NovelToon NovelToon

Suamiku Masih Mencintai Mantan Istrinya

Kembalinya Mantan Istri

"Mas, aku mohon padamu. Tolong izinkan aku untuk bertemu dengan anak-anak dan tinggal di rumah ya."

Pinta seorang wanita yang bernama, Dita. Yakni mantan istri dari, Leo.

"Kamu boleh bertemu dengan anak-anak, tetapi tidak bisa tinggal di rumah. Karena aku sudah menikah dengan Renata," ucap Leo.

Tetapi Dita terus saja memaksa," Mas, aku tahu aku yang bersalah. Karena dulu aku meninggalkan anak-anak hanya demi pria lain. Tapi aku hanya ingin di sisa umurku ini, bisa bersama dengan anak-anak."

Sejenak Leo terdiam, seraya menatap heran kepada Dita," apa maksud ucapanmu itu?"

"Mas, aku di vonis sakit parah dan umurku tinggal beberapa bulan lagi. Di sisa umurku, aku hanya ingin menebus dosa-dosaku dengan selalu bersama anak-anak. Please, mas. Aku tidak ada maksud lain, masa iya kamu tega aku....

"Sudah nggak usah berkata buruk, aku akan kabulkan permintaanmu. Nanti aku antar kamu ke rumahmu untuk bersiap-siap ya? sekarang juga kita ke rumahku. Biar nanti aku yang bicara pada, Renata. Kamu nggak usah khawatir, dan fokus saja dengan kesehatanmu."

Leo merasa iba dengan kondisi Dita, hingga ia mengizinkannya untuk tinggal di rumah bersama dengan, Renata dan dua anak mereka.

Di dalam hati Dita tersenyum riang," yes, usahaku berhasil juga. Memang mudah sekali mengelabui, Mas Leo. Karena dia pria yang tidak tegaan."

Saat itu juga, Leo mengantarkan Dita ke rumahnya untuk mengemasi pakaian yang di perlukannya. Setelah itu Leo mengajak Dita ke rumah mewah miliknya.

Alangkah terkejutnya Renata, pada saat Leo pulang bersama dengan, Dita.

"Hallo, anak-anak," sapa Leo.

"Asikkkk.. Papah pulang."

Si kembar Rasti dan Resti yang baru berumur lima tahun berlari memeluk, Leo.

"Hallo, anak-anak mamah."

Dita menghampiri si kembar, tetapi Resti justru lari ke arah Renata.

"Sayang, sini dong. Ini kan mamah, Mamah Dita kangen sama, Resti," ucap Leo membujuk satu anaknya yang terus memeluk, Renata.

"Nggak mau! mamahku ya mamah Renata!"

Si kecil Resti malah bersembunyi di balik tubuh, Renata.

"Mba Tuti-Mba Ita, kemari sebentar;" teriak Renata kepada kedua baby sister si kembar.

"Rasti-Resti, kalian main sama mbak dulu ya?" ucap Renata membujuk si kembar.

Mereka pun mengangguk perlahan, dan di tuntun oleh masing-masing baby sister mereka.

"Mas, apa maksud semua ini?" tanya Renata menatap sinis ke arah Dita.

"Dita, akan tinggal di sini bersama kita," ucap Leo singkat.

"Apa? nggak bisa begitu dong, mas! seharusnya kamu itu minta persetujuan aku dulu, karena aku kan istrimu. Sedangkan dia hanya seorang mantan saja."

Renata menolak mentah-mentah jika Dita tinggal bersama di rumah itu.

Dita pasang wajah sedih, dan perlahan mengeluarkan air mata buayanya," mas, sebaiknya aku kembali ke rumahku saja. Karena aku tidak di terima di sini."

"Jangan, Dita. Aku sudah berjanji padamu untuk mengizinkanmu tinggal di sini bersamaku dan anak-anak."

