Sinar matahari yang terik, tidak menghalangi seorang wanita muda untuk keluar dari rumah. Wanita itu tidak ragu untuk keluar rumah karena sudah mendapatkan ijin dari suaminya. Wanita itu adalah Indah. Istri dari Pria yang bernama Rama.
Indah mengembangkan senyuman melihat tangannya sendiri yang menentang paper bag dan rantang susun tiga berisi masakan yang akan memanjakan lidah mertua dan ipar iparnya. Mama Mertuanya pasti akan sangat senang menerima pemberiannya kali ini. Paper bag yang menggantung indah di tangannya berisi tas yang sudah lama diinginkan oleh mama mertuanya. Sejak enam bulan yang lalu, mama mertuanya tidak pernah absent menceritakan tentang tas impiannya setiap saat bertemu dengan Indah. Indah sengaja tidak memberitahukan kedatangannya kali ini baik untuk memberikan surprise.
Indah mengetahui keinginan mama mertuanya itu supaya dirinya membeli tas tersebut. Tapi Indah harus menahan diri karena ada kebutuhan yang lebih penting. Lima bulan yang lalu, Indah dan Rama harus mengeluarkan uang yang lumayan banyak untuk biaya pengobatan dan selanjutnya biaya pemakaman neneknya Rama dari pihak ayahnya. Dua bulan yang lalu, Indah dan Rama juga harus mengeluarkan uang untuk biaya sekolah Intan dan Mona adik adiknya Rama.
Indah sama sekali tidak keberatan mengeluarkan uang untuk keluarga suaminya. Karena Indah berpikir, tidak ada salahnya berbuat baik kepada keluarga suaminya itu karena selama ini. Mama mertua dan adik adiknya iparnya sangat baik kepada dirinya. Memperlakukan dirinya seperti anak kandung bukan seperti menantu. Intan dan Mona juga sangat menghormati Indah. Bagi Indah tidak apa apa dirinya mengeluarkan uang kepada mereka asalkan hubungan mereka tetap terjalin baik. Toh, mereka belum dikaruniai anak sehingga kebutuhan dirinya dan Rama juga tidak terlalu banyak. Berbakti kepada orang tua akan mendatangkan rejeki kepada anaknya. Hal itu terbukti dari pencapaian Rama dalam pekerjaan. Selama empat tahun menikah, Rama sudah dua Kali mendapatkan kenaikan jabatan. Rama bekerja di perusahaan besar terkenal di kota itu dan kini menjabat sebagai manager yang awal bekerja di kantor itu hanya sebagai karyawan biasa.
Indah meletakkan kunci rumah di bawah keset kaki supaya Mirna bisa masuk ke dalam rumah jika gadis itu yang terlebih dahulu tiba di rumah. Mirna adalah pembantu di rumah Indah dan tadi pagi pamit keluar rumah untuk mengunjungi rumah saudaranya. Tentu saja, Indah mengijinkan karena Mirna sangat rajin bekerja. Dan pekerjaan wanita itu sangat memuaskan bagi Indah.
Mirna gadis muda yang dibawa Indah dari kampung halaman mereka. Gadis yang baik yang berasal dari keluarga kurang mampu. Mirna rela menjadi pembantu di rumah Indah demi bisa melanjutkan pendidikannya.
"Mbak, jangan terlalu percaya dengan pak Rama. Sepertinya, pak Rama mempunyai wanita lain selain mbak."
Indah membaca pesan yang baru masuk dari ponselnya. Pesan itu dari Mirna dan sukses membuat dunianya berputar sebentar. Indah berpegangan pada handle pintu supaya tidak terjatuh.
Indah mengusap wajah berkali kali, meskipun pesan yang dikirimkan oleh Mirna belum tentu kebenarannya. Pesan itu meruntuhkan dunia Indah. Rama, suami yang baik selama Lima tahun ini meskipun seorang anak belum hadir diantara mereka. Sikap Rama masih sama seperti pertama kali mereka bertemu. Sikap Rama juga tidak ada yang mencurigakan. Rama tidak pernah menuntut kehadiran anak dalam pernikahan mereka. Justru laki laki itu yang lebih sabar dibandingkan Indah.
Indah mengusap layar ponselnya. Mencari kontak bernama Mirna kemudian melakukan panggilan. Sungguh, Indah tidak sabar menunggu Mirna di rumah untuk bertanya informasi lebih lanjut lagi.
"Mbak, tenang ya. Jangan bertindak gegabah!" kata Mirna dari seberang.
