Besok Kakak juga libur.”
“Oh, ya udah ayo besok main. Tapi ke mana?”
“Ke mana-mana selalu sama kamu aja udah cukup kok bagi aku.”Arya tersenyum menggoda dan dibalas Kiana dengan memberikan tatapan tajamnya.
“Hmm... Dasar ya ini bibir bisanya goda terus aja ya.” Cibir Kiana sambil tertawa dan mencubit bibir Arya supaya diam tapi Arya malah ikut tertawa sesudahnya.
Waktu berlalu begitu saja dengan cepatnya. Rasanya baru kemarin Kiana baru jadi murid SMA, sekarang sudah mau lulus saja.
Sebelum kelulusannya tiba, Kiana harus melaksanakan beberapa ujian terlebih dahulu, untuk menentukan apakah dia layak lulus atau tidak. Dan ujian yang paling penting adalah ujian nasional.
Demi dirinya dinyatakan lulus dengan nilai terbaik juga berhasil mendapatkan beasiswa yang diinginkannya, Kiana sampai belajar sangat giat bahkan hingga malam hari.
Melihat Kiana yang begitu gigih dalam belajar, Arya cukup bangga dan senang. Tapi juga merasa kasihan. Saking giatnya belajar, istri kecilnya itu sampai lupa waktu untuk makan dan istirahat.
Arya membuka pintu kamarnya dan melihat Kiana yang belajar dengan seriusnya. Ia pun masuk dan menghampirinya.
“Kamu masih belajar?” Tegur Arya sambil menatapnya dan duduk di pinggir Kiana.
Kiana mengangguk dengan tatapan yang fokus pada buku pelajarannya.
“Makan dulu ayo, kamu belum makan dari siang. Ini udah malem.” Arya menarik tangan Kiana paksa.
Kiana melepas tangan Arya pelan, “enggak ah, nanti aja. Tanggung ini.”
“Jangan gitu. Dengan kamu gak makan dan sibuk belajar terus, sama aja kamu melakukan diskriminasi terhadap tubuh kamu.”
“Ya udah, Kiana makan.” Kiana mengalah pada Arya.
“Nah, gitu coba dari tadi. Kakak udah masakin yang spesial tuh buat kamu.”Arya menarik tangan Kiana dan merangkul pundaknya, “lain kali kamu belajarnya jangan kebangetan kayak ginilah, Ki. Gak tega lihatnya.”
“Badan kamu udah kecil, masa nikah sama Kakak makin kecil aja ini badannya? Nanti netizen nyinyirin lagi kalau suami kamu ini kurang perhatiin istrinya, nyampe badannya aja makin kecil gini” Arya mengomeli Kiana layaknya seorang ibu.
“Iya iya, maaf. Bawel ih kamu.” Kiana mencubit bibir Arya supaya mirip bebek dan tertawa, “tapi aku suka kok.” Kiana lanjut tersenyum manis.
*****
Di malam hari ini, Kiana cemas menunggu Arya yang belum juga pulang kerja.
Arya tidak biasanya seperti ini. Padahal biasanya kalau akan pulang terlambat, Arya selalu menghubungi Kiana untuk memberitahunya. Tapi berbeda dengan hari ini.
Kiana menunggu Arya di ruang tamu lama, bahkan sampai membuatnya jadi mengantuk. Tapi seketika, Kiana mendengar suara ketukan pintu rumahnya dan dengan cepat dia membuka pintu tersebut.
Pintu terbuka oleh Kiana.
Alangkah terkejutnya Kiana. Dia melihat Arya yang mabuk dan dipapah oleh Eshan, sahabat Arya. Bau alkohol sangat tercium menuju indera penciuman Kiana.
“Ya ampun, Kak. Kok bisa gini?” Kiana panik melihat keadaan Arya.
“Kamu sekarang bikin teh buat Arya ya. Arya biar Kakak yang bawa ke kamar.” Ujar Eshan.
Tanpa menunggu, Kiana langsung menuruti perkataan Eshan itu dan membawanya ke kamar ketika selesai.
Sampai di kamar, Kiana melihat Arya sudah berbaring sementara Eshan sedang memperhatikan Arya.
Eshan melirik pada Kiana yang baru saja datang sambil membawa segelas teh.
“Nanti kamu suruh dia minum teh itu ya, terus ganti bajunya.” Tutur Eshan.
Kiana mengangguk cepat, “Kak Eshan, dia kenapa bisa mabuk kayak gini? Apa lagi punya masalah di kerjaannya?”
“Tenang aja, dia gak ada masalah kok.” Eshan memegang pundak Kiana, “cuma tadi doang mantannya datang malah buat masalah.”
“Hah? Kak Arya punya mantan? Eh emang mantannya buat masalah kayak gimana nyampe Kak Arya bisa jadi gini?” Kiana penasaran dengan apa yang sudah terjadi.
“Cerita singkatnya, Arya gak sengaja mabuk terus mantannya datang ngericuh tiba-tiba.” Tutur Eshan.
“Oh, gitu ya.” Suara Kiana memelan tiba-tiba begitu juga raut wajahnya berubah menjadi terkejut.
