NovelToon NovelToon

Dibuang Suami, Dinikahi Millionaire

Kenyataan Gila

Suara dentingan alat dapur terdengar memenuhi sebuah ruangan. Terlihat seorang perempuan dengan dress selutut dan rambut dikuncir kuda tengah berkutat disana. Senyuman manisnya bertengger sembari tangannya mengaduk secangkir teh hangat yang selalu dia buat di pagi hari.

Dayana, perempuan dengan lesung pipit di kedua pipinya itu mengangkat cangkir teh yang dia buat lalu membawanya dengan pelan. Langkah kakinya menuju ke lantai atas, dimana sosok sang suami sedang menunggunya di dalam kamar.

"Aku bantu, Mas," kata Dayana saat pintu kamar baru saja dia buka dan melihat sosok pria hendak memakai kemejanya.

"Terima kasih, Sayang," ucap sang pria, Rio Mahatma suami Dayana.

Dayana memakaikan kemeja itu dengan cepat dan sentuhan terakhir dia melipat kerah baju itu hingga rapi.

"Beneran gak mau aku temani, Mas? Aku lagi senggang hari ini. Jadi aku bisa ikut kamu kok," ucap Dayana kesekian kali.

Rio menggeleng. Dia menangkup kedua sisi wajah istrinya dan tersenyum.

"Aku gak mau kamu capek. Ingat kata dokter. Kamu itu terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai kita belum diberi… " jeda Rio sambil menunduk dan membuat Dayana mengikuti tatapan suaminya.

Dia tahu apa yang suaminya lihat. Dia paham apa yang dimaksud suaminya ini. Pernikahan yang masih berumur satu tahun itu memang belum dikaruniai anak di antara keduanya. Hal itu yang terkadang membuat perdebatan kecil antara dirinya dan sang suami sering terjadi.

"Maaf, Mas," ucap Dayana mengalah.

Dia berpikir untuk usia jagung pernikahan mereka, seorang anak memang dinanti tapi perjalanan keduanya masih panjang. Pernikahan bukan hanya untuk kehadiran anak saja menurutnya, tapi untuk kehidupan mereka kedua.

"Aku yang harusnya minta maaf," ucap Rio dengan mengelus pipi istrinya. "Aku berangkat dulu yah."

Dayana mengangguk. Dia mengantar suaminya sampai di depan teras. Melambaikan tangannya saat kendaraan roda empat itu mulai bergerak dan meninggalkan halaman rumah mereka.

Dayana menghembuskan nafas berat. Pembicaraan tentang anak selalu membuatnya sedikit tertekan. Dirinya tahu suaminya ingin seorang anak tapi jika takdir belum diberi oleh sang kuasa, siapa yang harus disalahkan?

"Tenanglah, Day. Bukankah hamil itu kehendak yang maha kuasa," lirih Dayana sambil masuk ke dalam rumah.

Baru saja Dayana menutup pintu rumah dan melangkah. Suara bel berbunyi rumahnya membuat dirinya berbalik. Dirinya menatap pintu rumahnya itu dengan kening berkerut.

"Apa ada yang ketinggalan Mas Rio yah?" tanyanya pada dirinya sendiri sambil membuka pintu rumahnya.

Namun, baru pintu itu terbuka sedikit. Bibirnya tercengang. Jantungnya seakan berhenti berdetak dengan mata membola melihat siapa sosok pria yang berdiri di depannya.

Dengan cepat dia buru-buru menutup pintu rumahnya. Namun, semuanya terlambat!

"Dasar anak durhaka!" pekik seorang pria yang usianya sudah tak lagi muda.

Pria dengan wajah yang sangat amat duplikat dengan wajah Dayana.

"Papa," lirih Dayana dengan menundukkan kepalanya. "Ada apa Papa kemari?"

"Ada apa Papa kemari?" ulang pria itu dengan amarah yang meledak. "Apa seperti itu kamu menyambut orang tuamu sendiri, hah?"