"Renata, tolong kamu jangan egois. Dita memang sudah menjadi mantan bagiku, tetapi sampai kapanpun dia adalah ibu kandung si kembar. Jadi kamu tak bisa memungkirinya. Lagi pula Dita sedang sakit, dan dia hanya ingin bersama dengan anak-anak. Masa iya kamu tega, memisahkan ibu dan anak?"

Renata memicingkan alisnya," mas, aku tidak pernah melarang dirinya bertemu dengan si kembar. Tetapi tidak begini caranya, membiarkannya tinggal bersama kita. Lagi pula, dia yang berbuat kesalahan dan pergi menjauh memisahkan diri dari si kembar. Dia kan lebih memilih pacarnya dari pada si kembar. Apa kamu sudah lupa dengan apa yang dia perbuat padamu? bahkan kamu selalu cerita ke aku? lantas kenapa sekarang malah seperti ini?"

"Sudahlah, kamu nggak usah protes. Itu semua kan masa lalu, setiap manusia pasti punya salah. Nggak usah kamu ungkit kesalahannya, aku sudah memaafkannya. Di sini aku yang kepala keluarga, aku yang menjadi imam. Sedangkan kamu hanya ma"mum saja, hanya menurut pada imam. Apa kamu mau di cap sebagai istri durhaka, karena membangkang keputusan seorang kepala keluarga?" ucap Leo ketus.

Renata diam saja, ia melirik sinis ke arah Dita yang justru tersenyum mengejek ke arahnya tanpa setahu, Leo.

"Ya sudah, terserah saja! tapi aku nggak ingin ada hal yang tidak di inginkan terjadi pada rumah tangga kita yang baru berjalan beberapa bulan lamanya."

Pada saat Renata akan berlalu pergi, tiba-tiba Dita mencekal lengannya," Renata, terima kasih ya. Kamu sudah mengizinkanku tinggal disini. Aku tidak akan menggangu rumah tanggamu dengan, Mas Leo. Aku cukup tahu diri kok. Aku hanya ingin bersama si kembar, itu saja."

Renata menepis cekalan tangan, Dita. Dia sama sekali tidak mengatakan apapun, hanya menatap sinis sejenak pada, Dita. Dan melanjutkan langkahnya pergi dari hadapan Dita.

"Mas, aku kok jadi nggak enak sekali pada Renata. Aku minta maaf ya, membuatmu bertengkar dengannya. Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu."

Dita terduduk di sofa, dengan kembali mengeluarkan air mata buayanya. Hal ini membuat Leo tak tega. Dia pun menghampiri, Dita," sudahlah, nggak usah terlalu di pikirkan. Renata juga nggak salah, jika dari awal aku memberi tahunya terlebih dahulu, dia nggak akan marah. Dia baik kok, bahkan sangat baik. Buktinya hanya dalam waktu beberapa bulan saja, mampu mengambil hati anak-anak."

Tiba-tiba Dita memeluk Leo," iya mas, aku percaya kok."

Dita tahu kalau dari balik tembok, Renata sempat mengintip. Hingga dia sengaja memanasinya dengan memeluk, Leo.

"Aku nggak rela, Mas Leo memuji Renata. Maksud kedatanganku kembali ke dalam kehidupan, Mas Leo juga karena aku ingin rujuk," batin Dita.

Renata kembali ke kamarnya, dia mengurungkan niatnya untuk menemui Leo.

"Feelingku kok nggak enak sekali loh. Aku harus waspada, karena kedatangan Dita sepertinya punya maksud yang tidak baik, untuk rumah tanggaku dan Mas Leo," gumamnya di dalam hati.

**********

Malam menjelang, pada saat Leo akan tidur dengan Renata. Tiba-tiba pintu kamar ada yang mengetuk.

Tok tok tok tok tok

"Biarkan aku yang buka saja, sayang."

Leo pun bangkit dari pembaringan dan melangkah ke arah pintu kamarnya.

Dia terhenyak kaget pada saat membuka pintu kamarnya, dan melihat siapa yang ada di depan pintu kamar tersebut.

