Di malam yang begitu tenang, burung-burung berkicau tiada henti. Cahaya bulan yang terang menyinari kelelawar yang berterbangan, dan menerangi setiap sudut perumahan di desa yang terlihat kecil ini.
Tidak ada alasan untuk para manusia beraktivitas di malam yang sangat tenang, semua orang tertidur pulas di rumahnya masing-masing. Kecuali, beberapa orang yang baru saja keluar dari arah hutan.
“Kita ada di mana, Paman?” ucap seorang laki-laki berusia 19 tahun bernama Zion Vankruz.
“Aku tidak tahu. Yang penting ini adalah sebuah desa bernama Fuja..”
Ada 4 orang yang datang dari arah hutan, seorang perempuan yang sedang kedinginan, dan 3 orang laki-laki. Mereka teleportasi ke hutan tersebut, dan baru saja tiba beberapa menit yang lalu.
Mereka ditugaskan oleh Raja Yowha Vankruz dalam misi besar untuk membunuh salah satu dari 7 Dewa dari 7 agama yang dipuja di dunia. Tentunya untuk menyelesaikan misi tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama, dan harus menyusun rencana dengan sangat kompleks.
“Aku sudah tidak kuat dengan dingin ini. Kita akan tidur di mana, Ayah?” tanya seorang gadis berumur 16 tahun bernama Relia Vankruz.
“Untuk kedepannya kita akan mencari rumah sewaan di desa ini. Tapi untuk sekarang tidur saja di mana pun yang sekiranya nyaman.”
“Baiklah, sepertinya aku akan tidur di atap rumah itu saja,” ucap Zion.
“Zion, tidak ada yang menyuruhmu untuk tidur! Kau harus menjaga Relia saat ia tidur!”
“Apa?!”
“Dengar itu, Zion!”
“Cobalah untuk lebih bertanggung jawab! Sekarang Paman dan Kakakmu akan pergi. Jaga Relia!”
Xhuez dan Vlod berpisah dengan Zion untuk pergi mencari informasi-informasi penting terkait desa tersebut.
“Ayo cepat Lia, kita ke atap!”
“Jangan mengada-ngada! Untuk apa ke atap?”
“Kau ingin tidur, kan? Ayo cepat!”
Tanpa pikir panjang, Zion langsung menggunakan sihirnya untuk naik ke salah satu atap rumah yang berbentuk datar.
“Ayo Lia! Oh, kau tidak bisa naik?”
Zion membelitkan sihir kegelapan kepada Lia lalu membawanya ke atap. Relia sedikit menolak, tetapi ia tidak bisa bergerak.
“Zion, ini sangat dingin! Aku tidak bisa tidur di sini!”
“Dasar manja!”
Zion membungkus Relia dengan sihir kegelapan, lalu memberikan efek kehangatan.
“Lebih baik?”
“Aku tidak bisa bergerak, tapi ini lebih baik.”
Selain kekuatan sihir kegelapannya yang menakutkan, Zion juga ditemani oleh 26 semut peliharaan yang setia. Setiap semut memiliki karakteristik dan kemampuan yang unik, dari ukuran yang kecil hingga sedang, serta jenis yang beragam. Mereka adalah teman setia Zion, selalu setia mendampinginya dalam setiap petualangan. Oara semut itu dikeluarkan oleh Zion dari sihir hitamnya.
Masing-masing dari semut tersebut memiliki anggota semut lain yang bisa mereka panggil kapan saja, layaknya Zion memanggil mereka. Selain itu, setiap masing-masing semut memiliki nama yang diberikan oleh Zion. Nama tersebut diawali dengan huruf yang berbeda sesuai nama abjad. Zionlah yang memberikan mereka nama, dan hanya Zion yang mengetahui nama masing-masing dari mereka.
“Pergilah, ke mana pun yang kalian inginkan. Kecuali kau, Antz!!”
Setelah Zion mengatakan hal itu, para semut-semut itu mulai pergi bubar entah ke mana, kecuali salah satu semut yang disebut oleh Zion. Semut itu bernama Antz. Antz adalah seekor semut kebun hitam jantan, dengan warna hitam kelam dengan ukuran yang sederhana. Berbeda dengan semut kebun hitam lainnya, Antz memiliki umur yang lebih panjang setelah di Upgrade oleh Zion.
Seekor semut yang kecil dan tangkas itu merespons dengan sigap saat Zion memberikan perintah untuk masuk ke dalam cerobong asap rumah tersebut. Dengan gerakan yang lincah, Antz mendekati cerobong asap yang berada di atap rumah warga. Lalu melompat ke bawah menjatuhkan dirinya sendiri dengan percaya diri.
