NovelToon NovelToon

Pesona Sang Pemilik Sistem

Pertemuan pertama

Malam terasa sangat sunyi, disertai dengan angin malam yang berhembus tak tentu arah. Saat ini, suhu cuaca menurun secara drastis hingga mencapai 0° Celcius.

Hal tersebut yang menyebabkan semua orang malas untuk berkeliaran di luar rumah, dan lebih memilih untuk menghangatkan tubuh di depan api unggun, tidur dengan lapisan selimut yang menggunung, atau mungkin…

Lupakan.

Berbeda dengan orang lain, saat ini, di tempat yang begitu sepi terdapat seorang pemuda sedang berjalan menyusuri trotoar dengan mantel tebal melapisi tubuhnya.

Pemuda tersebut bernama Arvin Faresta, seorang pemuda yang masih berusia kurang dari dua puluh tahun dan kini sedang menjalani kehidupan sebagai siswa sekaligus pekerja paruh waktu di sebuah minimarket.

Biasanya Arvin akan kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan juga sekolahnya. Tetapi, berhubung saat ini sedang menikmati liburan yang diberikan oleh sekolah, Arvin bisa sedikit santai dan fokus terhadap pekerjaannya tanpa diganggu oleh pemikiran lain.

Arvin sendiri merupakan anak sebatang kara yang bersyukur masih bisa menempati rumah warisan dari mendiang ibunya. Namun disisi lain, Arvin kesulitan untuk mencari uang, berjaga-jaga jika saja uang tabungan milik ibunya akan habis.

"Huh, dinginnya…" Keluh Arvin sambil menggosok kedua lengannya.

Saat ini, bisa terlihat mulut Arvin yang selalu mengeluarkan asap di setiap hembusan nafasnya. Itu menandakan betapa dinginnya suhu cuaca di daerahnya.

"Cuaca saat ini tidak seperti biasanya. Walaupun musim dingin, biasanya tak akan sedingin ini. Apakah ini pertanda bahwa es di Kutub Utara sedang mencair karena pemanasan global? Haha, tidak mungkin." Ucapnya membuat lelucon untuk menghibur dirinya sendiri.

Namun, ketika Arvin sedang sibuk dengan memperhatikan jalan yang sedikit gelap, tiba-tiba saja ada objek kecil yang melesat cepat ke pipinya.

Arvin yang tak sempat menghindar terpaksa harus menjadi pendaratan bagi objek tersebut. Namun, yang membuat dirinya terkejut adalah fakta bahwa objek tersebut sangat dingin, sehingga menyebabkan Arvin spontan menyapunya hingga terbang ke arah yang lain.

"Astaga! Sesaat aku menyangka sedang diserang oleh Kutub Utara karena telah membuat mereka sebagai objek lelucon. Tetapi, apa-apaan barusan itu? Kenapa terasa sangat dingin, dan bentuknya mirip sesuatu yang kukenal…"

Karena merasa penasaran, Arvin mencoba untuk mencari objek kecil tersebut dengan pandangan yang sedikit dibutakan oleh pencahayaan yang tidak sempurna.

"Ayolah, ayolah, aku telah kebelet kecing… jangan sampai membuatku terkencing di celana saat ini juga!" Keluhnya, namun masih tetap melakukan pencarian sambil merangkak seperti bayi.

Butuh beberapa menit hingga pada akhirnya Arvin berhasil menemukan objek tersebut. "Akhirnya dapat juga, kau sialan!"

Tanpa basa-basi, Arvin langsung membawanya ke tempat yang lebih terang untuk melihatnya secara jelas. Namun, ketika berhasil melihat objek tersebut, tangan Arvin langsung bergetar hebat, wajahnya memucat, jari-jari tangannya seperti membeku—

"Sial! Kenapa dia bisa sedingin ini sampai-sampai membuat tanganku menjadi seperti es!" Kesal Arvin kemudian mengangkat objek tersebut tinggi-tinggi.

"Jika dilihat secara jelas, ini bukanlah objek yang kubayangkan. Tetapi, lebih mirip seperti seorang peri? Tapi, apakah itu mungkin?" Gumam Arvin mencoba untuk menelitinya lebih dalam.