"Dita, ada apa?"

"Mas, aku minta maaf ya? menggangu waktu istirahatmu," ucap Dita mulai berakting.

Sementara Renata penasaran dengan sosok yang ada di ambang pintu kamarnya, dia pun bangkit pula dari ranjang dan melangkah mendekati, Leo.

"Ada apa, mas?" tanya Renata seraya menatap tak suka pada, Dita.

"Aku juga nggak tahu, dari tadi Dita di tanya nggak lekas jawab. Dia diam saja," ucap Leo.

"Ada apa sih, Dita? ganggu waktu istirahat kami saja!" oceh Renata kesal.

Tiba-tiba Dita pingsan dan tubuhnya langsung di tangkap oleh, Leo. Ia lekas membawa Dita ke kamar tamu, dan membaringkannya di ranjang.

"Sayang, sebaiknya kamu tidur dulu gih. Aku nggak akan tega jika membiarkan Dita sendirian dalam kondisi seperti ini. Aku akan menjaganya hingga dia sadarkan diri," ucap Leo.

"Nggak bisa seperti itu dong, mas," protes Renata.

Hasutan Mantan Istri

"Nggak bisa seperti itu dong, mas. Sebentar ya, aku akan kemari lagi."

Renata tidak hilang ide, dia pun melangkah ke paviliun belakang ke kamar bibi. Dan mengajaknya ke kamar tamu.

"Mas, biarkan bibi yang menjaga Dita. Aku sudah bilang padanya, jika ada hal yang tak terduga, bibi akan memberi tahu pada kita. Ingat ya, bi. Jangan lupa pesanku ini," ucap Renata.

"Siap, Non Renata."

Leo melangkah keluar dari kamar tersebut dengan merangkul Renata. Sementara Dita yang pura-pura pingsan, merasa kesal mendengar segala yang di katakan oleh, Renata.

"Kurang ajar, ternyata Renata pintar juga. Gagal dech, rencanaku ini!" batin Dita kesal.

Dan tak berapa lama, Dita membuka matanya," bibi, kenapa ada di kamar ini? pergi sana!"

"Maaf, saya tidak akan pergi sesuai dengan perintah dari, Non Renata."

"Oh... jadi kamu sekarang melawanku ya! lihat saja, aku akan laporkan hal ini pada, Mas Leo!" ancam Dita.

"Silahkan saja, saya nggak takut. Karena anda sudah bukan lagi istri, Den Leo. Jadi anda tidak berhak mengatur saya. Yang berhak mengatur dan memerintah saya adalah, Non Renata."

Si bibi sudah paham dengan sifat, Dita. Karena dia bekerja dengan Leo sudah cukup lama. Dari Leo masih kecil hingga Leo sudah tidak punya orang tua lagi.

Pagi menjelang, pada saat berada di meja makan untuk sarapan, Leo tiba-tiba berkata," Rasti-Resti, nanti berangkat sekolah diantar oleh, Mamah Dita ya?"

"Baik, pah," jawab Rasti.

Tapi tidak dengan, Resti," nggak mau, pah. Aku diantar Mamah Renata saja."

Leo mulai naik pitam," nggak usah membangkang, di antar Mamah Dita!"

"Mah, aku maunya sama Mamah Renata saja," rajuk si kecil Resti dengan mata berkaca-kaca, membuat Renata tak tega.

"Mas, biarkan nanti aku yang mengantarkan Resti. Lagi pula, sudah biasa bukan, setiap hari aku mengantarkan si kembar sekolah."

"Diam kamu! Resti-Rasti, ke sekolah diantar Papah saja, nggak usah ada yang protes! biar Mamah kalian di rumah saja. Dita, kamu juga istirahat saja di rumah ya," ucap Leo.

Hingga akhirnya, Leo yang mengantarkan si kembar ke sekolah. Sedangkan Renata dan Dita di rumah saja. Si kembar di dampingi oleh baby sitter.

