NovelToon NovelToon

Kepentok Cinta Nungky

Awal Mula Jatuh Cinta

Di atas pohon rambutan yang rindang dengan buah yang lebat dan juga berwarna merah tanda buah itu sudah bisa dipetik, 4 orang gadis berseragam SMA tengah asyik nangkring di atas pohon tersebut sambil menyantap buah rambutan yang sangat manis itu.

“Enak banget ya panas-panas gini makan rambutan manis dan seger!” Ucap seorang gadis bernama Rania sambil memakan rambutan tersebut dan membuang cangkangnya kebawah.

Di bawah pohon sudah banyak sampah berserakan yang mereka perbuat dengan membuang kulit rambutan tersebut dengan sembarangan.

“Betul mantap benar dah main ke rumah kamu selalu bawa berkah Ky!” Ucap gadis lain bernama Gisuwa dengan senang.

Gadis yang namanya di panggil Nungky itu melongok kebawah menatap ketiga sahabatnya yang sedang asyik nangkring di satu dahan pohon yang besar, sedangkan dia sendiri memilih duduk di dahan atas sendirian sambil memperhatikan sekitarnya, padahal tidak terlihat apapun karena terhalang oleh lebatnya buah serta daun yang menghalangi pandangannya.

“Iya dong pasti itu, kapan sih kalian main sama aku kelaparan, pokoknya main ke tempatku dijamin kenyang!” Ucap Nungky sambil tersenyum bangga dan membuang cangkang rambutan bekasnya kebawah.

“Eh ky kalau mau buang sampah lihat-lihat dong, kena rambutku nih!” Ucap Gisuwa kesal sambil melempar cangkang rambutan yang ada di rambutnya dan menatap Nungky dengan kesal.

“Maaf gak kelihatan!” Ucap Nungky meminta maaf sambil tersenyum terlihat sekali jika dia tidak merasa menyesal, Gisuwa hanya mendengus mendengar kata-kata penuh dusta dari temannya itu.

“Eh Ky ini pohon siapa bukan pohon orang lain kan, kalau yang punya datang bisa habis kita?” Ucap gadis yang sedang asyik memakan kuaci yaitu Veyya.

“Veyy kamu gak ikut makan rambutan, kok malah makan kuaci?” Tanya Gisuwa menatap sahabatnya itu dengan bingung.

“Iya nih Veyy, nih aku ambilin yang merah enak loh!” Ucap Rania sambil memberikan segenggam cinta eh bukan rambutan kepada Veyya.

Veyya menggeleng menolak tawaran Rania dan kembali memakan kuaci miliknya. “Gak ah sudah kenyang aku kita sudah nangkring disini selama 2 jam perutku gak kuat kalau harus makan rambutan lagi!” Ucap Veyy.

“Bukan, tenang Veyy yang punya akrab banget sama aku udah kayak saudara sebangsa dan setanah air!” Ucap Nungky meyakinkan ketiga temannya itu.

Rania mengambik sebuah rambutan dan langsung menggigit kulitnya, namun tiba-tiba dia merasa mulutnya terasa pedas saat menggigit rambutan tersebut, setelah ditelaah dan di perhatikan ternyata rambutan tersebut banyak semutnya.

“Ah sial ada semutnya jadi doer dah mulutku!” Ucap Rania kesal sambil membuang rambutan tersebut membuat ketiga temannya langsung tertawa.

“Makanya baca Bismilah dulu kalau mau makan biar gak kena sial!” Ucap Gisuwa sambil mengambil sebuah rambutan ditangkai pohon di dekatnya, saat dipegang dia merasakan ada sesuatu yang menggeliat ditangannya, saat dia melihat tangannya dia melihat ulat tidak berbulu sedang menggeliat ditangannya.

“Aaahhhh ulaaaaattt botakkk!” Ucap Gisuwa panik dan langsung melempar ulat beserta rambutan tersebut sembarangan.

“Eh kampret, ulatnya kena aku nih!” Ucap Veyya panik dan langsung menyingkirkan ulat yang menempel di bajunya tersebut dengan ranting.

“Alhamdulilah selamat, awas ya Gis!” Ucap Veyya sambil mendelik ke arah Gisuwa dengan tatapan tajam, sedangkan gadis yang ditatapnya itu hanya meringis pelan merasa takut.

“Rasain tuh, makanya jangan suka saling menghina kena batunya deh!” Ucap Rania sambil tertawa puas membuat Gisuwa mendengus sebal.

Lucunya meski mendapat kejadian yang membuat panik tersebut mereka masih beruntung karena tidak terjatuh dari pohon tersebut, Nungky yang sedang asyik memakan rambutan hanya diam tanpa memperdulikan ketiga temannya itu, baginya makan rambutan lebih penting sekarang dibanding ketiga temannya itu.

“Hey siapa kalian berani-beraninya mencuri rambutan milikku!”