Namun, terjadi sesuatu yang membuat dirinya kembali terkejut, bahkan bisa dibilang dirinya terperanjat ketika melihat peri tersebut bergerak layaknya makhluk hidup.

"A-apa!?" Teriak Arvin secara tidak sadar.

Teriakannya terdengar sangat melengking dan menggema di sepanjang jalan, sehingga membuat dirinya mendapatkan teguran dari beberapa orang yang merasa terganggu olehnya.

"Hei! Siapa itu!? Tolong jangan teriak di malam hari! Anakku sedang tidur nyenyak!"

"Berisik woy!"

"Aah sialan! Jangan teriak-teriak, internet ku jadi bermasalah karena kau!"

Mendengar semua keluhan tersebut, Arvin merasa malu sekaligus kesal dengan keluhan terakhir.

"Maaf, maaf, maafkan saya!" Lirihnya meminta maaf, "Apa-apaan, kenapa Internet nya yang bermasalah malah aku yang terkena imbasnya!?" Kesalnya dalam diam.

Setelah memastikan semuanya sudah diam, Arvin memutuskan untuk segera pulang dan memasukan peri tersebut ke dalam kantung mantelnya, sambil sesekali Arvin coba untuk menghangatkan kembali tubuh peri menggunakan gosokan tangannya.

Perjalanan pulang berjalan normal, tak ada masalah sedikitpun, dan perlahan tubuh Arvin mulai beradaptasi dengan suhu saat ini. Sehingga, pada saat sampai di dalam rumah, ia langsung membuka mantelnya kemudian pergi ke dapur untuk menyeduh susu jahe favoritnya.

Setelah selesai membuat apa yang dia inginkan, Arvin membawanya ke atas meja, kemudian kembali memfokuskan diri pada peri yang masih tidak sadarkan diri walau suhu tubuhnya telah naik.

"Aku cukup penasaran, apakah tadi hanya halusinasi ku saja, atau mungkin dia benar-benar bergerak?" Gumam Arvin dalam kebingungan sambil mencoba menyentuh ringan tubuh peri tersebut.

"Hei~, tolong sadarlah…" Ucap Arvin dengan suara lembut layaknya seorang ayah kepada putri tercinta.

Tak mendapat sedikitpun respon, Arvin mulai mengalihkan perhatiannya pada ponsel dengan harapan peri tersebut bisa sadarkan diri dengan sendirinya.

Ketika sedang menyibukkan diri dengan bermain sosial media, Arvin tiba-tiba teringat akan sesuatu yang membuat dirinya pergi ke kamar ibunya untuk mengambil secarik kain tipis.

"Dengan tubuh sekecil itu, maka kain seperti ini mungkin bisa membantu menghangatkan tubuhnya…" Ucap Arvin kemudian meletakkan kain tersebut di atas tubuh peri.

Setelah itu, Arvin kembali fokus bermain pada ponsel nya sambil sesekali meminum susu jahe miliknya. Hingga beberapa saat kemudian, terdapat pergerakan dari si peri yang berhasil menyadarkan Arvin dari fokusnya.

"Apa barusan dia bergerak? Hei, tolong bangun wahai peri yang agung~"

Tak seperti sebelumnya, kini Arvin mendapatkan respon berupa suara lemas. Walaupun itu lebih terdengar seperti suara orang yang baru bangun tidur. Tetapi, hal tersebut lebih dari cukup untuk menjawab rasa penasaran Arvin.

"Dia benar-benar hidup!" Saat ini, Arvin terlihat sangat bersemangat sambil menunggu kesadaran peri kembali sepenuhnya.

"Emm… emm… aku sedang dimana…?" Gumam si peri bersuara rendah.

Si peri mencoba mengedarkan pandangannya, melihat sekeliling dengan seksama dan mencoba untuk mengingat-ingat. Namun, pandangannya terkunci ketika melihat sesosok pemuda biasa sedang menatapnya seperti anak kecil.

"... T-tuan?" Tanya peri ragu-ragu.

