Zara Salsabila, gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Zara justru dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisah Zara?
❤️❤️❤️
Drrttt
Drrttt
Handphone di hadapannya bergetar membuat gadis cantik yang sedang sibuk mengetik beberapa tugas yang harus dia selesaikan itu terpaksa dia hentikan sejenak. Dia mirip jam indah yang melingkar di pergelangan tangannya.
Sudah hampir jam istirahat. Ternyata sudah sedari tadi dia berkutat dengan pekerjaan. Sampai lupa jika dirinya sudah memiliki janji dengan sang kekasih untuk makan siang bersama.
"Ya, halo."
"Sayang, kamu sedang apa? Lama bener angkat teleponnya?" protes sebuah suara dari ujung sana.
Zara menghela napasnya mendengar suata protes tersebut.
"Maaf pekerjaan ku masih banyak ini. Jadinya aku harus menyelesaikan beberapa lembar lagi. Kamu...."
"Jadi kamu sibuk ya?" tanya suara sang kekasih tersebut.
"Hmmm... sudah mau selesai kok ini. Tenang saja Azka, aku akan sempatin waktu untuk makan..."
"Maaf, Zara, aku tidak bisa mengajakmu makam siang hari ini," ujar Azka, kekasih Zara itu dengan suara yang cukup berat.
"Memang kenapa?" tanya Zara karena tiba-tiba saja sang kekasih membatalkan perjanjian mereka untuk makan siang bersama.
"Hmm, aku ada meeting dengan klien baru. Jadi aku minta maaf ya sayang, kalau hari ini aku tidak bisa menemani kamu makan siang," ucapan Azka seketika membuat Zara mengerutkan dahinya.
"Oh... begitu rupanya," sahut Zara dengan suara lesu dan tampak tidak semangat karena Azka mendadak membatalkan rencana makan siang demi sebuah meeting.
Padahal meeting itu seharusnya sudah terjadwal. Bagaimana bisa membuat acara makan siang mereka yang justru dibatalkan.
"Maaf sayang, meeting ini mendadak sehingga aku tidak bisa menolaknya begitu saja. Klien aku ini sangat penting dan membantu perusahaan. Kalau perusahaan ku sukses besar tentu juga kamu yang akan senang sayang. Karena semua ini aku persembahkan hanya untuk kamu seorang. Aku akan segera melamar mu. Memintamu kepada kedua orang tuamu, sayang," ujar Azka panjang lebar agar Zara tidak kecewa dengan penundaan yang dia lakukan ini.
Sebenarnya Azka sendiri juga tidak ingin menggagalkan acara mereka berdua. Hanya saja sebuah pesan dari seseorang membuat Azka mau tidak mau harus menuruti keinginan sang pengirim pesan.
"Baiklah," jawab Zara dengan suaranya yang lirih.
Dia masih kecewa, ya pasti saja, karena Zara sebenarnya rindu dengan Azka. Sebab akhir-akhir ini dia terlalu sibuk sehingga waktu untuk Zara hampir tidak ada. Karena itulah Zara bermaksud dengan makan siang berdua bisa membuat rasa cinta diantara mereka kembali bersemi dan semakin tumbuh mesra. Namun, justru banyak cancel dari pihak sang lelaki.
"Aku besok akan luangkan waktu untuk kamu sayang, percayalah padaku, jangan bersedih lagi ya sayang, oke," kata Azka seolah-olah tidak ingin membuat kekasihnya itu kecewa berat karena perjanjian keduanya batal.
"Hmmm ... besok aku tunggu," jawab Zara sambil menghela napasnya panjang.
"Terimakasih banyak sayang, aku sayang kamu, muaaaccch," ucap Azka yang senang karena Zara mau mengerti akan keadaan dirinya saat ini.
"Hati-hati ya, semoga lancar meetingnya," jawab Zara.
"Iya sayang, kamu juga jangan lupa malam ya," balas Azka.
Kemudian sambungan telepon itupun berakhir.
Zara lagi-lagi menghela napasnya panjang. Gagal sudah rencana untuk makan siang bersama. Padahal Zara sudah merencanakan kegiatan itu sampai dia mengebut mengerjakan tugas di kantor. Agar bisa makan siang berdua dengan Azka. Namun.... hah, sudahlah. Zara mengambil sebotol air mineral yang selalu dia bawa ke kantor.
Minum adalah cara yang tepat menghilangkan dahaga dan juga kekesalan dalam hatinya.
"Kamu kenapa Zara?"
Uhuk... uhuk...
