NovelToon NovelToon

RAGE OF DESTRUCTION

Chapter 1.

Tragedi Di Gunung Merapi

Agustus, tahun 2023, SMK N 3 Yogyakarta, Kasihan, Bantul. Suara merdu kicauan burung menemani pagi hari yang begitu asri. Lebih tepatnya terjadi di salah satu sekolah yang tergabung dalam SMK N 3 Yogyakarta.

Sekolah itu bernama Sekolah Menengah Seni Rupa atau biasa dikenal dengan sebutan SMSR.

Sebuah sekolah yang dikhususkan untuk para siswa agar bisa mengasah bakatnya lebih dalam lagi di bidang seni rupa (lukis, patung, grafis komunikasi, dekorasi dan animasi).

Dari halaman sekolah terlihat salah satu siswa berlari dengan nafas terengah-engah. Di punggungnya menempel sebuah tas hiking. Ia sedang menuju ke salah satu bus pariwisata yang terparkir rapi di depan pendopo.

Ya, hari itu para siswa SMSR yang tergabung dalam Klub Pecinta Alam akan mengadakan acara hiking di Kaki Gunung Merapi. Hal itu sudah sering dilakukan untuk mencari sebuah inspirasi dalam berkarya, salah satu caranya pergi hiking.

“Ma-maaf, Pak. Maaf, teman-teman. Ban motorku bocor jadi aku terlambat,” ucap pemuda berambut hitam urakan dengan tubuh pendek dan badan agak gemuk itu.

“Huh! Dasar kampret, nyusahin aja lu!” hardik Aruna, gadis yang disukai pemuda kampret tersebut.

Walau Aruna cantik dan menjadi siswi most wanted, tetapi perilakunya kurang sopan. Bahkan ia sering menghardik Alvaro. Meskipun begitu Alvaro tetap menyukainya. Ya, pemuda kampret itu bernama Alvaro Renaldi. Nama yang keren, bukan?

“Huuh! Si kampret lagi, kampret lagi! Kenapa sih lu selalu nyusahin kita-kita," seru siswa yang lain.

“Nilai bobrok, bodoh pula.”

“Kampret.”

“Jelek.”

“Hidup lagi.’

“... ….”

Itu kata-kata yang sering terlontar dari mulut teman-teman Alvaro setiap hari. Pedas dan menyakitkan, tetapi tidak ada hari tanpa penindasan dari teman-temanya. Termasuk dari Aruna, gadis yang disukai Alvaro.

“Sudah-sudah. Alvaro jangan dihina lagi. Dia sudah mengemukakan alasannya dan sudah meminta maaf. Ayo, semuanya masuk ke mobil!” ajak Pak Guru bernama Miko Setyanto.

Semua murid pun segera masuk ke dalam mobil. Alvaro duduk di bangku paling belakang sambil memegangi tas hikingnya yang besar melebihi tinggi badannya.

Sesekali dia melirik ke arah Aruna yang selalu membuat hati Alvaro meleleh. Tidak jemu-jemu ia memandang bidadarinya itu. Apalagi wajah Aruna terlihat putih bersih. Bahkan berkilau dengan bibir berwarna merah muda natural, hidung mancung dan mata agak sipit yang memiliki manik mata coklat.

“Ya, Tuhan. Seandainya aku diberi kehidupan yang kedua, biarkan aku menjadi pribadi yang lebih baik agar dia bisa memandangku dan merasakan cintaku,” gumam Alvaro memohon doa dengan kelopak mata yang menggenang.

Bus pun berjalan menuju Kaki Gunung Merapi. Semua murid riang gembira menyanyikan lagu yang mereka sukai secara serempak. Akan tetapi tidak bagi Alvaro, dia merasa sedih karena hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tidak ada satupun teman-temannya yang mengucapkan selamat ulang tahun pada Alvaro, termasuk juga adik perempuan satu-satunya.

......................

...Kaki gunung Merapi....

Bus Pariwisata pun tiba, semua murid keluar dari mobil membawa tas hiking masing-masing.

Begitu keluar, Alvaro langsung dipanggil Aruna hingga membuatnya sangat senang, “Kampret! Kemari kau! Bawakan tasku!”

