NovelToon NovelToon

Menikahi Konglomerat Pura-pura Lumpuh

Bab 1 Pindah ke kota

Bruuukkk!

Seorang pengendara sepeda motor terjatuh demi menghindari gadis yang tiba-tiba menyeberang jalan dengan motor bebeknya sambil memboncengkan ibunya.

"Maaf! Saya tidak bisa berhenti. Saya harus ke dokter sekarang!"

Nandini kaget melihat motor ambruk berikut pengendara motor nya.

Seorang pria sempat melihat wajah gadis itu sebelum akhirnya pingsan dan tidak sadarkan diri.

.

Sampai di rumah sakit, Nandini segera membawa ibunya untuk berobat. Ibunya dia ikat dengan selendang di belakangnya ketika naik motor. Tidak ada mobil maka dengan motor pun jadi. Ini kondisi mendesak dan darurat. Meskipun sebenarnya Nandini tidak tega membawa ibunya berobat dengan motor.

"Semoga orang tadi baik-baik saja. Aku benar-benar panik dan menyeberang dengan ceroboh," sesal Nandini.

Gadis tinggi semampai dengan rambut sebahu yang selalu disisir menyamping, senyum yang manis dengan barisan gigi rapi mirip iklan pasta gigi, selalu riang dan ceria sebelum akhirnya berubah menjadi gadis yang murung sejak tahu jika ibunya menderita sakit jantung.

Harus segera di operasi, karena jika tidak maka nyawanya bisa tidak tertolong. Tinggal di desa sejak lahir yang tidak mengenal ayahnya yang konon kata tetangga, ayahnya adalah seorang miliarder namun disisi lain dia sering harus melihat ibunya bekerja keras membantu tetangga demi bisa bertahan hidup.

Miris sekali, katanya suami ibunya itu miliarder namun hidupnya berada di bawah garis kemiskinan.

.

Viktor adalah keluarga konglomerat yang kaya raya. Ayahnya seorang pengusaha yang sangat sukses. Dia adalah anak tunggal yang sebentar lagi akan menikah dengan gadis bernama Virlie.

"Jika dia lumpuh, aku tidak bisa menikah dengannya," ucap Virlie baru saja melihat keadaan Viktor di rumah sakit ditemani ajudan ayahnya.

"Artinya pernikahan akan di batalkan?" tanya ajudannya.

"Hmm..." jawab Verlie sambil berlalu.

.

Nandini masuk kerja di sebuah perusahaan Nest Food. Dan CEO nya ternyata seorang wanita muda yang cantik jelita bernama Verlie .

Nandini berdiri dengan menundukkan kepalanya ketika atasannya lewat di hadapannya dan terkagum-kagum didalam hati akan cara jalannya yang anggun dan penampilan nya serta wajahnya yang cantik memukau.

Verlie menghentikan langkahnya dan menoleh pada Nandini lalu melihatnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Boleh juga!" Gumamnya tersenyum lega.

"Temui saya di kantor!" Katanya lalu berlalu dari hadapan Nandini.

Jantung Nandini tentu berdebar hebat. Wanita ini adalah CEO di perusahaan dimana dia bekerja. Dan ini adalah hari pertama nya bekerja tapi dia sudah di panggil untuk menemuinya.

Rasanya tidak masuk akal. Dia adalah pegawai baru tapi di panggil oleh CEO yang tidak akan bicara dan membuang waktunya untuk pegawai tingkat rendah seperti dirinya.

"Apakah ada yang salah dengan penampilan ku? CEO menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Lalu memanggilku..."

"Hei kau! Kau tidak dengar di panggil ke ruangannya oleh nona Verlie,"

"I-iya, saya akan segera ke sana," ucapnya terbata karena teguran salah seorang staf yang menatapnya dengan terheran pastinya.

Wajah kampungan tentu sangat melekat padanya. Riasan ala kadarnya dan model rambut ala gadis desa sudah menunjukkan identitasnya.

Nandini berjalan dengan hati berdebar menemui CEO bernama Verlie. Gadis semuda dan seumuran dirinya sudah menjadi CEO, pastilah pengetahuan dan ilmunya benar-benar spektakuler dan diatas rata-rata.

Tok tok tok

Khas tanganya mengetuk dengan pelan. Suara tegas CEO mempersilahkan dirinya masuk kedalam.

"Masuklah!"

Nandini dengan rasa cemas dan tertekan luar biasa melangkah ke hadapan CEO.