Saat Antz berada di bawah, ia melihat kondisi rumah dan melaporkannya kepada Zion. Setelah dikiranya aman, Zion melakukannya teleportasi ke Antz.
“Oh Dewa, izinkan aku mencuri untuk kali ini saja. Aku harap salah satu dari 7 dewa yang akan aku bunuh mendengarku untuk kali ini saja.”
...BERSAMBUNG
...
Xhuez dan Vlod melangkah menginjak setiap tanah di tengah malam yang sangat dingin, menyusuri desa yang hening. Udara malam membeku, menciptakan keheningan yang hanya dipecahkan oleh langkah-langkah mereka yang pelan. Cahaya bulan purnama menyinari desa, menyoroti jalanan yang sepi.
Jalan yang tidak di aspal, menunjukkan bahwa di desa ini tidak menggunakan alat transportasi seperti mobil ataupun motor. Besar kemungkinan bahwa mereka masih menggunakan kuda atau semacamnya.
“Cuacanya seperti menusuk setiap kulitku,” ucap Vlod dengan tenang.
“Kau bicara seperti itu, tapi wajahmu tidak terlihat kedinginan sama sekali!”
“Terkadang perkataan tidak sesuai dengan perasaan.”
“Kau ini sedang membahas apa sih?!”
Angin sepoi-sepoi yang seperti membawa cuaca ekstrim itu terus menyerang kulit mereka. Meskipun kaki mereka dilindungi oleh celana yang panjang, tetapi kedua lengan mereka harus menerima serangan angin tersebut.
“Paman. Lalu bagaimana dengan Dewa yang ingin kita incar?”
“Awalnya aku berpikir akan mengincar Dewa yang disembah oleh negara ini. Tapi di desa ini saja kita tidak melihat kuil satu pun.”
“Sepertinya kita harus menunggu sampai besok, ya?”
Mereka semakin jauh dalam menyusuri desa, hingga masuk ke area malam, di mana banyak toko yang masih buka. Saat melihat tempat tersebut, seolah-olah rasa dingin tersebut dilawan dengan rasa bahagia yang terlalu besar.
Salah satu tempat yang membuat mereka tertarik dan masih buka adalah bar minuman yang bertuliskan “BAR 10” di papan atas tokonya. Tempat tersebut terbuka, dan ada beberapa pelanggan yang duduk di luar. Mereka saling tertawa membicarakan sesuatu, dan meminum minuman yang sepertinya adalah alkohol. Tanpa pikir panjang, Xhuez dan Vlod pun menuju kesana.
••••
Di sisi lain, Zion sedang duduk di atap rumah dengan keheningan. Ia menatap bintang dengan banyak makanan disisinya. Ia juga berada di atap yang berbeda dengan sebelumnya, karena ia takut pemilik rumah yang makanannya ia curi terbangun.
Satu satunya semut peliharaan Zion yang ada disana adalah Antz. Antz makan makanan kesukaannya; donat rasa coklat. Satu gigitan besar pun tidak membuat donat tersebut habis setengahnya, bahkan jauh lebih kecil dari seperempat. Setelah Antz sudah merasa sangat kenyang, ia mulai memanggil satu persatu anggotanya. Semut-semut keluar dari tubuh Antz, dengan jumlah puluhan, mereka menggulung donat tersebut.
Daging dingin yang Zion bawa sangat tidak memiliki daya tarik. Ia juga tidak ingin memakan makanan dingin seperti itu. Dengan membuat sihir hitamnya berbentuk persegi panjang, ia menumbuhkan api di atasnya, lalu membakar daging yang dingin itu.
Aroma matang dari daging tersebut menimbulkan aroma asap yang tersebar ke mana-mana. Aroma tersebut sampai ke hidung Relia yang hingga membuat matanya terbuka sedikit.
“Zi-on. Kau sedang apa?” tanyanya dengan mengantuk.
“Hmm?” Zion menengok. “Aku sedang menjagamu, kau lihat?”
“Aku mencium aroma yang enak.”
“Oh ya, aku sedang membakar daging. Kau mau?” tanya Zion menawari.
“Zion tolong! Aku ingin bergerak!”
“Sebentar, aku bakar ini dulu.”
“ZION!! Tolong! Aku ingin bergerak!”
“Tunggulah sebentar! Dasar tidak sabaran!” ucap Zion sambil membakar.
“ZIONN!!”