Pada saat Leo sudah pergi, Dita menghampiri Renata yang sedang sibuk merapikan meja makan di bantu oleh, bibi.

"Heh, pasti kamu telah menghasut Resti hingga benci padaku!" tiba-tiba Dita mendorong tubuh Renata dan hampir saja piring yang di tangan terlepas, jika tidak di tolong oleh bibi.

"Bi, tolong bawa ini ke dapur ya."

Renata memberikan piring tersebut pada bibi, dan bibi lekas membawanya ke dapur.

Tetapi si bibi penasaran dengan apa yang akan terjadi pada Renata dan Dita, hingga dia mengintip dari balik tembok.

Renata tak gentar, dia mendekati Dita hingga kini mereka hanya berjarak satu inci saja," heh, kamu pikir aku tidak tahu apa yang ada di otakmu itu, hah? aku yakin kamu nggak sakit apapun, itu semua hanya tipu muslihatmu saja! asal kamu tahu ya, aku tak pernah mengatakan keburukanmu pada, si kembar."

"Apa kamu lupa, dengan semua yang kamu perbuat pada, mas Leo dan si kembar? sudah pergi dan menggugat cerai sendiri, kini malah datang lagi! dasar muka tembok dan tak punya rasa malu!"

Dita semakin tersulut emosi pada saat mendengar ucapan Renata. Tangan kanannya melayang dan pada saat akan menampar, Renata. Secepat kilat Renata menepisnya, bahkan memelintir tangan, Dita.

"Aahh.... sakit... dasar wanita barbar! aku tidak akan tinggal diam, karena aku akan melaporkan hal ini pada, Mas Leo. Dan aku yakin, kamu pasti akan kena marah. Atau perlu di talak sekalian oleh, Mas Leo!"

Renata melepaskan cekalan tangannya pada lengan Dita seraya mendorong tubuhnya hingga membentur tembok. Renata mencengkeram rahang Dita," coba saja kamu mengadu, kamu pikir aku takut denganmu? bahkan saat ini juga aku bisa mematahkan lehermu ini jika aku mau!"

Dita ketakutan melihat amarah yang berkobar pada diri Renata. Tetapi dia menutupi rasa takutnya, karena gengsi.

"Dasar wanita barbar! pantas saja si kembar tumbuh seperti itu, gara-gara didikan dari wanita seperti dirimu. Aku heran, kenapa juga Mas Leo mau menikah dengan wanita kasar seperti dirimu!"

Renata tersenyum sinis," aku memang seperti ini, tetapi aku setia tidak seperti kamu yang tukang selingkuh. Heran saja aku pada, Mas Leo. Mau saja berbuat baik pada wanita rendahan sepertimu! kamu sudah di campakkan oleh selingkuhanmu, hingga ingin kembali pada, Mas Leo. Hadapi aku dulu!"

Dita diam saja, di dalam hatinya sudah bersumpah serapah karena perlakuan kasar Renata padanya.

"Sombong sekali! jika aku tidak bisa mendapatkan Mas Leo dengan cara halus, aku akan melakukan dengan cara kasar! dan aku tidak akan tinggal diam, setelah mengetahui musuhku ini bar-bar, aku akan lakukan hal licik!" batinnya kesal.

Renata melepaskan cengkraman tangannya pada rahang Dita," kenapa diam? oh ya aku tahu, otak jahatmu sedang bekerja untuk memikirkan cara bagaimana supaya bisa menyingkirkan wanita barbar yang ada di hadapanmu ini, bukan?"

Renata sama sekali tidak takut dengan ancaman apa pun dari, Dita. Dia bukan wanita lemah seperti yang sempat Dita pikirkan selama ini. Renata melanjutkan pekerjaannya lagi menata meja makan, sedangkan sang asisten rumah tangga yang sempat melihat perdebatan itu, kini beralih ke dapur.