Mendengar itu, Arvin hanya tersenyum lembut, kemudian melambai kecil ke arah peri tersebut. "Aku bukanlah tuan mu, aku hanya kebetulan menyelamatkanmu dari kedinginan." Jelasnya tidak berniat untuk berbohong.

"Ah, ya. Mana mungkin tuan masih hidup…" Si peri tampak murung dengan ekspresi sedih terpasang di wajah mungilnya.

Arvin tersenyum tipis ketika melihatnya, entah mengapa dia merasakan sesuatu yang hangat di dalam dirinya ketika melihat peri tersebut. Namun, mengabaikan hal itu, Arvin menjulurkan jari telunjuknya dan berkata:

"Hei, bagaimana kalau kita berteman? Namaku Arvin Faresta, kau?" Ajaknya lembut.

Mendengar sesuatu yang tiba-tiba seperti itu, si peri hanya bisa tertegun tanpa mengetahui harus bertindak bagaimana. Tetapi karena merasa tak enak, si peri menerima telunjuk Arvin, kemudian digoyangkan beberapa kali.

"Aku tak tahu harus menjawab apa, tetapi aku tak memiliki nama. Salam kenal Arvin…" Balas Si peri merasa canggung.

"Eh? Kau benar-benar tidak memiliki nama?" Tanya Arvin kebingungan, merasa tidak percaya, namun ekspresi si peri membuat keraguannya menghilangkan.

"Hmmm, kalau seperti itu, bagaimana jika kau kuberi nama saja? Apa kau tak keberatan?" Usul Arvin serius.

Untuk sesaat si peri merenung dengan serius, dia tidak ingin mengecewakan semangat Arvin, namun disisi lain dirinya juga belum terlalu mempercayainya.

"Apa kau tak mau?" Arvin bertanya ketika melihat keraguan terpancar di wajah si peri. "Tetapi itu tidak masalah, kau jangan terlalu memaksakan diri untuk melakukan itu demi diriku." Lanjut Arvin sambil tersenyum.

Melihat reaksinya yang terlalu baik membuat keraguan si peri mulai tergoyahkan. 'Dia tidak terlihat seperti orang yang jahat, tidak masalah jika aku menerima tawarannya. Namun, apakah itu benar-benar tidak masalah? Walaupun dia terlihat mirip seperti tuan, tetapi jelas mereka adalah orang yang berbeda...' Batin peri merasa bimbang.

Setelah merenung sejenak, si peri mengangguk yang membuat Arvin seketika bahagia. "Apa kau menerima nya!?"

Si peri mengangguk untuk kedua kalinya atas jawaban darinya terhadap pertanyaan Arvin.

"Terimakasih peri. Baiklah, aku akan segera memberikanmu sebuah nama—" Sebelum Arvin menyelesaikan perkataannya, si peri dengan cepat memotong.

"Tunggu dulu! Aku ingin menjelaskan beberapa situasi yang mungkin akan terjadi ketika kau memberikanku sebuah nama!!" Tegas peri dengan ekspresi serius.

Arvin yang mendengar itu seketika kembali diam, "Tentu, apa itu?"

Kontrak

"Baiklah, akan ku jelaskan secara singkat." Ucap peri itu, kemudian berdeham sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Awal-awal, kau harus mengetahui bahwa aku adalah peri yang telah hidup ratusan ribu tahun dan telah terombang-ambing di retakan dimensi. Dimana hukum waktu tidak berlaku, sehingga aku tidak tahu pasti berapa lama aku berada di sana.

Mari kita lanjutkan. Kita sebagai peri tidak pernah memiliki nama yang pasti, karena sebenarnya kita tak memerlukan identitas. Ikatan batin kita terlalu kuat, sehingga identitas tidak berlaku.

Maka dari itu, jika ada makhluk lain selain peri yang hendak memberikan kita nama dengan sepenuh hati. Maka, kita diharuskan untuk mengabdikan diri terhadap makhluk tersebut. Jika perlu dikatakan, saat ini kau lah "Makhluk" tersebut.

