Cerita ini adalah cerita rekaan. Jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat itu diluar kesengajaan.
...----------------...
" Hidup Yang Mulia Ratu!!!"
" Hidup Yang Mulia Raja!!"
Ucapan selamat diterima pasangan pengantin Raja Hyeon dan Ratu Gyeo Wool yang baru saja mengadakan prosesi pernikahan. Senyum mengembang di bibir keduanya, akan tetapi senyum tersebut hanyalah sebuah kamuflase alias kepura-puraan.
Sebelum acara pernikahan di gelar, Hyeon mengajak bertemu Gyeo Wool pada malam hari di taman belakang istana. Hyeon yang tidak ingin berpura-pura dengan hubungannya akhirnya mengatakan maksud dari pernikahan mereka.
" Aku akan mengatakan sesuatu hal padamu. Aku yakin kamu sudah tahu maksud dan tujuanku menikahi mu bukan?"
Gyeo Wool hanya menunduk, ia sungguh merasa enggan menatap pria yang akan jadi suaminya besok itu. Suara dalam dan dingin membuat Gyeol sedikit merasa segan kepada Hyeon.
" Apa kau mengerti?"
" Hamba mengerti yang mulia."
" Seharunya kau juga sudah tahu siapa wanita yang benar-benar kucintai bukan?"
Gyeol kembali mengangguk. Ia tentu tahu siapa yang dimaksud oleh Hyeon. Selir Bin, atau selir tingkat 1 yang belum lama ini diangkat oleh Hyeon adalah wanita yang begitu dicintai oleh sang raja.
Selir Da Eun, adalah selir yang mendapat kehormatan karena benar-benar dicintai oleh Yang Mulia. Mengapa Selir Da Eun tidak bisa menjadi ratu karena dia berasal dari keluarga biasa dan sangat ditentang untuk bisa naik tahta menjadi ratu. Berbeda dengan Gyeo Wool yang memiliki asal usul dari kelurga terpandang. Kakak laki-laki Gyeo Wool adalah seorang panglima perang yang ditakuti oleh kerajaan lain. Sedangkan ayah Gyeo Wool adalah mantan orang kepercayaan raja terdahulu atau ayah dari Hyeon.
Pernikahan Gyeol Wool dan Hyeon selain untuk memperkuat militer kerajaan ternyata adalah hasil janji dari kedua orang tua mereka.
" Meskipun kamu ratu yang tidak ku inginkan namun kau memiliki kekuasaan penuh sebagai ratu termasuk mengurusi harem. Kau bebas membuat peraturan apapun di harem asalkan kau tidak menyentuh selir Da Eun."
" Baik yang mulia, saya mengerti. Terimakasih untuk kebaikan hati yang mulia."
Hyeon pergi begitu saja setelah mengatakan maksud dan tujuannya bertemu. Gyeol yang masih bersujud memberi hormat akhirnya bangkit. Ia membuang nafasnya dengan kasar.
" Terserahlah jika mau seperti itu. Huft, jika bukan karena Oppa aku sebenarnya juga tidak mau masuk ke harem sialan mu itu."
Kembali ke hari pernikahan, raja dan ratu sungguh menampilkan senyum terbaik mereka. Bahkan ketika mereka di arak keluar dari istana keduanya berpegang tangan. Para rakyat tentu menyambut gembira. Sudah 2 tahun Raja Hyeon naik tahta dan baru sekarang mengangkat ratu.
Cih, sungguh pandai berpura-pura. Baiklah aku akan mengikuti drama yang kau buat yang mulia.
Gyeol pun mengeratkan tangannya kepada Hyeon membuat pria itu sedikit terkejut. Namun setelahnya ia bisa kembali bersikap normal.
Rupanya wanita ini pintar juga. Dia bisa mengikuti apa yang ku inginkan. Bagus, kedepannya akan mudah untuk memainkan drama.
