“Kakak.”Risa memanggil kakaknya Delia dengan penuh manja seraya memeluknya. Delia yang baru saja selesai menggelar pernikahannya kini duduk di bibir ranjang rumahnya, dengan raut wajah yang sangat lelah.
“Aku benar-benar takut untuk tinggal sendiri. Aku tinggal sama kakak dan kakak ipar saja ya? ”Risa kembali merengek seraya menggoyang-goyangkan tubuh Delia.
Setelah keluar dari panti asuhan, Delia dan Risa hidup bersama semasa sekolah meraka dulu, hingga saat ini setelah pernikahan Delia. Mereka saudara kandung yang hidup saling menggantung.
Alih-alih mendengarkan adiknya Delia malah tertidur dengan lelapnya setelah berbaring, karena merasa sangat kelelahan setelah pesta pernikahannya bersama Dafa.
Risa yang kesal dengan sikap kakaknya pun keluar dari kamar pengantin baru itu. Baru saja berada di depan pintu, Risa melihat seorang pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dafa, suami dari Delia.
Dafa melontarkan senyumnya ke arah Risa membuatnya menyentuh dadanya sendiri karena merasakan degup jantungnya yang berdetak sangat kencang.
“Kakakmu mungkin sangat kelelahan hari ini, kamu bisa masuk lain kali. Jadi biarkan pengantin baru ini mengurusnya. ”Dafa menarik Risa dengan lembut keluar dari kamar itu, tak lupa dengan senyum lembut di wajahnya.
Risa bahkan tidak menyadari jika Dafa sudah masuk ke kamar dan menguncinya. Entah apa yang Risa lihat hari ini. Ia sudah sangat sering melihat wajah itu, tapi kenapa baru sekarang ia merasakan hal aneh?
“Sayang, apa kamu terlalu lelah? ”Dafa bertanya dengan lembut seraya memeluk istrinya, di atas ranjang yang hangat.
Dafa hanya mendapat dengkuran sebagai jawaban. Pria itu terkekeh kecil ketika mendapati istrinya yang konyol.
Para tamu yang memenuhi aula sangatlah padat, rasanya sulit bagi Delia untuk bernafas dengan tenang. “Seharusnya kita tidak menggelar pesta jika tau kamu akan lelah seperti ini. ”Dafa bergumam seraya menatap istrinya dengan tatapan iba. Melihat istrinya yang tergeletak kelelahan itu membuatnya sedikit sedih karena itu membuatnya seakan tidak bisa mengurus istrinya.
Saat tengah malam tiba, Delia terbangun karena merasa sangat haus. Yah, itu sudah kebiasaan Delia, terbangun di tengah malam hanya karena kehausan.
“Aku tahu kamu pengantin baru. Tapi, tolong, pakailah pakaian yang lengkap,”Suara yang terdengar akrab membuat Delia tersedak air yang diminum nya. Dia adalah Ibu nya Dafa yang bernama Yessi.
Delia melihat tubuhnya yang hanya memakai pakaian tipis. Tadinya Delia tertidur menggunakan gaun pernikahan yang masih melekat di tubuh, namun sepertinya Dafa melepas gaun itu tadi saat Delia tengah terlelap.
“Maaf Bu, aku tidak menyadarinya.”Delia menunduk karena merasa malu. Jika ia meninggalkan ibu mertuanya saat itu, Delia merasa itu tidaklah pantas.
“Tapi, apa ada sesuatu yang harus Ibu lakukan, kenapa masih terjaga di tengah malam ini? ”Tanya Delia seraya menuangkan air minum di gelas yang baru, lalu memberikannya pada ibu mertuanya.
Bukannya menerima air itu, Yessi malah memasukkan tangannya ke saku piyama yang ia pakai.
“Kamu benar-benar tidak tahu malu Lia. Kamu tinggal di rumah putraku dan menanyakan hal konyol ini sebagai basa basi, kepada ku? ” Ucap Yessi dengan kolotnya. “Jangan lagi menanyakan hal bodoh itu dan tidur saja sana, ”imbuhnya dengan ketus.
“Ibu, Aku dan Dafa memutuskan untuk tinggal di rumah yang sudah kami beli bersama dulu.” Delia berucap tiba tiba sebelum Yessi melangkahkan kakinya.
Yessi memutar bola matanya. Yessi benar benar merasa sangat kesal pada Delia.
