NovelToon NovelToon

Mr Zaka Misterius

Awal Yang Perih

"Bagaimana dok, keadaan anak saya?"

Dokter tersenyum, ia mengatakan jika keadaan anak hanya demam biasa. Dan tak ada yang serius. Ia akan sembuh dalam beberapa saat.

"Setelah cairan infus berakhir, keadaan anak ibu, akan baik baik saja!"

Mirna memeluk sang ibu, lalu meminta dokter keruangan karena ada hal yang ingin dibicarakan, membuat Mirna dan ibu terdiam kebingungan.

Setelah beberapa saat, Mirna masih terdiam duduk. Ia masih mencerna apa yang harus ia lakukan, tak lama Aril tiba setelah ia dihubungi sang ibu.

"Aril, kamu disini juga?"

"Mirna, tadi saat kamu panik. Ibu memberitahunya jika kita di rumah sakit. Dia cemas, maaf ibu gak sempat bilang kamu. Tapi nak Aril kan sahabat baik kamu, jadi ibu yakin bisa bikin kamu tidak panikan."

"Ya ampun ibu."

Aril menatap Mirna yang lemah. Ia berdiri menatap pria yang baik padanya, ia bingung harus jawab apa dengan kondisi ini. Aril memegang bahu Mirna untuk sabar, seketika membuat Mirna terdiam kaku, melupakan keberadaan pikiran Zaka yang sempat ia lihat di rumah sakit ini. Ia lupa jika ia sampai dirumah sakit karena adanya pria itu namun karena tampilan buruknya, sudah pasti pria itu tidak mengenali.

"Kamu yang tenang, ibu biar aku antar ke rumah, kamu juga sebaliknya pulang. Aku bisa jaga anak manis ku juga."

"Makasih Aril, tapi biar aku tunggu di sini. Aku makasih kamu bantu ibu pulang ya."

"Sama sama."

Beberapa jam kemudian, setelah ibu Mirna pulang.

Aril memeluk bahu Mirna yang menatap anak kembarnya di balik kaca bening, agar Mirna tenang tak terus menangis. Namun seorang pria melontarkan nada kesal.

"Singkirkan tangan anda, dari wanitaku!"

Deeugh.. Mirna terdiam, lalu ia menoleh ke arah samping dan menatap Mr Zaka. Lalu menoleh kembali ke arah Aril, apa lagi tampilan Mirna kali ini melepas ikatan rambut dan kacamatanya.

Namun Aril meminta Mirna masuk ke dalam rumah sakit, dimana Mirna kembali mengikat rambutnya, padahal Zaka sudah lebih dulu melihat dan tahu, jika Mirna selama ini bersembunyi darinya.

"Kau jangan masuk, Mirna akan baik baik sendiri menjenguk anak anak kami." ujar Aril menegas.

'Kau harus hati hati bung, kau tahu siapa aku?' menekan Zaka, menatap tajam.

Pria itu saling menatap dan ke area luar, dengan berbicara serius.

"Bunda, aku kenapa disini?"

"Sayang, kamu sudah siuman nak. Ia kamu disini. di rumah sakit, ada bunda yang temani, kamu jangan khawatir ya!"

"Sayang bunda, maaf ya nak. Mama tinggalin kamu lama, mama ga akan tinggalin kamu lagi handsome!"

"Bunda itu di sana, ada uncle Aril, sama siapa ya bunda?"

"Nak.. sayang, aku adalah Aya.."

Belum selesai Zaka menerobos dan ingin bicara, .. Mirna langsung menepis lebih dulu. Dia Uncle Zaka nak. Kerabat bunda juga, sekaligus bos bunda, kamu cepat sembuh ya nak!

Pernyataan itu membuat Zaka terluka, mengapa wanita yang ia cintai tak mengakui. Apakah ia telah memihak Pria asing di sampingnya sebagai ayah sambung sang anak. Lalu disaat itu pula Zaka pamit dan keluar. Hal itu membuat Mirna terdiam dan kembali menatap pria yang masih ia cintai.

"Maafkan aku Zaka, setelah ini aku harus pergi pastinya." lirih Mirna.