“Ya udah, Kakak mau pulang ya. Kamu tolong jagain Arya, jangan jauhin dia.”
“Iya Kak, hati-hati di jalannya. Makasih udah nganterin.” Kiana tersenyum tipis.
“Santai aja, Kakak pamit ok.” Eshan pun keluar dari rumah ini.
Selepas Eshan pergi, Kiana langsung memulai tugasnya yang lain. Pertama, dia memaksa Arya untuk minum teh yang dibuatnya tadi. Sudah berhasil, lalu tugasnya sekarang adalah mengganti baju yang dipakai Arya.
Saat Kiana sedang menjalankan tugasnya yang baru saja membuka kancing kedua baju Arya, tiba-tiba Arya mencekal tangan Kiana dengan secara paksa.
Kiana pun merasa takut karena itu dan mencoba lepas dari cekalan Arya. Dan sayangnya, usaha Kiana sia-sia karena tenaganya terlalu kecil untuk melawan Arya.
“Kak, lepasin! Jangan begini! Kiana takut! Kiana cuma mau ganti baju Kakak doang.” Kiana memelas memandang wajah Arya.
“Ki, Kakak gak tahan. Kakak udah nunggu kamu dari tadi.” Arya meracau dengan tetap mencekal tangannya Kiana.
“Hah? Maksud Kakak apa?” Kiana tidak mengerti dengan perkataan Arya tadi.
Tiba-tiba Arya menutup mulut Kiana dengan telapak tangannya dan menciumnya secara paksa. Hal itu membuat ketakutan Kiana semakin bertambah, karena kelakuan Arya yang semakin tak wajar. Malam ini, Arya berbeda dari biasanya.
“Kak, lepmmpphh.” Kiana mendorong dada Arya dan memukul-mukulnya, namun tak bisa karena Arya memeluk tubuhnya begitu erat.
Sesudah itu, Arya melepaskan ciumannya, sedangkan Kiana masih memukul dada Arya dengan kencang. Kiana benci, sangat benci pada Arya yang seperti sekarang.
Kiana menduga, jika Arya akan melepaskannya setelah ciuman itu berakhir. Tapi dugaannya salah, Arya kini malah menindih tubuhnya.
Kiana terdiam memikirkan ini. Kenapa Arya jadi begini? Arya begitu mirip seperti monster yang akan menerkam mangsanya secara hidup-hidup. Berulang kali Kiana memberontak dari kungkungan Arya, namun selalu saja tak bisa. Kiana takut Arya akan melakukan hal itu padanya saat ini secara paksa.
Kiana tak mau melakukan hal ‘itu’ sekarang. Kiana akan sangat membenci Arya jika Arya memang melakukannya saat ini.
Dan ternyata...
Arya memang benar melakukannya secara paksa.
Kiana menangisi nasibnya yang seperti ini. Kenapa dia diperlakukan begini oleh suaminya sendiri? Orang yang mulai dia cintai, bahkan ia hormati. Kiana ini manusia, bukan hewan yang bisa diperlakukan seenak hidupnya saja tanpa memperhatikan perasaannya.
Kiana benci hal ini! Kiana benci! Arya jahat! Arya monster!
Kamu ********! Jahat! Bodoh aku, malah terbuai percaya sama kamu. Aku benci kamu, mungkin untuk selamanya. Aku menyesal bersamamu, Arya. Cintaku terhapus karena kesalahanmu kali ini!
Baiklah. Karena Arya yang sudah memulai semua ini, maka mulai dari sekarang, Kiana akan membenci Arya. Membenci Arya, entah itu untuk sekarang, atau sampai selamanya. Kiana tidak tahu.
*****
Lalu esoknya di pagi hari.
Matahari sudah memancarkan sinar cahayanya sampai menembus jendela kamar pasangan yang semalam sudah memadu kasih walau secara terpaksa. Namun salah, pasangan itu bukan terbangun karena cahayanya, justru karena hal lain.
Semalam, Kiana tidak bisa tidur setelah hal itu terjadi. Dia terus diam menangis meratapi hidupnya dengan posisi posisi duduk di atas ranjang sambil memeluk lututnya juga menundukkan wajahnya.
Hingga sampai sekarang pagi pun, Kiana masih tetap menangis sampai membuat Arya yang sedang tertidur nyenyak di sampingnya jadi terbangun.
Sewaktu Arya baru saja membuka matanya, dia langsung terkejut sekaligus kebingungan karena melihat Kiana menangis, ditambah lagi dengan keadaan mereka yang saat ini begitu sulit dipercaya.
Sebenarnya, apa yang sudah terjadi pada mereka semalam? Kenapa keadaannya seperti ini? Dia hanya memakai celana pendek saja dan tanpa atasan, sedangkan Kiana... Ah tak perlu dijelaskan.
Apakah semalam sudah terjadi suatu hal yang tak direncanakan di antara mereka?
Dengan keadaan tubuhnya yang masih pegal dan kepalanya masih pusing, Arya mendudukan tubuhnya. Dia mencoba mengingat tentang apa yang sudah terjadi semalam.