Menurut Yessi, Delia sudah seperti memegang remot kontrol yang sedang mengendalikan Dafa, putranya.
“Apa maksudmu mengatakan hal ini. Apa kamu akan pamer karena sudah membeli rumah? Mau bagaimanapun, uang putraku tetap keluar untuk hal itu! ” ucap Yessi dengan nada suaranya yang amat ketus.
“Bu, aku tidak bermaksud untuk pamer atau apapun itu. Aku hanya ingin mengatakan jika kita akan benar-benar memulai hidup yang baru. Dan untuk itu kami butuh dukungan mu sebagai orang tua.” Delia menjelaskan maksud dari pekerjaannya tadi agar Ibu mertuanya tidak salah paham. Namun, itu sia sia saja. Yessi memalingkan wajahnya dan pergi dari hadapan Delia, dengan dalih dirinya mengantuk karena sudah tengah malam.
Delia hanya menghela napasnya dan berusaha untuk tegar. Bahkan saat Dafa dan Delia masih masa pacaran, Yessi sudah terang-terangan sangat tidak menyukai Delia. Dan dengan rayuan Dafa saja Yessi mau merestui hubungan Delia dan Dafa, itu pun karena terpaksa.
Restu dan dukungan dari orang tua menyangkut hidup baru seorang anak sangatlah penting. Banyak yang mengatakan jika memulai hubungan yang sangat serius tanpa restu tersebut, maka hubungan itu tidak akan bertahan, pasangan yang memulai hubungan tidak akan pernah mendapatkan kebahagian dalam hidupnya.
Maka dari itu Delia sangat sedih dan takut jika menyangkut tentang Ibu mertuanya. Terlebih tentang dirinya yang masih belum mendapat restu resmi dari Yessi
Keesokan harinya Delia memulai hari seperti Ibu rumah tangga pada umumnya. Membersihkan rumahnya, memasak, dan melakukan hal lainnya.
Baru selesai menata meja sarapan, Risa baru bangun dari tidurnya. Menghampiri Delia dan memeluknya dari belakang.
“Lepaskan, rasanya geli dan tidak nyaman.” ucap Delia seraya berusaha melepas pelukan Risa.
Setelah Risa melepas pelukannya dari Delia, Dafa datang dan duduk di depan meja makan yang sudah disiapkan Delia.
Dafa dan Delia berbincang seraya menyantap makanan mereka. Sementara Risa merasa sedikit iri dengan hal tersebut.
Sedari kecil sampai sekarang yang Risa rasakan jika di dekat Delia, tidak lain dan tidak bukan hanyalah rasa iri dengki.
Rasa sayang, perilaku hangat dan apapun itu jika menyangkut hal yang baik hanyalah kebohongan belaka.
Hidup tanpa di dampingi orang tua membuat Risa tidak bisa merasakan apa itu kasih sayang. Delia terlalu sibuk bekerja dan belajar hingga melupakan adiknya itu. Maka dari itu rasa benci dan iri menyelimuti dirinya.
Risa mendengar percakapan antara Dafa dan Delia di meja makan itu. Mereka membicarakan tentang kepindahan mereka ke rumah baru yang sudah dibeli sejak dulu.
Risa beranjak dari duduk nya dan menghampiri Dafa dan Delia yang tengah asik berbincang.
“Kak, kakak ipar. Apa aku bisa ikut kalian untuk tinggal bersama di rumah baru itu. Tenang saja, aku akan membayar sewa tiap bulannya. Aku kan sudah bekerja dan mendapat gaji yang tetap. ” Ucap Risa, merayu Delia dan Dafa dengan wajahnya yang sengaja diimutkan.
Delia dan Dafa saling bertatapan seolah meminta pendapat satu sama lain. “Risa, kita bicarakan ini lain kali. Kalian pergilah bekerja sebelum terlambat, ”ucap Delia setelah melihat piring Dafa dan Risa sudah kosong.
Tersirat pikiran yang bagus menurut Risa.
“Kak, antarkan aku juga ya, tempat kerja kita kan searah. ”Ucap Risa seraya menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya.
Sekali lagi Dafa dan Delia saling bertatapan. Delia menganggukkan kepalanya, pertanda izin telah diberikan.
Dafa mengiakan permintaan Risa dan mereka beranjak dari tempatnya masing-masing.
Risa tersenyum penuh arti dengan sumringah.
Dafa menghentikan mobilnya tetap di depan perusahaan tempat Risa bekerja. Dari mereka tidak ada yang mengeluarkan suara kecuali musik dari mobil itu.