Teriakan seseorang membuat Rania, Veyya dan Gisuwa melongok ke arah bawah, disana terlihat seorang pria paruh baya berusia sekitar 50 tahun tengah menatap mereka dengan marah.

“Turun kalian dasar bocah-bocah nakal!” Ucap Seseorang yang memakai pakaian batik serta peci yang menutupi kepalanya itu sambil mengacungkan ranting pohon kepada ketiga gadis tersebut menyuruh mereka untuk turun.

Sejenak ketiga gadis tersebut langsung berpandangan mereka kembali menoleh ke arah pria di bawah mereka, sedangkan Nungky gadis itu langsung memanjat pohon lebih ke atas untuk menyembunyikan wajahnya dari Pak rt Naim sang pemilik pohon rambutan yang sedang dia ambili buahnya itu bersama ketiga temannya.

“Kabuuurrr!”  

Sontak Veyya dan Rania langsung turun dari pohon tersebut dengan sangat cepat, Gisuwa yang kaget mendengar teriakannya sendiri bersama Veyya dan Rania malah terjatuh dari pohon dan menimpa Pak Naim.

“Aduuhhh pingsan orangnya!” Ucap Gisuwa panik melihat Pak Naim yang tak sadarkan diri di bawahnya.

“Ayo kabur Gis kita nyelamatin diri dulu, mumpung belum ketahuan!” Ucap Rania sambil menarik Gisuwa untuk bangun.

Ketiga gadis tersebut langsung berlari kocar-kacir sambil membawa tas mereka meninggalkan Nungky sendirian yang masih berada diatas pohon, gadis itu melongok ke bawah dilihatnya Pak Naim yang sudah pingsan, dengan perlahan dia pun turun namun karena terpeleset dia jadi terjatuh dengan posisi langsung terduduk ke tanah.

“Aduhhh sakit banget ya Allah putri imut terjatuh!” Gumam Nungky sambil meringis merasakan pantatnya sakit karena menyentuh tanah yang keras, dia melihat sekelilingnya yang terlihat sepi teman-temannya sudah kabur semua meninggalkan dia dan Pak Naim sendiri.

“Dasar teman gak punya adab, pakai ninggalin aku segala coba gak setia kawan emang mereka!” Gumam Nungky kesal, dia mencoba bangun namun pergelangan kakinya terasa sedikit sakit membuatnya meringis pelan.

“Om Naim, Om dimana?”

Teriakan seseorang yang mencari keberadaan Pak Rt Naim membuat Nungky panik dengan cara ngesot dia pun bersembunyi di semak-semak, setelah mendengar suara itu semakin mendekat ke arahnya.

“Om Naim bangun Om, Om kenapa pingsan disini?” Ucap seseorang dengan panik.

Dari tempat persembunyiannya Nungky mengintip orang tersebut dia langsung melebarkan matanya saat melihat wajah pria yang sedang berjongkok di samping Pak Naim yang ternyata adalah Pria tampan rupawan.

Nungky mengucek mata serta mencubit pipinya pelan memastikan jika dia tidak sedang bermimpi, dia memperhatikan pria bersama seorang gadis kecil yang dia yakini adalah adik si pria tampan.

“Om Naim kayanya di gebukin maling rambutan bang Wan!” Ucap sang gadis cilik  sambil memandang kakaknya dengan wajah polos.

“Hush jangan bicara sembarangan kamu dek, sudah kita cari pertolongan dulu, abang gak kuat kalau harus gendong Om Naim sendiri!” Ucap sang pria yang dipanggil Wan tersebut.

“Namanya siapa Wawan, Iwan, atau sukijah?” Gumam Nungky memikirkan nama-nama yang pantas dipanggil dengan sebutan Wan.

Dengan perlahan Nungky merapikan rambutnya yang acak-acakan dan langsung keluar dari tempat persembunyiannya dengan cara masih ngesot.

“Aduh tolong!” Ucap Nungky dengan suara lemah lembut menarik perhatian sang pria tampan dan gadis kecil disampingnya itu, mereka langsung menghampiri Nungky yang duduk tidak jauh dari mereka.

“Kamu kenapa?” Tanya sang pria.

“Ini Bang kakiku sakit tadi pas ngejar maling rambutan aku terjatuh sampai kakiku terkilir bang sakit banget!” Ucap Nungky manja membuat gadis disamping  si pria menatapnya dengan pandangan sebal, sepertinya gadis itu tahu jika Nungky berbohong.

“Benarkah kamu baik sekali, coba berdiri aku akan membantumu berjalan!” Ucap sang pria sambil menarik kedua tangan Nungky.

“Awww!” Nungky meringis pelan sambil kembali duduk di atas tanah, dia melirik pria tampan di depannya itu dengan sedih.