"Silahkan duduk!" Suara CEO benar-benar menunjukkan jika dia adalah pemegang kekuasaan tertinggi yang bisa memecatnya hanya dalam sekali pertemuan saja.

"Siapa namamu?" Tanyanya tegas dan datar.

"Nandini Bu..."

"Aku baru melihatmu. Sudah berapa lama kau bekerja disini?"

"Ini hari pertama saya bekerja," jawabnya.

"Sudah menikah?"

"Belum," jawab Nandini dan heran karena pertanyaan itu. Tapi apapun yang ditanyakan oleh CEO harus dia jawab dengan jujur.

CEO nampak mengangguk dan memikirkan sesuatu.

"Silahkan berdiri dan berputar,"

"Apa Bu?" Nandini tentu saja terkejut. Dia disuruh berdiri dan berputar layaknya audisi untuk kelas tari saja.

"Saya memintamu berdiri dan berputar," ulang CEO sedikit kesal. Hal yang paling dia benci adalah saat lawan bicaranya memintanya mengulang perkataan nya.

"B-baik Bu..."

Nandini lalu berdiri dan berputar seperti yang di minta oleh CEO.

"Cukup!" Katanya lagi.

"Kau boleh keluar,"

Nandini menjadi terheran dengan semua ini. Meskipun begitu dia tidak akan berani bertanya dan hanya menuruti apa yang di perintahkan saja.

.....

Verlie berdiri didekat jendela dan nampak tertekan karena suatu hal. Dia akan menikah Minggu depan dengan pria yang cacat. Dulu dia adalah pria perkasa yang gagah dan tampan. Namun satu bulan ini dia menjadi pesakitan dan salah satu kakinya lumpuh. Verlie sendiri tidak pernah benar-benar memperhatikan kakinya itu karena dia enggan bertemu dengan calonnya itu saat dia tahu jika dia cacat.

"Lihat aku? Wanita yang nyaris sempurna. Cantik, dikagumi semua pria, Kaya dan Cerdas, apa takdirku seburuk ini? Hingga harus menikah dengan pria lumpuh?"

Verlie menatap ke bawah. Melihat mobil berlalu lalang di jalanan. Matanya beralih pada mobil hitam mewah yang baru saja berhenti. Mobil ajudan ayahnya, pria dari desa itu satu bulan ini telah mencuri perhatiannya, sejak dia tahu jika calon suaminya cacat karena sebuah kecelakaan.

Verlie langsung mengambil tas di kursi dan keluar dari kantornya.

Dia bertemu ajudan ayahnya di lift.

"Kau darimana saja. Ayah dan Ibumu gelisah mencarimu. Hari ini kau harus datang menemui calon suamimu," kata Sang Ajudan yang sejak sebulan dilarang memanggilnya dengan sebutan Bu.

Usia mereka hanya beda dua tahun. Pria itu lebih tua dua tahun dan selalu manggilnya dengan Bu Verli. Tapi sejak calonnya cacat dan dia bimbang, dia bukan hanya ajudan tetapi seperti teman curhatnya. Dan mereka mulai akrab dan tidak terlihat seperti ajudan dan atasan. Melainkan seperti teman dekat.

"Aku akan menemuinya. Katakan pada ayah dan ibu untuk tidak usah cemas,"

.....

Nandini saat ini berlari kerumah sakit karena keadaan ibunya yang tiba-tiba gawat. Dan saat jalan dengan tergesa, dia menabrak Viktor yang sedang di dorong oleh seorang pria. Dia adalah pengawal pribadinya, namanya Tomi.

"Maaf!" Kata Nandini saat terlanjur menabrak Viktor yang baru saja keluar dari kamar rawatnya.

Viktor menatap Nandini dan terkesima melihatnya. Sepertinya dia sedang mengingat sesuatu.

"Hei, kamu! kamu gadis yang waktu itu bukan?" Kata Viktor tiba-tiba teringat pernah bertemu dengannya belum lama ini.

Nandini terkejut dan mendongakkan wajahnya. Dadanya langsung naik turun karena dia teringat kejadian satu bulan yang lalu.

"Oh, tidak. Kita belum pernah bertemu. Permisi, saya terburu-buru," Nandini berusaha menghindari pria yang jatuh dari motor karena dirinya.

"Hei, nona. Tunggu dulu!" Viktor akan mengejarnya tapi pengawalnya mencegahnya

"Pak. Anda harus bertemu dengan calon anda sebentar lagi,"

"Ohh, gadis itu! Dia adalah gadis yang membuat aku jatuh dari motor!"