“Ba-baik,” sahut Alvaro dengan perasaan gugup dan kedua pipi merona.

"Apa lu liat-liat!" bentak Aruna sekali lagi.

Alvaro pun membawa tas Aruna di punggungnya dan tas miliknya sendiri hanya diseret di permukaan tanah.

Saat ini para siswa hanya diperbolehkan melakukan hiking dan mendirikan tenda di pos gunung Merapi, lebih tepatnya kaki gunung Merapi.

Semua siswa bekerja sama mendirikan tenda sesuai tim masing-masing yang sudah dibentuk oleh Pak Miko. Alvaro pun ikut membantu bekerja sama dengan timnya. Tentu saja dia diperlakukan tidak baik dan terus disuruh-suruh, sedangkan anggota timnya yang lain hanya leha-leha.

......................

Malam hari pukul 21.30 WIB, Kaki gunung Merapi.

Ditemani gemerlap bintang malam, Alvaro sedang menengadahkan kepalanya ke langit. Salah satu tangan memegang drawing pen, mencoba menggoreskan tinta pada kertas HVS tersebut untuk melukiskan apa yang tersirat di dalam imajinasi Alvaro.

Alvaro belum mahir membuat sketsa atau melukis. Terkadang hanya suka melukis jenis lukisan abstrak. Akan tetapi malam itu berbeda.

Tiba-tiba tangan dan pikirannya seperti mendapatkan angin segar. Dia menggambar dengan jelas, akan tetapi apa yang digoreskan pen miliknya terlalu mengerikan.

“Jika ini bisa terjadi lebih baik aku hancur tertimpa meteor dari langit,” gumamnya putus asa akan kehidupannya yang selalu ditindas dan didiskriminasi baik di rumah maupun di sekolah.

Saat semua siswa sudah tertidur di dalam tenda masing-masing, hanya tinggal Alvaro dan Aruna yang sedang mencari inspirasi dengan memandang bintang di langit.

Alvaro yang sudah menyelesaikan sketsanya. Dengan perasaan kesal, ia justru menggigit jempolnya dan meneteskan darah tersebut ke hasil sketsanya.

“Aku harap sesuatu yang ada di dalam lukisan ini menimpa padaku dan tempat ini!"

Selepas ini ia mendekati Aruna dengan tatapan nyalang dan perasaan marah yang berkobar-kobar. Rasa dendam dan amarah Alvaro sudah menguasainya, tidak ada lagi ketakutan, tidak ada lagi kesadaran dirinya yang selama ini sabar dan baik.

“Aruna!” panggil Alvaro sambil mendekati gadis berambut hitam lurus tersebut.

“Eh, kampret. Ternyata lu, mau apa lu? Mau marah, hah!” tantang Aruna karena melihat raut wajah Alvaro merah padam dengan urat otot menonjol di dahinya.

“Berani macam-macam sama gue, lu!"

"Kalau itu terjadi, gue akan berteriak dan semua orang akan menghajarmu.”

“Aku tahu, Arun. Aku memang bukan lelaki yang kamu inginkan, bahkan untuk melirikku saja kamu jijik bukan? —”

“Itu sudah tahu. Terus apa? Kamu suka sama aku? Tolol!” potong Aruna sambil mendorong dahi Alvaro.

“Hmph! Hanya karena otak dan fisikku seperti ini kau dan semua teman-temanku menghinaku. Apakah sebuah pertemanan, persahabatan, dan percintaan selalu dinilai dari segi fisik?"

"Seandainya kau tahu, aku sangat tulus menyukaimu dan menyayangimu walau kau tidak seperti diriku, paham!” kata Alvaro dengan nada agak tinggi.

Kemudian dia meninggalkan perkemahan, dan berjalan menyusuri jalan menuju Puncak Merapi yang sangat terlarang untuk manusia.

Tiba-tiba atmosfer di langit Yogyakarta berubah. Malam yang begitu indah bertaburan bintang-bintang berubah menjadi gelap, bahkan sangat gelap.

Sebuah meteor berdiameter 100 meter dari portal, tiba-tiba muncul dari lapisan luar bumi. menerobos paksa lapisan atmosfer. Hingga saat bergesekan dengan lapisan atmosfer bumi, menampilkan garis merah di langit.