“Sudah aku tidak bisa jalan Bang, sudahlah aku tidak apa-apa biar aku ngesot saja pulangnya!” Ucap Nungky penuh drama dan langsung mulai ngesot, dia menarik tasnya dengan kesusahan membuat sang pria menatapnya kasihan.

“Tunggu!”

Nungky langsung tersenyum senang idenya berhasil, dia berbalik memandang pria dibelakangnya dengan raut wajah yang dibuat sedih.

“Iya kenapa Bang?” Tanya Nungky.

Si pria tampan dengan gadis kecil menghampiri Nungky, pria itu jongkok di depan Nungky membuat gadis itu mengerjapkan matanya polos.

“Naiklah aku antarkan kamu pulang!” Ucap Si Pria.

Tanpa basa-basi Nungky langsung naik ke atas punggung si pria dengan senang, dia melirik gadis kecil yang menatapnya sebal, tapi Nungky tidak memperdulikannya.

“Chika tolong jagain Om Naim sebentar ya, abang mau nganterin dia dulu sekalian cari bantuan!” Ucap Si pria kepada gadis kecil yang ternyata bernama Chika itu.

“Gak mau ah bang, nanti abang Wan diculik sama si kakak jelek ini!” Ucap Chika sambil menunjuk Nungky.

Nungky langsung melotot kepada Chika, bagaimana gadis seperti Chika bisa bicara sejujur itu tentangnya, sepertinya dia dan gadis itu tidak akan akur untuk waktu yang dekat.

“Wah kurang asem nih bocah harus aku pelet dulu nih biar bisa deketin si abang ganteng!” Gumam Nungky dalam hati sambil tersenyum licik.

“Hush dek jangan gitu ah, sudah kamu tunggu saja abang cuma sebentar!”

Tanpa menunggu jawaban si pria langsung berjalan meninggalkan Chika di belakang, gadis kecil itu bersungut-sungut tidak jelas menatap kepergian kakaknya dengan kesal.

“Dasar nenek Gayung jelek awas saja nanti!” Gumam Chika.

“Rumah kamu dimana?” Tanya si pria kepada Nungky.

Saat ini mereka sedang berjalan mengelilingi komplek perumahan, Nungky menoleh ke arah rumahnya yang baru saja mereka lewati.

“Masih jauh Bang kayaknya aku gak ingat!” Ucap Nungky berbohong.

“Loh masa kamu gak inget rumah sendiri, kamu gak hilang ingatan kan?” Tanya si pria bingung.

“Gak bang, sudah nanti saja kita bahas rumahnya ngomong-ngomong nama abang siapa, orang baru ya?” Tanya Nungky mengalihkan perhatian.

“Iya saya orang baru disini pindahan dari Bandung, nama saya Awan saya keponakannya Om Naim, saya dan orang tua saya baru pindah kemarin!” Ucap si pria bernama Awan menjelaskan dengan detail tentangnya.

“Hai bang Awan aku Nungky, ngomongnya aku kamu aja ya bang biar berasa dekat gitu!” Ucap Nungky sambil tersenyum dikala keduanya sedang berkeliling mencari rumahnya

“Abang rumahnya dimana, bukan di rumah aku kan?” Tanya Nungky lagi sambil cengengesan tidak jelas.

“Rumahku itu!” Tunjuk Awan kepada sebuah rumah yang ternyata berada tepat di sebelah Nungky.

“Rumah kamu dimana, aku sudah pegal dari tadi muter-muter terus!” Ucap Awan dia merasakan punggungnya yang sudah sakit karena harus menggendong Nungky yang ternyata berat meski berbadan kecil.

“Nih cewek makan apaan sih badan kecil tapi beratnya Masha Allah bikin encok!” Gumam Awan dalam hati.

“Sudah bang antar aku kesana saja itu rumahku!” Ucap Nungky menunjuk rumahnya yang tepat di samping rumah Awan.

“Kenapa gak ngomong dari tadi?, kita sudah 3 kali lewatin rumah ini dan kamu baru bilang sekarang!” Ucap Awan sambil menurunkan Nungky di depan rumahnya dan langsung membantu gadis itu duduk di kursi yang berada di teras rumahnya.

“Kan aku sudah bilang lupa bang, tapi makasih ya sudah nganterin aku dengan selamat!” Ucap Nungky sambil tersenyum.

Awan mengangguk mengiyakan dia tidak ingin berdebat dengan gadis di depannya itu.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan wajah Desi ibu Nungky yang menatap mereka dengan wajah mengkerut bingung, dia menoleh ke arah Nungky yang sedang cengengesan tidak jelas sambil memperhatikan Awan.

“Siapa kamu?” Tanya Desi kepada Awan.

“Saya Awan tante, saya kesini cuma mau nganterin anak tante tadi kakinya terkilir makanya saya bantu anterin dia pulang” Ucap Awan menjelaskan semuanya dengan sopan, dia tidak mau ibu gadis itu salah paham padanya.