“Kak, nanti pulang, kakak bisa menjemputku juga. Aku mungkin pulang lebih awal. Tapi aku akan tetap menunggumu kak. ” Ucap Risa dengan nada halusnya seraya menyelipkan rambut ke belakang telinganya.
“Aku mungkin akan lembur malam ini. Pulang lah lebih dulu dan jangan menungguku. ”Balas Dafa seraya menekan tombol untuk membuka pintu mobil.
Setelah melihat pintu mobil yang telah dibuka Risa tetiba saja mendekati Dafa lalu mengambil minuman yang ada di pintu mobil dekat Dafa. Dafa sempat terbelenggu untuk sementara.
“Aku haus dan tidak ada minuman di dekatku, jadi aku mengambil milikmu, kak. Tidak apa apa kan? ” Ucap Risa setelah tindakannya tadi.
“Ya, tidak apa-apa. Keluarlah, akan jadi masalah jika kamu terlambat dalam pekerjaanmu. ”Ucap Dafa dengan tenang.
Mau tidak mau Risa pada akhirnya keluar dengan rasa kecewa karena merasa gagal dalam rencananya. Risa bahkan berpikir, Dafa sangatlah mencintai Delia hingga dia sama sekali tidak menghiraukannya.
Sementara di rumah, Yessi terus saja menyulitkan Delia dengan menyuruhnya untuk melakukan pekerjaan rumah berulang kali.
Delia berhenti dari pekerjaannya ketika Dafa telah melamarnya, hingga saat ini Delia benar-benar tidak memiliki pekerjaan. Maka dari itu Yessi terus saja menggunakan kesempatan itu untuk menyulitkan nya.
“Jangan lamban begitu, lakukan dengan cepat! ” Sentak Yessi, mendesak Delia untuk mengepel dengan cepat.
Tanpa melawan, Delia menuruti perkataan mertuanya. Pergelangan tangannya terasa sedikit sakit begitu juga dengan kakinya.
Selama 5 jam dirinya tidak berhenti melakukan pekerjaan rumah. Selesai membersihkan lantai rumah. Yessi lagi lagi memerintahkan Delia untuk memasak. Dengan alasan dirinya tidak bisa memakan makanan yang sudah dimasak setelah 3 jam lebih.
Yessi membantu Delia untuk hal itu. Namun, Yessi melakukannya dengan maksud tertentu. Meski nafas Delia terengah-engah karena kelelahan, Yessi sama sekali tidak mempedulikannya.
Saat menggoreng seekor ikan, Yessi dengan sengaja menyipratkan minyak yang sangat panas ke pergelangan tangan Delia.
Sensasi panas terasa sangat menyengat di tangan Delia. Wanita malang itu dengan cepat mengguyurkan tangannya menggunakan air dingin.
Berharap tidak membekas, Delia menahan rasa sakitnya agar mertuanya tidak menganggap dirinya orang yang lemah.
Sementara Yessi, wanita paruh baya itu tersenyum dengan puas melihat Delia yang terlihat sengsara.
Setelah makanan tersaji di atas meja, untuk pertama kalinya di hari itu Delia duduk dan menghela nafas panjang.
Hari yang amat sangat melelahkan bagi Delia. Namun belum selesai di sana, Delia hanya duduk, menghilangkan lelahnya. Namun Yessi tetiba saja mengguyurkan satu gelas air di kepala Delia.
“Apa yang ibu lakukan?! ”Pekik Delia karena terkejut.
“Baru membersikan rumah saja kamu sudah lelah, bagaimana kamu akan mengurus putraku dan rumahnya nantinya?” ucap Yessi dengan kolotnya.
Delia hanya tersenyum kaku karena tidak tahu harus menjawab apa. Matahari yang terik dengan tingginya itu membuat Delia tambah lemah, terlebih dirinya yang belum makan apapun dari pagi.
Setelah menyiapkan sarapan dan mengantar suaminya pergi bekerja. Yessi tak henti hentinya memerintah Delia. Wanita paruh baya itu benar benar-benar tidak mau tahu jika Delia sudah makan atau belum.
“Kamar mandi belum kamu bersihkan. Sana! Sekalian, kamar mandi di kamarku juga! ”Titah Yessi lagi dan lagi.
Setelah Yessi pergi dari hadapan Delia. Delia dengan pasrah yah hanya bisa menghela nafas dan menuruti perkataan mertuanya.