Sorak sorai rakyat benar-benar terlihat begitu gembira. Tak jarang yang memuji keduanya sebagai pasangan yang serasi. Bahkan kecantikan ratu benar-benar bersinar. Hal tersebut terdengar oleh para selir. Tentu mereka sedikit kesal terlebih selir utama Da Eun. Tapi wanita itu benar-benar pandai menyembunyikan rasa hatinya.
" Kalian tidak boleh seerti itu. Bagaimanapun beliau adalah ratu yang harus kita hormati. Dia memiliki jabatan tertinggi di harem yang mulia raja. Kalian tidak boleh sembarangan mencaci jika masih ingin tetap berada di sisi yang mulia."
" Baik selir utama Da Eun."
Semua selir menaruh hormat kepada Da Eun. Tentu saja mereka tahu bahwa Da Eun adalah selir kesayangan yang mulia, wanita yang benar-benar dicintai. Tadinya para selir beranggapan bahwa Da Eun yang akan menjadi ratu. Akan tetapi ternyata bukan.
Kau boleh menjadi ratu kerajaan ini, akan tetapi tetap aku lah ratu di hati yang mulia.
Da Eun menyeringai, seringai yang tidak bisa dilihat oleh siapapun. Tidak dipungkiri bahwa Da Eun sungguh cemburu melihat Hyeon terlihat begitu dekat dengan Gyeol. Namun tentu saja dia harus bersikap elegan. Dia tentu tidka mau reputasi sebagai seorang selir utama yang lemah lembut tersebut menjadi hancur.
🍀🍀🍀
Malam pengantin telah disiapkan. Sajian makanan dan arak sudah tersaji di meja siap untuk dinikmati.
Dasom adalah dayang yang disiapkan oleh Hyeon untuk Gyeol. Dasom begitu telaten melayani kedua tuannya tersebut. Dasom sangat menyukai Gyeol karena pribadi Gyeol yang menyenangkan. Bahkan dikala hanya berdua Gyeol meminta Dasom untuk bersikap tidak formal layaknya teman.
" Silahkan yang mulia, dinikmati."
" Pergilah aku hanya ingin menikmatinya bersama ratu ku."
Dasom pamit undur diri keluar dari kamar tersebut.
" Apakah yang mulia ingin keluar, di sebelah sana ada pintu belakang. Yang mulai bisa keluar dari sana. Hamba yakin selir Da Eun pasti sangat mengkhawatirkan yang mulia."
Terkejut, Hyeon sungguh terkejut dengan ucapan berani wanita di depannya itu.
" Apa kau mengusirku?"
" Mengusir yang mulia? Mana berani, hamba masih sayang nyawa hamba. Tapi bukankah Anda mengatakan bahwa pernikahan kita hanya sekedar simbol?"
Hyeon tertegun mendengar ucapan ratunya itu. Ia mendengus kesal. Tanpa banyak bicara lagi Hyeon mengganti pakaiannya lalu keluar dari pintu samping yang ditunjukkan oleh Gyeol.
" Bagus, pergilah jadi aku bisa menikmati makan malam ku dengan tenang."
Kepribadian Gyeol mungkin jauh dari yang namanya anggun. Memiliki 2 kakak laki-laki membuat Gyeol sedikit banyak memiliki sikap seperti laki-laki juga.
Butuh waktu setidaknya 3 bulan untuk Gyeol mempelajari tata krama sebelum memasuki istana. Wanita yang baru menjabat sebagai ratu dalam sehari itu benar-benar menikmati makan malam nya. Bahkan ia menghabiskan sendiri arak beras yang disediakan.
Di sisi lain, Da Eun sungguh gelisah. Ia benar-benar khawatir yang mulia akan melakukan malam pengantin dengan Gyeol.
" Apa kau mengkhawatirkan ku?"
Hyeon memeluk Da Eun dari belakang dan mencium lembut bahu selir kesayangannya itu.
" Pyeha, hamba hanya."