“Wah makasih ya nak padahal gak usah di bawa pulang kesini juga gak apa-apa kok, kamu bisa bawa dia pulang ke rumah kamu lebih bagus kayaknya!” Ucap Desi sambil tersenyum.

Awan hanya tersenyum samar mendengarnya dia berpikir jika ibu dari gadis bernama Nungky itu sedang bercanda padanya.

“Tante bisa saja, saya pamit dulu ya tante Assalamualaikum!” Ucap Awan sambil mencium tangan Desi dan berlalu pergi.

“Tanganku gak dicium juga bang?” Teriak Nungky yang tidak digubris oleh Awan, pria itu sudah pergi berlari dan menghilang dari pekarangan rumahnya.

“Kemana saja kamu, baru ingat pulang sudah sore begini?” Tanya Desi sambil menatap anak semata wayangnya itu dengan tajam.

“Main Ma, belum juga subuh Ma kalau sudah subuh baru cariin!” Ucap Nungky.

“Siapa juga yang nyariin kamu, Mama cuma nungguin lipstik pesanan Mama, mana?” Ucap Desi sambil menengadahkan tangannya kepada nungky.

Nungky berdecak kesal, dia membuka tasnya dan mengambil sesuatu dari tas tersebut yang langsung dia berikan kepada ibunya itu.

“Terima kasih, ayo masuk!” Ucap Desi setelah menerima barang tersebut dan beranjak memasuki rumahnya.

“Aku gak bisa jalan Ma, kakiku sakit!” Ucap Nungky.

“Kamu lari kesini dalam 5 detik Mama kasih kamu 100 ribu!” Terdengar suara ibunya menyahut dari dalam.

Mendengar itu Nungky langsung berlari memasuki rumah dan menghampiri ibunya itu yang sedang berada di ruang tv.

“3 detik Ma, ayo sini mana uangnya?” Ucap Nungky meminta imbalan pada ibunya Desi.

Desi menoleh ke arah Nungky yang sedang cengengesan karena senang akan mendapat uang, Desi berdecak pelan sambil mengambil uang yang ia selipkan di dalam daster yang sedang dia pakai.

“Nih, dasar tukang kibul katanya sakit itu bisa lari!” Ucap Desi kesal sambil memberikan uang tersebut kepada Nungky.

Nungky melihat uang yang diberikan ibunya itu dengan tatapan tidak percaya. “Kok dua ribu sih Ma mana sisanya?” Ucap Nungky menatap ibunya dengan kesal.

“Sisanya nyicil sudah mandi sana ganggu aja lagi nonton *Azab* juga!” Usir ibunya sambil fokus menonton drama yang sedang naik daun yaitu *Azab*

Nungky berjalan meninggalkan ibunya sambil menghentak-hentakan kakinya dengan kesal.

“Dasar ratu kibul, aku doain biar kena Azab judulnya *Azab ibu yang suka mengibuli anak tukang kibul*” Sungut Nungky sambil berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

-----

NB: Ini bukan novel baper-baperan yang bikin nangis jadi jangan kecewa kalau disini kalian hanya akan menemukan kekonyolan saja😆😆😆

Nungky\=Syifa Hadju

Pergi Sekolah

Beberapa tahun kemudian seorang gadis tengah bersiap-siap di dalam kamarnya sambil berkaca di depan cermin, memperhatikan penampilannya yang biasa-biasa saja dengan rambut terurai tapi sayangnya agak berantakan, dan juga seragam sekolahnya yang terlihat rapi tapi langsung kusut saat gadis itu memakainya.

“Alhamdulilah ya Allah terima kasih kamu sudah memberiku wajah yang imut dan juga cantik ini, dengan wajahku ini akan kubuat bang Awan jatuh cinta padaku!” Gumam seorang gadis sambil tersenyum di depan cermin.

“Nunung cepat turun, sarapan!”

Nungky berdecak kesal saat mendengar suara cempreng milik ibunya Desi yang pagi-pagi sudah merusak kesenangannya mengagumi dirinya sendiri yang dia banggakan, Nungky menyemprotkan minyak wangi ke seluruh badan termasuk bagian ketiaknya.

“Hmmm wangi juga!” Ucap Nungky tersenyum puas setelah dia mencium bau ketiaknya sendiri.

“Nunung turun kalau gak Mama gak kasih uang jajan!”

Suara dari ibunya kembali terdengar membuat Nungky mendengus sebal dan langsung beranjak keluar kamar menuju lantai bawah dimana Ayah dan Ibunya berada.

“Apa sih Ma teriak-teriak gitu kayak di hutan aku gak budek Ma cuma tuli!” Ucap Nungky kesal sambil duduk di samping ayahnya Juno yang sedang menyesap kopi sambil membaca koran.