"Bukan begitu, Papa Rey. Day…aww!" pekik Dayana meringis.

Dia mengerutkan keningnya saat tangannya di cengkram kuat oleh Reynand. Sosok pria yang merupakan ayah kandungnya sendiri. Sosok pria yang membuatnya ada di posisi sekarang.

"Kenapa kamu tak membalas pesan Papa, hah?" seru Reynand dengan nafas yang menderu. "Apa kamu tak mau memberi Papa uang?"

"Day… "

"Beri Papa uang sekarang!" seru Reynand dengan kasar.

"Nggak. Dayana gak punya uang, Pa!" jawab Dayana dengan melawan.

"Kamu mau berbohong! Suamimu itu kaya!"

"Mas Rio juga lagi ada masalah di kantornya, Pa," balas Dayana dengan kekeh.

Perempuan dengan tatapan penuh ketakutan tapi dia mencoba melawan itu tetap berusaha tenang. Hal seperti ini bukan satu dua kali terjadi padanya. Namun, selama dirinya tahu akan kenyataan tentang ayah kandungnya. Hidupnya tak lagi aman sejahtera.

"Kamu jangan mencoba membohongi Papa, Day!" kata Reynand dengan mengancam. "Papa tahu kamu kerja sendiri. Sekarang, cepat beri Papa uang!"

"Nggak!" balas Dayana dengan kekeh.

"Kamu!" seru Reynand dengan melayangkan tangannya.

"Tampar Dayana, Pa! Tampar!" Kata Dayana dengan memberikan pipinya.

Reynand menghentikan tangannya. Dia tak jadi melayangkan tamparan dan lekas pergi dari sana. Selepas kepergian Papanya, Dayana langsung jatuh terduduk di lantai. Air matanya mengalir dengan bebas. Dia benar-benar merasa hancur dan sakit.

Kehidupannya benar-benar tak ada kebahagiaan kecuali saat dirinya bersama sang super horonya. Pahlawan tanpa jasa yang membesarkan dirinya dengan sukarela.

"Papa, Dayana ingin ketemu Papa Jim," Lirih Dayana dengan menangis begitu hebat.

...****************...

Entah sudah berapa lama keheningan menyapa seisi rumah. Tiba-tiba suara bel rumah berbunyi membuat seorang wanita yang ketiduran0 di ruang keluarga lekas terbangun.

Dia terduduk dengan pelan sambil membenarkan rambutnya. Dirinya menghapus bekas air mata di kedua matanya yang masih tersisa karena ternyata Dayana tertidur setelah kelelahan menangis.

"Ya," sahut Dayana saat bel itu terus berbunyi.

Perempuan itu lekas berjalan dengan cepat saat dirinya memeriksa penampilannya. Dayana yakin jika itu suaminya. Bibirnya menyunggingkan senyum manis dengan tangannya yang membuka pintu rumah.

"Mas," panggil Dayana dengan senyuman sumringah.

Namun, senyuman itu tiba-tiba surut saat dia melihat sosok perempuan muncul dari balik tubuh suaminya. Ditambah, dia melihat bagaimana kedua tangan yang saling bergenggaman kuat itu membuat hatinya sakit.

"Kenapa kamu membawa wanita ini?" tanya Dayana pelan dengan mata penuh luka.

Dirinya mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Tak menyangka jika dirinya yang memaksa untuk ikut tapi suaminya tak mengizinkan ternyata alasannya karena ini.

"Seharusnya kamu izinkan tamu untuk masuk terlebih dahulu, Dayana!" seru seorang perempuan lain yang baru saja berjalan mendekati ketiganya.

Dayana tentu saja tahu betul suara ini. Dirinya terlihat menahan nafasnya dengan berat saat suara mertuanya yang terdengar.

"Minggir! Biarkan suamimu dan tamunya masuk!"

"Untuk apa Dayana mengizinkan sebuah benalu masuk ke dalam rumah yang sudah berpenghuni?" tanya Dayana dengan berani.