Karena sudah mengabdikan diri sepenuhnya, berarti kita diwajibkan untuk memenuhi segala keinginan tuan kita. Maka dari itu, apa kau memang bersedia menjadi tuan ku?"

Setelah berpanjang lebar, kesimpulan yang dapat di ambil dari penjelasan si peri hanyalah satu: Budak harus mematuhi perintah Tuan.

"Begitu ya… cukup rumit. Tetapi, kenapa kau menanyakan hal itu kepadaku? Padahal jelas, semua keputusan berada di tanganmu." Bingung Arvin, namun malah dibalas dengan senyuman tipis.

"Kita hanyalah makhluk hidup yang lemah, keunggulan kita hanya dalam energi kehidupan. Itu pun masih memanfaatkan alam, sehingga kita tidak berhak untuk mengambil keputusan apapun." Ungkap peri dengan ekspresi rumit.

"Begitu, kah? Baiklah, aku tidak akan bertanya lebih, yang penting kita sama-sama setuju bukan?" Tanya Arvin dibalas anggukan kecil.

"Bagus! Berhubung aku telah menemukan nama yang pantas untukmu, maka mulai saat ini namamu adalah 'Leila'!!" Ucap Arvin penuh semangat, hingga beberapa saat kemudian ia dikejutkan oleh cahaya terang yang tiba-tiba menyinari tubuh mereka berdua.

"A-apa ini!?" Panik Arvin mencoba untuk melepaskan diri dari cahaya tersebut.

"Tenang saja, ini hanyalah proses kontrak kita. Sebentar lagi akan selesai." Jelas Leila dengan tenang, dan semua ucapannya benar-benar terjadi hanya dalam beberapa detik.

Namun, saat cahaya menghilang, Arvin tidak dapat menemukan keberadaan Leila yang jelas-jelas sebelumnya berada di dekatnya.

Merasa panik, Arvin meneriaki nama si peri kesana-kemari. Namun yang menyahut bukanlah Leila, melainkan sebuah layar hologram biru yang sedang mengapung di hadapannya.

[Sistem sedang memproses data…]

[Harap tunggu sebentar…]

[80%...85%...90%...95%...100%]

[Proses data telah berhasil]

[Sistem Pesona tercipta!]

Mendapati ada sesuatu yang aneh dengan dirinya, Arvin mencoba mengucek kedua matanya dengan gelisah, namun hologram tersebut tak kunjung hilang di dalam pandangannya.

'Apa ini!? Kenapa aku bisa melihat sebuah hologram melayang tepat di depanku!? Tidak mungkin, ini pasti hanyalah ilusi, aku tidak percaya dengan semua ini!' Batin Arvin masih mencoba untuk membantah kenyataan.

Namun, keraguannya semakin tergoyahkan ketika dirinya melihat layar hologram yang telah berubah tampilan, dan kini sedang menampilkan status milik Arvin yang tak semua orang ketahui.

<< Profil >>

Hp: 100/100

MP: 20/20

Nama: Arvin Faresta.

Usia: 17 tahun.

Tinggi: 172 cm.

Berat: 75 kg.

<< Stat >>

Str: 5

Agi: 4

Vit: 5

Int: 2

Luck: 15

Pesona: 1

SP: 100

<< Keahlian >>

(Kosong)

<< Inventori >> (Terkunci)

<< Toko Lvl 1 >>

Ia tercengang ketika melihat status miliknya yang 100% akurat. Bahkan dirinya saja tak pernah mengetahui bahwa tinggi nya 172 cm, yang ia ketahui hanya kebenaran bahwa dirinya terbilang cukup pendek diantara teman-teman sekelasnya.

Setelah mencoba meyakinkan diri kembali dengan cara menampar, mencubit, menggosok, bahkan hingga memukul, namun tetap saja layar hologram tersebut masih melayang santai di hadapannya.

Hingga tak selang beberapa waktu, terdengar suara lembut yang berasal dari sistem tersebut. Hal itu membuat Arvin sedikit terkejut, namun ketika melihat sosok Leila yang terlihat sedang berada di dalam hologram, Arvin kembali tenang dan bertanya.