“Kalau gak dengar jawab Nung kenapa diam saja!” Ucap ibunya kesal sambil menuangkan jus jambu ke dalam gelas di depan Nungky.

“Namanya juga gak dengar Ma mana bisa jawab” Ucap Nungky sambil mencoba mengambil jus di depannya.

“Lah kok diambil Ma, itukan punyaku” Protes Nungky saat melihat ibunya mengambil jus tersebut dan langsung meminumnya hingga tandas.

Desi menaruh gelas kosong tersebut di depan Nungky dan tersenyum ke arah anaknya. “Kegeeran kamu siapa yang bilang itu buat kamu kalau mau bikin sendiri, sudah makan sana habis itu berangkat ke sekolah!” Perintah Desi sambil duduk disebelah Juno dan menuangkan nasi ke piring suaminya itu, Juno menaruh koran yang sedang di pegangnya dan mulai menyantap makanan yang disediakan istrinya dengan lahap.

Nungky menatap ibunya sebal dia pikir jus itu untuknya tapi ternyata tidak, ibunya itu memang paling jago membuat gadis cantik sepertinya jadi cepat tua.

Dengan kesal Nungky mulai menuangkan nasi beserta lauk pauk yang isinya hanya telur ceplok dan langsung melahapnya dengan ganas, membayangkan jika yang tengah dia lahap adalah ibunya.

“Sarapannya kok telur ceplok doang sih Ma, gak ada yang lain apa minimal roti kek” Ucap Nungky setelah dia menyelesaikan sarapannya.

“Banyak protes kamu Nung, Mama tadi kesiangan gara-gara begadang sama Papamu semalam, makan yang ada aja jangan nanyain roti sejak kapan juga kamu sarapan roti kayak bule saja!” Ucap ibunya.

“Pa, ngapain sih Papa sama Mama begadang semalaman lagi bikin anak ya?” Goda Nungky sambil nyengir ke arah Juno yang langsung terbatuk mendengar ucapan Nungky.

“Bukan Ky, Papa sama Mama lagi diskusi urusan negara kamu gak bakal ngerti sayang,  sudah Papa berangkat dulu ya Ma hari ini ada operasi pagi Assalamualaikum!” Ucap Juno berbohong sambil beranjak dari kursinya.

Sambil menjawab salam dari Juno, Nungky dan ibunya mencium tangan kepala keluarga tersebut dengan sopan, lelaki yang berprofesi sebagai dokter bedah itupun langsung pergi meninggalkan istri dan anaknya dengan mengendarai mobil menuju rumah sakit.

“Ma minta uang jajan dong yang banyakan ya Ma, masa ceban mulu aku kan sekarang udah kelas 3!” Ucap Nungky sambil menengadahkan tangannya kepada Desi.

Desi berdecak sebal dan memberi gadis itu 2 lembar uang kertas.

“Tuh jangan diabisin tabung kalau bisa buat modal nikah!” Ucap Desi menasehati anaknya.

“Ya Allah Ma 12 ribu doang disuruh nabung, jadi uang jajanku cuma ditambah 2 ribu doang nih?” Tanya Nungky menatap Desi dengan tatapan kecewa.

“Gak Mau?, yasudah sini balikin lumayan buat nambah uang buat belanja!” Ucap Desi meminta uangnya kembali.

Dengan segera Nungky langsung memasukan uang 12 ribu tersebut ke dalam saku bajunya dan dia beranjak dari kursinya, setelah berpamitan kepada Desi gadis itupun langsung keluar rumah.

“Bang Awan udah berangkat kayanya gak jadi nebeng deh” Gumam Nungky setelah melongok di depan rumah Awan yang sudah terlihat sepi.

Dengan riang Nungky pun langsung melangkahkan kakinya menuju sekolah, di tengah jalan dia mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan juga uang 12 ribu pemberian ibunya sambil  menciumnya dengan senang.

“Lumayan dapat tambahan 12 ribu, punya ibu gesrek emang harus pintar-pintar biar gak dikibulin terus!” Ucap nungky dengan senang.

Sebelumnya saat malam hari Nungky sudah meminta uang jajan pada Juno yang langsung memberinya uang seratus ribu, beda dengan Desi yang akan menghalalkan segala cara untuk tidak mengeluarkan uang sepeser pun, bahkan dia juga sangat pelit kepada anak semata wayangnya yaitu Nungky.

“Heh cewek mau kemana, bagi duit dong!”

Tiba-tiba datang segerombolan pria SMA menghadang Nungky yang tengah berjalan di trotoar di dekat warung kopi tempat orang-orang tersebut nongkrong, Nungky menatap 3 orang lelaki yang tampangnya terlihat seperti bukan anak baik-baik sepertinya.

“Nih bang!” Ucap Nungky sambil memyerahkan selembar uang 2 ribu kepada seorang lelaki yang bisa dipastikan adalah ketua dari geng tersebut.