Dia menatap mertuanya dengan tegas. Sejak pertama kali dirinya menikah dengan Rio. Ibu mertuanya adalah salah satu orang yang tak setuju dengan perjodohan itu. Namun, apa boleh buat, dirinya juga tak bisa menolak karena paksaan papanya juga.

"Apa kamu bilang?" sentak Saskia, Mama Kandung Rio.

"Sayang, cukup!" seru Rio akhirnya mengeluarkan suara. "Biarkan Tessa masuk dulu. Dia pasti capek!"

"Kamu lebih memikirkan dia, Mas?"

"Dayana!" seru Rio dengan suara yang berat dan membuat Dayana semakin mengepalkan tangannya.

Dia mundur beberapa langkah. Memberikan ruang untuk suami, mertua dan juga wanita yang sangat dia tahu jika itu adalah mantan kekasih suaminya.

Dayana sangat ingat betul cerita dari sang suami. Jika Tessa adalah wanita yang meninggalkannya dulu ketika dirinya tak punya apapun. Tessa malah memilih pria lain daripada dirinya.

Perlahan semuanya duduk berhadapan. Namun, hal yang membuat Dayana semakin sakit saat suaminya lebih memilih duduk di samping perempuan benalu itu daripada disampingnya.

"Jadi apa maksud semua ini, Mas?"

"Day, kamu ingat, 'kan? Ini Tessa. Calon istri keduaku."

~Bersambung

Cmieww yeyy. Selamat datang di karya terbaruku kesekian kalinya. Akhirnya novel Dayana rilis duluan karena memang nanti puncak akhir dari semua novel yaitu novel bang Jimmy.

Hihi semoga kalian suka dengan novel Dayana yahh, jangan lupa klik favorit, like, dan komen biar author semangat update.

Next novel mbak Bia bakalan tamat juga dan dilanjut langsung ke kisah anaknya. Jadi tungguin aja kelanjutan kisah mereka.

Terima kasih banyak.

Calon Istri Kedua

"Apa, Mas?" Pekik Dayana dengan terkejut.

Matanya membeliak tak percaya. Dia menatap suaminya dengan lekat. Telinganya gak mungkin salah dengar. Apa yang dikatakan suaminya barusan, itu benar Rio ucapkan.

"Kamu gila? Dia jadi istri keduamu?" Ucap Dayana dengan tatapan benar-benar terkejut.

"Aku serius, Day. Aku akan menikahi Tessa," Kata Rio dengan tegas.

"Apa kamu lupa dengan apa yang sudah dilakukan Tessa padamu?" Tanya Dayana dengan berusaha menahan air mata.

Dayana sangat ingat betul apa yang diajarkan oleh papa kesayangannya. Dia boleh mencintai seseorang tapi dirinya tak boleh menunjukkan kelemahannya.

"Dia sudah meninggalkanmu saat kamu tak punya apa-apa, Mas. Dia pergi dengan pria lain," Ucap Dayana dengan mengulang cerita suaminya sendiri.

"Tessa sudah menjelaskan semuanya padaku. Dulu dia melakukan itu karena terpaksa," Bela Rio yang membuat Dayana melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kamu yakin terpaksa?" Ulang Dayana dengan mata yang benar-benar terpancar kekuatan yang besar. "Kamu yakin dia kembali padamu bukan karena kamu sudah punya semua ini?"

"Day!" Seru Saskia, ibu mertuanya. "Jaga sikapmu!"

"Untuk apa Dayana menjaga sikap, Bu?" Tanya Dayana menoleh pada ibu mertuanya yang selalu angkuh padanya. "Dia wanita yang tak tahu malu."

"Day!"

"Jangan berteriak padaku, Mas!" Seru Dayana dengan mengacungkan jarinya. "Aku tak akan menjaga sikapmu di hadapan wanita yang dengan jelas berani merusak rumah tangga orang."