"Kenapa kau bisa berada di sana?" Tanya Arvin mencoba untuk tenang.

Leila hanya tersenyum tipis, dan menjawab: "Kenapa kau harus heran? Aku sudah bilang, ‘kan? Kalau kita sebagai peri akan mengabulkan keinginan terpendam dari tuan kita, sehingga terciptalah sistem ini ketika kita selesai melakukan kontrak. Apa yang salah?"

Mendengarnya, Arvin tercengang dan perlahan mengangguk paham. Dia tidak menyangka bahwa seorang peri bisa mengabulkan keinginan yang mustahil seperti ini. Memikirkannya saja membuat Arvin semakin kagum dengan Leila.

"Hmm… kalau seperti itu, kenapa sekarang kau malah berada di dalam hologram itu? Apakah itu wujud barumu?"

Leila langsung menjawabnya dengan gelengan kepala, "Tidak, aku hanya perlu mengumpulkan energi kehidupanku lagi, karena energi ku telah terkuras habis oleh penciptaan sistem ini."

Arvin merasa prihatin ketika mendengar penjelasan Leila, dengan spontan dirinya menundukkan kepalanya dan berkata, "Maafkan aku, padahal kita baru saja berkenalan, tetapi aku telah membuatmu kerepotan…"

Melihat sikap Arvin ini membuat Leila merasakan perasaan nostalgia, tanpa disadari dirinya telah tersenyum tipis, namun begitu lembut dan menghangatkan.

"Tidak. Sebelumnya kita telah setuju kalau kontrak ini dilakukan dengan persetujuan kedua belah pihak, ‘kan?" Tanya Leila mendapatkan respon berupa anggukan, "Nah, jika seperti itu, lalu kenapa kau terus melanjutkan penyesalan mu itu?"

Arvin kembali mengangkat kepalanya ketika mendengar pertanyaan tersebut. Kemudian, dirinya kembali dibuat penasaran oleh layar hologram yang telah berubah tampilannya dengan Leila tampak sedang bersiap untuk menjelaskan segalanya.

"Apa kau bisa menjawab semua kebingunganku?" Tanya Arvin mendapat anggukan dari Leila.

"Tentu saja, dari awal aku telah bersiap untuk menjelaskan semuanya kepadamu." Ungkap Leila tersenyum manis.

Setelah itu Leila langsung menjelaskannya satu persatu dengan kalimat yang singkat dan mudah dipahami. Sepanjang penjelasan itu, Arvin terus menganggukkan kepalanya tanpa henti, hingga membuat Leila sedikit tidak nyaman sekaligus bahagia karena penjelasannya bisa dipahami dengan mudah.

Pertama Leila menjelaskan mengenai Status yang sebelumnya Arvin lihat. Seperti diketahui, status merupakan sesuatu yang menjelaskan tentang identitas seseorang. Begitupula dengan yang terjadi kepada Arvin, tetapi ada beberapa hal yang berbeda.

Status menampilkan statistik milik Arvin dengan tampilan yang mudah dipahami, namun tidak hanya itu. Statistik juga bisa terus ditingkatkan melalui latihan, atau bisa juga menggunakan SP untuk meningkatkan statistik miliknya secara instan.

Spell Point atau sering dikenal sebagai SP ini sendiri berperan seperti mata uang, namun dengan kegunaan yang lebih dari itu. SP bisa digunakan untuk meningkatkan statistik, keahlian, dan bisa juga untuk menjadi alat tukar di dalam toko sistem.

Walaupun SP ini hanya bisa untuk meningkatkan statistik atau keahlian saja, tetapi karena kemalasan Leila, SP berubah menjadi sesuatu yang serbaguna yang menjadikannya sebagai alat tukar.

Untuk mendapatkan SP, diperlukan penyelesaian tugas yang akan meningkat jumlahnya menyesuaikan dengan tingkat kesulitan tugas yang akan Arvin ambil.

Tugas dibagi menjadi tiga bagian, yakni:

- Tugas tingkat A, tugas paling tinggi resikonya dan juga hadiahnya. Namun jika mengambil tugas ini, maka hanya keuntungan yang bisa didapatkan jika Arvin berhasil menuntaskannya.