Karena kaget ada yang menegurnya membuat Zara tersedak akan minumannya.
"Eh, zara maaf, kamu nggak apa-apa?" tanya Widia yang tidak menyangka Zara sampai seperti itu. Padahal niatnya kan hanya menyapa Zara saja.
"Ah... nggak apa-apa kok, cuma kaget saja," ujar Zara dengan tersenyum melihat wajah khawatir dari Widia.
"Aku pikir kamu kenapa Zara. Sampai segitunya," ucap Widia bernapas lega melihat Zara sudah kembali biasa saja.
"Ada apa kamu kemari Wid?" tanya Zara karena Widia mendatangi dirinya pasti ada sesuatu. Karena Zara begitu mengenal Widia.
"Oh ini, aku mau melaporkan hasil pemasaran yang tadi diminta oleh bos," ucap Widia sambil memberikan beberapa berkas yang ada di tangannya.
"Hmmm, taruh saja di sini. Nanti aku akan sampaikan. Ngomong-ngomong kamu mau kemana. Cantik banget, bawa tas pula, kamu mau makan siang di luar?" tanya Zara sambil memperhatikan penampilan sahabatnya itu seksama.
Memang beda sih penampilan Widia saat ini. Dia dandan cukup menor dan tampilan dia yang seksi tentu membuat siapapun yang melihatnya pasti tertarik. Dan memang tidak salah jika banyak di kantor ini yang naksir pada Widia.
"Aku mau makan siang sama pacar aku," jawab Widia malu-malu.
Zara terkejut mendengarnya pasalnya dia saja belum pernah tahu pacar Widia yang mana?
"Ish, curang ya, punya pacar kok nggak pernah bilang sih. Kenalin dong sama pacar kamu. Emangnya kamu sudah tidak menganggap aku ini sahabat kamu lagi. Sampai mengenalkan pacar sendiri kamu nggak mau, ckckck," ujar Zara sambil berdecak.
"Aku juga masih baru kali Ra mengenalnya. Jadi masih membutuhkan waktu buat pedekate. Lagian kita juga selama ini pacaran online aja kok. Dan baru ketemuan juga akhir-akhir ini," jawab Widia menanggapi Zara.
"Jadi kapan kamu akan ngenalin aku ke pacar kamu?" tanya Zara lagi menegaskan.
"Iya, iya nanti juga kamu akan tahu. Eh katanya kamu mau makan siang dengan Azka. Kamu nggak segera berangkat? Apa Azka nggak jemput kamu?" tanya Widia mengalihkan pembicaraan. Agar Zara tidak lagi membahas tentang kekasihnya itu.
Lagi-lagi Zara menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan dari Widia.
"Nggak jadi, batal, dia ada meeting penting dengan klien," sahut zara dengan mode kesalnya karena mengingat batalnya dia kencan dengan Azka.
"Yang sabar ya Ra, mungkin Azka emang lagi sibuk. Lagian kalian kan udah lama saling kenal. Mungkin Azka pengen segera nikahin kamu nantinya. Jadi dia semangat bekerja demi masa depan kalian," ucap Widia memberikan semangat kepada Zara.
"Ya, aamiin, semoga saja Azka bisa segera melamarku. Dan kamu juga semoga segera dilamar oleh kekasihmu juga," ucap Zara memberikan doa yang terbaik pula kepada Widia.
Widia pun tersenyum tipis mendengarkan ucapan Zara.
"Aamiin, ya sudah aku berangkat dulu ya, sudah di chat juga neh sama dia. Bye Zara!" pamit Widia meninggalkan Zara di meja kerja sekretarisnya.
"Have fun Widia," balas Zara yang hanya di acungi jempol oleh Widia yang berjalan terburu-buru menuju lift.
"Hah, kembali lagi ke rutinitas," ucap Zara yang kembali bergelut dengan pekerjaannya tadi.
...----------------...
Aku tunggu di tempat biasa. Jangan lupa dengan janjimu untuk bisa memuaskan aku siang ini. Demi kamu, aku membatalkan acara makan siangku dengan Zara
Sebuah pesan singkat yang Widia dapatkan membuat gadis itu tersenyum bahagia. Karena apa yang dia inginkan akhirnya mampu untuk dia dapatkan.
Widia segera membalas chat yang dia peroleh itu dengan senyum tipisnya.
Tenang saja sayang, aku akan memberikanmu service terbaikku. Dijamin kamu akan sangat puas.
