Di sebuah desa yang terletak di perbatasan, hiduplah sebuah keluarga yang termasuk dalam garis kemiskinan.
Untuk makan sehari-hari saja mereka mengandalkan hasil kebun, dan yang namanya beras merupakan makanan paling langka di desa tersebut.
Keluarga yang dikepalai seorang bapak bernama Suroso dan ibu bernama Sunarti itu mempunyai anak kembar perempuan, yang mereka beri nama Anette dan Anita.
Keduanya mempunyai sifat yang bertolak belakang, dimana Anita periang, rajin dan penurut. Sementara Anette seorang gadis yang pendiam, pemalas dan cenderung mau menang sendiri.
Sejak bayi mereka terpisah, karena Bapak mereka Suroso menikah lagi dengan janda beranak satu di kota tempat dia bekerja. Jadi Anette ikut dengan Suroso dan Anita ikut dengan ibunya di desa.
Keseharian Sunarti hanyalah buruh tani, sedangkan Anita sekolah di sekolah terbuka. Sekolah terbuka adalah program sekolah gratis dari pemerintah, dimana para siswanya diberikan modul dan mereka belajar di rumah. Semua siswa berkumpul di sekolah bila menghadapi ujian atau membagikan modul, buku pelajaran.
Anita setiap pagi bekerja di puskesmas di desanya, dia menjadi salah satu tukang bersih-bersih atau cleaning servis. Yang gajinya tak seberapa, namun bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Di puskesmas tersebut Anita bertemu dengan dokter muda yang bernama Damar Sasmita. Dimana dia adalah anak kepala desa di desa dimana keluarga Anita tinggal.
"Dik Anita!" panggil Damar pada pagi itu saat Anita selesai mengepel lantai puskesmas.
"Eh, mas Damar! jangan lewat situ, awas lantainya licin!" seru Anita seraya memberi kode dengan telunjuk tangan kanannya.
Damar yang mengerti maksud dari Anita, berhenti dan menghindari lantai yang basah sesuai instruksi dari Anita.
Tak berapa lama mereka saling berhadapan dan saling mengulas senyum mereka masing-masing.
"Dik Anita. Nanti malam ada waktu tidak?" tanya Damar kemudian.
"Nanti malam? Anita selalu dirumah mas." jawab Anita dengan mengulas senyumnya.
"Kamu tunggu di rumah ya, mas Damar mau datang kerumah Dik Anita bersama bapak dan pak Lik mas Damar." jelas Damar sembari mengulas senyumnya membalas senyum Anita.
"Oh, begitu ya. Baiklah nanti Anita bilang sama ibu di rumah." ucap Anita yang menatap dokter muda itu.
"Baiklah kalau begitu kita kerja dulu, yang nanti kita pikirkan nanti ya." ucap Damar yang memandang Anita dengan tulus.
"Oiya mas, pekerjaan Anita juga masih banyak." ucap Anita seraya menundukkan kepalanya karena malu jika melihat tatapan tulus dari Damar.
Pemuda itu mengulas senyumnya dan keduanya merasakan getaran aneh yang membuat kedua ya seolah seperti kesetrum aliran listrik tegangan tinggi.
"Hm ..hm...hmm....! cie....cie ...! pagi-pagi dah pacaran!" goda seorang wanita yang datang berdua dengan memakai seragam serba putih. Mereka adalah para perawat yang membantu tugas dokter-dokter di puskesmas.
"Iya kan ada pepatah kesempatan dalam kesempitan! pergunakanlah waktu kamu sebaik-baiknya! ha ..ha...!" balas dr. Damar sembari tertawa.
"Em, Iya deh mengaku kalah kita kalau berurusan dengan seorang dokter! he...he...!" ucap wanita seragam putih lainnya.
"Sudah, sudah! saya permisi karena masih ada kerjaan." ucap Anita yang sedikit malu saat para perawat itu menggoda mereka.
"Iya, selamat bekerja!" seru dokter Damar seraya melambaikan tangannya.
"Hm, kiss dong! he..he ..!" goda kedua perawat itu bersamaan.
"Apa sih, belum muhrim tahu!" seru Damar yang menatap Anita seraya mengulas senyumnya,
Anita membalas senyuman dengan malu-malu dan kemudian menundukkan kepalanya sebentar sebagai tanda dia minta ijin meninggalkan dokter Damar dan kedua perawat itu.