“Hanya hari ini saja Delia. Kuatkan dirimu.” Delia menyemangati dirinya sendiri dan beranjak dari tempatnya.
Melakukan tugas sesuai yang di perintahkan Yessi.
Hari mulai gelap dan hampir waktunya bagi Risa untuk pulang kerja.
Risa mengirim pesan pada kakak iparnya untuk menjemput dirinya. Tidak ingin menyerah, Risa menunggu di toko kelontong terdekat saat pesannya pada Dafa masih belum mendapat respon.
Malam itu riuh air tiba tiba saja menghempas aspal. Risa merasa sedikit panik karena jalanan juga mulai sepi. Orang orang yang tadinya hendak menyebrang di perempatan jalan, mulai memberundung ke sisi sisi gedung atau bahkan toko terdekat hanya untuk berteduh.
Risa dikejutkan lagi dengan gemuruh petir yang menyambar. Ia benar-benar tidak kepikiran untuk membawa payung hari itu.
Hujan sudah deras dan hal itu juga mulai membasahi daun yang ada di pepohonan.
“Mba, saya ingin semangkuk sup hangat.” Pekik Risa, memesan makanan hangat yang menurutnya bisa menghangatkan tubuhnya saat hujan.
Yah, seperti biasa saat hujan, hawa sekitar mulai terasa sangat dingin. Risa menahan dirinya dan tetap menunggu kakak iparnya bisa menjemput dirinya, jam demi jam.
Petir juga menyambar dengan cepat tiap menitnya. Dafa sampai kerumah tanpa menjemput Risa. Karena berpikir, mungkin adik iparnya sudah sampai di rumah.
“Lia di mana bu?”tanya Dafa ketika melihat ibunya setelah masuk ke rumah.
“Ah, sepertinya dia ada di kamar mandi Ibu. ”Jawab Yessi dengan santainya sambil meminum teh hangat dan membaca majalah. “Apa kamu mau minum teh bersama ibu. Ibu akan memanggil Delia untuk membuatnya. ”Imbuh Yessi seraya menawarkan teh.
“Kenapa Delia bisa ada di kamar mandi, kamar ibu? ”Tanya Dafa dengan penasaran.
Yessi mendekati Dafa lalu menjawab pertanyaannya,“hm. Kamar mandi di kamar ibu sangat kotor, jadi ibu meminta bantuan Delia untuk membersihkannya.”
“Jika meminta bantuan, setidaknya bantu Delia bu, Lia mungkin lelah mengurus semuanya sendiri.” ucap Dafa seraya ikut duduk bersama ibunya.
“Istri kamu itu masih muda, staminanya juga pasti kuat. Dan juga, dia harus punya tubuh yang bugar untuk memberikan ku seorang cucu. Kalau tidak bisa. Kamu menikah lagi sana!”
Ucap Yessi dengan sinisnya. Dafa yang baru saja duduk kini beranjak lagi dari tempatnya dan masuk ke ruangan kamarnya. Merasa kesal dengan perkataan sangat ibu yang terasa menusuk.
Dafa membuka ponselnya ketika sampai di kamar. Ia melihat pesan dari adik iparnya yang mengabarkan bahwa Risa masih menunggu dirinya untuk di jemput.
Dafa sangat tidak menduga akan hal itu. Ia berpikir adik iparnya itu akan pulang lebih dulu karena dirinya yang pulang lebih malam dari biasanya.
Dafa hendak menunggu istrinya terlebih dahulu untuk menenangkan istrinya yang sudah direpotkan oleh ibunya. Namun, pikirannya menjadi buncah ketika mendapat pesan dari adik iparnya.
Masih berpikir mau melakukan apa, sebuah telepon masuk ke ponsel genggam Dafa. Dafa dengan cepat menerima telepon tersebut.
Dalam diam, Dafa menunggu Risa untuk bersuara terlebih dahulu.
“Kakak ipar, aku masih menunggumu. Apa kamu akan memberikan aku sebuah kekecewaan dengan menunggu seperti ini?”Tanya Risa setelah Dafa menggesek ponsel pintarnya.
“Aku pikir kamu akan pulang lebih dulu. Sekarang kamu di mana, mau aku jemput?” Tanya Dafa. Hujan yang di sertai petir juga terus menerus terdengar dari suara ponsel Dafa.