"Pak, mungkin anda salah. Gadis itu mengatakan jika belum pernah bertemu dengan anda," kata pengawalnya.

"Dia gadis yang sama. Aku tidak mungkin lupa wajahnya!" Kesal Viktor namun dia tidak mengejar gadis itu karena akan bertemu dengan keluarga calon istrinya sore ini.

Bab 2 Pura-pura tidak kenal

Di kantor Nest Food Nandini duduk di ruang kerjanya, matanya menatap layar monitor dengan sesekali menatap berkas di depannya.

"Done! Akhirnya selesai juga, uhh!" Nandini menggeliat merentangkan tangannya yang terasa kaku.

"Aku akan menyerahkan pada CEO sekarang juga," ucapnya sembari mengeluarkan kertas dari mesin printer.

Nandini segera merapikan semua kertas bersama berkas yang sudah dia kerjakan. Sekarang dia akan menemui CEO Virlie.

Diapun keluar dari kantornya, namun saat akan melangkah, tiba-tiba saja dia melihat pria yang dia temui di rumah sakit. Nandini dengan cepat memalingkan wajahnya.

"Ya ampun! Dia lagi! Bagaimana dia bisa ada di kantor ini. Memangnya apa yang dia lakukan disini?" Tanya Nandini bermonolog.

Ketika dia akan melangkah kembali, pria itu ternyata sudah tidak ada ditempat semula.

"Kemana perginya?" Tiba-tiba dari arah lainnya, Pria itu sudah ada di belakang Nandini dengan kursi rodanya, hingga membuat Nandini terkejut dan hampir saja mati karena jantungnya seakan berhenti berdetak.

"Kita bertemu lagi,"

Kata Pria itu mengagetkannya sambil memegang tangan Nandini agar dia tidak bisa lari lagi darinya.

"Eh, si-siapa anda?" Nandini pura-pura tidak mengenalnya.

"Jangan berpura-pura dan jangan lari lagi. Wajahmu tidak bisa berbohong dengan baik. Lihat, betapa pucatnya wajahmu itu,"

"Maaf Pak. Tapi saya tidak mengenal anda. Anda pasti salah orang," kata Nandini berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman pria itu.

"Kita akan ke kantor polisi dan melaporkan perbuatan mu yang tidak terpuji. Kau telah membuat orang lain kecelakaan lalu melarikan diri," kata Viktor masih memegang pergelangan tangan Nandini.

Mendengar kata polisi membuatnya ketakutan, Nandini dengan cepat melepaskan pegangan pria itu lalu setengah berlari menjauhinya. Dia tidak peduli Viktor tidak bisa mengejarnya karena duduk diatas kursi roda.

Hah hah hah!

Nafas Nandini terengah-engah namun saat menoleh dia tidak melihat pria itu lagi. Dalam hati dia sangat senang karena bisa kabur darinya.

"Apa katanya tadi? Polisi? Aku tidak mau di penjara. Aku bahkan belum menikah, tapi dia mengancamku akan memasukkan aku kedalam penjara? Aku tidak boleh bertemu dengan dia lagi!"

Nandini bermonolog didepan kantor CEO. Setelah menetralkan detak jantungnya yang tadi ngos-ngosan, kini dia mengetuk pintu dengan pelan. Nandini lalu menyerahkan berkas yang sudah dia selesaikan dengan sangat baik.

Sementara CEO nampak kesal karena kehilangan jejak Nandini.

"Gadis itu! Aku pasti akan membuatmu membayar semua ini!" Ucapnya dengan geram.

Tomi, pengawal pribadinya berlari mendekati Bosnya yang tadi tiba-tiba menghilang saat jalan bersama.

"Bos! Aku mencari-cari dan khawatir karena tiba-tiba Bos tidak ada disampingku," kata pengawal pribadinya. Terlihat jelas dari wajahnya jika dia memang benar-benar cemas.

"Aku melihat gadis itu lagi. Aku berhasil menangkapnya. Tapi dia kabur lagi," sahut Viktor menyesalkan karena gadis itu bisa melepaskan diri dari genggamannya.

"Maksud bos, gadis yang sama seperti yang di rumah sakit itu?"

"Iya. dia orangnya. Sayangnya dia berhasil melarikan diri,"

"Hh, Bos yakin dia orangnya?" Tanya Tomi yang hatinya ragu jika gadis itu yang sudah membuat bosnya kecelakaan.