Widia memasukkan kembali handphonenya setelah pesan chat yang dia kirimkan itu terkirim. Dia memakai kacamata hitamnya dan berjalan dengan seksi menuju ke mobil miliknya. Widia sudah siap untuk menaklukan singa jantan yang sedang kehausan karena kekasihnya tidak pernah memberikan apa yang dia butuhkan selama ini. Pria tidak hanya membutuhkan kesetiaan tetapi juga kemampuan dalam menuntaskan hasrat nya yang tidak pernah bisa padam. Zara terlalu naif untuk melakukan hal tersebut. Dan Widia akan menggantikan posisinya memberikan seteguk kenikmatan buat Azka yang pastinya akan membuat laki-laki itu ketagihan dengan rasanya.
❤️❤️❤️
TBC
Tok
Tok
Tok
"Masuk!"
Zara mendorong pintu ruangan pimpinan perusahaan tersebut. Dia muncul dengan wajah yang tersenyum dan beberapa berkas yang sudah dia teliti di tangannya.
"Selamat siang pak, saya mengantarkan berkas-berkas yang bapak minta. Dan ada juga laporan dari divisi pemasaran yang tadi dititipkan kepada saya," ujar Zara dengan sopan dan secara rinci memberikan penjelasan.
"Taruh saja di situ," ujar Tomo Maheswara.
Laki-laki paruh baya yang menjadi pimpinan perusahaan MH tersebut seusia dengan ayah Zara. Dan Zara bekerja di MH juga karena rekomendasi dari sang istri, Alin Maheswara.
Zara Salsabila adalah putri dari sahabat baik mereka. Dan baik Tomo maupun Alin begitu menyayangi Zara seperti putri kandung mereka sendiri. Karena mereka berdua hanya memiliki satu anak. Putra tunggal mereka itupun juga memilih tinggal di luar negeri setelah rumah tangganya mengalami prahara yang begitu dahsyat. Sehingga cukup mengguncang jiwa sang anak.
"Iya Ra, nanti kamu sibuk tidak?" tanya Pak Tomo menatap ke arah Zara.
"Tidak pak, memangnya ada apa?" Zara bertanya balik kepada atasannya yang berada seperti berhadapan dengan ayahnya. Tetapi Zara tetap bersikap profesional.
"Sore ini Aven pulang dari Amerika. Dan kebetulan sekali paman tidak bisa menjemputnya. Kamu bisa kan jemput Aven di bandara?" tanya Tomo menatap Zara lekat.
Pria paruh baya itu begitu ingin Zara bisa memenuhi permintaannya tersebut.
"Eh, bang Aven balik ke Indonesia?" tanya Zara lirih.
"Iya, kamu bisa ya Ra? gantikan paman menjemput anak itu," ujar Pak Tomo lagi dengan sedikit memaksa Zara untuk bisa menjemput putranya di Bandara.
Karena tidak enak menolak permintaan dari atasannya tersebut. Akhirnya Zara menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan.
"Terimakasih Ra, nanti kamu akan diantar sopir untuk menjemput anak itu. Pesawatnya akan sampai jam lima sore nanti," ujar Pak Tomo dengan senyum yang mengembang.
"Baik pak, kalau begitu saya permisi kembali ke ruangan saya," pamit Zara dan pak Tomo menganggukkan kepalanya.
Huh...
Zara menghela napasnya panjang. Kenapa malah jadi menjemput orang di bandara segala. Makin nambah pekerjaan Zara hari ini.
Bang Aven?
Bukankah dia sudah lama tinggal di luar negeri. Mendadak balik ke Indonesia, apakah ingin menggantikan posisi sang ayah? Ah, Zara malas memikirkan hal itu. Lagian juga untungnya buat dia apa?
Zara kembali melangkah menuju meja kerjanya. Karena masih banyak yang harus dia selesaikan sebelum nanti jam lima.
......................
Sementara itu di sebuah apartemen mewah di tengah kota.
Dua anak manusia sedang saling berlomba mencapai kepuasan dan kenikmatan yang ingin mereka gapai. Berkali-kali suara jeritan itu terdengar. Namun, bukan jeritan ketakutan melainkan jerit kenikmatan yang di timbulkan dari gesekan yang semakin membuat panas suasana.
"Ahh... ahh...Azka," suara manja Widia membuat Azka tidak bisa untuk tidak menyerang bibir mungil yang sudah menjadi candunya tersebut.
Ciuman yang menuntut dan terus menuntut membuat Widia berusaha keras untuk bisa mengimbangi perilaku Azka yang begitu ganas saat dirancang bersamanya.