- Tugas tingkat B, tugas yang memiliki tingkat kesulitan normal. Resiko yang ditanggung pun tidak terlalu tinggi, sehingga cocok untuk diambil ketika Arvin sedang ingin berburu dengan cepat.

- Tugas tingkat C, atau tingkat yang paling rendah diantara semuanya. Tentu saja tidak ada resiko di dalam tugas ini, dan juga hadiah penyelesaiannya tidak terlalu bagus, namun masih berguna.

Dan juga, ada beberapa kejadian khusus yang bisa memicu terjadinya tugas sampingan, atau bahasa kerennya itu Side Quest. Tingkat kesulitan dari tugas ini tidak ditentukan atau bisa dibilang acak, sehingga Arvin tidak boleh asal mengambil dan juga berhak untuk mengabaikannya.

Setelah mendapatkan semua informasi yang ia inginkan, Arvin kemudian pergi ke kamar dan langsung melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Dia merenung sambil menatap langit dan bergumam:

"Aku tidak percaya semua ini adalah kenyataan, tetapi rasa dingin dan sakit yang kurasakan tidak mungkin terjadi jika berada di dalam mimpi. Haah… kuharap semuanya baik-baik saja."

Setelah bergumam sendiri, Arvin tiba-tiba terlelap dalam tidur tanpa memakai selimut, padahal saat ini suhu ruangan pasti sangat rendah. Tetapi semua itu tidak ada hubungannya, selagi dia tertidur dengan pulas, maka tidak ada yang salah.

Tugas pertama

Pagi yang cerah telah tiba, menyambut para penghuni bumi dengan sinar hangatnya. Begitupula dengan Arvin yang langsung terbangun ketika merasa silau di matanya, setelah itu dirinya baru tersadar jika jendela kamarnya masih belum ditutup oleh gorden.

Jadi, wajar saja jika dirinya bisa terganggu oleh sinar matahari, padahal sebelum-sebelumnya hal itu tidak pernah terjadi. Walaupun begitu, Arvin tak sedikitpun merasa kesal, justru dia berterimakasih karena dengan begitu dirinya tidak akan terlambat untuk bekerja.

"Aku tidak percaya bahwa cuaca akan berubah drastis dalam kurun waktu setengah hari." Gumam Arvin merasa takjub ketika melihat pagi yang begitu cerah, padahal kemarin malam cuaca terasa sangat dingin.

Setelah itu, Arvin baru mengingat mengenai hal yang kemarin malam ia alami. Dia hampir melupakan keberadaan sistem, dan kemudian secara cepat mengecek kepastian bahwa yang terjadi kemarin malam bukanlah mimpi belaka.

"Sistem!" Ucap Arvin mencoba mengeluarkan layar sistem.

Dan benar saja, beberapa saat kemudian muncul sebuah layar hologram yang secara tiba-tiba sudah melayang di hadapannya. Saat ini layar hologram sedang menampilkan status miliknya.

Arvin membelalakkan mata, tidak percaya dengan kenyataan di hadapannya itu. Dia menggosok-gosok kedua matanya, namun layar hologram masih tak kunjung hilang di dalam pandangannya.

"Aku tidak percaya ini… kukira semua itu hanyalah mimpi, tetapi ternyata… Eh? Itu berarti…" Di sela-sela kebingungannya, dibenaknya tiba-tiba teringat sosok peri yang tak lain adalah Leila.

"Leila, Leila! Apa kau masih ada disana!?" Arvin sedikit meninggalkan suaranya, membuat si peri mungil terbangun dari tidurnya, dan kemudian muncul dengan wujud transparan.

"Ada apa…?" Tanya Leila bersuara lemas karena baru saja terbangun dari tidurnya.

Melihatnya yang baik-baik saja, Arvin menghela nafas ringan, kemudian menjatuhkan diri di atas ranjang.

"Haah, kukira kau itu tidak nyata. Tetapi syukurlah tidak seperti itu…" Ungkap Arvin merasa lega.