Arya baru sadar jika semalam dia tidak sengaja mabuk lalu mantannya datang membuat masalah, dan Eshanlah yang mengantarnya pulang. Sudah itu, Arya tak ingat lagi apa yang terjadi. Tapi apakah setelah itu terjadi suatu hal yang di luar kendalinya?
Gue semalem mabuk? Gila! Bodoh gue! Semuanya gara-gara perempuan sialan itu gue jadi begini! Arya merutuki kelakuannya semalam.
Karena masih menangis, Kiana tak menyadari jika Arya sudah bangun dan mendekat pada Kiana.
“Kamu kenapa, Ki?” Arya menatap Kiana dengan pandangan iba sambil menyentuh rambutnya.
Sentuhan tangan yang dilakukan Arya memang berhasil menghentikan tangisan Kiana, tapi juga membangkitkan rasa jijik dari diri Kiana untuk Arya, karena tak suka kalau tubuhnya disentuh oleh seorang monster seperti laki-laki
itu.
Kiana menepis tangan Arya yang menyentuh rambutnya dengan kasar, membuat Arya heran.
“Gak usah lo sentuh gue!” Kiana menatap Arya tajam juga penuh kebencian.
“Kenapa? Aku suami kamu, Ki.” Balas Arya.
“Suami? Lo bilang lo suami gue?” Kiana tersenyum sinis pada Arya, “lo bukan suami gue! Mana ada suami yang memaksa istrinya secara kasar? Lo itu cuma laki-laki bejad yang seenaknya aja menerkam cewek kayak gue layaknya monster.” Kiana masih menatap Arya penuh kebencian.
“Maksud kamu apa?” Arya tak mengerti dengan penuturan Kiana.
“Kenapa?! Kamu yang kenapa! Aku udah bilang jangan, tapi kamu masih aja paksa aku buat ngelakuin itu!” Kiana menangis di hadapan Arya.
“Maksudnya ngelakuin apa? Kakak gak ngelakuin apa-apa sama kamu.”
“Lo emang gak inget semalem hah?! Lo itu udah ngerusak tubuh gue! Lo udah paksa gue buat puasin nafsu birahi! Lo jahat! Kenapa hah?! Kenapa lo ngelakuin hal itu ke gue?!” Kiana memaki Arya dan memukul dadanya yang hanya ditutupi oleh selimut.
Perkataan Kiana membuat Arya terkejut sejenak, tapi tetap saja Arya membela diri karena merasa tidak melakukan itu, “Kakak gak mungkin ngelakuin itu, Ki. Kakak sadar diri buat nahan semuanya.”
“Lo emang gak inget, karena lo semalem mabuk dan lo ngelakuin hal itu ke gue kayak monster.”
“Gimana kalau gue hamil, hah?! Gue gak mau hamil sekarang! Semuanya gara-gara lo! Gue nyesel nikah sama lo! Harusnya gue itu nolak lo dari dulu! Harusnya gue gak suka sama lo! Suka sama lo itu cuma bakal ngebuat hidup gue rusak!” Kiana menunjuk Arya.
Arya belum sepenuhnya mengingat kejadian semalam, tapi jika dilihat dari reaksi Kiana yang begini, sepertinya memang Arya melakukannya.
“Ki, maaf. Kakak gak inget. Kakak khikaf. Itu di luar kendali Kakak.” Arya mencoba untuk menggenggam tangan Kiana, namun Kiana menepisnya terus.
Penolakan Kiana membuat Arya menggeram dalam hati.
Sialan! Semuanya gara-gara perempuan itu jadi begini!
“Gak usah lo sentuh gue! Jijik gue!” Maki Kiana.
“Maafin Kakak, Ki.” Arya meminta maaf untuk yang kedua kalinya.
“Semuanya udah terlambat, lo minta maaf juga gak bakal mengulang semua yang udah terenggut hilang.”
Setelahnya, Kiana pun berdiri dari ranjang, namun Arya mencegahnya dan memeluknya langsung secara paksa. Sampai tiba-tiba Kiana jadi menangis.
“Semuanya kesalahan aku, maaf.” Lirih Arya pelan.
Kiana menangis tiba-tiba, “kenapa Kakak ngelakuin itu? Kenapa Kak?! Kiana mau kuliah, belum mau ngurus anak. Gimana kalau Kiana hamil? Kiana belum siap, Kak. Hikss.” Kiana memukul pundak Arya keras.
Arya diam saja menerima semua pukulan dan makian Kiana. Bahkan, Arya malah mengusap punggung Kiana untuk menenangkannya. Karena dia sadar, kalau memang dialah pihak yang bersalah di sini walau hal itu ia lakukan dengan tidak sengaja.
Juga, dia tak apa jika harus mendengar tangisan perempuan yang disayanginya ini. Toh perempuan yang menangis ini istrinya. Perempuan yang ia cintai, sayangi. Dan karena kesalahannya yang tidak sengaja, perempuan itu menangis. Maka, boleh saja perempuannya menyalahkan seorang Nararya Sadira Pratama.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!