Tidak hanya itu saja, Widia juga selalu bisa mengerti apa yang Azka inginkan. Dia bisa menjadi cewek yang polos maupun ganas di atas ranjang. Segala fantasi yang diinginkan oleh Azka selalu dipenuhi oleh Widia. Yang ada di otak Widia hanya satu, kepuasan Azka.
Seperti siang ini, dia meminta ijin dengan alasan ada keluarganya yang mendadak sakit dan masuk rumah sakit. Untuk bisa memenuhi fantasi Azka yang memintanya melayani dirinya. Azka mendadak ingin melakukan itu setelah menonton sebuah video yang membuat dia panas dingin. Dan hanya Widia yang mampu membuat fantasi yang sudah membuatnya meriang itu tersalurkan.
"Ahh....aahh... sayang... Jang...an..." suara-suara manja itu seperti seolah-olah dia tidak ingin Azka menyentuhnya. Tetapi kontak fisik keduanya justru sebaliknya.
Azka semakin kuat meng hujam tubuh yang ada dibawahnya. Sedangkan Widia juga ikut membantu Azka mencapai apa yang dia inginkan.
"Kamu nikmat Widia... sangat nikmat," racau Azka yang sudah merasa di awang-awang.
Mendengar ucapan Azka semakin membuat Widia bersemangat menyatukan tubuh mereka. Dia memeluk erat punggung Azka dan semakin menjerit-jerit meronta padahal dia menikmatinya. Sangat menikmati betapa gagah dan kuatnya sekarang Azka Ramadhan.
Bahkan dia yakin kalau Azka melakukan hubungan fisik hanya dengan dirinya saja. Lelaki yang awalnya malu-malu saat berhubungan itu ternyata kini setelah beberapa kali mereka beradu fisik. Tampak betapa banyak fantasi liar yang ada di benak Azka.
Lagi-lagi suara manja menggoda dinyanyikan Widia agar pasangannya semakin bersemangat. Benar saja kalau apa yang dia lakukan membuat Azka semakin kuat.
Rintihan Widia adalah penyemangat Azka yang tiada habisnya. Itulah yang membuat azka tidak mampu melupakan Widia. Karena widia mampu memberikan apa yang tidak mungkin dia dapatkan dari sang kekasih, Zara.
Zara hanya ingin berhubungan kalau hubungan mereka sudah sah. Dan Azka tidak mampu menahan sampai dia menikahi Zara. Karena godaan dari Widia membuatnya terlena. Sampai saat ini mereka selalu melakukan hal nikmat dibelakang Zara. Dan ketika bersama Zara keduanya tampak seperti orang asing yang tak begitu mengenal.
"Widiaaaaa...."
Teriakan panjang Azka menunjukkan bahwa dia sudah menumpahkan cairan kenikmatan itu di dalam wadah Widia dengan semburannya yang begitu dahsyat. Widia tersenyum puas karena dia telah berhasil membuat Azka begitu memuja tubuh dan juga keahliannya di atas ranjang.
Widia memeluk tubuh Azka yang basah oleh peluh dengan erat.
Widia begitu menikmati hubungan gelap keduanya. Karena dia sejak awal sudah jatuh hati dengan kekasih sahabat baiknya tersebut. Dia awalnya mengira jika Azka adalah lelaki yang sulit untuk didekati. Ternyata dengan tubuhnya yang indah lelaki itu kini takluk dalam pelukannya.
Widia mengelus dengan sayang tubuh Azka yang masih mendominasi di atas tubuhnya. Lelaki itu tampaknya begitu lelah setelah bertempur dengan Widia begitu hebatnya. Tampak ruangannya kamar itu begitu berserakan dengan baju keduanya. Ya, begitulah sisi liar seorang Azka Ramadhan yang mungkin Zara sendiri tidak mengetahuinya sebagai sang kekasih.
"Capek sayang?" tanya Widia yang sudah kembali menormalkan deru napasnya. Lumayan juga siang ini dia melayani seorang Azka yang berfantasi agar Widia menjadi cewek yang polos dan diminta berpakaian seperti seorang suster.
Azka yang masih menelungkupkan kepalanya di ceruk leher widiapun menggeleng. Dia mengecup leher jenjang Widia yang sudah banyak tanda cinta darinya tersebut.
"Aku masih ingin melakukannya. Kita lakukan di tempat biasa ya?" pinta Azka yang sepertinya sudah kembali ingin mengajak Widia bertamasya kembali.
