"Selamat Marsya, kamu diterima bekerja di kantor ini sebagai staf keuangan." ucap kepala HRD, Dio Prayogo sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Marsya yang duduk di depannya.
"Kamu bisa mulai bekerja besok, temui bu Ana, kepala divisi keuangan, nanti dia yang akan memberi tahu tugasmu" lanjut pak Dio.
"Baik, Pak.. terima kasih." ucap Marsya sembari menyambut uluran tangan pak Dio.
Dia mencoba tersenyum semanis mungkin untuk menunjukkan kebahagiaannya telah diterima kerja. Padahal dalam hatinya, dia sungguh tidak tahu harus bahagia atau bersedih.
Marsya tau betul tujuannya melamar kerja di sini bukan karena dia benar-benar membutuhkan pekerjaan. Tapi dia sengaja ingin mendekati kembali mantan pacarnya, cinta pertamanya yang dia tinggalkan sendiri dengan sengaja selama 7tahun lamanya.
Marsya memang lulusan terbaik di kampus ternama di kota Yogyakarta sebagai Sarjana Manajemen, tapi baru kali ini dia menggunakan ijazahnya untuk melamar kerja. Dia pantas bersyukur, di usianya yang hampir 29 tahun, dengan curriculum vitae yg menunjukkan dia belum pernah bekerja di perusahaan manapun, dia bisa diterima bekerja di perusahaan besar seperti ini. Dalam hati, dia yakin fisiknya yang menarik menjadi salah satu faktor penyumbang diterimanya dia di perusahan ini.
Marsya melirik Pak Dio, yang terus tersenyum genit sembari menjelaskan beberapa peraturan dasar untuk karyawan. Dia sedikit risih dengan tatapan laki-laki ini, yang sesekali tertuju pada dadanya. Marsya memang memakai pakaian formal hari ini, tapi iti tidak bisa menutupi ukuran dada Marsya yang nampak menggoda.
Wajahnya yang cantik dipoles dengan make up natural dan bibirnya dihiasi lipstik dengan warna ombre yang tampak sensual. Marsya memakai midi dress warna merah maroon dan dipadu dengan blazer hitam yang semakin menegaskan penampilan modernnya. Tak lupa Marsya menyemprotkan parfum aroma vanilla favoritnya sesaat sebelum memasuki ruang HRD tadi.
"pak Dio itu playboy abis. dia suka karyawan yang cantik dan sexy. jadi kamu pasti keterima.. percaya sama aku." Marsya mengingat ucapan Adel, sahabatnya, yang memberinya info lowongan kerja di perusahaan ini tempo hari.
Dan benar saja, beberapa kali dia melihat pak Dio berkedip genit pada Marsya, dan dia hanya bisa tersenyum sopan sebagai balasannya. Sampai dia dibuat terhenyak saat Pak Dio menunjuk sosok pria tampan berpakaian formal yang berjalan melewati ruang HRD tempatnya duduk saat ini.
"itu direktur utamanya, pak Daniel Wijaya. Mungkin baru besok kamu bisa saya temukan dengannya, karena hari ini schedule beliau sedang padat." ucap Pak Dio sambil menunjuk ke arah luar ruangan. Ruangan HRD hanya dibatasi dinding dan pintu kaca, sehingga kami bisa melihat luar ruangan dengan jelas. Tetapi lelaki yg bernama Daniel di luar sana, nampak sibuk. Dia berjalan cepat sambil membawa beberapa berkas, dan sesekali nampak berbicara dengan asistennya yang tampak kewalahan mengikuti langkah lebar bosnya.
Jantung Marsya berdegup kencang. Lelaki itulah alasannya berada di perusahaan ini sekarang. Karena Marsya begitu merindukannya, begitu ingin tahu kabarnya. Tapi detik ini, Marsya mulai kebingungan mengatur perasaannya. Bagaimana nanti dia bersikap di depan bosnya, sekaligus mantan pacar yang sudah dia sakiti 7 tahun yang lalu itu?
Daniel. Cinta pertama Marsya yang kini adalah Direktur utama di perusahaan tempat Marsya bekerja. Lelaki yang dia tinggalkan begitu saja tanpa penjelasan apapun. Lelaki yang selama 7 tahun lalu sempat begitu dia benci karena telah menghancurkan hatinya, tapi kini dia sendiri yang kembali dan mencari lelaki itu.