"Apa di dunia ini tak ada pria lain yang mau menerimamu?" Tanya Dayana dengan tegas menatap ke arah Tessa yang sejak tadi menunduk. "Apa cuma ada Mas Rio yang mau sama kamu. Iya?"

"Kamu perempuan tak punya adab! Istrimu benar-benar bukan perempuan baik, Rio!"

Dayana mengepalkan kedua tangannya di atas pangkuannya. Telinganya benar-benar merasa panas mendengar hinaan mertuanya. Namun, hinaan ini bukanlah hinaan pertama kali yang dia terima.

Semenjak dirinya menyandang status istri Rio Mahatma. Mertuanya selalu membencinya. Saskia akan datang ke rumah mereka jika dirinya butuh sesuatu.

"Lalu jelaskan padaku, perempuan baik versi Ibu, seperti apa?" Tanya Dayana dengan berani. "Apa perempuan baik versi Ibu adalah wanita yang merebut kebahagiaan wanita lain?"

"Dayana cukup!" Bentak Rio yang membuat Dayana menghela nafas berat.

Hari ini kepalanya benar-benar penuh dengan beban hidupnya. Dia pikir ketika suaminya pulang, dia akan bercerita soal papanya yang selama ini datang meminta uang. Namun, bukannya mendapatkan kelegaan dengan memeluk dan bercerita pada suaminya.

Ternyata Rio pulang dengan memberikan dirinya ujian lebih berat. Ternyata suami yang dia pikir akan menjadi penenang dirinya ternyata salah.

"Apapun keputusan kamu, aku akan tetap menikahi Tessa!"

"Jadi kamu siap menceraikan aku, Mas?" Lanjut Dayana dengan tegas dan tanpa takut.

"Jangan gila kamu, Day! Aku tak akan pernah menceraikanmu!"

"Satu rumah tak akan pernah bisa memiliki dua ratu, Mas," Lirih Dayana dengan pelan dan beranjak berdiri. "Kamu hanya bisa memilih antara aku atau mantan kamu yang pergi meninggalkan kamu disaat kamu jatuh?"

Setelah mengatakan itu, Dayana lekas beranjak dari sana. Dia mengambil kunci mobil dan lekas keluar rumah.

...****************...

Akhirnya disinilah Dayana berdiri. Di depan sebuah rumah sederhana dengan tanaman yang subur di depannya. Sebuah halaman yang sangat amat menyejukkan mata dengan bangunan dan penghuninya yang selalu membuatnya tenang.

Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis saat matanya melihat sosok pria yang sangat amat dia cintai tengah bermain dengan hewan piaraannya. Akhirnya Dayana dengan pelan membuka pagar rumah yang tingginya hanya sebatas perutnya.

Dia berjalan dengan pelan mendekati sosok itu agar tak terdengar langkah kakinya.

"Papa!" Pekik Dayana sambil memeluk dari belakang.

Pria yang tangannya tengah bermain dengan kelinci itu menoleh. Wajahnya yang masih terlihat tegas dan rupawan itu tersenyum saat mengetahui jika sosok yang memeluknya adalah anaknya.

"Day," Panggilnya dengan suara yang terdengar cerah.

Saat dia hendak memutar tubuhnya. Dayana menggelengkan kepalanya.

"Biarkan Dayana memeluk Papa sebentar," Lirihnya meminta pada sosok pria kesayangannya.

Pria itu tak melawan. Dia membiarkan anaknya memeluk dengan erat. Namun, tak lama pria itu merasakan baju bagian belakangnya basah.

"Ada apa, Day?" Tanyanya dengan pelan.

Bukannya semakin tenang. Dayana semakin menangis sesenggukan. Percayalah dibalik sikapnya yang tegas, tenang dan mandiri. Dayana tetaplah anak perempuan yang manja pada sosok papanya.

"Papa Jim," Lirih Dayana dengan melepas pelukannya secara perlahan.

Hal itu membuat Jimmy, pria dengan tubuh tegap dan wajah masih berkharisma itu berbalik. Dia menatap wajah putrinya yang basah akan air mata.