" Sttt jangan bicara formal begitu saat kita sedang berdua. Bukankah aku sudah sering memperingatkan mu?"
Da Eun tersenyum, ia sungguh senang apa yang ia takutkan tidak terjadi. Sedari tadi Da Eun menaruh kekhawatiran terhadap kekasihnya itu. Sungguh ia merasa tidak tenang saat Hyeon dan Gyeol memasuki kamar bersama. Kini dia bisa tersenyum lebar. Hal selanjutnya sudah bisa dipastikan. Mereka sudah bergelung di atas kasur berbagi peluh.
Aku harus segera memberi yang mulia putra. Aku yakin putraku akan jadi putra mahkota nantinya.
Da En tersenyum, ia yakin rencananya pasti berhasil karena Hyeon sudah bersumpah padanya tidak akan menyentuh ratunya. Tentu saja hal tersebut merupakan kuncinya untuk menyingkirkan sang ratu dari singgasananya.
TBC
Hay hay ... Jumpa lagi ya sama karya othor. Ekhem, biasa jika salah satu udah mau tamat othor up yang baru. Kali ini othor memilih genre romansa istana.
Semoga suka ya. Terimakasih. Matursuwun.
Untuk mencegah kecurigaan, Hyeon sebelum fajar menyingsing kembali ke kamar ratunya melalui pintu samping. Ia sedikit terkejut saat melihat Gyeol yang tidur begitu sembarangan.
" Astaga, kenapa aku menikahi wanita seperti ini?"
Hyeon mengangkat tubuh Gyol dan membenarkan posisi tidur wanita tersebut. Sesaat ia memandangi wajah Gyeol yang sebenarnya sangat cantik. Akan tetapi dengan cepat ia mengalihkan pandangannya. Ia seperti diingatkan bahwa wanita yang dicintainya adalah Da Eun. Ia tidak boleh goyah sedikitpun terhadap ratunya tersebut.
Raja Hyeon pict by pinterest
Ratu Gyeol pict by. Pinterest
Selir Utama Da Eun
Hyeon pun akhirnya membangunkan Gyeol yang masih pulas. Bukan dengan tangannya tapi Hyeon menggunakan kakinya saat membangunkan Gyeol.
" Tck, aku masih ngantuk Dasom. Biarkan aku tidur sebentar lagi."
" Kamu pikir aku dayangmu!"
" Ya-Yang MUlia. Maaf."
Gyeol langsung duduk bersimpuh saat melihat wajah dingin Hyeon. Ia merutuki dirinya sendiri yang suka sembarangan saat belum bangun sempurna.
" Mengapa yang mulia ada di sini?"
" Terus, aku harus ada dimana?"
Gyeol mengangguk-anggukan kepalanya tanda ia paham maksud dari raja nya tersebut. sungguh ia ingin meremat mulut Hyeon saat ini juga. Tak berselang lama Dasom masuk membawa air hangat untuk Hyeon dan Gyeol membersihkan wajah mereka. Seelah beberapa saat Hyeon kembali memakai baju kebesarannya dan menuju ke pengadilan untuk rapat bersama para menteri-menterinya. Sedangkan Gyeol ia akan menerima kunjungan dari para selir. Gyeol menggunakan baju warna hitam yang bercorak kan benang emas. Sungguh membuatnya semakin terlihat anggun. Wajahnya yang dirias tipis tetap memancarkan kecantikan.
" Para Selir Bertemu Yang Mulia Ratu."
Suara kasim menggema di luar pintu kediamannya sebagian tanda bahwa par selir sudah bersiap untuk memberi salam kepada penguasa harem yang baru.
" kami memberi salam kepada Yang Mulia Ratu Gyeol."
" Bangunlah dan duduklah dengan tenang. Jangan tertekan, aku anak baru di sini. kalian yang lebih lama dariku berada di Istana. Aku berharap kalian bisa membimbingku nanti."