Dokter Damar membalas anggukan kepala juga dan melihat Anita meninggalkannya sampai gadis itu menghilang dari pandangan kedua matanya.
Demikian pula dengan kedua perawat itu yang juga menganggukan kepalanya dan mengulas senyum mereka seraya melirik ke arah dokter Damar dan juga Anita yang barusan meninggalkan mereka.
"Wah, cepat-cepat di ikat tuh! keburu diambil orang nanti! he...he...!" bisik salah satu perawat seraya berlalu pada dokter muda itu.
Dokter Damar masih terpaku berdiri ditempatnya. Kemudian dia menarik napasnya panjang dan menghembuskannya pelan-pelan.
Beberapa detik kemudian dokter Damar melangkahkan kaki menuju ke ruang prakteknya, di poliklinik umum.
Aktifitas puskesmas berjalan seperti biasanya, dan tibalah waktunya pulang kerja. Jadwal pulang kerja dokter, perawat lebih dulu dari pada cleaning servis dan karyawan lainya.
Anita telah menyelesaikan semua tugas-tugasnya dan bersama temannya yang sesama cleaning servise melangkahkan kaki meninggalkan gudang tempat penyimpanan peralatan kebersihannya.
"Aku dengar dokter Damar mau berkunjung ke rumah kamu ya?" tanya Lestari teman sesama cleaning service Anita.
"Iya Les, kira-kira mau ngapain ya?" tanya Anita sembari menyelempangkan tas ke bahu sebelah kanannya.
"Hm, sudah pasti mau meminang kamu? kalian kan dah pacaran, eh sudah berapa lama ya?" tanya Lestari yang pura-pura nggak tahu.
"Duh, kamu ini! pura-pura apa lupa?" balas Anita dan keduanya tertawa bersama.
Anita bekerja di puskesmas sudah setahun, dan dokter Damar pindah praktek ke puskesmas baru dua bulan.
Namun sebelumnya Anita dan dokter Damar sudah berkenalan sejak kecil, dan terpisah lumayan lama karena dokter Damar menempuh pendidikan kedokteran di kota Jogjakarta.
Usia Anita terpaut tujuh tahun dengan dokter Damar, dan pada saat ini Anita sudah lulus Sekolah Menengah Atas. Karena prestasi Anita selama sekolah terbuka, dia mendapat bea siswa di sekolah menengah atas Negeri favorit di kota kecil dimana Anita dan ibunya tinggal.
Sebenarnya Anita mendapat bea siswa setengah dari pembayaran dari sebuah universitas di kota, namun tidak diambil olehnya karena bea yang masih belum terjangkau. Karena itulah dia memilih bekerja saja untuk memenuhi kebutuhannya dan menabung untuk melanjutkan kuliahnya.
Kemudian Anita diajak Lestari untuk menjadi cleaning servise di puskesmas. Kemudian Anita memberitahukan informasi yang dia dapat pada ibunya, nyonya Sunarti pun menyetujui kalau Anita bekerja sebagai cleaning servise di Puskesmas di desa mereka.
Anita resmi menjadi kekasih dokter Damar baru dua Minggu yang lalu. Dan sebelumnya mereka berteman dan baru merasakan kecocokan hati mereka setelah bekerja di dalam satu tempat, yaitu di Puskesmas.
Anita dan Lestari melangkahkan kaki keluar dari puskesmas, dan mereka melihat dokter Damar yang masih di tempat parkir.
”Tuh, pujaan hati setia menunggu!" goda Lestari seraya menyikut lengan Anita. Dan Anita tersenyum pada saat dokter Damar melambaikan tangan padanya.
"Eh, iya kita sampai disini ya Les!" ucap Anita seraya menoleh ke arah Lestari
.
"Iya, yang akur ya!" ucap Lestari yang menggoda Anita sembari mengulas senyumnya.
"Iya....iya temanku yang baik hati dan tidak sombong!'' ucap Anita yang juga mengulas senyumnya.
Anita melangkah menghampiri dokter Damar, sementara Lestari mendekati sepeda kayuhnya dan memberi salam perpisahan pada Anita yang sedang naik ke boncengan sepeda motor dokter Damar.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Jangan Rampas Cinta-ku...