"Waktuku hanya tinggal satu jam lagi. Aku harus kembali ke kantor, sayang," pinta Widia dengan nada manja.
"Kamu pindah saja ke kantorku biar kita bisa sewaktu-waktu melakukannya tanpa perlu ada batasan waktu segala," ujar Azka yang tampak kurang puas dengan service yang Widia berikan.
"Lepaskan Zara, maka aku akan pindah ke kantor mu sayang," pinta Widia sambil membelai pipi Azka dengan lembut.
Azka mendengus mendengar apa yang Widia katakan. Dia masih merasa berat melepaskan gadis yang sudah lama dia incar tersebut. Zara adalah gadis yang dia impikan sejak duduk di bangku sekolah. Widia tahu kalau Azka masih sulit memenuhi permintaannya tersebut. Karenanya dia melakukan segala cara agar Azka benar-benar merelakan Zara. Dan hanya ketergantungan dengan dirinya.
"Aku akan menuruti kemauanmu. Asalkan lepaskan Zara," pinta Widia sambil mencium pipi Azka dengan mesra.
❤️❤️❤️
TBC
Tin
Tin
Tin
Bunyi klakson mobil saling bersautan. Macet di sore hari itu membuat Zara berkali-kali menghela napasnya karena harus bersabar menghadapi para pengguna jalan lain yang tampaknya juga tidak sabaran.
"Masih nggak bisa jalan ya mang?" tanya Zara.
"Iya ini neng, macetnya panjang juga," sahut Mang Ujang. Sopir pribadi dari keluarga Maheswara.
Keduanya kini sedang dalam perjalanan menuju ke bandara untuk menjemput putra tunggal dari Tomo Maheswara. Dan mang Ujang yang lebih tahu putra sang majikan diminta mendampingi Zara saat menjemput.
"Kalau begini bisa telat sampah bandara kita Mang," ujar Zara dengan raut wajah ditekuk.
Kondisi jalanan yang macet patah membuat mobil mereka tidak bisa bergerak. Mau keluar juga mereka tidak bisa karena sudah terjebak di tengah-tengah.
"Sepertinya begitu neng, semoga saja mas Aven tidak marah."
"Emang bang Aven tipe orang yang mudah marah?" tanya Zara mencari topik pembicaraan.
Karena sebenarnya dia sudah bosan berada di dalam mobil yang tidak bergerak sedikitpun. Maka pembahasan tentang anak tunggal pasangan Maheswara ini cukup menarik juga untuk dikupas.
"Hehehe, enggak sih neng. Mas Aven mah orangnya baik, bahkan sering kasih uang dulu ke mamang. Cuma kasihan aja dulu dapat pasangan nggak baik. Masak setampan dan sekaya itu masih diselingkuhi juga sama mantan istrinya dulu. Kurang apa coba cowok seperti mas Aven mah ya. Kasihan mamang kalau inget ceritanya," ujar mang Ujang tampak sedih. Mengingat masa-masa buruk yang dialami sang tuan muda.
"Aku waktu itu masih tinggal di Surabaya sih mang. Jadi kurang tahu kehidupan bang Aven," sahut Zara.
"Tapi maaf sebelumnya neng Zara ini kan putri teman baik bapak. Apa neng Zara nggak pernah ketemu dengan mas Aven? Maaf ya neng, mamang penasaran aja," tanya mang Ujang sambil tersenyum.
"Pernah mang, dulu waktu kecil juga sering main bareng sama bang Aven saat keluarga mereka masih tinggal di Surabaya. Terus kan pindah ke Jakarta saat bang Aven duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Tapi itu sudah lama banget, aku aja masih duduk di kelas 1 mang. Setelah itu nggak pernah lagi ketemu bang Aven. Denger-dengar sudah pindah aja ke luar negeri."
"Iya, itu ke luar negeri karena abis cerai. Mas Aven kayak trauma gitu sama pernikahannya. Apalagi sejak awal pernikahan mereka mah tidak direstui sama bapak dan ibu. Selain beda keyakinan. Bapak dan ibu kurang sreg dengan kelakuan si mantan istri Mas Aven," terang mang Ujang.
"Tapi denger-dengar neh mang, istri bang Aven cantik banget. Dah gitu seorang model lagi. Aktris ya dia?" tanya Zara semakin penasaran.
"Ya cantik emang neng Zara. Tapi menurut mamang ya cantik aja nggak cukup kalau perilakunya buruk neng. Selain cantik rupa seharusnya dibarengi dengan sikap yang baik. Lah ini Mas Aven malah diselingkuhin. Itu sih kalau mamang ya, bukan cewek bener sudah neng" tutur mang Ujang.