"Tentu saja. Jika aku salah maka dia tidak perlu takut bertemu denganku bukan?"

Eh iya. Benar juga ya yang bosnya katakan. Tapi, entahlah. Karena aku juga tidak menjadi saksi saat kecelakaan itu terjadi. Jadi aku tidak bisa berasumsi seyakin si Bos, gumam Tomi.

.

Pulang kerja, Nandini langsung kerumah sakit. Dokter yang merawat ibunya mengatakan jika ibunya harus segera di operasi. Hal itu membuat Nandini sangat sedih dan merasa tersudut.

"Aku baru saja bekerja. CEO juga bukanlah orang yang ramah pada karyawannya. Bagaimana mungkin aku mengajukan pinjaman seratus juta lebih untuk membiayai operasi ibu?" Kata Nandini yang duduk di belakang tukang ojek yang membawanya ke rumah sakit.

Sampai dirumah sakit, Nandini langsung ke ruangan ibunya. Nampak wajah ibunya semakin pucat dan badanya yang memang sudah kurus bertambah kurus saja. Tak tahan rasanya dia melihat kondisi ibunya saat ini.

"Bu...." Sapa Nandini sembari mengusap airmatanya kala ibunya perlahan membuka matanya seakan menyadari kehadirannya.

"Dini.." sebut ibunya lirih.

"Bu.... bagaimana keadaanmu? Dokter mengatakan kau tiba-tiba harus di operasi? Aku sangat takut dan cemas,"

"Din, jangan pikirkan ibu nak. Kau sudah berupaya begitu banyak demi ibu. Sekarang pikirkanlah untuk dirimu sendiri. Andaikan Tuhan memberikan umur panjang, ibu ingin melihat kau menikah sebelum ibu pergi,"

"Jangan berkata begitu Bu. Kau akan baik-baik saja. Kau akan segera di operasi,"

Nandini sekarang akan mengumpulkan semua keberanian nya untuk meminjam uang pada CEO. Dia tidak peduli jika akan di maki atau di caci olehnya. Baginya yang terpenting bisa menyelamatkan nyawa ibunya. Keluarga yang dia miliki satu-satunya di dunia ini.

Lama Nandini duduk disamping ibunya. Dia memilih untuk berdiam disini setelah pulang kerja, karena hanya dia yang bisa menemani ibunya. Tidak ada siapapun selain dirinya. Dia tak punya kakak atau adik. Tidak ada keluarga yang bisa dia mintai tolong di kota besar ini.

Esok harinya,

"Dok, saya akan segera membawa uangnya. Ibu bisa dioperasi kan dok dan akan sembuh?" Pertanyaan konyol ini terpaksa dia ucapkan. Dia ingin memastikan jika setelah di operasi ibunya akan baik-baik saja.

"Kami akan berupaya semaksimal mungkin, banyak-banyak lah berdoa," kata Dokter berlalu setelah menepuk salah satu bahuku.

Tenang Bu, aku pasti akan datang dengan membawa uang untuk biaya operasi mu.

Nandini tergesa-gesa ke kantor. Dia tidak langsung ke ruangannya tap menuju ruangan CEO. Segenap rasa sudah dia persiapkan untuk meminta bantuan darinya, meskipun dia sendiri tidak yakin. Pegawai baru yang baru bekerja beberapa hari sudah mengajukan pinjaman ratusan juta. Kemungkinan untuk di berikan memang sangat kecil. Tapi apa salahnya mencoba? Hanya CEO satu-satunya harapannya kini.

"Pak, apakah CEO sudah ada di ruangannya?" Tanya Nandini pada salah satu sekretaris didepan ruangan CEO.

"Belum mbak. Jika ada pesan silahkan di tulis di memo," jawab pria itu lalu memalingkan wajahnya pada berkas di hadapannya lagi.

"Jam berapa datangnya ya pak?"

Pria itu nampak terganggu dengan pertanyaan Nandini. Dia menatapnya kaku dan datar.

"Tidak ada yang tahu. Termasuk saya," jawabnya acuh dan kembali menatap berkas itu lagi.

Seakan Nandini benar-benar mengganggu pekerjaan pria ini hingga Nandini memilih untuk tidak bertanya lagi.

Tidak lama kemudian, CEO datang dari jauh dengan kacamata hitamnya dan pakaian yang super modis. Dia benar-benar anggun di mata semua orang.

Melihat CEO semakin dekat, Nandini semakin berdebar.