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
"Daaa... Anita dan dokter!" seru Lestari yang mengayuh sembari melambaikan tangannya,
"Daaa... juga, sampai jumpa besok!" balas Anita yang juga membalas lambaian tangan sahabatnya, demikian pula dengan dokter Damar yang juga melambaikan tangannya sesaat kemudian mengarahkan pandangannya pada kekasihnya yang berada dihadapannya.
"Sudah siap An?" tanya dokter Damar sembari menoleh ke belakang dimana Anita sudah duduk dibelakangnya.
"Iya mas!" jawab Anita yang sudah memposisikan tangannya berpegangan di pinggang dokter Damar.
"Siap apa coba?" tanya dokter Damar sembari melihat wajah ayu nan manis gadis dibelakangnya melalui kaca spion sepeda motornya.
"Lha, iya jalan! bukankah kita mau pulang, iya kan Mas Damar?" jawab sekaligus tanya Anita yang bingung dengan pertanyaan kekasihnya itu.
"Maksud mas, apakah kamu siap untuk menjadi istriku?" tanya dokter Damar yang kembali menoleh ke belakang.
"Eh...!" Anita terkejut dan bingung dengan pertanyaan yang diajukan dokter Damar, yang memang terkesan mendadak baginya itu.
"Apakah kamu nggak mau aku ke rumah kamu untuk melamar kamu?" tanya dokter Damar sekali lagi yang penasaran.
"E.... Siapa sih yang tak mau dengan seorang dokter seganteng dokter Damar?" ucap Anita yang nampak tersipu malu.
"Jadi nanti kamu siap ya, kalau mas Damar ke rumah kamu bersama ayah dan pak lik mas Damar?" tanya Damar yang masih di posisinya.
"I...iya mas." balas Anita yang sedikit gugup dan tentu saja membuat dokter Damar gembira.
Dokter muda itu pun terus mengulas senyumnya di sepanjang perjalanan mereka ke rumah Anita.
Tak berapa lama mereka telah sampai di depan pintu pagar rumah, dan nampak pintu rumah Anita masih terkunci rapat. Itu berarti ibunya Anita belum pulang ke rumah dari bekerja di sawah tetangga.
"Seperti ya ibu belum pulang dari bekerjanya mas." ucap Anita pada saat sudah turun dari sepeda motor dokter Damar.
"Iya, dik Anita masuk dulu!" ucap Dokter Damar yang menyarankan.
"Mas Damar dulu yang pergi." ucap Anita sembari mengulas senyumnya,
"Mas Damar mau pergi kalau dik Anita benar-benar sudah masuk ke rumah." ucap dokter Damar yang sedikit penekanan, karena mengkhawatirkan kekasihnya.
"Baiklah, Anita masuk lebih dulu. Assalamu'alaikum!" ucap salam pamit Anita yang mengalah demi kebaikan berdua dan Anita melambaikan tangannya.
"Wa'alaikumsalam..!" balas dokter Damar seraya membalas lambaian tangan Anita.
Anita membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya menuju ke teras rumahnya. Segera diambilnya kunci cadangan rumah dan dia membuka pintu kemudian masuk kedalam rumahnya.
Sebelum menutup pintu rumahnya, Anita menyempatkan dirinya menengok ke arah kekasihnya.
Nampak Damar melambaikan tangannya dan Anita membalas lambaian tangan tersebut.
Setelah yakin kekasihnya sudah masuk dan aman di rumah, dokter Damar segera melajukan kendaraannya. Dan setelah hilang dari pandangan mata, Anita segera menutup dan mengunci pintu rumahnya.
"Mas Damar nanti malam mau kemari bersama ayah dan pak liknya, jadi benar kalau mas Damar mau melamarku?" gumam dalam hati Anita yang berbunga-bunga.
Gadis itu segera berberes-beres ruang tamu dan segera menyiapkan menu makanan untuk dihidangkan pada tamunya malam nanti, sekalian dia memasak untuk makan malam dia dan ibunya.
Ibunya Anita, Sunarti baru saja pulang dari bekerja di sawah tetangga. Dan nampaklah tubuh wanita setengah baya itu yang bermandikan lumpur, sedang duduk di teras seraya mengipasi tubuhnya dengan caping atau topi lebar dari anyaman bambu yang biasa untuk di pakai di sawah atau ladang, sebelum dia mandi sore.