"Kenapa, Nak?" Tanya Jimmy dengan lembut. "Apa ada yang ingin Dayana ceritakan?"

Dayana terlihat menghela nafas berat. Dia berusaha untuk tenang agar air matanya tak terus mengalir dengan hebat.

Kepala itu perlahan mengangguk. Jimmy menarik tangan putrinya dengan pelan dan membawanya ke arah taman belakang rumah. Keduanya duduk dengan tenang di kursi taman dengan Jimmy yang menatap ke arah putrinya.

"Papa."

"Ya?" Sahut Jimmy dengan pelan.

"Jika Dayana mengecewakan Papa. Apa Papa akan marah pada Dayana?" Tanya Dayana dengan mendongakkan kepalanya.

"Kenapa Dayana masih tanya itu pada Papa? Apa selama ini Dayana pernah melihat Papa Jimmy kecewa dan marah pada Day?" Tanya Jimmy balik dengan pandangan sendu.

Dayana lekas menggeleng. Sejak dia bersama Jimmy. Tak pernah sekalipun ayahnya itu memarahi dan membentaknya. Jimmy berusaha menjadi ayah yang baik.

Selalu membimbing dan menasehati dirinya jika dia salah. Selalu mendukung apapun yang Dayana mau jika itu terbaik pada dirinya.

"Gak pernah," Jawab Dayana dengan pelan.

Dia berusaha menarik nafasnya dengan pelan. Mencoba mengatur kata-kata yang tepat untuk dikatakan pada papanya.

"Jika suatu hari nanti. Dayana berpisah dengan Mas Rio. Apakah Papa masih mau menerima Dayana disini?" Tanya Dayana dengan pelan dan menatap sosok Jimmy lekat.

Jimmy tentu terkejut. Namun, dia dengan baik menutupi rasa keterkejutannya. Dia tak tahu apa masalah putrinya. Namun, yang pasti, Jimmy yakin semua keputusan yang Day ambil, sudah wanita itu pikirkan.

"Apapun yang terjadi nanti. Pintu rumah Papa akan selalu terbuka untuk Dayana," Kata Jimmy dengan yakin dan membuat Dayana langsung memeluk sosok papanya dengan perasaan yang sedikit lebih tenang.

Ada perasaan sakit membayangkan rumah tangganya hancur di usia yang masih seumur jagung. Namun, Dayana tetaplah seorang wanita yang tak mau dimadu.

Matanya menatap ke arah depan sana. Dia masih memeluk papanya dengan air mata yang menetes di kedua sudutnya.

"Aku memang mencintaimu, Mas. Tapi untuk dimadu, aku bukan orang yang akan menerimanya."

~Bersambung

Cimiwww siapa yang kangen sama Bang Jimmy, hayoo? Abang Jimmy muncul loh disini hehe.

Tagihan Rumah Tangga

Akhirnya setelah menenangkan pikirannya. Setelah mendapatkan kekuatan dengan bercerita dan melihat sosok Papa kesayangannya. Disinilah Dayana berada. Di sebuah restoran besar dengan berjejer mobil pembeli di depannya yang terlihat sangat ramai.

Dirinya lekas berjalan memasuki restoran tersebut. Kedatangannya tentu menjadi pusat perhatian para pegawainya yang mulai mendekat dan menunduk hormat terhadapnya. Dirinya tentu membalas dengan senyuman tulusnya. Setelah itu dirinya lekas masuk ke sebuah ruangan yang ada disana dan menutup pintunya.

Tak ada siapapun yang tahu jika pemilik restoran terkenal di Jakarta adalah milik Dayana. Baik itu suami dan mertua atau keluarga suaminya. Siapapun tak ada yang mengetahuinya kecuali Papa Jim.

Entah kenapa Dayana sengaja menyembunyikan semua ini. Dia berpikir jika hidup terus berjalan. Selamanya dia tak mungkin terus berpegang teguh dengan suaminya, Rio.