Ketika CEO masuk, Nandini langsung mengikutinya di belakangnya dan mengetuk pintunya meski jantungnya berdebar sangat cepat.

Bab 3 Pinjaman bersyarat

Nandini berdiri di hadapan CEO dengan wajah tertunduk setelah mengatakan ke inginannya untuk meminjam uang. Namun, tanpa di duga, tidak ada caci maki seperti yang dia duga akan di lontarkan padanya sebagai jawaban penolakan dari CEO.

"Berapa yang kau butuhkan?" Tanyanya yang membuat manik mata Nandini terbelalak melebar. Dengan cepat dia mengatur pernafasannya dan hati-hati ketika mengucapkan jumlah yang akan dia ajukan.

"Dua ratus juta,"

"Ohh," hanya itu jawaban CEO namun membuat jantung Nandini benar-benar akan berhenti berdetak karena cemasnya yang berlebihan.

"Untuk apa uang sebanyak itu? Tentu aku boleh tahu bukan?" Tanya CEO yang sudah memikirkan sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak semalam setelah bertemu dengan calon suaminya.

"Ibu saya harus di operasi. Dan harus di lakukan dengan segera," jawab Nandini terbata.

"Baiklah. Tapi ada syaratnya," kata CEO pada Nandini sebelum menulis cek uang yang dia minta.

"Apapun syaratnya akan saya penuhi," kata Nandini seakan menemukan seberkas cahaya dalam goa yang gelap yang membuatnya sesak bahkan untuk bernafas.

"Baiklah. Kita bicarakan syarat nanti. Sekarang ini uangnya. Bukankah ibumu harus segera di operasi?" Tanya CEO yang di luar dugaan Nandini ternyata dia begitu pengertian.

Nandini mengangguk pelan.

Nampak CEO mengambil pulpen dan mulai menulis di atas cek kosong lalu menandatangani nya.

"Ini. Setelah itu, nanti kita bicarakan syaratnya," kata CEO sembari memberikan cek yang sudah dia tulis sejumlah uang yang di inginkan Nandini.

"Terimakasih Bu. Anda sangat baik. Saya sangat berterimakasih pada anda,"

"Ya. Dan kau harus penuhi janjimu untuk semua syarat yang aku minta" CEO Virlie mengingatkan Nandini.

"Baik Bu,"

Segera setelah mendapatkan cek itu Nandini pamit ke rumah sakit. Dia akan memberikan cek itu pada dokter yang akan mengoperasi ibunya.

"Dokter, saya sudah membawa cek untuk biaya ibu saya. Apakah bisa di lakukan sekarang operasi nya?" Tanya Nandini ketika ada di ruangan Dokter.

Dokter nampak terkejut karena Nandini dengan cepat membawa jumlah uang yang tidak sedikit dalam bentuk cek. Tapi Dokter segera tersenyum, dia juga merasa lega karena bagaimanapun ini adalah prosedur di rumah sakit.

Dokter dan pasien harus mematuhi aturan yang berlaku.

Nandini akhirnya bernafas lega dan duduk menunggu selagi ibunya akan di operasi oleh Dokter.

Sementara Viktor kembali lagi ke perusahaan Nest Food. Dia ingin menemui gadis yang kemarin dia lihat disana. Namanya saja dia tidak tahu sehingga dia akan kesulitan untuk mencarinya jika bertanya pada Virlie sebagai pemimpin semua anak buahnya yang jumlahnya ribuan orang. Bahkan mungkin Virlie juga tidak akan mengenal satu persatu karyawan nya saking banyaknya.

Viktor duduk berjam-jam di sana sambil melihat beberapa karyawan yang mondar-mandir dengan berkas disalah satu tangannya.

Karena sudah empat jam disana dan tidak menemukan gadis yang sudah menabraknya maka dia akan menemui Verlie.

"Kau disini?" Tegur Verlie terkejut melihat calon suaminya datang ke perusahaannya.

"Ya. Aku ingin bertemu denganmu. Kita sebentar lagi akan menikah. Tapi kita jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Jadi aku yang akan menemuimu disini," kata Viktor tersenyum hangat pada Verlie calon istrinya.

Nampak raut wajah Verlie menunjukan rasa tidak sukanya melihat Viktor datang menemuinya.

"Sebenarnya, ada hal penting yang harus aku katakan padamu," kata Verlie memberanikan diri untuk mengatakan nya.