'Daniel Wijaya, masih mungkinkan kamu memaafkanku?' bisik hati kecil Marsya..
Marsya memasuki kamarnya. Dia melemparkan tasnya ke sembarang arah kemudian menghempaskan badannya ke sofa. Ditengadahkan wajahnya menghadap langit-langit kamar. Sungguh, tubuhnya tidak letih sama sekali, tapi pikirannya serasa kacau balau.
Hatinya tak karuan setelah melihat Daniel di kantor tadi. Walaupun melihat sekilas dari kejauhan sudah cukup mengacaukan hatinya. Rindunya yang membuncah sedikit terobati, namun ada percikan ketakutan membayangkan reaksi Daniel saat bertemu dengannya nanti.
Marsya sadar dialah yang bersalah. Tujuh tahun lalu dia pergi tanpa pamit, tanpa penjelasan apapun dia meninggalkan Daniel. Pergi merantau tanpa seorangpun mengijinkan Daniel untuk tahu. Marsya yang dulu menjauh dengan membawa rasa benci dan marahnya pada Daniel, kini kembali membawa kerinduan dan penyesalan yang terlambat untuk diperbaiki.
Pikirannya melayang pada 10 tahun lalu awal perkenalannya dengan Daniel Wijaya. Betapa laki-laki itu sudah mencuri hati Marsya sejak pertama kali mereka bertemu. Daniel yang tampan, penampilannya yang santai tapi terlihat modis dan atletis, dan tidak pernah menutupi rasa sukanya pada Marsya, membuat Marsya seketika jatuh cinta.
*bruuukk!!
"ehh.. maaf maaf.. aku ga sengaja" ucap Marsya pada seorang gadis yang baru saja dia tabrak di lobi kampus setelah dia selesai membayar pendaftarannya sebagai mahasiswa baru.
"gak papa kok.. aku juga salah, dari tadi aku main hp, ga liat jalan." balas gadis itu. Kemudian memungut hpnya yang terjatuh akibat insiden barusan.
"kamu mahasiswi baru disini ya? Aku Marsya."
"iya.. namaku Cassandra. Panggil aja Sandra"
mereka bersalaman. "kamu ambil jurusan apa? fakultas mana?"
"Manajemen. Fakultas ekonomi dan bisnis. kalau kamu?"
"aku sastra Inggris... "
"Sandra..!!" seorang laki-laki tidak jauh dari mereka terlihat berlari kecil menghampiri Sandra.
Marsya memperhatikannya dengan seksama, laki-laki itu hanya mengenakan t-shirt putih polos yang dipadukan dengan jeans belel dan sepatu kets warna biru gelap. Rambutnya yang hitam tebal sepertinya sengaja ditata acak-acakan, tapi anehnya semakin membuat pemuda itu terlihat sangat tampan, terutama bagi Marsya.
"Halo.. aku Daniel Wijaya, kakaknya Sandra.." sapa Daniel sambil melambaikan tangannya ke arah Marsya.
"Aku Marsya. Mas Daniel juga kuliah disini?" jawab Marsya.
"Iya.. aku mahasiswa baru sama kayak kamu. Jurusan Manajemen." Daniel menyunggingkan senyum termanisnya. Dia pura-pura tidak melihat reaksi kebingungan Sandra, adiknya. Fokusnya saat ini hanya ada pada Marsya. Gadis cantik di depannya.
"Wah.. Sama dong. Senengnya bisa kenalan sama teman baru sebelum mulai kuliah."
Daniel mendengar itu tak melewatkan kesempatan untuk bertukar nomor hp dengan Marsya, tak lupa diapun meminta pin BBM Marsya.
"Ehmm.. Marsya kita balik duluan ya. Nanti dicariin mama." Sandra menyela sesi perkenalan Daniel dan Marsya. Kemudian membuat merekapun berjalan terpisah.
"Sampai ketemu minggu depan, Marsya.. eh, panggil Daniel aja ya.. ga pake mas." ucap Daniel sesaat sebelum berpisah di luar lobi kampus.