Kali ini Aril memegang tangan Mirna. Namun terkejut akan sebuah cincin yang berbeda. Hal itu ia tanyakan mengapa, dan Mirna pun mengajak Aril ke ujung sofa. Ia mencium sang anak yang kembali tidur, mencium keningnya dan mengajak Aril pergi berbicara di taman rumah sakit

"Hal apa yang ingin kamu jelaskan Mirna, siapa pria tadi?"

"Aku minta maaf, aku akan mengganti cincin yang hilang bersamaan dengan ponselku di pantai, aku sekali lagi minta maaf. Aku mohon untuk tidak menungguku Aril, setulusnya aku masih belum melupakan dia. Tapi masa lalu itu selalu masih membuat aku tak melupakan dan aku harus pergi setelah ini, aku belum siap menikah.'

"Apa dirimu akan kembali padanya Mirna, apa pria tadi dia ..?"

Mirna menarik nafas, sejujurnya ia lebih nyaman perlakuan Aril. Tapi kembalinya bertemu Zaka, membuat ia harus memberi kesempatan pada Zaka jika ia adalah wanita lima tahun lalu saat di pesta. Terlebih malam panas yang dilakukan pria itu yang selalu membuatnya jatuh hanyut kembali.

"Maafkan aku Aril, Zaka terlalu emosional dan aku takut jika kita bersama membuat kamu terancam, kamu tidak mengenalnya."

Mirna melepas genggaman tangan Aril, pria itu begitu terluka. Ia tak bisa menahan emosi dan sedih yang menyatu. Meski telah lama menunggu Mirna, tapi keadaan kembali mempermainkan. Karena ia tak pandai dalam suatu hubungan asmara.

"Katakan padaku Mirna, akan pergi kemana. Jadikan aku kakak atau sebagai sahabatmu, aku akan melindungi kamu!" ujar Aril, tak ingin Mirna pergi begitu saja.

TBC.

Lima Tahun Lalu

"Tidak mudah, setelah kepergian salah satu anakku, aku merasa Brian akan aman padaku dan tidak ingin bos ku tahu jika anak anaknya adalah benihnya, apalagi satu tahun kepergian putriku, dia begitu kejam dan akan menyalahkan aku, jika dia tahu sebenarnya. Aku akan bawa Brian ke singapore, tempat mediang ayah dulu, aku rasa kita perlu waktu"

"Izinkan aku ikut, kita bisa bersama menghadapinya, seperti apa Zaka yang kamu takuti."

"Aril, kamu jangan seperti itu. Aku meminta, karena aku tahu keadaannya. Lebih baik menghindar, ketimbang bersama melawannya."

Dan saat ini, Aril dan Mirna saling menatap intens. Dimana satu tahun terakhir, ia harus bekerja dan menyamar demi salah satu anaknya yang sakit keras, apalagi tidak selamat. Hingga Mirna mempunyai Brian satu satunya, anak yang sedikit lemah imun membuat ia berjuang dan bekerja, tak sangka dirinya bekerja di perusahaan milik Mr Zaka Holand. Mirna pun harus merubah rambut lurus menjadi ikal, dan di kuncir tinggi ditengah ubun ubun, dengan poni tak lupa kacamata ia pakai.

Aril mengerti, sehingga Mirna kini benar benar tidak ingin di ganggu soal melamarnya. Fokusnya adalah bekerja untuk sang putra yang ia sayangi, namun sebelum mengajukan berhenti kerja, tak sangka Mirna harus melewati masa kontraknya habis, sehingga ia berlalu dengan tampilan wanita cupu.

Beberapa minggu kemudian, Mirna yang pergi dari gudang gelap dan pengap itu, ia benar benar kesal sekali begitu enteng mereka di dalam sana, ketika bicara mereka salah tangkap. Hingga pergi pun di ikuti salah seseorang.

"Nona, maafkan kami! permintaan maaf dari bos saya, apa anda lapar, ingin sesuatu?" ucap Kivi, yang sedikit takut akan lirik matanya

"Jalur sini pasti ga ada taksi, tolong anterin saya pulang!" teriak Mirna, menatap pria yang mencoba membekap, namun Mirna punya bela diri sehingga bisa menepis, meski awalnya hampir kalah.