“Heh dasar bodoh kamu pikir kita apa hah tukang parkir? ngasih duit cuman 2 ribu!” Ucap si Lelaki bertindik sambil melempar uang 2 ribu itu kejalanan dengan kesal, dia kembali menatap Nungky mencoba mengintimidasi gadis tersebut dengan tatapannya.

“Terus mau berapa bang itu juga sudah banyak bang, uang es cendolku itu bang tapi demi abang aku rela” Ucap Nungky kesal, dia menatap sekeliling.

Orang-orang yang berada di sekitarnya itu terlihat menghindari mereka dan pura-pura tidak melihat tanpa membantu Nungky, mereka seolah takut dengan ketiga orang yang menghadangnya itu.

“Keluarkan semua uangmu gadis cilik kalau tidak aku bisa menculikmu dan kita akan bersenang-senang sayang” Ucap si lelaki sambil tersenyum dengan menakutkan.

“Iya boss bawa aja udah lumayan!” Ucap salah 1 anak buahnya.

“Heh manis ayo kasih duitnya kalau gak ikut kita!” Ucap anak buah si lelaki yang satunya lagi.

Tanpa basa-basi Nungky langsung menaiki salah 1 motor besar paling bagus diantara 3 motor yang sedang terparkir di warung kopi tersebut.

“Ayo bang kuy kita senang-senang!” Ucap Nungky dengan semangat sambil tersenyum senang membuat ketiga anak SMA berandalan tersebut melongo.

“Wah seru Gi tuh cewek kayaknya suka sama kamu buktinya langsung nemplok!” Ucap Ipul salah 1 teman si ketua geng yang bernama Regi.

“Haha iya Gi sudah sikat saja kita bawa ke markas!” Ucap Kemal temannya Regi yang lain.

Regi tersenyum sinis dengan santainya dia menghampiri Nungky dan langsung menaiki motor miliknya itu, Regi menoleh ke arah Nungky sambil menyerahkan sebuah helm kepadanya.

“Pakai ini, aku tidak mau jika nanti kamu jatuh dan mati di tempat!” Ucap Regi.

“Asiap bang, tenang saja aku punya sembilan nyawa bang gak bakal cepat mati!” Ucap Nungky sambil tersenyum dan memakai helm yang diberikan Regi padanya.

“Baguslah jadi aku tidak perlu ragu untuk ngebut dijalan” Ucap Regi sambil menyalakan motonrnya.

“Ok Bang aku suka yang ngebut-ngebut kok, aku aja ngebut ngejar bang Awan” Ucap Nungky membuat kembali Regi menoleh kepadanya.

“Siapa Awan pacarmu?” Tanya Regi penasaran.

“Bukan Bang kang cendol di sekolah, ayo bang kita kuy lama banget bang jalanya!” Ucap Nungky.

Dan motor itupun melaju membawa seorang gadis kecil yang terlihat senang itu, entah apa yang akan terjadi pada gadis malang itu,akankah dia selamat sampai sekolah atau hal buruk akan terjadi padanya yang dilakukan oleh ketiga anak SMA berandalan yang membawanya.

---------

Awan

Musibah Nungky

Seorang gadis yang tengah duduk di jok belakang motor itu berteriak senang saat Regi melajukan motornya dengan cepat, dia melambai-lambaikan tangannya menyapa semua para pengendara lain yang mereka lewati.

“Hei abang-abang yang tampan sama mba-mba yang cantik tapi cantikan aku, selamat pagi semua!” Ucap Nungky berteriak senang sambil melambaikan tangannya dengan riang.

Para pengendara hanya tersenyum geli mendengar celotehan Nungky tanpa menjawab sapaan dari gadis itu, Regi yang mendengarnya langsung menundukan wajahnya malu, dia tidak menyangka jika gadis yang sedang dia bawa memiliki kelainan seperti barusan.

“Bang berhenti dulu bang!” Ucap Nungky sambil menepuk-nepuk pundak Regi.

Regi langsung menghentikan motornya di pinggir jalan, kedua teman yang mengikutinya dari belakang juga ikut menghentikan kendaraan mereka.

“Ada apa bos?” Tanya Ipul.

Rega mengabaikan pertanyaan Ipul matanya melihat Nungky yang sudah duduk di depan gerobak tukang bubur sambil melambaikan tangannya memanggil Regi beserta kedua temannya untuk ikut bergabung bersama dia.

“Ada apa gadis kecil kenapa kamu malah duduk disini?” Tanya Regi setelah dia dan kedua temannya menghampiri Nungky.

“Sarapan lah bang lapar nih belum makan aku, ayo sini abang-abang duduk dulu kita sarapan bareng!” Ucap Nungky.

“Bang buburnya 4 ya bang gak pakai lama takut bang toyib keburu pulang!” Ucap Nungky dengan asal.