"Kakak apa-apaan sih, kok bohong kuliah disini juga?" Sandra memukul pelan bahu kekar kakaknya sepeninggal Marsya.
"siapa yang bohong sih..?" jawab Daniel. Matanya belum lepas juga memandangi Marsya yang berjalan kian menjauh. Di matanya, Marsya adalah gadis tercantik yang pernah dia temui.
"Ayo kita masuk.." Daniel menarik lengan Sandra, menggiringnya kembali memasuki lobi kampus.
"Laah.. ngapain masuk lagi?" protes Sandra.
"Ambil formulir pendaftaran buat kakak.."
Marsya tak bisa berhenti tersenyum mengingat pertama kali perkenalannya dengan Daniel. Sejak saat itu, hari-hari kuliahnya selalu ditemani Daniel. Dan satu lagi sahabatnya sejak SMP, Sarah. Mereka bertiga selalu bersama, mengambil program study yang sama, nongkrong setelah jam kuliah selesai. dan sesekali Sandra yang dari jurusan sastra pun nimbrung bersama.
Sarah yang anak konglomerat, masuk kuliah sekedar ikut-ikutan Marsya saja, dan tentu untuk bergaya dan cari gebetan anak kuliahan. Dan lucunya, Daniel pun begitu. Hari itu sebenarnya Daniel hanya mengantar Sandra saja. Tapi setelah dia bertemu dengan Marsya, dia memutuskan untuk mendaftar kuliah.
Daniel adalah anak pengusaha ekspor impor buah dan makanan. Sejak kecil dia sudah dipersiapkan Papanya untuk mewarisi perusahaan karena dia anak lelaki satu-satunya. Sejak SMA, Daniel tiap hari datang ke kantor papanya sepulang sekolah, mempelajari tentang seluk beluk sistem kerja perusahaan. Berkat kecerdasannya, Setelah lulus SMA, Daniel sudah dipercaya untuk memegang salah satu anak cabang perusahaan.
Sandra pernah bercerita, kakaknya ga mau kuliah karena menganggap kuliah itu ga penting, yang penting itu belajar langsung di lapangan kerja. Mama papanya sampai menyerah menyuruhnya kuliah.
"Tapi gara-gara kenal kamu waktu itu, dia langsung daftar kuliah, konyol banget tau gak.. haha." seloroh Sandra suatu waktu Saat mereka nongkrong berempat di cafe dekat kampus.
"yee.. dasar Dan, bucin lo.." Sarah memukul pundak Daniel dan mengundang tawa mereka semua.
Marsya merona. Dia dan Daniel semakin dekat setiap harinya. Meskipun tanpa acara penembakan dan sejenisnya, siapapun tahu mereka saling menyukai. Daniel tidak pernah menutupi rasa cintanya. Dia terang-terangan menunjukan dia peduli pada Marsya dan melindunginya dari apapun, dan tidak membiarkan laki-laki manapun berani mendekatinya.
"Jangan ngomongin itu mulu ah.. Marsya malu tuh. kalau pipinya merah gitu makin cantik dia.. Ga tahan aku." Daniel menggoda Marsya, mengerlingkan matanya sambil mencubit kecil pipi Marsya.
"Jangankan daftar kuliah, Marsya pindah ke Afrika juga bakal aku ikutin." tambah Daniel yang mengundang Marsya untuk mencubit pinggangnya hingga berujung dia meringis kesakitan.
"Kalian bikin aku iri deh. Baru juga kuliah 3bulan, udah nemu soulmate. Lah aku.. ngejar-ngejar kak Fajar belum ada hasil. ngenes banget ga siih.." ucap Sarah.
Fajar adalah kakak tingkat di kampus. Dia aktifis kampus dan juga ketua badan organisasi mahasiswa di kampus. Jelas tak hanya Sarah cewe yang tergila-gila pada Fajar. Kecuali Marsya, hatinya sudah kepincut pada Daniel, si gentleman tampan miliknya seorang.
"Kamu daftar aja masuk organisasi. Biar makin enak PDKT nya.. "
"Udah, San.. Tiap hari juga udah chat-chatan sm kak Fajar, yaah walopun balesannya lama."