Sementara itu, Leila hanya memandangi Arvin dalam diam. Dia tidak bisa memahami maksud Arvin dikarenakan pikirannya yang masih dalam tahap sinkronisasi.

Setelah itu, Arvin memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap agar tidak terlambat untuk bekerja. Mengingat, baru satu Minggu dia melamar di pekerjaan barunya, sehingga tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang telah ada.

Sedikit informasi, saat ini Arvin sedang bekerja di dua tempat yang berbeda. Tentu saja dia mengambil pekerjaan part time, apalagi Arvin harus bekerja lagi di malam harinya. Sehingga tidak ada waktu baginya untuk melakukan aktivitas lain selain mengumpulkan uang.

Selesai mandi, Arvin langsung mengambil roti dan melapisinya dengan mentega serta selai kacang favoritnya. Ia selalu melakukan ini di waktu sarapan, karena dirinya harus menghemat waktu sedemikian rupa. Sehingga jarang sekali melihatnya memakan makanan normal, seperti nasi, telur, ayam, atau bahkan mie.

Setelah sarapannya selesai, Arvin pergi ke kamar untuk mengganti pakaiannya dan juga perlu memperhatikan penampilannya. Namun ketika melihat pantulan cermin, Arvin tampak tercengang melihat bayangannya yang terlihat bukan seperti dirinya.

"Hei, hei… tidak ada waktu untuk bercanda. Apa-apaan ini? Kenapa wajahku berubah seperti ini! Dan juga, pantas saja barusan aku merasa seragamku terasa sedikit ketat, ternyata tubuhku juga ikut berubah! Astaga, tolong jangan bercanda, Leila…" Keluh Arvin menganggap semua itu perbuatan Leila.

Merasa tidak terima disalahkan, Leila muncul dengan wujud transparannya disertai ekspresi yang kusut. "Kenapa kau malah menuduhku!? Bukankah seharusnya saat ini kau merasa bahagia karena penampilanmu berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya!? Hmph, tidak tahu terimakasih!"

Arvin merasa bersalah ketika mendengar ucapannya, dia tersenyum canggung kemudian berkata, "Tidak, tidak. Semua yang kau lakukan itu tidak salah! Hanya saja, tidak pada waktu yang tepat… Sejujurnya aku berterima kepadamu, tetapi sekarang aku harus bekerja, dan seragamku menjadi ketat akibat ulah mu…" 

Kini, tampak sesosok pria muda dengan tubuh layaknya seorang atlet. Diisi oleh otot-otot yang telah matang, dan juga wajahnya terlah berubah menjadi lebih tegas serta tampan.

Tetapi, saat ini Arvin tak terlalu menginginkannya. Dia hanya ingin hidup sebagai orang normal yang biasa mendapatkan upah dari kerja kerasnya. Hanya itu yang ingin ia lakukan, walaupun semua ini merupakan impian Arvin selama ini, sehingga mau tak mau ia harus mensyukurinya.

"Baiklah, terimakasih Leila. Tetapi, apakah kamu bisa membuat seragamku menjadi sedikit longgar? Asalkan tidak terlalu ketat…" Pinta Arvin sambil memperhatikan tubuhnya yang telah berubah.

"Karena sekarang aku telah menjadi sebuah sistem, semua yang kau butuhkan dariku harus memerlukan biaya. Tetapi, karena ini merupakan kesalahanku juga, aku akan membantumu tanpa bayaran." Jelas Leila membuat Arvin sedikit murung.

"Sudah, tak perlu memasang ekspresi seperti itu. Cepatlah tutup matamu, aku akan segera melakukan nya!" Titah Leila langsung direspon sesuai keinginannya.

Ketika Arvin memejamkan matanya, ia merasakan perasaan hangat menyelimutinya, hingga beberapa saat kemudian perasaan itu menghilang disertai dengan sensasi seperti ledakan.

"Sudah selesai."

Mendengarnya, perlahan Arvin membuka matanya dan tercengang ketika melihat ukuran seragam nya telah sesuai keinginannya.