“Tidak aku tidak mau sarapan bubut ayo cepat kita pergi sekarang!” Ucap Regi menolak ajakan Nungky.

“Gak usah malu-malu bang, gak apa-apa kok kalau lapar gak usah ditahan nih teman abang saja sudah duduk!” Ucap Nungky menunjuk Regi dan Kemal yang sudah duduk di bangku sambil tersenyum ke arahnya.

Regi menghembuskan nafasnya kasar dan ikut duduk bersama Nungky dan yang lain, dalam diam mereka pun menyantap bubur yang ternyata sangat enak membuat Regi menghabiskan bubur miliknya dengan cepat.

“Tuh enakan Bang apa kubilang, ya sudah bayarin ya bang!” Ucap Nungky dengan wajah tanpa dosa sambil mengelus perutnya dengan senang.

“Apa kamu bilang, enak saja kamu yang bayar semuanya bukan aku!” Ucap Regi tak terima.

“Kok gitu sih, abang Mah gak konsisten katanya gak mau malakin aku kalau aku ikut abang kok jadi gini sih bang?” Ucap Nungky sambil memasang raut wajahnya sedih.

“Baiklah gadis cilik kali ini aku mengalah, heh kalian berdua bayar buburnya!” Perintah Regi kepada Kemal dan Ipul yang langsung mengerjap panik saat mendengar perintah bos mereka.

“Yah Gi aku mana punya duit, kamu tahulah aku kemarin habis dihukum gak dikasih uang jajan selama seminggu sama Mak ku gara-gara ngilangin tutup panci dia!” Ucap Kemal sedih.

“Apalagi aku Gi, kantongku kering Gi gersang banget kayak gurun sahara” Ucap Ipul dengan wajah memelas.

Regi menarik nafasnya dalam-dalam dan langsung mengeluarkannya dengan enggan, dengan pasrah dia pun mengeluarkan selembar uang 50 ribuan dari dalam dompetnya dan membayar bubur mereka, Nungky yang melihat uang Regi yang banyak langsung berbinar senang sepertinya dia akan untung banyak hari ini.

Setelah itu mereka kembali melajukan kendaraan mereka membelah jalanan kota, namun sayang mereka harus kembali berhenti saat gadis bernama Nungky meminta mereka berhenti di depan sebuah toko makanan.

“Apalagi sekarang gadis cilik, dengar aku tidak mau sarapan lagi sekarang!” Ucap Regi dengan tegas.

Nungky menyunggingkan senyumnya dengan lebar sambil turun dari motor Regi dan berlalu meninggalkan Regi memasuki toko tanpa mengatakan apa-apa membuat Regi dibuat bingung olehnya.

Tidak lama kemudian Nungky keluar sambil menenteng 2 kresek berukuran sedang, dia berjalan ke arah Regi dengan senang.

“Ayo bang sudah selesai aku!” Ucap Nungky.

“Wah uangmu banyak juga ternyata gadis cilik beli apa kamu?” Tanya Regi sambil tersenyum menatap belanjaan Nungky.

“Cemilan bang biar gak lapar nanti, ini bukan uangku bang tapi uang abang!” Ucap Nungky sambil tersenyum.

“Apa”

Regi langsung mencari dompetnya di dalam saku, dia langsung panik saat mendapati dompetnya sudah tidak ada, dia pun menoleh ke arah Nungky yang sedang menyodorkan dompet miliknya.

“Kenapa dompetku ada padamu apa kamu mencurinya?” Tuduh Regi sambil mengambil dompet miliknya dari tangan Nungky.

“Apa ini kenapa uangku hilang 2 ratus ribu, heh gadis cilik beraninya kamu memakai uangku!” Ucap Regi menatap Nungky dengan kesal, dia mulai merasa menyesal telah membawa Nungky bersamanya.

“Belum juga diapa-apain nih bocah aku sudah rugi ratusan ribu” Ucap Regi dalam hati sambil memasukan dompetnya ke dalam saku jaket yang dia pakai, kali ini dia tidak mau kecolongan lagi.

“Mana berani aku nyuri bang tadi dompet abang jatuh pas abang mau masukin makanya aku ambil!” Ucap Nungky menjelaskan.

“Lagian ini juga buat cemilan kita bang, sudah deh jangan itungan gitu gak baik bang apalagi sama cewek iya gak abang-abang tampan?” Ucap Nungky meminta dukungan kepada teman Regi yaitu Ipul dan Kemal.

Mereka mengangguk dengan ragu sambil menoleh ke arah Regi yang menatap mereka tajam, membuka kedua temannya itu langsung menunduk takut.

Dengan perlahan Regi kembali melajukan motornya bersama Nungky di belakangnya dan juga kedua temannya yang masih setia mengikutinya dari belakang.