Namun, karena awan yang menutupinya terlalu tebal, garis merah tersebut tidak terlihat dengan jelas dan tidak dapat dideteksi oleh badan antariksa Indonesia karena prosesnya sangat cepat.

SWUSH!

Fluktuasi udara terjadi di atas wilayah gunung Merapi. Alvaro yang merasakan firasat buruk segera kembali ke perkemahan secepat mungkin. Akan tetapi, baru saja dia melihat cahaya merah dari gesekan meteor dan udara disekitarnya, meteor itu justru jatuh tepat menabrak kawah gunung Merapi.

BOOM!

Akibatnya, terjadi ledakan yang sangat dahsyat hingga menimbulkan gelombang radiasi yang sangat luas ke seluruh wilayah Yogyakarta.

Anehnya Gunung Merapi tidak meledak ataupun mengeluarkan lahar dari kawahnya. Hasilnya kawah Gunung justru dibekukan oleh meteor tersebut.

Semua siswa dan Pak Miko yang menjadi pembina sekaligus pengawas kegiatan pecinta alam ini terpental ke berbagai arah. Dengan luka yang cukup serius, tetapi tidak ada korban jiwa.

Dari dalam batu meteor yang sudah terbelah, muncul sosok berbentuk manusia, namun tidak seperti manusia. Sosok ini memiliki taring dan kedua tanduk dan sayap iblis. Sesaat kemudian ia meraung dengan sangat keras hingga menggetarkan seluruh wilayah gunung Merapi, “Groaaaaar …!”

BOOM!

Tubuhnya bercahaya terang, lalu meledakan energi di dalam tubuhnya menjadi pilar energi yang menjulang tinggi ke langit.

Kepanikan terjadi, hingga beberapa anggota kepolisian disiagakan menuju gunung Merapi. Berharap masih bisa menyelamatkan orang-orang yang mungkin saja masih selamat di kaki gunung Merapi. Bumi berduka, kota Yogyakarta yang indah seketika berubah mencekam.

......................

Assalamu'alaikum sahabat Fany, jangan lupa dukung karya ini dengan cara like, komen dan share ya. Makasih🙏

Chapter 2

Ledakan Energi

Para personil polisi berjumlah 20 anggota datang lebih cepat. Mereka langsung mengevakuasi para siswa yang selamat.

Hampir semua siswa pingsan, termasuk Aruna. Beruntung jarak pos pertama dengan tempat parkir tidak jauh, hanya berjarak sekitar seratus meter. Sehingga memudahkan proses evakuasi.

Di puncak Gunung Merapi, dari dalam kawah keluar banyak monster seperti lintah. Berukuran besar yaitu sepanjang tiga meter dengan mulut berdiameter satu meter dipenuhi oleh gigi-gigi tajam di seluruh mulutnya.

Mereka keluar setelah terjadi ledakan radiasi yang disebabkan oleh sosok monster yang berbentuk manusia dan bertanduk tadi. Akan tetapi keberadaannya tidak terdeteksi, kini hilang bak ditelan bumi.

Monster yang disebut Wormbler tersebut bergerak dengan cepat menyusuri bebatuan menuju kaki Gunung Merapi. Mereka sangat lapar dan nafsu makannya meningkat setelah mencium bau darah manusia.

"Bau darah yang sangat lezat, erghh!"

Kawanan Wormbler yang tidak diketahui jumlahnya secara pasti, kini hanya dalam dua puluh hembusan nafas, mereka sudah tiba di kaki Gunung Merapi. Tatapan mata mereka menyala merah dari balik kegelapan dengan air liur yang menetes deras.

Alvaro yang tadi terpental dan menabrak bebatuan, kini ia telah bangkit kembali dengan merayap menuju tempat perkemahan.

Dari dalam permukaan tanah yang sedang ditelusuri oleh badan Alvaro. Tiba-tiba tanahnya bergetar, dia menjadi panik dan merasakan ada sebuah ancaman datang dari dalam permukaan tanah itu.

“Roooaaar …!” Wormbler keluar dari permukaan tanah dan hampir saja memakan tubuh Alvaro, kalau saja pemuda kampret itu tidak berguling.