"Wooaah!! Kau begitu hebat, Leila! Terimakasih!" Ucap Arvin merasa bahagia, namun Leila tiba-tiba menghilang sebelum membalas rasa terimakasihnya.

Namun, Arvin tak memperdulikan hal itu, karena dia berpikiran bahwasanya Leila sedang melanjutkan istirahatnya.

Setelah persiapan sudah selesai, Arvin langsung pergi ke tempat kerjanya dengan ekspresi yang rumit. Dia masih takut jika saja ada orang yang menyadari perubahannya, kemudian mempertanyakan sesuatu yang tidak bisa ia jawab secara natural.

Namun, ketika sedang bergelut dengan pikirannya, Arvin tiba-tiba dikejutkan oleh munculnya notifikasi yang menjelaskan tugas pertamanya.

[Tugas sampingan terpicu: Selamatkan anak kecil dari penculikan!]

[Hadiah: ?]

[Penalti: Tidak bisa berbicara selama 1 bulan]

[Waktu tersisa: 00:09:46]

Hal itu membuat Arvin kebingungan dan tak tahu harus melakukan apa, selain berlari menuju tempat yang ditentukan untuk menyelesaikan tugas sampingan tersebut. Ia juga takut jika harus menerima penalti tersebut, mengingat dirinya bekerja sebagai kasir mini market dan juga pelayan di sebuah restoran cepat saji.

Dengen kecepatan tinggi, Arvin berlari mengikuti arah yang ditunjukkan oleh layar sistem, yang menuntunnya ke sebuah tempat sepi dan dipenuhi oleh sampah-sampah.

Tempat tersebut begitu kumuh dan tak layak huni, namun masih ada beberapa gelandangan yang tertidur di setiap sisi dari tempat kumuh itu.

"Kenapa ada anak kecil yang bermain disini!?" Khawatir Arvin sambil mencoba untuk tidak menghirup aroma sampah yang busuk.

Ia berlari menyusuri jalan satu arah yang berakhir di jalan lain. Saat itu Arvin baru sadar jika tempat yang sebelumnya ia lalui, merupakan jalan pintas yang menghubungkan dua jalan berbeda.

"Ah sial, waktunya semakin menipis dan tempatnya masih jauh! Sialan, sialan, sialan!" Umpat Arvin semakin dibuat khawatir oleh waktu yang perlahan semakin menipis.

Namun, kekhawatiran itu terjawab ketika Arvin menyadari jika dirinya memiliki 100 SP gratis dari sistem yang kemudian ia gunakan untuk mengupgrade Agility miliknya, hingga menyisakan 50 SP dan dirinya hanya bisa mengupgrade sebanyak lima kali.

Sesaat setelah dirinya berhasil melakukan itu, Arvin merasakan sensasi menyengat di kedua kakinya yang membuat keseimbangannya sedikit terganggu.

Walaupun berlari dengan oleng, Arvin tetap tak mengehentikan lajunya hingga sengatan itu berkahir dan kecepatannya semakin meningkat tinggi dalam kurun waktu yang singkat.

"Bagus, dengan begini semuanya akan menjadi cepat selesai!" Gumam Arvin sambil melesat bagaikan kilat.

Beberapa saat kemudian, Arvin sampai di tempat yang ditunjukkan oleh sistem. Ia langsung mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan bocah yang akan diculik oleh sekelompok orang.

"Aaah, penculik!!!" Teriak salah seorang wanita ketika melihat seorang bocah telah diculik oleh seseorang.

Ternyata Arviin telah salah menduga. Baru saja dia melihat seorang pria mencurigakan yang berhasil mengangkut tubuh bocah laki-laki, kemudian berlari melewati kerumunan orang yang sedang berlalu lalang.

"Ah sial, ternyata yang penculik nya bergerak secara individu. Sialan, aku tidak memiliki waktu yang banyak, aku harus segera mengejarnya!" Ucap Arvin, kemudian mengejar penculik itu dengan keringat yang mulai bercucuran.

Arvin berharap semuanya berjalan dengan lancar sesuai keinginannya, jangan sampai terjadi sesuatu yang berbeda dari prediksinya.

[Waktu tersisa: 00:04:03]

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!