“Bang, abang ganteng punya pacar gak sih mau gak jadi selingkuhan aku bang?” Tanya Nungky kepada Regi saat mereka tengah berada diatas motor yang melaju dengan kecepatan lumayan kencang namun tidak sekencang tadi.

Regi memang memiliki wajah yang lumayan tampan, hanya saja ketampanannya tertutupi oleh penampilan Regi yang seperti preman bibir ditindik membuat siapa saja pasti berpikiran jelek melihatnya.

Regi tersenyum dibalik helm yang dia kenakan, dia sudah biasa jika ada banyak gadis yang memintanya untuk jadi pacar mereka tapi baru kali ini ada yang berani mengajaknya untuk jadi selingkuhan saja.

“Selingkuhan katamu, memangnya kamu sudah punya pacar bocah nakal?” Tanya Regi.

“Gak sih bang aku jomblo bang tapi status pacar cuman bang Awan seorang, abang jadi selingkuhan saja ya bang sama-sama enak kok!” Ucap Nungky asal membuat Regi tersenyum geli mendengar celotehan Nungky yang menurutnya lucu itu.

Sepanjang jalan Nungky terus berbicara meski Regi mengabaikannya tapi gadis itu seolah tidak peduli dan berbicara membuat kuping Regi panas seketika.

“Tidak aku harus kuat setelah sampai ke markasku nanti akan kubuat dia membayar semuanya” Ucap Regi sambil tersenyum sinis, dan berusaha menguatkan dirinya dari celotehan tidak jelas gadis bernama Nungky.

Namun saat Nungky mengeluarkan suara emasnya itu untuk bernyanyi lagu Armada di dekat lampu merah, Regi tidak mampu bertahan mendengar suara Nungky yang menyakitkan telinganya meski dia mengenakan helm sekalipun.

Regi yang sudah tidak kuat langsung merasa lemas dan akhirnya motor yang dia kendarai oleng dan menabrak gerobak sampah yang ada di depan mereka.

Beruntung Nungky tidak masuk ke dalam gerobak dia masih bersih berkat keberuntungannya, sedangkan Regi harus menelan pil pahit karena dia bajunya terkena sampah dari gerobak tersebut.

Ipul dan Kemal langsung menghentikan motor mereka dan membantu Regi bangun, polisi lalu lintas pun datang menghampiri mereka berempat.

“Ada apa ini kenapa kamu berkendara dengan sembrono apa kamu mabuk?” Tanya sang polisi melihat penampilan Rego yang berandalan.

“Tidak Pak ink semua gara-gara dia!” Ucap Regi sambil menunjuk Nungky.

“Apa Sih bang teganya kamu menuduh aku” Ucap Nungky sedih.

“Kamu ini kamu yang salah malah nyalahin orang lain, sudah berikan Ktp dan StNk kamu saya tilang!” Ucap Sang polisi yang termakan omongan Nungky.

Dengan muka  sedih dan juga merana Regi menyerahkan STNK da juga  KTP miliknya itu, selama jadi preman sekolah baru kali ini dia kena tilang dan harus menabrak gerobak sampah yang membuatnya harus merasa malu dan juga badanya bau sampah disaat yang bersamaan.

“Bang yang sabar ya bang, gimana jadi gak perginya?” Tanya Nungky sambil menepuk pundan Regi pelan.

Regi menggeleng dengan cepat sambil menjauhi Nungky.”Tidak aku tidak bisa pergi sekarang lain kali saja, sebaiknya kamu pergi ke sekolah saja mumpung masih pagi!” Ucap Regi sambil tersenyum tipis mengusir Nungky secara halus.

“Yah gak jadi senang-senang dong, ya sudah aku ke sekolah saja deh bang mana uangnya bang?” Ucap Nungky sambil menengadahkan tangannya.

“Uang apa yang kamu maksud aku tidak mengerti?” Ucap Regi bingung.

“Uang buat ongkos lah bang masa aku jalan ke sekolah bisa telat nih!” Ucap Nungky menjelaskan maksudnya.

Tanpa banyak bicara lagi Regi langsung memberi Nungky selembar uang 50 ribu, Nungky menerima uang tersebut dengan senang dan menaruhnya di dalam saku baju sekolahnya.

“Makasih ya Bang, cemilannya gimana mau abang bawa?” Tanya Nungky lagi sambil tersenyum.

“Tidak kamu bawa saja” Ucap Regi dia hanya ingin gadis itu segera pergi dari sini.

“Wah terima kasih bang, ya sudah aku pergi ya bang sampai ketemu lagi!” Ucap Nungky sambil melambaikan tangannya dan berlalu pergi meninggalkan mereka dengan menaiki angkot.

Regi bernafas dengan lega saat Nungky sudah menghilang dari pandangannya, dia berharap ini pertama dan terakhir kalinya dia bertemu dengan gadis bernama Nungky.

---------

Regi

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!