"Bagaimana kamu tahu, jika mas Rama mempunyai wanita lain?"
Suara Indah tercekat, hatinya seperti diremas hanya untuk bertanya hal itu. Hatinya sangat sakit membayangkan yang dikatakan oleh Mirna adalah kenyataan.
"Aku bertemu dengan dengan pak Rama tadi di mall mbak dengan seorang wanita. Mereka berpelukan mesra dan sepertinya baru membeli sepasang cincin."
Indah semakin melemas. Paper bag yang berisi tas terjatuh begitu saja dari tangannya. Sepasang cincin sudah membuat pikiran Indah menebak jika hubungan suaminya dengan wanita itu mungkin sudah sangat serius.
Benarkah suaminya sudah mengkhianati pernikahan mereka. Pernikahan yang dibangun dari nol hingga mereka bisa berada di titik ini. Ekonomi bukan menjadi masalah lagi. Benarkah suaminya sudah melupakan janji pernikahan mereka dahulu. Suka duka tetap bersama. Ada atau tidak ada seorang anak akan tetap bersama. Indah menggelengkan kepalanya berkali kali. Berharap informasi dari Mirna tidak kenyataan.
Tapi tunggu dulu, sepertinya Mirna salah melihat orang. Sekarang masih jam kerja, Mana mungkin suaminya itu berkeliaran di mall. Rama adalah seorang karyawan yang disiplin waktu. Selain karena kemampuannya,sikap disiplin yang dimiliki oleh Rama yang membuat karir suaminya itu cepat menanjak. Jangankan untuk menemani selingkuhan bahkan jika ada keperluan keluarga di hari kerja. Rama selalu mewakilkan dirinya. Rama mengutamakan pekerjaannya karena dengan pekerjaan itu dia memberikan kesejahteraan kepada keluarganya. Bukan hanya mensejahterahkan istrinya tapi juga mensejahterahkan keluarga besarnya. Sebagai anak laki laki satu satunya. Rama harus bertanggung jawab kepada ibu dan adik adik kandungnya sejak ayahnya tiada.
Indah berusaha menolak informasi yang diberikan Indah dalam hati. Indah berusaha berpikir positif mungkin, Mirna salah lihat.
"Kamu tidak memfoto atau merekam mereka tadi mir?"
"Waduh mbak. Kok gak kepikiran tadi ya."
"Kamu melihat wajah mas Rama dengan jelas tadi Mir?"
Indah menatap layar ponselnya. Mirna memutus panggilan itu tanpa menjawab pertanyaan. Indah kembali melakukan panggilan kembali. Tapi nomor Mirna tidak aktif lagi.
Untuk memastikan perkataan Mirna, Indah juga melakukan panggilan kepada suaminya. Berdering tapi tidak dijawab hingga panggilan itu berhenti sendiri. Hati Indah semakin gelisah. Mungkinkah apa yang dikabarkan oleh Mirna tadi benar adanya?.
Indah mengembangkan senyumnya ketika ponselnya berdering dan nama suaminya terlihat sebagai pemanggil. Benar dugaan Indah, jika Mirna mungkin salah lihat. Jika suaminya sedang bersama wanita lain mana mungkin suaminya menghubungi dirinya kembali.
"Halo mas."
"Iya sayang. Mas lagi meeting. Ini terpaksa keluar ruangan supaya bisa menghubungi kamu kembali. Ada apa sayang?" tanya Rama dari seberang. Suaranya lembut masih sama seperti Rama yang pertama kali Indah kenal.
"Hanya untuk mengingatkan supaya mas jangan sampai telat makan siang," jawab Indah. Keberadaan suaminya sudah jelas di kantor. Jadi Indah tidak perlu menanyakan hal itu lagi. Indah juga merasa sangat disayang suaminya. Rela meninggalkan ruang meeting hanya untuk menghubungi dirinya. Sepertinya itu lah selalu suaminya. Tidak pernah membuat dirinya khawatir apalagi sampai curiga.
"Oke sayang. Makasih ya. Mas, harus lanjut meeting lagi. Love you."
"Iya mas. Love you too mas."
Indah memasukkan ponselnya ke dalam tas dengan perasaan lega.