“Tolong! Tolong!” teriak Alvaro dan terdengar suaranya sayup-sayup oleh salah satu personil polisi yang sedang mendaki ke arahnya.

Personil polisi tersebut memakai pakaian lengkap tim Sabhara dipersenjatai M16 dan juga romp anti peluru. Mereka bergerak karena badan antariksa Indonesia telah menemukan sebuah radiasi energi yang tidak diketahui. Jadi mereka memutuskan jika Gunung Merapi kemungkinan disusupi makhluk yang berbahaya.

Alvaro terus berguling ke kanan dan ke kiri agar tak terkena terkaman mulut Wormbler yang ingin memangsanya. Mulut yang begitu besar lengkap dengan gigi runcingnya itu siap memakan dan merobek manusia yang berada di depannya.

“Tolong!” teriak Alvaro yang suaranya semakin serak, tubuhnya sudah penuh luka akibat berguling di permukaan batu.

Personil polisi tersebut berlari cepat ke arah Alvaro dan begitu tiba dia melebarkan mata, “Mo-monster!” gumamnya.

Pelatuk senapan M16 tersebut langsung ditarik dan rentetan tembakan di arahkan ke arah mulut Wormbler yang siap menerkam Alvaro.

“Kijang satu! Cepat kemari ada monster!” teriak personil polisi tersebut sambil menembak ke arah Wormbler dan tangan kanannya menekan walkie talkie yang dibawanya.

Peluru-peluru yang ditembakan ke arah Wormbler sama sekali tidak mampu menembus kulitnya yang seperti lapisan besi baja. Merasa terancam Wormbler berganti arah. Monster lintah itu bergerak ke arah personil polisi yang terus menembakinya.

“Sial! Monster macam apa ini tidak mempan ditembak.” Personil polisi kesal dan mulai panik karena Wormbler itu bergerak ke arahnya dengan cepat.

Alvaro mencoba bangkit dan berdiri tegak agar bisa berlari. Akan tetapi kaki kanannya seperti merasakan keseleo dan susah untuk bergerak.

Dengan terpaksa dia melompat menggunakan satu kaki karena ingin lepas dari cengkraman Wormbler.

“Aaaakh …!” pekik personil polisi dan tubuhnya sudah dikunyah bulat-bulat oleh mulut Wormbler.

Alvaro yang sedang meloncat dengan satu kaki menoleh ke belakang dan wajahnya langsung pucat seputih kertas. Dia meloncat semakin cepat dengan keringat dingin mengucur deras di sekujur badannya.

Wormbler yang lain datang dari dalam permukaan tanah. Berjarak satu meter di belakang Alvaro dan siap meloncat untuk menerkam Alvaro.

Personil polisi yang lain datang ada 10 orang anggota membawa senapan M16 dan menembaki ke-empat Wormbler yang mau menerkam Alvaro.

“Pak! Lebih baik pergi! Monster itu tidak mempan ditembak!” teriak Alvaro sambil meloncat ke arah barisan personil polisi.

“Cepat, bawa pemuda itu! Kita menjauh!” titah salah satu personil polisi dan personil polisi yang lain menggendong Alvaro untuk bergegas turun menuju tempat parkir kendaraan.

Semua siswa sudah dievakuasi beserta para warga yang berada di sekitar kaki Gunung Merapi. Namun, baru saja mereka berlari sepuluh meter, Wormbler yang lain dengan jumlah yang sangat banyak keluar dari permukaan tanah dan mengepung mereka.

Para personil polisi tidak menyerah. Dengan berteriak berapi-api mereka menembaki para Wormbler agar mereka menyingkir dan membukakan jalan untuk mereka supaya bisa kabur dari kepungan kawanan monster lintah tersebut.

Barisan Wormbler tersebut tidak bergeming, malah semakin beringas ketika salah satu Wormbler berhasil menggigit tangan kanan salah satu personil polisi yang berada di barisan depan.

“Aaaakh …!” pekik personil polisi meringis kesakitan sambil memegangi tangan kanannya yang mengucurkan banyak cairan kental berwarna merah.