"Eh, ibu sudah pulang?" sapa sekaligus tanya Anita pada saat membuka pintu dan menghampiri ibunya.
"Iya, ibu tadi menanam padi di sawahnya Mbah Karto." jawab Sunarti seraya masih mengipasi tubuhnya dengan menggunakan topi dari anyaman bambu itu.
"Ibu, nanti mas Damar datang Bu." ucap Anita perlahan seraya duduk di samping ibunya.
"Apa sudah malam Minggu? kok Damar mau apel?" tanya Sunarti yang masih mengipasi dirinya sendiri karena peluh keringat ya masih membasahi badannya.
"Datangnya nggak sendirian Bu, tapi bersama bapak dan pak liknya " bisik Anita ditelinga ibunya, yang tentu saja membuat ibu perpikir keras.
"Bersama bapak dan pak liknya? biasanya sendirian saja berani, kenapa ramai-ramai? eh, jangan-jangan....!" ucap Bu Sunarti seraya menatap putrinya Anita dan Anita mengulas senyumnya. Seolah memberi kode bahwa yang dipikirkan Bu Sunarti itu sama seperti yang ada dipikiran Anita,
"Wah, harus cepat-cepat beres-beres nih! malu kalau ada tamu, tuan rumahnya masih dalam keadaan berantakan!" seru Bu Sunarti yang segera bangkit dari duduknya.
"Anita sudah beresin semua Bu, dan Anita juga sudah memasak. Adanya pisang kepok dan kacang, jadi hidangannya hanya itu saja ya Bu?" ucap dan tanya Anita.
"Oh iya, itu juga nggak apa-apa. Kita hanya punyanya itu saja." ucap Bu Sunarti.
"Oiya jangan lupa panggil pak dhe Naryo ya. Untuk mewakili bapakmu." lanjut pinta Bu Sunarti.
Sunaryo adalah kakak dari ibunya Anita, yang rumahnya tak begitu jauh dari rumah Bu Sunarti.
"Iya Bu." balas Anita yang kemudian melangkahkan kakinya menuju ke sumur untuk mandi dan selesai mandi dia segera mengganti pakaiannya. Kemudian berwudlu dan menunaikan sholat Maghrib di kamarnya .
Sementara itu Bu Sunarti melangkahkan kaki ke belakang rumah dengan lewat samping rumah dan berhenti di sumur untuk mencuci kakinya.
Kemudian Bu Sunarti juga mandi dan selesai mandi dia segera mengganti pakaiannya. Lanjut berwudlu dan menunaikan sholat Maghrib juga di kamarnya .
Selesai sholat Maghrib, Anita pergi ke rumah pak dhe-nya Sunaryo, sesuai perintah ibu-nya tadi sore.
Sementara itu Bu Sunarti mempersiapkan makanan dan minuman yang nanti akan dihidangkan.
Tak berapa lama Anita datang bersama Pak dhe-nya, dan semuanya duduk di ruang tamu. Mereka menunggu tamu yang sangat ditunggu-tunggu.
Ada perasaan tak menentu di hati Anita, jantungnya seperti mau melompat setinggi-tingginya. Keringat dingin dirasakannya saat ini mengucur di dahi dan seluruh tubuhnya.
Selepas sholat Isya', benar saja dokter Damar, bapaknya dokter Damar yang bernama Sasmito dan adik dari Pak Sasmito yaitu Suwito. Mereka datang ke berkunjung ke rumah Bu Sunarti dengan mengendarai dua sepeda motor dan membawa sedikit oleh-oleh.
Setelah berhenti, mereka melepaskan helm dan meletakkannya di sepeda masing-masing, ketiganya melangkahkan kaki menuju ke teras depan rumah Bu Sunarti.
Mendengar suara sepeda motor berhenti di depan rumah, Anita menengok ke arah luar rumah.
"Ibu, pak Dhe, mereka sudah datang." ucap Anita yang memberitahu kedatangan dokter Damar dan juga keluarganya.
Bu Sunarti dan pak Sunaryo berdiri dan melangkahkan kaki kearah pintu utama, untuk menyambut tamu-tamu mereka.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Jangan Rampas Cinta-ku ini...