" Yang Mulia ratu terlalu merendah diri, bagaimana bisa kami para selir membimbing Yang Mulia Ratu. Kami sungguh tidak pantas."
Ucapan Selir Utama Da Eun diangguki ketiga selir yang lain. Gyeol melihat dengan seksama selir Da Eun. Memang wajah Selir Da Eun begitu cantik dan lembut. Semua orang yang melihatnya pasti akan merasa senang karena benar-benar meneduhkan. Todak heran jika Yang Mulia Raja Hyeon begitu mencintai dan menjaga Selir Da Eun.
Kau sudah lihat bukan, aku lebih segalanya dari pada kau. Meskipun kau ratu, kau tetap tidak bisa melampaui ku.
Setelah berbincang di dala kediaman Ratu, mereka pun menuju ke taman istana yang di sebelahnya terdapat danau. Namun siapa sangka mereka malah berpapasan dengan rombongan Raja yang tengah melintas juga.
Ratu Gyeol beserta pala selir pun membungkuk memberi hormat. Gyeol bisa melihat tatapan cinta yang Hyeon kepada Da Eun.
Astaga apa kalian tidak bisa melakukan nanti saat tidak ada orang. Jujur aku tidak cemburu tapi tidak nyaman jika diketahui oleh para menteri-menteri mu.
Tidak ingin berlama-lama, Gyeol pun segera melanjutkan jalannya menuju ke taman. Mau tidak mau Da Eun memutuskan pandangannya kepada kekasihnya itu.
Gyeol banyak berbincang kepada para selir. Selir Hyeon yang berjumlah 4 orang tersebut ternyata memiliki karakter yang berbeda-beda.
" Tidak hamba sangka ternyata Ratu memiliki wawasan yang luas mengenai daerah-daerah luar istana," puji selir Hae, yakni selir senior tingkat 2.
" Jangan terlalu memuji, dulu memang aku hidup di luar istana ikut dengan kedua kakakku sering bermain ke hutan dan pantai," jawab Gyeol merendah.
" Ratu memang banyak sekali wawasannya, namun saat ini yang dibutuhkan hanyalah mengabdi kepada Pyeha. Karena kita adalah istri Yang Mulia Raja Hyeon. Jadi apapun yang dulu terjadi di luar tidaklah perlu diingat kembali."
" Aaah ucapan Selir Da Eun benar juga. Baiklah aku rasa aku harus segera kembali. Silakan kalian melanjutkan berbincang nya."
Semua Selir berdiri dan membungkuk memberi hormat kepada Gyeol. Da Eun tersenyum puas bisa membalas omongan Gyeol yang menurutnya sangat sombong.
" Mama, apa tidak merasa bahwa Selir Da Eun sangat tidak menyukai mama," ucap Dasom.
" Tck, biarkan saja. Ayo kembali, aku sungguh lelah berjalan-jalan hari ini. Huft!"
Geyeol bersama dayang Dasom dan kasim So berjalan kembali ke kediaman ratu. Gyeol sungguh terkejut saat melihat kakak nya berdiri di depan kediamannya.
" Kakak!"
" Salam kepada yang mulia ratu semoga ratu panjang umur. Harap jaga wibawa Anda, sekarang Anda adalah ratu negara ini."
Gyeol memberengut, menjadi ratu tentu saja menjadi batasan sendiri baginya. Bahkan sekarang kakak nya pun seakan berpenghalang. Ia tidak bisa lagi bergelayut manja kepada sang kakak.
" Berdirilah , salam mu aku terima. Panglima Kyung Sam mari masuk ke kediaman."
Adik kakak tersebut masuk ke dalam, Gyeol memberi kode kepada dayang dan kasim nya untuk tidak ikut masuk ke dalam kamarnya.
" Oppaaa!"