"Sat set sat set! wah keren sekali ternyata, Non Renata. Aku baru tahu, jika dia itu berani. Sangat bagus dan aku akan selalu dukung, setidaknya si tukang selingkuh itu, tidak bisa seenaknya sendiri di rumah ini!"

"Apa yang di katakan oleh, Non Renata semua benar adanya. Si tukang selingkuh itu, memang tidak tahu malu!"

Terus saja si bibi mengumpat sambil mencuci piring. Hingga satu teguran membuatnya terlonjak kaget," siapa yang tak tahu malu, bi?" Renata meletakkan piring kotor yang tertinggal di meja makan ke atas wastafel.

"Astaghfirullah aladzim, non bikin kaget bibi saja. Si tukang selingkuh si Non Dita, dia kan nggak tahu malu," ucap Bibi dengan rasa malunya.

"Hemm..... pasti bibi tadi menguping ya?" tegur Renata.

"Hehehehe... sedikit doang kok, non. Maafkan saya ya, non.. Habisnya saya juga nggak suka dengan si tukang selingkuh itu!"

Renata menasehati bibi, supaya tidak menuruti apa pun yang di perintahkan oleh, Dita. Supaya Dita tidak keenakan berada di rumah Leo.

Sore menjelang....

Di saat sedang bersantai, Dita menghampiri Leo yang sedang ada di teras halaman seorang diri.

"Dita, kenapa kamu menangis? apakah ada yang sakit?"

"Ada, mas. Tapi hati ini yang sakit, istrimu itu kasar sekali padaku. Lihatlah, lenganku ini!"

Dita menunjukkan lengannya yang sudah dia buat seolah biru karena bekas di pukul.

"Astaghfirullah aladzim, apa yang telah Renata lakukan padamu?"

"Dia nggak suka aku tinggal di sini, mas. Dia memintaku untuk segera pergi dari sini. Jika aku tetap bertahan, dia akan melakukan lebih dari ini."

Dita pintar sekali bersandiwara, hal ini membuat Leo percaya saja. Dengan penuh kemarahan, ia pun memanggil Renata dengan suara lantang.

"Renata!"

Tipu Daya Mantan Istri

Teriakan Leo terdengar hingga di kamar bermain. Dimana saat ini Renata sedang bersama si kembar dan baby sitter. Renata lekas berlalu pergi.

"Mamah ke depan dulu ya, kalian berdua nggak boleh nakal. Nggak boleh berantem ya. Mbak Tuti-Mbak Ita, jaga mereka jangan sampai ke pergi ke depan ya."

Setelah berpesan seperti itu, Renata melangkah dengan pasti ke teras halaman. Dia sudah tahu, jika hal ini akan terjadi.

"Aku yakin sekali, Dita sudah mengadu dan mengatakan hal buruk tentangku pada, Mas Leo," gumamnya.

Setelah ada di hadapan Leo, tiba-tiba satu tamparan mendarat di pipi Renata.

PLAk!

Sontak saja Renata terhenyak kaget, sembari memegangi pipinya yang merah bekas tamparan," apa-apaan ini, mas? main tampar saja, aku laporkan ke aparat kepolisian, baru tahu rasa!" kecam Renata kesal.

"Berani sekali kamu menyakiti, Dita! apa yang telah kamu lakukan hingga lengannya lebam membiru?" bentak Leo.

"Sudah aku duga...aku tidak melakukan apapun padanya. Aku hanya membela diri pada saat dia akan menamparku," bela Renata.

Tetapi Leo tetap tidak percaya dengan apa yang barusan di katakan oleh, Renata," nggak usah bohong dech kamu!"

"Mas, kenapa sih kamu main tampar saja? nggak tanya dulu apa masalahnya. Aku tidak bohong, justru mantan istrimu itu yang telah berbohong! heran aku sama kamu, mas! begitu mudahnya kamu di perdaya olehnya. Apa kamu masih cinta padanya, hingga seperti ini, hah?" Renata sudah tidak ingin berdamai dengan Dita.