"Baik, silahkan masuk. Tapi anda berjanji kan tidak akan biarkan semua ini bocor ke media, please nona. Anda paham kan, saya juga bekerja."

"Berisik sekali! emang kamu lihat tampang aku, apa mirip wanita yang bibirnya tukang ember? aku ingin pulang paham!"

Tukang Ember?! Kivi tercengang kebingungan.

Mirna yang membersihkan wajah didalam mobil, dan mengelap tubuhnya dengan tissue basah dan membuang di sembarang tempat dalam mobil mewah, membuat ia tidak peduli sedikit menyampah! lagi pula dirinya yang dirugikan disini.

Sementara Zaka kehilangan jejak wanitanya, ia sampai menyuruh orangnya dan salah sasaran, hingga harus ia berurusan dengan karyawan cupunya yang ia rasa jijik, dan Zaka hanya pasrah menatapnya, ia berada di depan di samping Kivi hanya melirik dari spion tingkah wanita cupu yang salah tangkap.

"Cepat sampai rumah saja, malas saya semoga saya tak bertemu dengan anda maksud saya kalian, sudahlah saya tidak akan mempersulit kalian, cukup kalian tidak bertemu dengan saya kembali sudah cukup!"

Mirna sedikit melirik sang atasan sombong, dan bertanya, ia seperti pernah bertemu dengan pria jahat yang tega sekap wanita tanpa perasaan.

"Apa sebelumnya kita pernah bertemu ya?! kenapa saya merasa tidak asing melihat anda, tapi dimana ya? Eum.. sudahlah ga usah dibahas!"

Zaka pun menatap Mirna ketika telah sampai depan rumahnya. Ia juga merasa tidak asing pada wanita itu, sedari penutup wajahnya dibuka seolah pernah melihat tapi lupa, entahlah dimana mereka bertemu.

'Wanita aneh, dia yang bertanya dia juga yang menjawab?" ucap Zaka.

Zaka merasa tidaklah menakutkan, ia gadis ceria nan lembut, tapi jika marah membuatnya takut. Hingga Kivi kembali menyetir setelah antar gadis itu sampai rumah, dan berlalu, Zaka pun segera pindah ke belakang setelah karyawan cupu di antar oleh asistennya.

"Hah... banyak sekali tissue disini, apa wanita tadi mandi tissue?" ucap Zaka pada Kivi, tapi ia hanya memutar mata dan tersenyum.

"Maafkan saya bos! biar nanti saya bersihkan, lagi pula saya sudah memintanya untuk tidak bocor soal salah sekap."

"Kau dan orang suruhanmu, harus bertanggung jawab Kivi! jika media perusahaan bocor kesalahan ini hancur karena wanita itu mengadu, ku potong gaji mu 90% selama lima tahun"

Gleeuk! Menelan saliva Kivi.

LIMA TAHUN TELAH BERLALU.

Mirna Di balik cermin dengan segudang foto haluan, mengingat hari dirinya bertemu Zaka dan Aril yang kala itu mempersiapkan menuju kantor, ia telah rapih dengan setelan biasa, ia akan berusaha menuju butik untuk mengganti pakaian kantor. Setelah sarapan ia pamit pada bibi, dan pergi dengan sepeda motor bersama paman.

"Sudah paman, makasih ya Mirna gak papa turun disini, Mirna juga mau beli pakaian kantor dulu disana."

"Jaga diri ya Mir, paman ga mau kamu kenapa kenapa!"

"Siap paman, Mirna pasti hubungi paman jika ada sesuatu. Sampaikan salam juga, Mirna udah rindu sama Brian, belum bisa jemput dia ke singapore." ucap Mirna.

Setelah Mirna dengan setelan kantor, kemeja putih dan rok hitam pendek plisket bergaris dan ketat di atas lutut. Dan sepatu hak tinggi yang ia punya. Ia menuju kantor yang setengah jam lagi ia harus sudah sampai.

"Terimakasih selamat datang kembali nona,"

ucap pelayan kasir butik.