“Cihh!” Zion menghapus sihir kegelapan yang menyelimuti seluruh tubuh Relia. “Dasar cerewet.”
“Diam kau!!” Relia menembakkan sihir angin yang membuat Zion terjungkal.
Zion sangat kesal. Kemudian melakukan perintah kepada Antz. “LAKUKAN ANTZ!”
“AAAAAGGH!!!” Relia berteriak sangat kencang, dan membuat orang di beberapa rumah dekat sana terbangun.
Zion membungkus semua makanan dengan sihir kegelapan, dan juga mengikat Relia. Lalu ia pergi melompati atap ke atap dengan bantuan sihirnya untuk menjauh dari sana dengan membawa Relia dan makanannya terbang.
Relia menangis sepanjang perjalanan. Kemudian, Zion berhenti kembali setelah lumayan jauh dari atap sebelumnya.
Relia terus menangis, ia tidak menunjukkan wajahnya.
“Maafkan aku. Apa sakit?” tanya Zion dengan khawatir.
Zion melihat pergelangan tangan kanan Relia yang digigit oleh Antz, yang disana juga ada Antz yang sedang berdiri di dekat bekas gigitannya. Bekas gigitan yang mulai memerah dan terlihat bengkak.
“Berhentilah menangis, kumohon. Ini salah Antz, dia langsung naik ke tanganmu saat kamu menyerangku.”
Mendengar Zion mengatakan hal itu, wajah Antz langsung berpaling.
“Aghh!” Relia memegang Antz, lalu melemparkannya dengan keras.
“Aku dimaafkan?” tanya Zion.
“Jangan dekatkan lagi Antz denganku!”
“Iya. Tapi tolong jangan bilang ke paman!”
“Kamu juga yang memberi perintah Antz kan!!”
Zion tidak bisa mengelak lagi. “Iya iya. Maaf. Apa sakit?”
“Sangat sakit, Zion! Tanganku tidak bisa bergerak!”
“Kalau begitu, tunggu di sini. Kamu makan saja ini, aku pergi dulu!”
“Mau ke mana, Zion?! Jangan tinggalkan aku sendirian!”
Zion pergi mencari toko obat yang sudah buka. Ia ingin membeli obat, padahal tidak punya uang.
...BERSAMBUNG
...
Hari semakin pagi, Xhuez dan Vlod sedang mencari Zion. Keresek putih berisikan makanan hangat yang ia bawa untuk Zion dan Relia makan. Ia mengira mereka berdua belum makan.
Berjalan sambil mengobrol, akhirnya Zion dan Relia terlihat sedang duduk di kursi depan sebuah toko. Disana terlihat Zion sedang memegang tangan kanan Relia yang dililit dengan perban berwarna putih.
“Relia! Kamu kenapa?! Kenapa tanganmu diperban?” tanya Ayahnya, Xhuez.
“Antz! Semut Zion menggigitku!”
“Tapi Lia yang mu—“
“—Zion yang memerintahkannya!” potong Relia.
“Zion!”
“Iya Paman, maaf.”
“Tidak apa-apa! Yang penting kamu berani bertanggung jawab.”
“Dari mana kau dapatkan perban itu, Zion,” tanya Vlod.
“Aku menukarnya dengan makanan.”
“Oh iya, ini ada makanan untuk kalian. Kami juga sudah menemukan rumah untuk disewa. Kita akan tinggal disana selama beberapa bulan.”
“Terima kasih Paman, tapi aku sudah kenyang.”
“Baguslah jika begitu, kita bisa menghemat. Ini untuk makan siang saja. Tapi dari mana kamu dapat makanan? Apa jangan-jangan kamu mencuri?”
Zion tidak menjawab. “....”
“Ah, sudahlah.”
Cahaya matahari mulai menyinari tanah sedikit demi sedikit. Xhuez dan Vlod pun juga duduk di kursi itu.
“Zion, Paman dan Vlod akan mencari informasi dan membuat rencana. Itu akan membutuhkan waktu dan biaya. Sedangkan kita hidup di sini harus membayar sewa rumah dan biaya makan,” ucap Xhuez. “Jadi untuk sementara Paman harap kamu dan Relia bisa mendapatkan uang dengan cara legal apa pun.”
“Itu akan jauh lebih mudah jika kata ‘legal’ dihilangkan,” ucap Zion.
“Itu adalah pernyataan yang sulit. Kamu boleh saja mendapatkan uang dengan menggunakan cara yang tidak semestinya. Tetapi, kamu juga tidak boleh terlalu melampaui batas.”