"Kalau neng Zara sendiri sudah punya cowok belum ya?"
"Eh, sudah mang," jawab Zara.
"Wah yang mana ini cowoknya neng? apa bekerja di MH juga?"
Zara mengelengkan kepalanya.
"Enggak kok mang, dia bekerja di perusahaan milik orang tuanya. Masih di kota ini juga kok mang," ujar Zara.
"Hebat ya, pasti keren banget neh pacarnya neng Zara. Kapan diresmikan hubungannya neng?"
"Belum tahu mang. Kita masih saling mengenal dulu ini," jawab Zara.
"Semoga hubungan neng Zara dengan kekasihnya lancar sampai nanti di pelaminan."
"aamiin.... terimakasih banyak ya mang," sahut zara.
Kini mobil yang keduanya naiki sudah mulai melaju. Zara tampak mengecek handphone miliknya yang tampak kosong. Tidak ada pesan chat satupun dari Azka. Apakah meetingnya belum juga selesai. Padahal ini sudah akan menjelang malam.
❤️❤️❤️
Mobil sudah sampai di parkiran. Dan benar mereka telat sejam lamanya. Ketika tiba di bandara sudah jam enam lebih sepuluh menit.
"Ayo mang cepet, sepertinya kita sudah sangat terlambat," ajak Zara segera mencari keberadaan Aven Maheswara.
"Iya neng, tungguin mamang. Awas jangan lari- lari neng," sahut Mang Ujang yang ikut berlari mengejar Zara.
Drrttt
Drrttt
Zara mengecek ponselnya dan melihat panggilan telepon dari Pak Tomo, atasannya. Segera dia menekan tombol hijau.
"Halo Zara, bagaimana?"
"Ini pak, maaf saya baru sampai di bandara. Tadi macet banget," ucap Zara sambil terus menengok kesana kemari mencari keberadaan putra atasannya tersebut.
"Tadi barusan Aven menelpon dan dia sudah menunggu kalian lama tidak datang. Kamu datangi coffe shop di bandara segera ya," ujar pak Tomo.
"Baik paman, saya akan segera ke sana," dengan sedikit berlari Zara menuju ke coffe shop di bandara. Namun, dia tidak melihat siapapun di sana. Hanya ada wanita yang duduk dan Zara tidak melihat sosok yang dimaksud.
"Haduh, kemana bang Aven ya? Kok disini juga nggak ada, haiissshh," keluh Zara yang bingung mau mencari dimana lagi itu orang.
Bug!
"Aduh!" Seketika reflek Zara mengelus keningnya yang sakit karena bertabrakan dengan tubuh seseorang pada saat dia berbalik badan.
"Hei, apakah kamu tidak bisa...."
"Lama sekali kamu," suara itu membuat Zara seketika mengangkat kepalanya melihat siapa sosok yang sedang berbicara dengannya.
"Kamu ..."
"Setengah jam lagi nggak datang bakalan aku tinggal beneran," ucap sosok lelaki yang tampan itu di depannya. Tetapi raut wajahnya yang dingin dan datar membuat Zara tidak bisa mengomeli lelaki yang sudah membuat keningnya sakit.
"Maaf bang Aven, tadi di jalan macet banget. Ya sudah mari kita pulang, paman Tomo sudah menunggu di rumah," ucap Zara.
Meskipun sekian lama dia tidak bertemu dengan Aven tetapi dia masih ingat guratan wajah lelaki tersebut. Hanya saja kenapa tuh cowok jadi sedingin kutub selatan seperti ini.
"Hosh....hosh ...hoshh... eh maaf mas Aven," panggilan dari mang Ujang membuat keduanya seketika menoleh.
"Maaf terlambat mas, tadi macet banget di jalan, mari mas barangnya biar mang Ujang yang bawa," ujar mang Ujang dengan sigap langsung mengambil dan membawakan barang-barang milik Aven.
Sedangkan Zara hanya mengikuti langkah Aven yang berjalan di depannya.
Grep!
"Jalan jangan kayak keong, aku sudah capek. Lama banget," ujar Aven samb menggenggam jemari tanga Zara.
"Eh," Zara sebenarnya terkejut akan kelakuan Aven tetapi dia berusaha bersikap biasa saja dan tampak tidak cemas.
"Main tarik-tarik aja. Emang dipikir aku kambing apa," gerutu Zara pelan akan sikap Aven barusan.
❤️❤️❤️
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!