Hal itu yang selalu dia pikirkan dan ternyata saat itu benar-benar terjadi. Pekerjaan suaminya yang benar-benar kacau. Kantor yang ada masalah dan juga kebiasaan buruk Rio yang sering bermain judi dan datang ke club membuat keuangan mereka benar-benar menipis.

Tangan Dayana lekas meraih pembukuan keuangan restoran. Dirinya membaca pembukuan itu dengan mata yang benar-benar dipenuhi rasa pasrah.

"Uang segini sudah cukup menghidupiku sendirian. Aku tak akan takut berpisah denganmu Mas Rio," Lirih Dayana membaca pembukuan keuangan yang benar-benar selalu membuatnya bahagia.

Bukan nominal kecil. Apalagi cabang dari restoran miliknya sudah ada 4 cabang yang tersebar di Kota Jakarta. Belum lagi, dirinya yang memiliki banyak pelanggan membuat kantong dompet Dayana semakin tebal.

Meski keuangan dari Rio sering minus. Banyak yang tak tahu jika Dayana sering menutupi kekurangan kebutuhan rumah tangganya memakai keuangan sendiri.

Dan hal itu ternyata masih kurang?

Dirinya yang tak pernah mengeluh tentang uang, ternyata belum membuat suaminya bersyukur memilikinya.

"Ternyata hadirnya anak sangat penting untuk sebuah rumah tangga. Dan aku, adalah wanita yang belum diberikan kepercayaan untuk itu," ucapnya sambil meletakkan kepalanya di atas meja dan Dayana mencoba untuk mengistirahatkan pikirannya yang benar-benar kacau.

...****************...

Tepat pukul lima sore. Akhirnya Dayana memilih pulang. Dirinya terlihat menghela nafas berat saat melihat bangunan di depannya. Rumah yang seharusnya menjadi tempat dia pulang ternyata bukan lagi zona nyamannya.

Rumah yang dia pikir akan menjadi tempat dia kembali. Rumah yang akan menjadi tempat dimana dirinya hidup. Ternyata hanyalah sebuah bangunan yang tak berarti.

Dirinya lekas berjalan masuk. Suasana di ruang tamu sangat sepi. Dayana semakin berjalan sampai akhirnya tatapan matanya melihat ke arah dapur.

Sebuah pemandangan yang tak pantas dan tentu membuat dirinya sakit hati. Disana, suaminya, Mas Rio. Tengah bermesraan dengan wanita lain yang jelas-jelas bukan istrinya.

Hal itu tentu membuat Dayana lekas mendekati keduanya.

"Wah wah, kalian memang sudah tak sanggup untuk segera menikah yah?" Kata Dayana yang tentu membuat keduanya terkejut.

Tessa dan Rio lekas berbalik dan melihat Dayana berdiri di dekat pantry dengan tangan dilipat di depan dada.

"Apa kalian tak tahu malu, bermesraan di rumah yang jelas masih aku ratunya?"

"Day!"

"Diam, Mas!" Seru Dayana dengan lantang. "Aku tak bicara padamu!"

Dayana benar-benar menakutkan. Ahh jangan menyepelekan orang yang selama ini lembut, sabar dan diam. Kesabaran orang itu ada batasnya. Ada mas dimana dia akan menjadi singa jantan jika kenyamanan dirinya diusik.

"Apa kau tak malu, memakai dapur milik orang dan juga tinggal di rumah orang lain?" Tanya Dayana dengan sarkas. "Atau kehadiranmu tak diterima oleh keluargamu?"

"Dayana! Ini rumahku. Siapapun boleh tinggal disini," Seru Rio yang membuat Dayana menoleh.

"Aku tahu, Mas. Aku tahu ini rumahmu dan aku juga numpang."