“Sudahlah, hujan sangatlah deras. Aku tidak ingin kamu mengalami peristiwa mengerikan hanya karena mendatangiku. ”
“Jalanan pasti sangat licin. Aku akan pulang naik taxi. Katakan pada kakak untuk tidak mengunci pintu depan. ” Ucap Risa lalu dengan cepat menutup sambungan telepon itu.
Sungguh, Dafa merasa tidak nyaman di buatnya.
Baru saja ingin melangkah untuk menjemput adik ipar nya itu, dafa melihat istrinya yang teramat pucat masuk ke dalam kamarnya.
“Sayang? ”Dafa lekas memapah Delia dan membantunya duduk di kasur. Mengambilkan nya minuman dan membantu Delia untuk minum.
“Katakan saja kalau kamu tidak bisa melakukan pekerjaan sebanyak itu. Kenapa memaksakan diri?”Ucap Dafa setelah menaruh gelas ke meja.
“Aku tidak bisa melakukan itu. Ibu juga pasti lelah, setidaknya aku membantu ibu sebelum kita pindah bukan? ”Meskipun lelah, Delia berusaha untuk tetap tegar saat mengatan hal itu.
“Benar. Energimu pasti terkuras. Istirahatlah, Aku akan mengemasi semua pakain sendiri. ” ucap Dafa seraya berusaha menidurkan Delia.
Namun Delia menolak hal itu. Ia bahkan belum sempat mandi dan makan, maka dari itu Delia memutuskan untuk membantu Dafa.
Mereka saling bertatapan dan terbawa suasana. Setelah pernikahan, Delia tidur begitu saja meninggalkan suaminya. Mereka belum sempat menikmati malam pertama bersama.
Mata mereka yang tengah saling menatap itu seakan membuat seluruh tubuh mereka bergerak dengan sendirinya.
Tangan Dafa menyentuh wajah Delia. Dafa mendekati Delia dengan perlahan, satu tangannya lagi menahan tangan Delia yang hendak menghalangi wajah Dafa yang semakin mendekat.
Delia menurunkan tatapannya, “Apa kamu lapar ? ”tanya Delia. Dirinya sungguh sangat gugup. Perutnya terasa dipenuhi ribuan kupu-kupu. Belum lagi dadanya yang berdegup sangat kencang.
Dafa memperhatikan istrinya dengan sebuah senyuman, ia sangat paham dengan kelakuan Delia saat itu.
“Aku sudah makan diperjalanan pulang tadi. Sayang, kenapa wajahmu memerah?”tanya Dafa. Sungguh menyenangkan baginya untuk mengerjai Delia saat itu.
Delia menjauhkan diri dari tatapan Dafa. Namun, Dafa melakukan hal sebaliknya. Hidung mereka sudah menempel saat itu.
“Aku sudah masak udang tumis kesukaan mu, mau makan lagi? ”Tanya Delia seraya berusaha menghindari tatapan Dafa.
Tangan kanan Dafa yang tadinya menyentuh wajah Delia, kemudian beralih ke tangan Delia yang satunya.
Kedua tangan Delia kini dipegang sepenuhnya oleh Dafa. Wanita itu tidak bisa bergerak lagi.
“Kenapa kamu begitu gugup, Sayang?”tanya Dafa seraya mendekatkan wajahnya lagi.
Delia kembali menatap Dafa, “Itu ... ”
Dafa mengulangi perkataan Delia dan tersenyum jahil ketika Delia lagi-lagi menghindari tatapannya.
Meskipun rasanya gugup setengah mati, Delia dengan berani menatap Dafa kembali walaupun sesaat.
“Apakah aku boleh mandi terlebih dahulu, tubuhku terasa lengket karena detergen tadi, ”Ucap Delia.
“Bolehkah? Apa kamu mau melakukannya dengan tubuh yang sudah bersih? ” Dafa tersenyum jahil setelah mengatakan nya.
Pipi Delia lebih memerah lagi, hawa panas menyelimuti dirinya. Ia merasa pipinya akan kram, dan kupu kupu di perutnya akan keluar dengan ramainya.
Delia berencana berdiri dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tapi, hal itu di gagalkan lagi karena Dafa menahannya lebih kuat lagi.
Saat mereka berdua terhanyut dalam tatapan mereka, tiba tiba saja ponsel Delia yang ada di atas meja lampu berdering dengan keras, dan suara ketukan pintu yang bersamaan membuat keduanya terkejut dan melepaskan pegangan satu sama lain.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!