"Hem, kalau begitu, katakan saja, aku ada di depanmu mendengarkannya," kata Viktor sambil memutar dan lebih dekat dengan calon istrinya itu.

"Sebenarnya, kita tidak bisa menikah," kata Verlie yang membuat Viktor terpana dan menatapnya tajam.

"Pernikahan Minggu depan tapi kau bilang tidak bisa menikah? Apakah kau sedang bercanda?"

"Aku tidak bercanda. Aku serius. Kita tidak bisa menikah," kata Verlie membuat hati Viktor patah saat itu juga.

"Karena aku cacat?" Kata Viktor menatap lurus mata Verlie.

"Karena aku mencintai pria lain. Jika kita menikah, kita tidak akan bahagia bukan?"

"Ohh, begitu rupanya? Sejak kapan kau membuat rencana ini?"

"Ini terjadi begitu mandadak. Aku baru menyadarinya," kata Verlie tanpa berani menatap manik mata Viktor.

Sebenarnya Verlie tidak bisa menikah dengan Viktor karena dia cacat. Verlie tidak bisa menikah dengan pria yang duduk di kursi roda di hari pernikahannya yang harusnya seperti pasangan Romeo dan Juliet.

"Ada syarat dariku jika kau ingin mundur dari pernikahan ini. Aku tidak bisa melihat keluargaku malu karena dirimu. Kau harus mencari ganti gadis yang akan aku nikahi Minggu depan," kata Viktor sambil membalikkan kursi rodanya dan dengan cepat memegang gagang pintu. Dia akan keluar dari ruangan Verlie dengan hati yang terluka amat dalam.

Ini semua seperti sebuah penghinaan baginya. Setelah cacat, maka terlihat seberapa tulus niatnya untuk menikah. Ternyata dia tidak tulus menerima perjodohan ini.

Dia lalu menoleh jam di tangannya.

"Tidak akan aku lupakan jam dan tanggal dimana kau membuat aku patah hati!" Ucao Viktor lalu pergi dari ruangan Virlie.

.

Operasi ibunya berjalan dengan lancar, dan kini kondisinya mulai membaik.

Nandini menepati janjinya pada Virlie untuk melakukan apa saja yang dia minta. Dalam benak Nandini, mungkin CEO akan meminta nya bekerja dengan lembur dan totalitas tinggi demi perusahaannya.

"Bu, diluar nona Nandini ingin bertemu dengan anda," kata salah seorang sekretaris nya.

"Suruh dia masuk!" ucap Virlie dan mengeluarkan kertas berisi tulisan yang dia print barusan saja.

"Silahkan duduk!" ucapnya tenang.

Nandini lalu duduk di hadapan CEO. Menunggu apa yang akan dikatakan atasannya sebagai syarat peminjaman uang itu.

"Baca ini lalu kau tanda tangan di bawahnya,"

kata CEO sembari menyodorkan selembar kertas pada Nandini.

Nandini dengan cepat membaca isi didalamnya. Begitu dia selesai membaca, tangannya bergetar hebat karena isi dari syarat yang di minta.

"Bagaimana? Kau sudah membacanya?"

"Tapi Bu, syarat macam apa ini?"

"Kau sudah berjanji untuk melakukan apapun yang aku inginkan bukan?"

Nandini terdiam dan hanya tertunduk menyesali kecerobohan nya.

"Sekarang kau bisa pergi. Persiapkan dirimu untuk Minggu depan. Selama itu, kau tidak usah bekerja dulu. Aku bebaskan kau dari pekerjaan ini sementara sampai kau menikah dengannya," ucap CEO dengan tenang dan datar.

"Tapi menikah dengan pria yang tidak saya kenal sebelumnya. Bagaimana bisa?"

"Kau harus bersyukur padaku. Karena menjadi istrinya akan mengangkat derajat keluargamu. Kau tidak perlu bekerja keras lagi setelah menjadi istrinya nanti," kata CEO karena pria yang akan di nikahi Nandini adalah seorang konglomerat.

Nandini keluar dengan langkah terseok-seok tak berdaya. Dia membawa kertas itu ke rumah sakit. Sampai disana, dia mengatakan niatnya untuk menikah pada ibunya.

"Kau akan menikah Minggu depan?" Ibunya terkejut namun juga senang. Selama ini putrinya tidak pernah bercerita tentang kisah cintanya. Tapi tiba-tiba membuat kejutan untuknya dan akan menikah Minggu depan. Hati ibu mana yang tidak bahagia mendengar kabar gembira itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!