Mirna menatap kesal, meski ia membutuhkan pekerjaan, tapi demi menata hidup lebih baik. Berharap Ayah bisa memberi kesempatan peluang jika aku sudah lebih baik, dan bisa menemui Brian putranya yang berjuang dari sakitnya.

Tepatlah di lift, ketika ia keluar dari lift. Mirna dan menuju lantai tujuh! masuk lift dari arah sebrang berlainan. Mirna menatap dan menunggu di ruang bersama para calon yang memang hari ini hadir. Meski tak akrab, seorang bernama Inge pun mengenalkan diri padanya.

"Hai.. aku Inge kamu melamar sebagai apa?"

"Inge pun tersenyum membalas. Sebagai sekretaris."

"Wah .. serius?" Inge pun tersenyum dan menganga lebar, ia pun menjawab jika ia juga sedang melamar sebagai bendahara.

Bruugh.

Seseorang menabrak pundak Mirna, saat ia sedang bicara bersama pelamar kerja lainnya.

"Aduh."

Mirna pun menatap pria itu. Ia kaget merasa pria dihadapannya seperti melihat Zaka! pandangannya mirip, perasaan yang hilang itu seakan dekat dan kembali.

"Maaf tuan Aril. Kita hampir terlambat." ucap seseorang asisten disebelahnya menyadarkan.

Aril pun merapihkan berkas itu dan memegang tangan Mirna, berusaha mengembalikan mapnya.

"Sekali lagi maaf saya tidak hati hati."

Aril berlalu, tapi Mirna masih menatap kebingungan. Ia pun berlalu melangkah, dengan wajah malu dan berdebar. Tiba saja pria itu memanggilnya.

"Hei nona?"

"Ya ..?" Mirna membalik arah. Ia pun memundurkan langkahnya.

Langkah 1 ...

Langkah 2 ...

Langkah 3 ...

Mirna mundur dan menepi ketika tubuhnya bersandar di pintu kaca.

"Kenapa takut, aku hanya ingin mengembalikan pena mu?" ucap Aril, senyum dan kembali pergi.

Owh.. Mirna tersenyum malu. Ia membalikkan tubuhnya dan menutup wajahnya, lalu berlalu pergi.

"Ah .. perasaan apa ini?" gumam Mirna.

Sementara Aril berlalu dan tersenyum. Menatap wanita itu cantik dan manis ketika tersenyum, setelah mengembalikan bolpen milik dia.

Mirna melangkah dan terkejut akan pandangan pria di hadapan nya. Memulai interview tahapan hingga demi tahapan, tak terasa ia lolos diterima bekerja.

Tiba dilantai gedung, Mirna menaiki lift dan bertemu dengan bagian hrd.

"Selamat pagi bu Ila, saya Mirna."

"Pagi Mirna, sudah datang akhirnya, baiklah ayo ikut, biar nanti saya jelaskan apa tugas mu, semua berkas ada disini kamu pelajari, dan nanti setelah bertemu dengan pak Zaka kamu minta database pada asisten Aril, tanyakan schedule pertemuan dan jam yang biasa dilakukan sekretaris sebelumnya!"

"Tunggu bu, kenapa dua orang?"

"Karena bosnya itu adik kakak."

"Baik bu Ila, saya paham."

Krek! membuka pintu.

Semua karyawan berdiri dan berkumpul menyambut pak Zaka. Mirna pun mengikuti kebiasaan semua karyawan, mereka menunduk dan memberi hormat. Tapi hanya Mirna yang saat itu tidak, ia merasa aneh.

"Apa harus seperti ini, kaku sekali. Tidak seperti ini mempunyai pabrik terhadap karyawannya hormat, memang setiap datang lewat harus seperti ini." batin Mirna, tak lama ia syok kala pria yang ada di depannya adalah pria yang ia hindari.

'Tunggu, dia ada disini?' batin Mirna.

TBC.

Kejadian Tak Terduga

Mirna pun sudah kembali pulang ke rumah, dimana ia kesal pertama kalinya menaruh berkas peluang masuk kantoran ternama, namun sebuah ponselnya tertinggal entah dimana.