Meskipun mendengar perselingkuhan suaminya tidak membuat Indah mengurungkan niatnya berkunjung ke rumah mertuanya. Kini jari jari milik Indah bermain main di layar ponselnya. Kali ini bukan untuk menghubungi Rama maupun Mirna. Indah memutuskan memesan taksi online. Biasanya, kalau bepergian, Indah akan memesan ojek lain untuk menghemat tapi kali ini tidak. Setengah jam lagi matahari akan tepat diatas kepala. Indah tidak ingin berpanas panasan di jalan raya. Naik ojek memang lebih cepat, tapi karena Sinar matahari yang sangat terik. Indah memutuskan naik taksi online.
Berusaha menolak informasi yang diberikan Mirna ternyata tidak membuat hati Indah baik baik saja. Indah masih penasaran. Dan setelah duduk manis di dalam taksi. Indah sudah berkali kali menghubungi nomor Mirna dan masih saja tidak aktif.
Entah mengapa hatinya menjadi gelisah. Rama memang sudah menghubungi dirinya dan memberitahukan keberadaan dirinya. Semakin Indah meyakinkan suaminya tidak berselingkuh semakin gelisah hatinya. Indah seperti tidak merasa puas. Indah ingin kembali menghubungi Rama lewat panggilan video, tapi wanita itu merasa tidak enak. Bagaimana kalau Rama benar benar meeting. Itu artinya dirinya mengganggu suaminya yang sedang bekerja.
Berkali kali, Indah menarik nafas panjang sehingga menarik perhatian sang pengemudi. Ternyata hatinya tidak baik baik saja setelah mendapatkan kabar Perselingkuhan suaminya yang belum tentu kebenarannya.
"Ini mbak," kata si pengemudi itu mengulurkan selembar tissue kepada Indah. Indah terlihat berkeringat. Mungkin karena Suasana hatinya yang sedang gelisah, Indah tidak menyadari kegunaan tissue yang terpampang di hadapannya. Dari mulai masuk ke dalam mobil si pengemudi yang ternyata perempuan itu memperhatikan gerak gerik Indah yang mengusap keringatnya dengan menggunakan tangan.
"Terima kasih Pak, eh....mbak."
Indah pun baru sadar jika si pengemudi ternyata seorang wanita. Indah mengusap keringat di keningnya. Di saat hati gelisah seperti saat ini. Indah butuh sahabat untuk berbagi. Pikirannya langsung tertuju pada sahabatnya Naya. Naya bekerja di kantor yang sama dengan Rama. Jika Rama sedang meeting. Sahabatnya itu pasti mengetahuinya.
Indah kembali mengeluarkan ponsel dari tasnya. Memastikan jika Rama benar benar di kantor sepertinya cara yang tepat untuk memastikan keberadaan suaminya. Tapi lagi lagi, Indah harus memendam rasa penasaran. Nomor Naya juga tidak aktif.
"Kenapa mereka tidak bisa dihubungi disaat penting seperti ini," gumam Indah. Wanita itu menyimpan ponselnya ke dalam tas dan memandangi jalanan. Hingga tidak terasa taksi sudah memasuki gang rumah mertuanya.
"Turun disini saja mbak," kata Indah. Rumah mertuanya sekitar lima rumah lagi dari tempat Indah turun. Bukan tanpa alasan, Indah turun di tempat tersebut. Sebuah motor terparkir di pinggir jalan yang membuat taksi akan sulit sampai ke depan rumah mertuanya.
Indah membalas senyuman para tetangga mertuanya. Lima tahun menikah dengan Rama. Tentu saja para tetangga mertuanya sudah mengenal Indah.
Tiba di depan rumah sang mertua. Indah sangat terkejut dan merasa dibohongi oleh suaminya. Di depan rumah itu, mobil Rama terparkir itu artinya. Rama tidak di kantor apalagi meeting ketika menghubungi dirinya tadi.
Indah merasakan hatinya mendidih. Hatinya semakin gelisah tapi Indah berusaha tenang. Instingnya sebagai wanita sudah bekerja apalagi sudah mendengar sesuatu yang buruk tentang suaminya. Dengan pelan nyaris tidak terdengar, Indah mendorong pintu gerbang rumah itu. Indah juga berusaha supaya derap langkahnya tidak terdengar hingga ke dalam rumah.
Dan benar, suaminya ternyata sedang di rumah itu. Dan sepertinya penghuni rumah itu sedang berbahagia.
"Kak, deg degan gak menunggu satu bulan lagi pernikahan kedua mu itu?"
"Deg degan donk. Meskipun pernikahan kedua.Tetap juga kakak deg degan."