"Kamu ini ngomong apa sih? kamu nggak perlu cemburu seperti ini. Aku cintanya sama kamu, sedangkan pada Dita karena rasa kemanusiaan saja, dia ini sedang sakit keras. Dan umurnya tidak akan lama lagi," ucap Leo.

"Hallaaaa...kamu itu terlalu bodoh jadi orang, mas. Hingga begitu mudahnya di tipu. Seharusnya apa yang pernah Dita lakukan dulu, itu kamu jadikan suatu pembelajaran. Bukan malah seperti ini?"

"Kamu percaya saja jika Dita sedang sakit keras. Dan mengatakan bahwa umurnya tinggal beberapa bulan lagi. Hahahaha... sebuah lelucon yang kuno. Meniru adegan yang ada di sinetron-sinetron."

"Kamu ini berpendidikan, mas. Kenapa kamu nggak tanya pada Dita, dan minta bukti cek kesehatan dia. Supaya kamu tahu, apakah Dita itu sakit keras atau hanya akal-akalan saja."

"Dita, coba mana buktinya jika kamu memang sakit keras. Dan sakitmu itu apa? kanker? stadium berapa, satu, dua, tiga, atau stadium akhir? atau tumor? aku lihat wajahmu tidak seperti orang yang berpenyakitan."

"Dita, jangan bermain-main dengan ucapan. Karena ucapan itu doa. Kamu sehat tetapi mengatakan sakit keras, nanti Allah menurunkan penyakit beneran ke tubuh kamu, batu tahu rasa!"

Sejenak Leo dan Dita diam, tetapi Leo membenarkan apa yang barusan di katakan oleh, Renata. Hingga dia pun meminta maaf pada Renata," sayang, aku minta maaf ya. Kamu boleh membalas tamparanku dengan menamparku dua kali."

"PLAK! "

"Maaf, mas. Aku hanya menuruti omonganmu saja. Kita impas, satu tamparan," ucap Renata.

Leo sama sekali tidak marah mendapatkan satu tamparan pedas dari, Renata. Kini dia beralih ke, Dita.

"Dan kamu Dita, mana cek laboratorium atau cek kesehatanmu atau obat-obatan yang kamu konsumsi. Aku ingin tahu, apa sakitmu itu!"

Dita mulai panik," aduhhhhhh.... bagaimana ini? karena sebenarnya aku tidak sakit sama sekali."

"Dita, kenapa diam saja? cepat tunjukkan surat hasil kesehatanmu, dan berikan padaku!"

Setelah cukup lama diam, pada akhirnya Dita pun bisa berkata," maaf, Mas Leo. Suratnya jelas tidak aku bawa, tertinggal di rumah. Untuk apa aku berbohong sih, mas? jika kamu tak percaya ya sudah nggak apa-apa, aku pulang saja."

Trik jitu yang di gunakan oleh Dita, yakni menangis. Karena ia sudah hapal dengan sifat Leo, yang tak tega jika ada seorang wanita yang menangis.

"Sudahlah, sekarang kembali ke kamarmu saja. Lain waktu kita ke rumahmu untuk mengambilnya."

Leo berlalu pergi dari hadapan Dita dan Renata.

"Lihat kan, usahamu tidak berhasil. Bagaimana pun, aku sudah hapal sekali dengan sifat dan prilaku, Mas Leo. Tinggal satu langkah lagi, aku akan berhasil menyingkirkan dirimu!" ejekan Dita tersenyum sinis.

"Dan pada saat satu langkah, usahamu itu tidak akan berhasil sama sekali. Karena serapat apa pun kebusukan yang kamu tutupi, akan tercium juga," ucap Renata, dan ia berlalu pergi.

********

Esok harinya....

Di saat Leo sudah berada di kantor. Dita mulai melancarkan aksinya lagi. Dia pura-pura belanja ke tukang sayur yang suka sekali lewat di depan rumah. Dan pura-pura membuang sampah.