"Jadi benar, kamu kehilangan ponsel?"

"Iya, bibi. Mirna benar benar kecewa, bodohnya, Mirna melupakan ponsel. Data semua disana, terus tadi Mirna kembali ke bagian divisi, meminta rubah nomor ponsel. Mirna ceritakan semuanya, dan maaf ya bibi .."

"Maaf kenapa?"

"Mirna kasih nomor bibi, Mirna minta tolong, kalau ada panggilan dari kantor Perumahan One, bibi tolong angkat ya."

"Iya sayang, gak apa apa. Mau pake ponsel bibi dulu juga gak apa, bibi ga masalah kok nak." senyumnya, membuat Mirna merasakan kasih sayang dan semenjak tinggal dengan bibi, hidupnya lebih kepada syukur dan ceria terus. Seolah tidak ada beban, beban yang menempel karena kesedihannya.

Mirna yang telah sampai dirumah dengan wajah cemberut dan masam, ia meregangkan kedua kakinya di sofa.

"Lho kenapa lagi, wajahnya ditekuk seperti itu ndok, sayang kan nanti wajah cantik nya hilang."

Sang bibi pun mendekati Mirna, ia adalah keponakan tersayang, anak manis yang kurang beruntung, bibi adalah kakak dari ibu kandung Mirna yang telah tiada.

"Kemari, ayo cerita ada apa?"

"Ponsel Mirna tertinggal bi, kalau udah dicari ga ketemu. Gimana ya, padahal Mirna harus ke tempat satu lagi. Rasanya hampa."

Terus kalau lama kelamaan, Mirna berikan nomor bibi. Jika Mirna keterima dan segera bekerja di perusahaan itu. Syaratnya kan harus punya ponsel untuk bisa dihubungi dari kantor, karena pekerjaan yang Mirna lamar itu.

"Oh, ya udah pakai aja dulu ponsel bibi ya. Kirain ada apa, kalau rejeki juga gak kemana ndok. Udah makan belum bibi udah siapin makanan kesukaan?"

"Ah! so sweet pengganti Bunda, hanya bibi." manja Mirna.

"Udah ga usah dibahas, kamu tau bibi selalu anggap kamu anak. Semenjak mama mu masih ada selalu nitipin kamu, ga usah dipikirin soal ayah semua pasti baik - baik aja, ingat jaga kondisi dan hidup masa depan kamu masih panjang, insyallah! sudah di surga, dia pasti ga seneng liat kamu sedih terus, seneng lihat kamu ceria mau adaptasi lagi sama dunia hidup."

"Ish! emang Mirna kemarin kemarin mati ya?" tawa mereka pecah.

Mirna pun memeluknya dan tak lama paman datang, hingga mereka makan bersama. Bercerita banyak, perihal tadi pagi kegiatan Mirna. Wajar, karena Mirna sudah tak mengurung diri, jadi antusias mereka amat senang.

Satu minggu berlalu, Mirna mendapat panggilan untuk tanda tangan kontrak di perusahaan, ia pun berniat membeli pakaian kantor.

"Tabungan bibi yang aku pakai ini, aku pasti secepatnya mengembalikan bi. Huh, semenjak ayah menyalahkan. Aset toko parfum ku di LN sudah diambil ahli untuk yang penting. Anak itu beruntung di sayang ayah, di manja ayah, nasibku kini sulit sekali harus menyusahkan paman dan bibi. Paman pasti lelah mengurus pabrik, baiknya aku ke pasar terdekat deh, setelah dari sini sepertinya gak jauh. Wajar sih, karena Mirna buat kesalahan sehingga mereka acuh." lirih Mirna.

Tiba di pasar, Mirna telah membeli ikan segar, sayur, buah, setelah selesai membeli pakaian kantor. Ia pun kini berjalan menunggu angkot. Tak lama seorang wanita menabraknya.

"Aa-auw aduh.. mbak hati hati dong!" ucap Mirna, kesal karena wanita yang berpakaian mini kurang bahan itu tidak berhati hati saat jalan, apalagi Mirna di sebuah halte yang sudah pasti keliatan.