"Day, bukan itu maksud Mas. Mas… "

"Aku tau tak punya hak, Mas. Tentang rumah ini karena ini rumahmu. Tapi, asal kamu ingat, siapa yang mengisi rumah ini, jika bukan aku?" Seru Dayana dengan benar-benar mengatakan semuanya. "Kamu lupa, dulu rumah ini kosong karena kamu bangkrut. Dulu kamu gak punya apapun dan kita mencari berdua. Lalu sekarang?"

"Setelah kita mulai menabung semuanya, mencicil membeli perabot rumah tangga dan juga yang lain. Kamu melupakannya?"

Rio terlihat bersalah. Dia lekas berjalan keluar dari dapur dan mendekati Dayana. Namun, belum sampai tangan Rio meraih Dayana. Wanita itu mundur.

"Jangan sentuh aku, Mas!" Seru Dayana menggeleng. "Nikmati waktumu bersamanya karena kamu terlihat lebih bahagia dengan Tessa."

Tanpa sepatah katapun lagi, Dayana lekas berlari menuju lantai dua. Dia masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Dirinya benar-benar tak mau bertemu siapapun. Dayana sudah lelah. Dia ingin menyelesaikan semuanya saat ini juga karena dia yakin jika malam ini, akan terjadi perdebatan antara dirinya lagi dan mertuanya.

"Aku harus menyiapkan semuanya sebelum pergi," Ucap Dayana sambil berjalan ke arah lemari pakaiannya.

Di dalam sana terdapat kotak brankas miliknya dan Rio. Dayana lekas membukanya dan terlihat banyak kertas disana.

"Setelah ini tanggung jawab semua ini bukan milikku. Aku akan memberikan pada istri barumu, Mas," Lirih Dayana sambil mengeluarkan semua surat penting itu.

Dayana membukanya. Mulai menata semua tagihan yang dimiliki suaminya.

Cicilan mobil, motor, rumah ini, belum catatan bulanan Dayana. Seperti listrik, air, kebutuhan rumah tangga dan juga jangan lupakan. Uang bulanan untuk mertua dan adik suaminya.

"Selama ini ibu mertuaku selalu bilang aku hanya numpang. Gaji Mas Rio selalu lebih. Ibu belum tahu, jika bukan karena aku, sudah sejak lama semua yang dia punya akan dicabut," Ucap Dayana dengan mulai menata kertas itu.

Ternyata menyiapkan semuanya membuat Dayana lupa waktu. Ketukan di kamarnya membuat wanita itu yakin jika saat ini waktunya makan malam.

"Ya?"

"Maaf, Nyonya. Tuan Rio meminta Nyonya turun untuk makan malam," Kata seorang pelayan yang hampir Dayana lupakan.

Gaji pelayan, tukang kebun disini juga masuk ke dalam list dirinya.

Dayana mengangguk. Dirinya lekas turun dan melihat pemandangan bahagia. Suami, mama mertuanya tengah bercanda dengan calon menantu terbaik.

Dayana tak acuh. Dia berusaha untuk tetap tenang agar dirinya tak semakin diinjak-injak.

"Jadi wanita manja banget sih. Bukannya bantuin Tessa masak. Malah diem di dalam kamar," Cibir Saskia yang membuat Dayana memutar matanya malas.

"Untuk apa aku membantu jika sudah ada pelayan baru yang memasak makan malam?" Kata Dayana dengan berani yang membuat Rio mulai kehabisan kesabaran.

"Day, cukup! Kamu sudah keterlaluan," Kata Rio dengan membentak.

"Kenapa, Mas? Kamu capek? Kalau capek ceraikan aku, biar kamu segera menikah dengan wanita pilihan ibumu!"

"Aku gak bakal ceraiin kamu!"

"Cerai saja, Rio. Ibu setuju kamu menceraikan Dayana!" Kata Saskia menambahkan.

"Tapi, Bu!" seru Rio dengan wajah yang benar-benar tak rela. "Rio gak mau!"

"Yang pasti, kamu gak bakal cerai sama aku, Day. Dan yah, lusa aku akan menikahi Tessa!"

~Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!