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
'
Bu Sunarti dan pak Sunaryo berdiri dan melangkahkan kaki kearah pintu utama, untuk menyambut tamu-tamu mereka.
"Assalamu'alaikum..!" ucap salam dokter Damar yang mewakili bapak dan pak lik-nya.
"Wa'alaikumsalam ..!" balas Anita dan yang lainnya, kemudian mereka saling bersalaman.
"Mari-mari silahkan duduk!" ajak pak Sunaryo dengan ramah.
"Terima kasih." ucap dokter Damar dan lainnya secara bersamaan.
Setelah para tamu duduk, ibu dan pak Dhe-nya Anita pun ikut duduk, bersama mereka.
"Anita, ambilkan minuman dan makanan buat para tamu!" bisik Bu Sunarti sebelum duduk.
"I..iya Bu." jawab Anita sembari menganggukan kepalanya.
Anita melangkahkan kakinya menuju ke ruang makan dan menyiapkan makanan dan minuman yang sedari tadi sudah dipersiapkan.
Ada perasaan gemetaran yang menyelimuti tubuh Anita pada saat menghidangkan minuman dan makanan tersebut, padahal kalau dipikir dia sudah sering kali bertemu dengan dokter Damar dan juga bapaknya walaupun hanya sebentar.
Sementara itu semua orang yang saat ini sedang duduk dikursi tamu, mereka sedang berbasa-basi dan bersendau-gurau sebelum ke titik permasalahannya,
Dan tibalah saat yang dinantikan oleh kedua keluarga itu.
"Mohon ma'af sebelumnya jika kedatangan kami ini mengganggu waktu istirahat keluarga bapak Suroso dan ibu Sunarti." ucap pak Sasmito yang memulai pembicaraan ke pokok masalah kedatangan mereka.
"Oh, tentu saja sama sekali tidak mengganggu. Malah kami merasa senang, karena ada saudara yang mengunjungi kami. Jadi kita saling jalin silaturahmi." balas pak Sunaryo yaitu pak dhe-nya Anita sembari mengulas senyumnya.
"Begini, kita sudah tahu hubungan kedua putra dan putri kita. Dan disini putraku Damar, hendak melamar atau melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Bagaimana, apakah keluarga dari nak Anita setuju dengan keinginan putra kami?" tanya pak Sasmito yang langsung pada intinya.
Ibu Sunarti menarik napasnya panjang dan melepaskannya pelan-pelan, kemudian dia memandang ke arah kakaknya pak Sunaryo.
Demikian pula dengan pak Sunaryo, yang memandang ke arah adiknya. Setelah itu mereka memandang ke arah Anita yang duduk seraya tertunduk, dengan kedua telapak tangannya yang berada diatas pahanya dan saling mengait.
Anita memainkan jari-jarinya untuk mengurangi ketegangan yang dirasakannya saat ini.
Anita memainkan jari-jarinya untuk mengurangi ketegangan yang dirasakannya saat ini.
"Ma'af kalau saya disini mewakili ayah dari Anita yang sedang di kota, jadi bagaimana dik Narti?" ucap Pak Sunaryo yang kemudian balik bertanya pada Ibunya Anita.
"E ...kalau saya sih terserah sama Anita saja, yang akan menjalani kan Anita. Bukan ibu, jadi bagaimana Anita?" tanya Bu Sunarti pada putrinya.
Anita yang ditanya saja hanya diam dan perlahan menganggukkan kepalanya.
"Iya, Anita mau menjalani hubungan yang lebih serius dengan mas Damar." jawab Anita, walaupun lirih tapi masih bisa didengar oleh semua yang hadir di ruang tamu itu.
"Alhamdulillah, jadi kalian sudah sama-sama cocok dan kita sebagai orang tua hanya bisa merestui dan selebihnya tergantung kalian berdua yang akan menjalani." ucap pak Sasmito.
"Nah, mumpung kita bertemu dalam acara silahturahmi ini, sebaiknya kita tentukan tanggal pernikahan kalian berdua. Bagaimana, apakah kalian sudah mempersiapkan semuanya?" tanya pak Sunaryo yang menatap satu persatu dari keluarga dokter Damar,
"Bagaimana putraku, apakah kamu mau menikah dalam setahun ini?" tanya pak Sasmito yang mau memastikannya.