"Lihat aja. Sampe kapan si Fajar kuat ngejauhin aku. Sarah gitu loh.." ucap Sarah dengan sombongnya.
Sarah pantas sombong. kecantikannya benar-benar cermin kekayaan orang tuanya. Penampilannya fashionable, dan pandai bermake up. Kulit dan rambutnya terawat. Berbeda dari Marsya yang tampil lebih sederhana. Dengan make up tipis memancarkan kecantikan yang natural. penampilannya yang manis dan simple, namun dipadu padankan dengan serasi.
Marsya yang manis dan ceria, membuat pertahanan Daniel runtuh. Dia jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Hingga membuatnya rela kuliah meski sudah terlambat 3tahun sejak kelulusannya dari bangku SMA. Sejak masih sekolah, Daniel hanya memikirkan belajar dan bekerja di perusahaan papanya. Keputusannya untuk berkuliah disambut kebahagiaan kedua orang tuanya, meskipun alasannya karena anaknya itu yang sedang jatuh cinta.
Sedangkan Marsya, yang paling bersemangat kuliah. Dia bercita-cita ingin membuka toko kue miliknya sendiri, dengan kue buatannya sendiri. Marsya sangat senang memasak dan membuat kudapan apapun itu. Daniel dan Sarah kerap menjadi sasaran untuk mencicipi menu-menu masakan Marsya.
Daniel dengan senang hati melahap apapun yang dibuat Marsya. Dia yang paling bersemangat saat Marsya membawakan makanan ke kampus untuknya. Karena memang Daniel tipe orang yang lebih suka makan masakan rumahan, bertemu dengan Marsya yang pintar masak membuatnya merasa telah menemukan belahan jiwanya. Seringkali Daniel juga mengantarkan Marsya membeli bahan-bahan membuat kue dan peralatan membuat kue.
"Lama-lama aku bisa gendut karena makan mulu." ucap Daniel suatu hari saat Marsya membawakannya bekal capcay seafood untuknya.
"Gimana ga gendut.. itu capcay jatah Sarah juga kamu embat."
"Lah biarin aja.. Sarahnya juga pacaran gatau kemana. Mubazir kaan makanan seenak ini dianggurin." Daniel berkilah sambil terus menyuapkan sayuran ke mulutnya sendiri. "Macaaa.. besok kalau kita nikah masakin aku terus yaaa..."
Saat bermanja ria, Daniel sering menggoda Marsya dan memanggilnya 'Macaa'. Sikap Daniel yang manja dan kekanakan saat bersama Marsya, sangat kontras dengan ketegasan dan wibawanya saat berada di kantor. Dan Marsya sangat bahagia mengenal lelaki ini.
9 tahun yang lalu
Siang itu, Marsya duduk di lobi kampus. Dengan senang dan perasaan exciting dia mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya. Kotak bekal yang rencananya ingin dia berikan pada Daniel. Ya, Marsya sedang menunggu Daniel untuk mengantarnya pulang.
Kuliah mereka baru menginjak semester 3. Marsya dan Daniel semakin terlihat tak terpisahkan. Di tengah kesibukannya bekerja di kantor papanya sepulang kuliah, dia tidak pernah absen mengantar jemput Marsya. Sesekali Marsya diajak mampir ke kantornya. Bahkan Marsya dan Daniel sudah saling mengenal orang tua mereka.
Kedua orang tua Daniel selalu menyambut Marsya dengan senang hati. Bagaimana tidak, berkat Marsya lah akhirnya Daniel mau kuliah. Mama Daniel sudah menganggap Marsya seperti anak kandungnya sendiri. Terlebih karena bakat memasak Marsya, mama Daniel sangat senang setiap kali Marsya datang dengan membawa makanan buatannya.
Sedangkan Marsya hanya tinggal bertiga dengan papa dan adiknya, Muthia. Hal itu yang membuatnya merasa hangat setiap kali dipeluk dan dimanjakan oleh Feni, mama Daniel. Mama kandungnya sudah meninggal sejak Marsya berumur 10tahun. tepatnya 2tahun setelah Muthia lahir. Keadaan itu yang memaksanya menjadi dewasa sebelum waktunya untuk merawat adiknya yang tidak pernah merasakan kasih sayang ibunya.