Indah memegang dadanya. Jangannya tidak hanya berdetak dua kali lipat tapi nyawanya juga hampir terlepas dari raganya. Suara itu adalah suara Mona adik iparnya dan yang menjawab adalah suaminya sendiri.
Ternyata benar yang dikatakan oleh Mirna. Ternyata suaminya itu mempunyai wanita lain selain dirinya dan bahkan sudah merencanakan pernikahan bulan depan.
"Persiapannya sudah hampir tujuh puluh persen Rama. Pastikan Indah tidak di kota ini ketika pernikahan mu nanti. Suruh dia jalan jalan. Indah pasti senang."
"Iya Ma."
Kali ini suara mama mertuanya yang berbicara. Indah hampir berhenti bernafas mengetahui fakta mengejutkan ini. Dirinya yang berniat memberikan surprise kepada mertuanya ternyata dirinya yang mendapatkan surprise yang menyakitkan. Niatnya untuk menyenangkan hati mertuanya ternyata hatinya teramat sakit karena kebohongan Rama Dan keluarga besarnya.
Indah tidak dapat lagi menahan air matanya. Air Mata itu berjatuhan tanpa suara. Indah masih berdiri di depan rumah itu. Berharap ada suara lain yang bukan suara penghuni rumah itu.
"Apa tidak bisa dibatalkan kak. Mbak Indah adalah wanita yang sangat baik. Bagaimana kalau mbak Indah mengetahui pernikahan kedua kakak nantinya. Pasti sakit kak. Jangankan suami. Dikhianati pacar saja. Sakit nya tidak tertahan kan."
"Makanya semua tutup mulut. Jangan sampai Indah mengetahui ini."
Indah menangis sesunggukkan. Pembelaan dari Intan yang terdengar ke telinganya tidak membuat Indah merasa lega. Suara yang menyuruh tutup mulut itu adalah suara dari Tante Ellis. Adik dari perempuan Papanya Rama. Ternyata di dalam rumah itu tidak hanya keluarga Danish melainkan juga keluarga dekat lainnya. Hal itu diketahui oleh Indah dari suara yang saling bersahutan yang dikenali si pemiliknya.
"Lagipula, Rama menikah kembali kan karena Indah yang tidak becus jadi istri. Indah mandul. Sedangkan calon istri Rama sudah mengandung. Itu artinya Indah yang mandul."
"Belum tentu mandul Tante. Jangan sembarangan memvonis mbak Indah seperti itu."
"Intan, jangan membentak Tante mu."
"Sudah, jangan bertengkar karena itu. Cepat atau lambat. Suatu saat Indah akan mengetahui pernikahan suaminya. Jika waktu itu tiba. Kamu harus bisa bersikap adil kepada kedua istrimu nantinya. Uang tidak masalah bagi mu bukan?"
"Iya om. Aku akan meyakinkan Indah supaya bisa menerima istri keduaku nantinya."
Indah mundur perlahan. Dia mengenali suara suara itu dan hanya Intan yang membela dirinya. Indah berlalu dari halaman rumah mertuanya. Dia butuh waktu berhadapan dengan keluarga suaminya setelah mengetahui perselingkuhan suaminya dan kebohongan keluarga besarnya.
Kini Indah berada di sebuah warung kopi yang tidak jauh dari rumah mertuanya. Beruntung, warung kopi itu sepi sehingga, Indah bisa menangisi nasib pernikahannya tanpa banyak orang yang melihat. Indah kembali mengeluarkan ponselnya dan menghubungi suaminya.
"Mas, jam berapa nanti pulang?" tanya Indah setelah Rama menyapa panggilannya. Tidak ada suara suara yang berisik diseberang. Indah menduga, Rama keluar dari rumah g to behanya menjawab panggilannya.
"Seperti jam biasa sayang. Kenapa?. Kamu rindu ya. Eh tunggu dulu, suara kamu kenapa. Kamu sakit?"
Indah tidak menjawab. Andaikan perselingkuhan itu tidak nyata. Mungkin Indah akan senang mendengar perhatian suaminya itu. Tapi kini tidak. Hatinya justru sangat sakit. Wanita itu memegang dadanya. Perhatian Rama hanya topeng untuk menutupi kebusukannya yang sampai menghamili wanita lain di luar pernikahan.
"Mbak, sini," panggil Indah kepada sosok wanita salah satu tetangga mertuanya. Wanita itu mendekati kemudian tersenyum kepada Indah.