Dasom langsung memeluk sang kakak. Kyung Sam membalas pelukan adik perempuannya itu. Sebenarnya ia kurang setuju dengan pernikahan ini, akan tetapi bagaimanapun Gyeol dan Hyeon sudah terikat janji pernikahan dari kedua ayah mereka.
" Apakah Yang Mulia memperlakukanmu dengan baik?"
" Tentu saja. Kakak tidak usah khawatir. Bagaimana kabar kakak kedua?"
" Seperti yang kau tahu, dia selalu berkutat dnegan buku dan bahan-bahan obatnya itu."
Kakak kedua Gyeol yang bernama Jae Hwan adalah seorang sarjana dan tabib terkenal. Kemampuannya dalam mengobati penyakit sudah diakui oleh khayalak luas. Bahkan Hyeon pernah meminta Jae Hwan untuk jadi tabib istana tapi dia tidak mau. Jae Hwan lebih suka mendedikasikan ilmu nya untuk masyarakat.
" Aku rindu kakak kedua."
" Bersikaplah dewasa, jik aada waktu pulanglah untuk menemuinya. Aah lupa, dia menitipkan ini untukmu."
Kyung Sam mengambil sesuatu dari balik bajunya dan menyerahkan kepada Gyeol. Itu adalah sebuah botol kecil. Gyeol tersenyum lebar.
" Sampaikan terimakasih ku dan salam ku untuk kakak kedua."
Kyung Sam mengangguk, ia pun segera undur diri. Sebenarnya kedatangannya kali ini adalah untuk menemui Hyeon. Ia harus membahas mengenai kelompok pemberontak yang berada di wilayah timur. Pemberontak tersebut bernama Dongbu Banlangun. Mereka sungguh meresahkan warga yang berada di wilayah timur kerajaan karena suka menjarah.
Jika tidak segera dibasmi, khawatir akan beringsut masuk dan menganggu ketentraman. Akan tetapi sebagai panglima perang, Kyung Sam tidak bisa memutuskan sediri. Bagaimanapun Raja Hyeon lah yang memiliki wewenang untuk itu.
" Du Ho, kau tetaplah di sini. Aku percayakan keselamatan ratu kepadamu? Dan Ryung, kau ikut aku menemui Yang Mulia."
Du Ho mengangguk mengerti. Ia kini bertugas menjadi pengawal pribadi Ratu Gyeol. Sedangkan Ryung merupakan tangan kanan Panglima Kyung Sam yang selalu ikut kemanapun Kyung Sam pergi.
TBC
" Hamba Kyung Sam menghadap."
" Tck, jangan bersikap formal kepadaku begitu. Bangunlah. Disini hanya ada kita. Jadi bersikaplah seperti dulu."
" Hamba tidak berani yang mulia."
Hyeon mendengus kesal. Semenjak naik tahta semua orang terdekatnya menjadi berjarak. Ia benar-benar rindu kebersamaannya dengan temannya itu.
Ya, Kyung Sam dan Hyeon merupakan teman bermain sejak kecil. Hubungan keduanya sangat dekat. Meskipun mereka memiliki rentang usia 5 tahun namun Hyeon sangat dekat dengan Kyung Sam. Tapi entah mengapa dia tidak bisa menerima jika Gyeol menjadi istrinya. Padahal saat kecil dulu Hyeon suka sekali menjahili Gyeol.
" Katakan ada apa?"
" Ini soal pemberontak sisi timur yang mulia. Apakah ada perintah untuk itu?"
" Sebaiknya apa yang harus kita lakukan? Jika kita tiba-tiba menyerang, rakyat akan ketakutan. Tapi jika kita tidak membereskan mereka aku khawatir kelompok pemberontak itu akan semakin besar dan memperburuk stabilitas negara."
Keduanya terdiam. Mereka sama-sama melihat peta mengenai wilayah-wilayah negara dan sekitarnya. Hyeon menunjuk satu tempat dimana para pemberontak itu berada.
" Ryung, Dae Jung kalian berdua masuklah."