Kawanan Wormbler semakin merangsek mendekati para personil polisi yang tidak bisa lagi kabur. Hingga saatnya ketika jari mereka menarik pelatuk senapan M16 yang mereka pegang, peluru itu tidak juga keluar karena sudah habis.

Satu, dua, tiga, dan empat personil polisi dilahap habis oleh mulut para Wormbler yang sangat haus darah. Hingga saatnya hanya menyisakan Alvaro seorang diri.

Ketika mulut salah satu Wormbler sangat dekat dengan wajah Alvaro, Wormbler itu berhenti. Mereka merasakan energi yang sangat familiar dari dalam tubuh Alvaro.

Urat otot di tubuh Al menonjol kuat dan membentuk ruam akar berwarna merah darah. Tubuh Alvaro bersinar terang, dia mengaktifkan mode pertahanan diri karena merasa adanya ancaman dari para Wormbler. Setelah terpicu oleh hawa energi yang sama keluar dari dalam tubuh Wormbler.

"Aaaaargh …!" Alvaro meraung keras dan tidak sadarkan diri. Tubuhnya bersinar terang dan bersiap mengeluarkan radiasi energi yang tidak dikenal di bumi.

...BOOM! SWUSH!...

Tubuh Alvaro meledak dan mengeluarkan gelombang kejut energi berwarna merah darah yang menyebar ke seluruh wilayah gunung Merapi. Ledakan gelombang kejut tersebut seketika menghancurkan semua Wormbler yang berada di kawasan Gunung Merapi.

Kepulan asap dan debu menjulang ke langit membentuk siluet jamur. Energi yang Alvaro keluarkan masih terlihat jelas, menjulang ke langit membentuk pilar energi berwarna merah darah.

Lama-kelamaan pilar energi itu meredup cahayanya dan bentuknya menyusut, kemudian menghilang dari pandangan semua orang yang berhasil menangkap momen tersebut dari bawah Gunung Merapi.

Baju Alvaro compang-camping dalam keadaan pingsan dan sudah terlempar ke tempat parkir mobil yang menuju pos pertama. Tubuhnya yang hanya memiliki tinggi 145 cm meter, kini telah berubah dan bertambah sampai 178 cm.

Susunan DNA di dalam tubuhnya juga berubah drastis membentuk suatu sel yang tidak dikenal di bumi. Bukan hanya Alvaro, tetapi semua warga di Provinsi Yogyakarta mengalami kondisi yang sama seperti tubuh Alvaro tanpa mereka sadari.

Ledakan radiasi itu juga memicu fluktuasi energi di berbagai belahan dunia membentuk sebuah pusaran portal dengan berbagai warna saat ini juga. Fenomena ini membuat dunia ketakutan dan mencoba menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.

Hanya Alvaro satu-satunya manusia yang memiliki bukti konkrit akan adanya monster dari dunia lain yang telah menampakkan diri di Gunung Merapi. Lalu apakah dunia akan terselamatkan?

Chapter 3.

...Lima tahun kemudian, Agustus tahun 2028....

Setelah kejadian insiden Merapi. Dunia berubah sangat drastis dan teknologi dikembangkan untuk melawan para monster yang berada di dalam portal.

Para ilmuwan di seluruh dunia merasa portal-portal yang muncul secara acak di seluruh dunia merupakan ancaman. Militer di seluruh dunia melakukan ekspedisi dari informasi yang diberikan Alvaro setelah kejadian insiden Merapi.

Walau informasinya sangat minim, tetapi itu cukup membantu militer dan seluruh ilmuwan untuk melakukan ekspedisi di dalam portal. Hingga akhirnya menemukan titik terang bahwa portal tersebut berisikan monster.

Setelah kejadian insiden merapi juga, semua orang warga Yogyakarta diperiksa dan diisolasi termasuk Alvaro. Di fasilitas khusus yang didirikan secara mendadak yang bekerja sama dengan pemerintah Jepang dan Amerika.

Hingga akhirnya para ilmuwan di seluruh dunia menemukan sebuah energi asing dari dalam genome DNA manusia yang terpapar oleh ledakan radiasi pada insiden Merapi dan menamakannya Energi Arkha.