"Hai kamu, bisa bantu aku cepat kesini, Ayo kesini!"

Tubuh Mirna, ditarik oleh seorang wanita dengan paksa.

"Eh, sebentar mbak, kasar banget sih jadi cewe! itu belanjaan saya jatuh tuh disana!"

Mirna memohon, tapi wanita itu membawanya ke gudang, yang membuat Mirna ketakutan.

"Ayo lepas pakaianmu!"

"Hah, yang benar aja. Apa sih, kamu tidak normal ya?" Mirna menutup dirinya rapat.

"Cih! udah cepat aku mohon please, kita bertukar pakaian. Aku bayar buat kerugian ini, aku salah kostum dan urgent. Please!"

Mirna yang menolak namun di paksa, pun terjadi. Sehingga ia memakai dress belang hitam tanpa lengan di atas paha. Wanita itu pergi dan memberikan sebuah amplop untuknya, lalu ia pergi dari tempat itu.

"Aaakh mini sekali mirip biduan, Pendek banget baju ini bagus mewah, tapi kenapa wanita itu mau pakai baju aku yang lusuh aku ya?" syok Mirna.

Mirna pun keluar dan berjalan mengambil belanjaan yang terjatuh, menatap ikan sayuran yang hancur berserakan, ia pun memungut merapihkan lagi. Masih kebingungan dengan wanita tadi, yang mau bertukar pakaian, kenapa dia tidak membeli saja di pasar jika salah kostum, alih alih ia malah memberikan uang pada Mirna hanya untuk bertukar.

"Aku harus membelinya, ia pun melihat satu amplop coklat. Aku pikir ini surat ucapan terimakasih." ujar Mirna senyum, mendapat uang di amplop.

Tak lama ibu paruh baya yang meminta belanjaan rusak, Mirna berikan bagikan sedikit uang beberapa lembar dan kembali pergi berbelanja kepada yang membutuhkan.

"Apa enggak salah ini uang banyak sekali?" pikir Mirna, seolah rejeki nomplok.

Mirna mencerna apa maksudnya semua ini. Ia pun bergidik ngeri dan segera mungkin pergi, namun tak lama di angkot, banyak mata laki - laki jelalatan memandang.

"NENG... SENDIRIAN YA?"

"Apa, jangan seenaknya yah, liat aja berani macem macem gw tinju lho bang. Stop, stop bang berenti! Mirna pada supir angkot.

"Galak amat tuh cewe macam harimau aja, cantik galak bikin happy kayanya tuh." ucap pemuda nakal. Di angkot dan tak sadar mereka mengikuti Mirna.

Mirna yang berjalan menuju arah rumah, seharusnya ia bisa temukan ojek. Tapi saat ini nihil, "Ini ojek biasa pada kemana ya?"

Tak lama menoleh kebelakang pemuda tadi mengikuti dan mengganggu nya, terpaksa ia pun melepas belanjaannya.

Mirna yang mempunyai sedikit bela diri, ia pun berhasil mengalahkan tiga pemuda itu, hingga akhirnya ia mengambil belanjaan kembali. Ketika pemuda tadi pergi karena pukulannya. Dan lima langkah ia berjalan yang amat sepi.

Satu mobil hitam mewah turun dengan orang yang besar.

"Aduh kalian mau apa, siapa sih kalian? saya baru memulai menghirup udara, perasaan saya ga punya musuh. Teman dekat aj enggak. Lepasin tutupan ini woy!"

Sial hari apa sih ini?! gerutu Mirna, yang ditutup sarung seluruh tubuhnya, hingga ia bergerak gerak.

"Ah.. semenjak ketemu cewe tadi kayanya. Hidup aku jadi sial, sini kalian belum tau ya gw punya bela diri!" ucap Mirna menantang.

Ia pun mulai melawan, namun lima menit Mirna lemas, karena dibius dengan sapu tangan dari belakang. Sehingga ia dibawa pergi.

Mirna sedikit mengunang kepalanya, dan tersungkur tak sadarkan diri, pikiran akhirnya entah berada dimana.

TBC.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!