Hyeon memerintahkan pengawal pribadinya dan tangan kanan Kyung Sam untuk masuk ke dalam. Mereka akan membahas hal ini bersama-sama.
" Hormat yang mulia."
Hyeon mendesah pelan saat keduanya mengucapkan salam hormat. Hyeon selalu ingin mereka bersikap biasa jika tengah bersama. Namun berulang kali diminta mereka akan kembali ke mode hormat sebagai bawahan raja.
" Haish terserahlah. Baiklah, mungkin sebaiknya kita mengirim beberapa orang untuk menjaga wilayah bagian timur. Kirim seseorang untuk menyusup ke sana. Kita lebih baik mengamati dulu apa tujuan mereka memberontak."
Ucapan Hyeon memang benar, mereka tidak boleh gegabah langsung menyerang. Mereka harus benar-benar mengetahui tujuan lawan sehingga bisa mengambil tindakan selanjutnya. Ketiganya pun undur diri untuk menyiapkan rencana tersebut. Namun Kyung Sam rupanya masih tetap berada di ruang baca milik Hyeon.
" Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan lagi?"
" Ehmm, kali ini aku benar-benar berbicara sebagai seorang teman dan kakak dari adik perempuan ku. Apakah kau memperlakukan Gege dengan baik?"
Deg
Hyeon seketika terkejut dengan pertanyaan sang teman sekaligus kakak ipar dan panglima perangnya itu. Jika Kyung Sam memanggil nama Gyeo Wol dengan sebutan Gege bisa dipastikan saat ini Kyung Sam benar-benar tengah mengkhawatirkan adiknya itu. Gege adalah panggilan sayang Kyung Sam dan Jae Hwan kepada adik perempuan satu-satunya.
Akan tetapi sebagai seorang raja tentu Hyeon bisa menutupi rasa keterkejutannya dengan bersikap tenang. Pria itupun tersenyum sambil menepuk bahu Kyung sam.
" Tenang saja, aku selalu memperlakukan Gege dengan sangat baik. Dia adalah ratu ku sekarang. Tidak akan ada yang berani menyentuhnya di Istana ku ini."
Kyung Sam menghela nafas penuh dengan kelegaan. Dia begitu percaya dengan Hyeon akan menjaga adik perempuannya itu. Setelah mendengar ucapan Hyeon, Kyung Sam pun pamit undur diri menyusul Ryung dan Dae Jung.
Sepeninggalnya kyung Sam, Hyeon kemudian menjatuhkan tubuhnya di kursi lalu mengatur nafasnya yang sedikit tersengal. Sebenarnya dari tadi dia menahan debaran jantungnya yang tidak karuan.
" Bagaimana kalau Kyung Sam tahu tentang hubungan kami yang sebenarnya?"
Hyeon bermonolog lirih. tiba-tiba Da Eun masuk ke ruang baca tersebut dengan membawa teh untuk Hyeon.
" Sepertinya yang mulai sangat lelah. Minumlah ini agar kembali bersemangat."
Hyeon tersenyum. Melihat wajah selir kesayangannya tentu membuat Hyeon menghilangkan kecemasannya terhadap hal tadi.
" Kau memang yang paling mengerti diriku Selir Utama Bin."
Da Eun tersipu mendengar pujian dari Hyeon. Akan tetapi wajahnya sedikit kesal saat Kasim Nam masuk ke ruang baca tersebut. Mengetahui ada urusan yang haus di bahas, dengan terpaksa Da Eun pamit ijin keluar terlebih dulu.
" Aku akan menemui mu nanti malam."
" Baik yang Mulia."
Kasim Nam hanya melirik sekilas ke arah Selir Utama Da Eun. Entah mengapa Kasim Nam sedikit tidak suka dengan selir tersebut.
" Ada apa?"
" Ini yang mulia."