Energi Arkha hanya dalam waktu kurang dari satu tahun, sudah berhasil menjangkiti seluruh manusia di bumi. Mampu merubah struktur sel di dalam tubuh mereka hingga mempunyai kekuatan supranatural seperti seorang pahlawan super.

Setelah ekspedisi pertama portal berhasil. Dengan cepat, pemerintah dunia melalui sidang luar biasa PBB membentuk biro pemburu monster bernama asosiasi hunter dan sistem tersebut menyebar ke seluruh dunia dengan cepat demi menanggulangi bencana yang akan ditimbulkan kembali oleh para monster yang berada di dalam portal.

Asosiasi hunter yang didukung peralatan canggih dari para Ilmuwan dunia berhasil menciptakan senjata untuk melawan para monster. Senjata itu terbuat dari beberapa bagian tubuh monster dan mengklasifikasikannya dengan tingkatan tertentu. Mulai dari tingkat putih, jingga, perak, emas, biru, abu-abu, hijau, merah, dan hitam.

Bukan hanya senjata, tetapi portal juga memiliki tingkatan tertentu mulai dari level E sampai level SS. Sementara itu para hunter pun memiliki ranking atau rank, yakni Rank Warrior, Elite, Mythic, Chief, Lord, King, Emperor, Ancient, dan Primordial.

Selama empat tahun pasca Alvaro dilepas dari fasilitas khusus bernama Fasilitas Ark Neo. Dia menjalani kehidupan dan melanjutkan sekolahnya hingga lulus di SMSR.

Namun, selama empat tahun tersebut hidupnya terkatung-katung. Alvaro hanya mendapatkan pundi-pundi rupiah dari hasil menjual sketsa di Kawasan Malioboro.

Pagi yang cerah disertai suara kicauan burung yang merdu, Alvaro sudah bangun dengan muka ditekuk. Sudah satu minggu dia berusaha menawarkan sketsa gambar, tetapi belum ada satupun yang terjual.

“Jabrig! Cepat bangun! Jangan malas-malasan! Ingat masa depanku tergantung padamu, tolol!” hardik Alexa adik kandung Alvaro yang selalu hidup dengan gaya flexing dan hedonis.

“Ba-baik.” Alvaro hanya bisa mengangguk pasrah jika sudah adiknya mengatakan hal tersebut.

Mau kuliah pun tidak ada biaya. Apalagi mengandalkan otaknya yang bebal seperti potongan lemak sapi yang berada di kuah bakso untuk mendapatkan beasiswa, rasanya itu sangat tidak mungkin bagi Alvaro.

Kedua kakinya turun dari tempat tidur, lalu melangkahkan kaki dengan gontai ke arah kamar mandi. Sudah tidak ada semangat hidup bagi Alvaro saat ini.

Impiannya memiliki Aruna kandas, menjadi pelukis terkenal pun kandas. Semua itu karena bakatnya yang pas-pasan, hanya satu harapan dalam benak pikirannya yakni menjadi hunter.

Namun, setiap kali mendengar omelan Alexa tentang uang, nyali Avaro langsung menciut ketika ingin mendaftar menjadi hunter.

Setelah selesai mandi, Alvaro memakai kaos putih dengan celana training yang sudah usang. Lalu menggendong sebuah tas besar berisikan beberapa kertas HVS yang berisikan hasil sketsa yang telah dibuatnya menuju kawasan Malioboro dengan naik sepeda onthel.

......................

Tiga jam kemudian.

Alvaro menaruh beberapa gambar sketsa dengan digantung. Ia menggunakan sepeda yang diparkirkan sebagai tempat memajang hasil goresan drawing pen miliknya itu. Supaya sketsa gambar tersebut dapat dilihat oleh para pejalan kaki yang berlalu lalang melewati jalan utama kawasan Malioboro.

“Pak! Bu! Sketsa gambarnya! Silahkan!” teriak Alvaro menjajakan barang dagangannya.

Baru saja Alvaro menjajakan sketsa gambarnya, lima preman berpakaian punk mendekatinya dan menendang sepeda onthel itu.

...BRAK!...