Papa Marsya, Rudianto Firdaus, menjalankan bisnis restoran ayam bakar yang cukup terkenal. Daniel adalah salah satu pelanggan VIP restorannya. Daniel seringkali melakukan rapat dengan klien di restoran tersebut. Dan membuat kedekatannya dengan pak Rudi, calon papa mertuanya, terjalin mulus.
Sedangkan Sarah hanya butuh waktu 6bulan untuk menaklukkan Fajar, ketua organisasi Mahasiswa. kecantikan dan gayanya yang sosialita, serta pacarnya yang seorang aktifis kampus, seolah mematenkan popularitas Sarah di kampus. Meskipun begitu, sebagai sahabat Sarah, Marsya kurang menyukai Fajar. Di matanya, Fajar seperti tidak tulus mencintai Sarah. Berbeda dari Sarah yang sangat mencintai laki-laki itu, hingga rela memberinya apapun.
"Sya.. " sapa seorang laki-laki., membuyarkan lamunan Marsya.
Marsya mendongkakkan kepalanya dengan enggan. Dia tahu itu bukan suara Daniel.
"Kamu belum pulang? Mau aku antar?" Laki-laki itu adalah Kevin. Anak teman papanya yang kebetulan juga kuliah di kampus yang sama.
"oh Kevin. Ga usah repot-repot.. Aku lagi nunggu Daniel kok. Kamu duluan aja." jawab Marsya.
"Marsya aku yang anter pulang." tiba-tiba Daniel datang entah dari mana, mengejutkan Marsya. Dan membuat Kevin langsung pamit menghindari mereka berdua.
"Kamu kok lama dari mana aja sih?"
"Maaf sayang.. aku tadi lagi pup." Daniel menyeringai sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kita mampir ke kantorku dulu mau kan?"
Marsya mengangguk.
Dia mengikuti Daniel yang menggandeng tangannya menuju parkiran mobil Daniel.
"Kamu belum makan siang kan? aku cuma bawa siomay ini. Pasti ga kenyang kalau cuma makan siomay." kata Marsya setelah mereka sampai di kantor Daniel.
"siomay buatan kamu itu yang paling enak yang pernah kumakan sayang. Semuanya buat aku ya?" Daniel menatap kotak bekal yang dibawa Marsya dengan mata berbinar.
"Kamu makan siangnya aku pesenin nasi padang aja ya.. biar kusuruh OB yang belikan di depan kantor sana."
"Iya.. asal kamu juga harus makan nasi. Siomay gini doang mana kenyang."
Tak lama, Daniel segera menugaskan OB untuk membeli 2 bungkus nasi Padang.
"Sejak kenal sama kamu aku makin gendut nih.. Liat nih perutku, pipiku, " ucap Daniel dengan nada manja, sambil pura-pura cemberut. "masakan kamu selalu enak. Aku ketagihan sayang. Nanti kalau kita nikah trus perutku buncit, jangan jijik ya.. itu salah kamu."
Marsya tergelak.
"Biarin aja kamu buncit. Biar ga ada cewe lain yang naksir kamu." Marsya menangkup wajah Daniel dengan kedua tangannya.
Daniel membisu. Menatap lekat wajah Marsya, dan membuat Marsya salah tingkah. Pipinya seketika bersemu merah. Dia hendak melepaskan tangannya dari wajah Daniel, tapi dengan cepat ditahan Daniel.
Perlahan Daniel semakin mendekatkan wajahnya. Menempelkan keningnya pada kening Marsya. Tangannya membelai sebelah pipi Marsya, dan tangan yang sebelah menarik tengkuk leher Marsya perlahan sehingga membuat bibir mereka bersentuhan. Daniel mengecup bibir Marsya.
"Aku sangat mencintaimu, Sya.. " bisiknya. Sedetik kemudian dia ******* dengan lembut bibir Marsya. Lama dan dalam. Lalu menarik tubuh Marsya dan memeluknya erat.
Itulah ciuman pertama mereka. Marsya membenamkan wajahnya di dada bidang Daniel. Entah kenapa, dia begitu nyaman berada di pelukan Daniel. Lirih, tapi terdengar jelas oleh Daniel, "Aku juga sangat mencintaimu.."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!