Kasim Nam memberikan sebuah surat. Rupanya surat tersebut adalah surat undangan jamuan makan dari kerajaan tetangga. Dalam surat di sebutkan untuk mempererat persahabatan mereka mengadakan jamuan makan, akan tetapi yang diundang hanya raja dan ratu saja, Kerajaan tersebut tidak mengundang para selir.
" Haish mengapa tidak boleh membawa para selir?"
" Mungkin itu memang diperuntukkan nagi para raja dan ratu yang mulia. Agar lebih mengenal dan akrab."
" Ya, ya kau atur saja untuk keberangkatan lusa. Ratu Gyeo biar aku saja yang memberitahunya."
Kasim Nam tersenyum. Ia ingat bukankah tadi yang mulia ingin mengunjungi Selir Da Eun? Jika Selir Da Eu tahu yang mulia mampir ke kediaman ratu terlebih dahulu pasti wanita itu akan sangat marah.
Kasim Nam selalu merasa bahwa Selir Da Eun tidak selembut kelihatannya. Ia merasa ada banyak hal yang tersembunyi dari wanita tersebut.
*
*
*
Kyung sam baru saja menginjakkan kaki di rumahnya. Tampak sang adik buru-buru menyambutnya dan menanyakan kabar Gyeo Wol. Jae Hwa sungguh tidak sabar dengan apa yang akan diceritakan oleh sang kakak.
" Astaga, bisa tidak membiarkan aku bernafas dulu. Jika kau benar-benar merindukannya mengapa kau tidak mengunjunginya sendiri."
" Hyungnim, kau tahu kan aku sangat tidak tega melihatnya sedih. Aku takut malah menangis jika melihat Gege."
Kyung Sam membuang nafasnya kasar. Sebenarnya yang adik perempuannya itu Gyeo Wol apa Jae Hwan. Sikap keduanya benar-benar seperti kebalikan. Jae Hwan benar-benar memiliki sikap yang lembut dan sensitif. Adik lelakinya itu sungguh tidak tega an. Makanya ia sering kali ditipu oleh orang.
Berbanding terbalik dengan Gyeo wol, Gadis itu tumbuh menjadi gadis yang pemberani. Bahkan ia sering ikut latihan bela diri bersama Kyung Sam. Pernah suatu ketika Gyeo Wol terluka akibat terjatuh dari bukit, Jae Hwan menangis sepanjang malam melihat luka-luka ditubuh adik perempuannya itu. Dia berusaha mengobati adiknya agar tidak mempunyai bekas luka. Bagi wanita yang belum menikah bekas luka merupakan sesuatu yang sungguh tidak menyenangkan.
" Bagaimana kau akan menikah jika bekas luka mu banyak begini. Sudaah oppa bilang jangan ikut hyung bermain di bukit."
Jae Hwan tidak henti-henti nya mengomel membuat Kyung Sam dan Gyeo Wol kesal.
" Jika tidak ada pria yang menikahiku maka aku kan hidup dengan oppa berdua selamanya."
itulah yang dikatakan Gyeo Wol saat itu hingga titah Raja turun untuk membawa Gyeo Wol ke istana. Jae Hwan tadinya sungguh tidak ikhlas melepas adiknya itu harus terkurung di istana. Namun mungkin itu adalah takdir baik yang diberikan langit untuk keluarganya setelah kedua orang tua mereka meninggal.
" Dia baik-baik saja. Aku juga langsung menanyakan padanya dan Yang Mulia Raja. Beliau bilang akan memperlakukan Gege kita dengan baik. Aku memintanya pulang jika diperbolehkan untuk menjenguk mu."
Jae Hwan tersenyum mendengar adiknya baik-baik saja. Ia selalu berdoa bahwa Gyeol akan diberikan kebahagiaan selam di istana.
Kyung Sam ( Kakak pertama ratu + Panglima/jenderal perang) pict. By pinterest
Jae Hwan ( kakak kedua Ratu Gyeo Wol)
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!