"Saya dalam enam bulan lagi, mau dipindahkan ke Jakarta. Karena itulah sebelum saya pindah kerja, saya ingin menikah dengan dik Anita. Yang nanti akan saya boyong ke Jakarta untuk menemani saya di sana dan dik Anita bisa melanjutkan kuliah di Jakarta nanti." ucap dan penjelasan dari dokter Damar.
"Wah, bagus sekali. Kamu bisa melanjutkan kuliah di kota Anita. Dan kamu bisa bertemu dengan bapak dan kakakmu disana!" seru Bu Sunarti dengan berbinar-binar.
"Eh, memang sepertinya bagus. Tapi...!" ucap Anita yang masih berpikir.
"Kenapa, apa kamu masih ada keraguan padaku?" tanya dokter Damar yang penasaran.
"Bukannya Anita meragukan kesungguhan mas Damar, hanya saja Anita khawatir jika Anita ikut mas Damar ke kota itu berarti ibu sendirian di rumah. Anita tak mau jika ibu kesepian." ucap Anita yang memegang jari-jemari ibunya, dan memandangnya dengan penuh haru.
Demikian pula dengan Bu Sunarti yang memandang Anita denga tatapan haru dan penuh kasih sayang, kini berusaha menenangkan hati putrinya.
"Putriku Anita, ibu tidak apa-apa sendirian. Asalkan kamu bahagia bersama suami kamu kelak, ini juga ikut berbahagia. Apalagi disini kan masih ada pakdhe Sunaryo dan para tetangga lainnya." ucap Bu Sunarti yang mengusap kepala putrinya dengan lembut.
"Ibu!" panggil Anita yang memeluk ibunya dengan meneteskan air matanya. Kemudian dia lepaskan pelukannya dan akhirnya mantap menyetujui keputusan dari calon suaminya, dokter Damar.
"Saya bersedia ikut kemana suamiku akan membawaku nanti." ucap Anita yang disambut senyum kebahagiaan dari semuanya terutama dokter Damar.
"Baiklah kita cari hari dan tanggal baik untuk kalian berdua melangsungkan pernikahan." ucap pak Lik dokter Damar, dan mereka berenam berdiskusi untu memperoleh kesepakatan menentukan hari dan tanggal pernikahan sesuai adat dan kebiasaan ditempat mereka.
Tak berapa lama kesepakatan mereka peroleh, dan acara pernikahan mereka akan dilangsungkan dua bulan lagi.
"Baiklah dua bulan lagi akan kita gelar pernikahan di rumah ini. Namun sebelumnya kamu akan menghubungi pak Suroso. Walaupun bagaimana, Anita ini juga putrinya, walaupun yg tak pernah dia menerima kasih sayang seorang bapak dari suamiku yang telah mendua itu!" ucap ibu Sunarti yang mencoba menahan rasa bergolah didadanya.
"Iya Bu, memang itu yang seharusnya, mempelai wanita harus mendapat restu dari orang tua kandungnya terutama orang tua laki-laki." ucap Pak Sasmita perlahan .
"Hm, hari beranjak semakin malam, kita akhiri sampai disini. Tidak enak dengan para tetangga. lagi pula kita juga harus beristirahat. Dan besok pagi kembali beraktifitas seperti biasa ya." ucap pak Sasmito dan mereka saling berdiri dan bersalam.
"Iya, Alhamdulillah hasilnya sudah kita sepakati dan berdoa yang terbaik untuk semuanya." ucap pak Sunaryo seraya mengantarkan dokter Damar dan keluarga sampai ke depan pintu rumah.
"Aamiin ya Robbal alaamiin." balas semuanya.
"Anita, mas Damar pulang ya." pamit dokter Damar seraya menatap wajah Anita dan mereka saling lempar senyum.
"Iya mas, hati-hati " balas Anita seraya melambaikan tangan kanannya.
"Ehm, Assalamu'alaikum...!" ucap salam pamit dokter Damar dan diikuti pak Sasmito dan juga pak Suwito pada saat sudah naik diatas sepeda motor masing- masing.
"Wa'alaikumsalam..!" jawab Anita, bu Sunarti dan pak Sunaryo yang bersamaan.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Jangan Rampas Cinta-ku ini...
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!