"Mau mulung mbak?" tanya Indah lagi. Wanita itu menganggukkan kepalanya. Karung yang sudah berganti warna di tangan kirinya dan kawat yang dibengkokkan ujungnya di tangan kirinya. Mertuanya memang mempunyai tetangga berbagai profesi termasuk wanita pemulung itu. Keluarga Rama bukan keluarga kaya sebelumnya. Mereka tidak tinggal di komplek perubahan yang warganya bisa dikategorikan semua orang kaya.
"Mbak Indah kok disini, padahal di rumah bu Yanti lagi rame loh," kata wanita itu.
"Ini juga mau ke Sana mbak. Ini untuk mbak. Dan ini untuk si kecil ya. Di kecil dimana mbak?"
Indah memberikan rantang susun dan dua lembar uang kertas merah ke tangan wanita itu. Setelah mengetahui kebohongan mama mertuanya. Tidak sudi rasanya memberikan masakan untuk mama mertuanya itu. Lebih baik diberikan kepada wanita pemulung itu yang lebih membutuhkan.
"Terima kasih ya mbak Indah. Si kecil di rumah mbak lagi tidur. Selagi si kecil tidur. Aku cari barang bekas dulu. Makasih ya mbak,"
Indah tersenyum. Dia adalah sosok yang suka memberi. Bukan hanya sekali ini, dirinya memberikan sesuatu kepada ibu pemulung itu. Dan yang paling disukai Indah dari wanita itu, tidak pernah menolak atau pura pura menolak.
Indah mengelus perut ratanya. Ekonomi yang cukup tidak menjanjikan mereka langsung punya anak. Sedangkan wanita itu, wanita yang mencari rejeki di saat anaknya tertidur tanpa ada yang menjaga. Benar benar kehidupan yang sulit.
Indah menarik nafas panjang menghilangkan sesak di dadanya. Pengkhiatan Rama yang diketahui hari ini membuat Indah berpikir alangkah baiknya tidak ada kehidupan di rahimnya saat ini. Setelah wanita itu, memoles wajahnya dengan bedak untuk menyamarkan wajah sembabnya. Indah bergegas ke rumah mertuanya.
Dengan langkah pasti, Indah menghampiri gerbang rumah mertuanya. Dia sengaja bersuara supaya orang orang di dalam rumah mengetahui kehadirannya. Saat ini, bukan waktu yang tepat untuk membongkar perselingkuhan suaminya. Indah ingin memberikan waktu kepada suami dan keluarganya bersandiwara.
"Loh, mas Rama disini?. Bukannya tadi di kantor?" tanya Indah pura pura tidak tahu. Rama terlihat gugup tapi bisa mengusai diri. Rama menyambut kedatangannya hingga ke pintu utama. Mobil milik Rama yang terparkir di depan rumah tidak bisa menutupi keberadaan Rama di rumah itu.
"Baru saja sampai sayang. Kok, tidak bilang bilang mau ke sini. Kan bisa mas jemput tadi."
"Tadi aku menghubungi kamu mas. Mas juga tidak cerita mau ke rumah mama kan."
"Mas lupa sayang. Soalnya baru saja, mama menghubungi dan langsung meluncur ke mari."
Indah pura pura percaya. Kakinya terus melangkah hingga ke ruang tamu. Benar seperti dugaan tadi. Keluarga Rama dari pihak papanya berkumpul di rumah itu dan hanya satu orang dari pihak ibunya. Sepupu jauh Rama yang sudah dua tahun ini menumpang di rumah ibu Yanti. Namanya Giska status mahasiswa dan satu kampus dengan Mona.
"Selamat siang ma, semuanya," sapa Indah. Sapaan disambut dengan senyuman manis ibu Yanti dan yang lainnya. Tidak ada keterkejutan di wajah orang orang itu, mungkin mereka sudah bisa mengusai diri ketika suara Indah terdengar mulai dari gerbang.
"Wah, Indah. Kamu tas baru sayang?" tanya ibu Yanti. Tas baru yang dimaksudkan ibu Yanti adalah tas yang sebelumnya hendak di berikan kepada wanita itu. Tapi karena Indah sudah mengetahui kebohongan mama mertuanya. Indah memakai tas itu dan memasukkan tas selempang yang hanya muat ponsel dan dompet ke dalam nya. Indah sama sekali tidak ingin memberikan apapun kepada mama mertuanya itu. Sakitnya berlipat lipat ketika orang yang disayangi secara tulus sanggup membohongi dirinya. Dan yang paling menyedihkan akan menghancurkan rumah tangganya.