Sepeda onthel itu terjatuh, beberapa kertas yang berisikan gambar sketsa yang sedang dijual Alvaro berhamburan berantakan. Tidak hanya itu bahkan beberapa diantaranya kotor akibat terkena air got hingga membuatnya kertasnya sobek dan berlubang.

“Bang, Jangan bang!” pinta Alvaro sambil memeluk sketsa wajah Aruna yang sangat disayangi oleh Alvaro.

Punggung Alvaro diinjak-injak dengan injakan yang sangat kuat. Bukan hanya itu, semua hasil karyanya juga dihancurkan dengan cara dirobek-robek dan kertasnya di buang ke udara.

“Hahaha …. Dengan begini kau tidak bisa menjajakan sketsa gambarmu yang jelek itu disini lagi bocah tolol!”

Salah satu preman itu menginjak salah satu sketsa gambar Wormbler dan menggilas-gilasnya dengan telapak kakinya hingga robek dan tidk dikenali lagi gambarnya.

Setelah puas melakukan itu, kelima preman tersebut meninggalkan Alvaro dalam keadaan tertelungkup memeluk kertas berisi sketsa gambar Aruna.

Alvaro hanya bisa menangis sesenggukkan dan tidak ada satupun orang yang mau menolongnya. Dia bangkit dan merapikan kertas yang berserakan itu untuk dimasukan kembali k dalam tas besar miliknya. Alvaro menaruhnya di belakang dan mengendarai sepeda onthel itu untuk kembali ke rumahnya.

......................

Empat jam kemudian, rumah Alvaro.

Melihat pemuda berambut hitam dengan gaya rambut tidak terurus tersebut datang. Alexa keluar dengan raut wajah ketus, “Tumben sudah pulang? Dapat banyak uang?” tanyanya sinis.

“Nggak, semua sketsaku rusak diinjak-injak preman,” jawab Alvaro dengan tatapan sendu dan lunglai tubuhnya.

“Tolol!” Alexa mendorong tubuh Alvar hingga terjerembab ke parit kecil yang berada di depan halaman rumahnya.

Alexa tampak sudah berkacak pinggang dengan sorot mata merah, “Aku sudah muak hidup denganmu sedari kecil. Aku katakan, kau hanyalah anak pungut dari kedua orang tuaku! Mulai sekarang pergi dari rumah ini!”

...JDAR!...

Alvaro seperti tersambar petir di siang bolong mendengar hardikan dari Alexa. Pantas saja wajahnya sangat jauh berbeda tidak seperti kakak-beradik dengannya.

Alexa masuk ke dalam rumah untuk mengambil semua pakaian Alvaro yang berada di lemari kamarnya. Kemudian keluar membawa tas berisikan semua baju Alvaro.

“Pergi! Kau bukan kakak kandungku! Kau hanya benalu di keluarga ini! Sampah tolol sepertimu hanya merusak pemandangan mataku dan seluruh keluargaku! Jangan pernah menginjakan kaki lagi ke rumah ini!” hardik Alexa dengan raut muka merah padam dan urat otot yang menonjol di seluruh wajahnya.

Alvaro bangkit dengan tatapan sendu dan mengambil tas berisikan pakaiannya. Kemudian meninggalkan rumah yang sudah memberikan banyak kenangan indah ketika kedua orang tua angkatnya masih hidup.

Langkah kakinya gontai dan tidak ada sepatah kata pun yang terlontar dari mulut Alvaro pada Alexa yang tega mengusirnya. Dia berjalan menyusuri jalan dengan tatapan hampa dan tidak memperdulikan perutnya yang sudah berdemo keras. Hal itu tentu saja terjadi, sejak semalam Alvaro sama sekali belum makan.

Setelah satu jam berjalan menyusuri pusat kota Bantul, Alvaro tidak sengaja tiba di salah satu Gedung Asosiasi Hunter Cabang Bantul. Ada banyak Arkham yang sedang mendaftar untuk tes menjadi hunter. Arkham adalah sebutan manusia yang terpapar radiasi energi Arkha.

Setelah melihat hal itu, entah mengapa ia kembali memutuskan untuk ikut mendaftar menjadi hunter. Apakah Alvaro benar-benar mendaftarkan dirinya sebagai hunter?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!