“Aku mengerti, Paman. Serahkan saja padaku dan Relia.”
“Baguslah jika begitu. Paman bisa tenang. Paman juga berharap kamu bisa menjaga Relia dengan baik, jangan lakukan hal buruk apa pun padanya. MENGERTI?!!”
“Iya Paman!! Aku mengerti!”
“Jangan lupakan bahwa Relia adalah sepupumu.”
“Mana mungkin aku lupakan hal itu.”
“Di sini kau bisa berkata seperti itu! Tetapi sebelum-sebelumnya, kau seolah tidak mengenal Relia!”
“Heheh.”
••••
Mata uang yang digunakan di sini adalah (KSV) Koulas. Sebagai patokan, harga 1 botol air putih 600ml dijual dengan harga 55 Koulas.
Entah hal apa yang akan dilakukan oleh Zion. Tapi setidaknya ia harus mendapatkan 70.000 lebih Koulas dalam sebulan, karena biaya sewa rumah dalam satu bulan tersebut seharga 70.000 Koulas.
Zion dan Relia pergi ke rumah tersebut setelah diberitahukan tempatnya oleh Xhuez, tempat itu berada lumayan jauh dari hutan tetapi tidak jauh dari pasar desa. Ada beberapa toko yang berdekatan langsung dengan rumah tersebut, di sisi kanannya adalah sebuah pos di mana pusatnya surat. Lalu di depannya adalah sebuah toko makanan ringan.
Lokasi yang lumayan jauh dari hutan membuat suasananya tidak terlalu sepi, dan banyak toko atau orang-orang yang beraktivitas walaupun saat malam hari.
Rumah sewaan ini memiliki ruangan utama yang berfungsi sebagai ruang tamu. Dindingnya terlihat kusam dengan cat yang sudah tua, dan furnitur yang sederhana menyusun ruangan yang terbatas. Sebuah sofa tua di pojok ruangan berfungsi sebagai tempat duduk sambil mendobrak batasan antara ruang tamu dan ruangan utama.
Ada dua kamar terpisah dari ruangan utama, masing-masing dengan kasur tua yang kurang empuk dan bau. Pencahayaan yang redup dan udara yang terasa pengap menciptakan suasana yang kurang nyaman. Meskipun terdapat pemisahan ruang, keadaan rumah sewaan ini tetap mencerminkan keterbatasan dan kondisi yang kurang layak untuk ditempati.
Dapur yang minimalis dan terpisah memancarkan kesederhanaan dengan minimnya peralatan memasak. Kompor dan sink yang bersandar di dinding menunjukkan kebutuhan dasar untuk memasak. Lantai dapur yang kotor dan usang memberikan kesan tempat yang kurang terawat.
Terdapat juga 1 WC yang terletak masih terletak di dapur, dengan kloset yang tidak terlihat bersih yang dikombinasikan dengan lantai dan dinding yang kotor membuat WC tersebut terlihat menjijikkan.
Tidak ada tempat yang nyaman untuk tidur, lalu mereka mengambil salah satu kasur yang tidak terlalu buruk dari salah satu kamar, dan menyimpannya di ruangan utama setelah dibersihkan. Jauh lebih baik daripada sebelumnya meskipun mereka harus tidur dengan berdekatan.
Ketika hari mulai pagi, mereka berjalan di sekitar desa. Satu persatu toko mulai membuka tempatnya. Tetapi mereka sama sekali tidak memiliki uang untuk singgah ke toko manapun.
“Apa yang akan kita lakukan untuk dapatkan uang, Zion?”
“Tenang. Diam dan perhatikan.”
Tidak lama setelah itu, disana di sana mereka melihat bar 10 yang dikunjungi oleh Xhuez sebelumnya. Di bar tersebut terdapat sekelompok orang yang sedang minum.
“Ahhh! Dunia ini-sudah seperti surga!”
“Benar sekali, boss!!”
“Akhir-akhir ini kalian selalu menghabiskan banyak botol. Dapat pelanggan, ya?”
“Ahhh-tidak jugaa, kami hanya ingin bersenang-senang-saaajaa.”
Percakapan itu terdengar oleh Zion sebelum ia melewatinya; ia melambatkan jalannya.
Kemudian Zion berbisik kepada Relia. “Lia, lakukan dan jangan ada gerakan tambahan, mengerti?!”
“Maksudny-“
Zion memegang tangan Relia dan mendekat ke bar tersebut. Ia telah memikirkan sesuatu.
...BERSAMBUNG
...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!