"Nah, itu ada tukang sayur dan ibu-ibu pada belanja. Inilah kesempatan yang tepat."

'Ehem, hay ibu-ibu. Bagaimana dengan kabar kalian semuanya?" sapanya sok akrab, Dita sejenak meletakkan tempat sampahnya dan menghampiri ibu-ibu tersebut.

"Dita, bukannya kamu sudah bercerai dari Leo? kenapa juga kamu ada di rumahnya?"

"Iya, Dita. Itu tidak baik loh. Apa lagi Leo sudah menikah dengan, Renata."

Dita pun menjawab pertanyaan tersebut dengan derai air mata," saya bercerai itu karena terpaksa ibu-ibu. Itu semua karena adanya pelakor. Dan sudah sejak lama saya kangen sekali dengan anak-anak. Mana mungkin seorang ibu bisa jauh dari anak-anaknya, begitu pula dengan saya."

"Bukannya kamu yang dulu menggugat cerai, Leo dan pergi dengan pria lain? berarti tidak ada pelakor bukan?"

"Ceritanya nggak seperti itu, Bu. Cerita yang sebenarnya itu, saya di jebak oleh, Renata. Dengan seorang pria yang ternyata orang bayaran darinya. Hingga, Mas Leo telah salah paham dan menceraikan saya. Padahal saya masih sangat cinta padanya, dan juga pada anak-anak."

Terus saja Dita menghasut para ibu-ibu tersebut. Supaya mereka membenci Renata.

"Kami nggak menyangka jika Renata sifatnya buruk sekali ya? padahal dia terlihat sangat baik, tetapi ternyata seperti ini."

" Iya-ya, Renata ternyata wanita bermuka dua."

Setelah berhasil menghasut semua ibu-ibu tersebut, Dita berpamitan masuk ke dalam rumah.

Dan pada saat Dita sudah masuk ke dalam rumah, datanglah Mamah Leka. Dia yang melihat di depan rumah menantunya banyak ibu-ibu, dia pun bertujuan akan menyapa. Belum juga dia menyapa, sudah di serang kata-kata pedas dari para ibu-ibu.

"Heh, Bu Leka. Kami nggak menyangka sama sekali jika sifat Renata sangatlah buruk. Di nasehati tuh anaknya."

"Iya, Bu Leka. Jangan sampaikan Renata tingkahnya semakin keterlaluan."

Terus saja hujatan demi hujatan di lontarkan dari mulut ibu-ibu itu. Bu Leka memicingkan alisnya pada saat mendapatkan serangan demi serangan dari para ibu-ibu.

"Mohon maaf, kenapa kalian mengatakan hal buruk terhadap anak saya? saya sudah hapal betul bagaimana sifat dan perilaku, Renata. Hati-hati loh, perkataan yang tidak benar jatuhnya fitnah. Dan jika yang di omong nggak terima, bisa di laporkan ke kantor polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik. Apa, ibu-ibu mau di penjara?"

Setelah mendapatkan balasan kata dari, Mamah Leka. Ibu-ibu tersebut saling berbisik dan pada akhirnya diam saja. Sementara Mamah Leka, segera masuk ke dalam rumah mewah milik, Leo.

Karena kebetulan, Mamah Leka membawa mobil sendiri bersama sopir pribadinya. Mamah Leka turun sejenak dari mobil karena tak enak hati tepat di depan pintu gerbang terdapat ibu-ibu kompleks.

"Sebenarnya apa yang membuat ibu-ibu kompleks mengatakan banyak hal seperti tadi? pasti ada yang mengatakan hal buruk tentang, Renata."

Pada saat ia masuk ke dalam rumah Leo, dia begitu terkejut melihat ada Dita yang sedang mengangkat kaki di atas meja di ruang tamu, sambil makan buah.

"Heh, bukannya kamu mantan istri Leo? kenapa ada di rumah ini?" tegurnya merasa tidak suka melihat tingkah Dita.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!