"Iya ma. Cantik tidak?" tanya Indah. Tas itu diangkat dan diputar menunjukkan ke ibu Yanti.
"Cantik sayang. Ini tas yang mama mau itu."
Indah ingin tertawa. Wajah ibu Yanti terlihat menginginkan. Andaikan mereka berdua di ruangan itu, bisa dipastikan ibu Yanti tidak akan segan meminta tas itu. Tapi karena ada keluarga lain terutama Tante Ellis. Mama mertuanya menjaga gengsi.
Sedangkan Tante Ellis sendiri sama sekali tidak terlihat dengan tas yang dipakai oleh Indah. Selera wanita itu jauh diatas ibu Yanti. Tante Ellis mempunyai uang yang banyak, suaminya bekerja sebagai Direktur di perusahaan asing. Tas yang seharga dua jutaan tidak membuat matanya tertarik.
"Ma, ada acara apa disini. Sepertinya hanya aku saja yang tidak diundang."
Indah mengedarkan matanya menatap wajah wajah disekitarnya. Terlihat mereka semua menyembunyikan kegugupan apalagi dengan suaminya. Indah sangat yakin acara kumpul kumpul itu berkaitan dengan rencana pernikahan kedua suaminya bulan depan. Indah baru sadar, ternyata adik iparnya yang bernama Mona tidak ada di ruangan itu. Sedangkan Intan dan Giska duduk bersebelahan dengan tangan yang memegang ponsel.
"Ini bukan acara Indah. Kebetulan saja, Ellis lewat dan mampir. Berhubungan ada yang ingin ditanyakan om Gun kepada suami mu. Makanya dia dihubungi. Lagipula tidak mungkin ada acara di rumah ini, kamu tidak diundang. Kamu kan menantu mama."
Lagi lagi Indah menganggukkan kepalanya pura pura percaya. Tapi jangan tanya hatinya bagaimana. Selain sakit, dia marah kepada semua orang yang ada di ruangan itu apalagi melihat ada yang berbeda di jari manis suaminya sebelah kanan. Ada cincin baru. Indah menyimpulkan jika acara di rumah ini adalah acara tukar cincin dengan calon istri suaminya. Dan jika benar pemikirannya. Dimana wanita kedua itu. Tidak ada perempuan lain di rumah itu.
"Mas, kamu cincin baru?" tanya Indah. Dia sengaja membuat suaminya dan keluarganya sport jantung. Terserah Rama mau memberikan jawaban. Tapi Indah puas melihat wajah wajah panik di sekitarnya.
Om gun yang sedang meneguk minuman hampir tersedak sedangkan istrinya langsung meraih botol minum dan pura pura minum. Intan dan Giska pura pura melihat layar ponsel sedangkan ibu Yanti memalingkan wajahnya. Rama jangan ditanya lagi. Wajahnya memerah dan terlihat gelisah. Laki laki itu yang terlihat paling gugup kemudian menarik cincin itu dari jari manisnya.
"Ini punya mama sayang. Pemberian papa katanya. Aku suka, jadi aku minjam sebentar. Ini ma cincinnya."
"Ah Masa sih. Sepertinya cincin itu model terbaru mas," kata Indah lagi. Mungkin karena tidak tahan dengan pertanyaan Indah. Om Gun sampai beranjak dari duduknya dan pergi ke arah dapur. Istrinya terbatuk batuk sedangkan bu Yanti langsung menerima cincin itu dan memasukkan ke jari tengahnya.
"Ini benar cincin mama Indah. Tidak mungkin kan suami mu membeli cincin tanpa sepengetahuan kamu," jawab ibu Yanti.
"Mungkin juga ma. Kalau mas Rama berencana menikah di belakang ku, Kan tidak mungkin memberitahukan membeli cincin pertunangannya."
Indah puas menikmati wajah wajah panik yang ada di hadapannya. Tapi sepertinya Rama dan keluarganya adalah orang orang yang pandai bersandiwara. Mereka hanya terlihat panik sedetik dan langsung bisa mengusai keadaan. Mungkin seperti itulah selama ini mereka pura pura baik kepada Indah dan Indah tidak menyadarinya.
"Kamu berkata apa sih sayang. Kamu wanita yang paling aku cintai. Tidak mungkin aku menikah lagi."
Rama memainkan sandiwaranya. Demi apapun, Indah sangat menginginkan wanita selingkuhan suaminya berada saat ini bersama mereka supaya mendengar perkataan Rama.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!