NovelToon NovelToon

LIONA

Mengganggu Saja

Cuaca cerah datang setelah hujan mengguyur semalaman. Seorang gadis imut berpakaian pelayan kerajaan pun tampak sedang mencuci akar-akaran yang ia dapatkan untuk dibuatkan ramuan obat. Ialah Liona yang dipercaya untuk membuat obat kesembuhan ratu. Yang mana sampai detik ini ia tidak tahu siapa ratu itu sebenarnya.

Liona mulai merasa betah tinggal di istana. Tapi juga ada dua alasan mengapa ia enggan berlama-lama di sini. Yang pertama karena ratu berambut pirang, ratu ke dua negeri ini. Dan yang ke dua karena seorang pria yang seringkali menganggunya. Siapa lagi kalau bukan Ran, panglima persenjataan negeri ini.

"Kau tidak jijik memegang akar-akaran itu tanpa pelapis tangan? Bagaimana jika ada cacingnya? Masuk ke kukumu lalu kau pakai untuk makan. Pasti kau juga akan ikut memakan mereka."

Begitulah yang dikatakan Ran saat tiba di halaman pengobatan istana saat Liona sedang mencuci semua akar-akaran yang ia dapatkan. Liona pun menyadari jika Ran tidak bosan untuk menganggunya. Lantas ia pun hanya diam saja. Ia tidak ingin menanggapi Ran bicara. Tapi, Ran malah mematikan keran air yang sedang Liona pakai.

Arrghh! Dia ini!

Liona pun akhirnya kesal. Ia kesal sekali. Bagaimana mungkin seorang panglima tidak ada kerjaan sampai selalu saja mengganggunya. Liona pun lantas berdiri. Ia mendongakkan kepala untuk melihat Ran yang lebih tinggi.

"Kau selalu saja menggangguku. Apa sebenarnya yang kau mau?!" tanya Liona setengah kesal.

Ran memalingkan pandangannya. Ia melipat kedua tangan di dada. "Ini istanaku. Suka-suka aku dong mau ke mana?" Ran mengejek Liona.

"Kau!!!" Liona pun kesal sejadi-jadinya.

Ran berbalik, berniat meninggalkan Liona. Tapi ia tiba-tiba memberhentikan langkah kakinya. Ran pun menoleh sedikit ke belakang.

"Nanti malam ada acara di istana timur. Datanglah. Aku menunggumu," kata Ran kepada Liona.

Liona pun seperti salah mendengar. "Ap-apa?!" Ia tak percaya Ran akan berkata demikian.

"Nanti kuminta pelayan untuk mengantarkan gaun untukmu. Aku tahu kau tidak punya gaun. Jadi tinggal datang saja." Ran pun beranjak pergi.

Apa sebenarnya yang dia inginkan?!!

Tentu saja Liona kesal dengan sikap Ran. Setelah berhasil mengganggunya yang sedang bekerja, Ran tiba-tiba saja meminta Liona untuk datang ke acara yang ada di istana timur. Liona pun tak menyangka jika ada pria seperti Ran. Ia kemudian meneruskan pekerjaannya.

Mungkin dia sudah terbiasa gila. Jadi lebih baik kuteruskan saja pekerjaanku.

Lantas Liona pun segera membersihkan akar-akaran yang ia dapatkan. Ia akan segera membuat ramuan untuk ratu pertama. Yang tak lain adalah ibu kandungnya. Ya, Liona adalah putri terbuang yang kini kembali lagi ke istananya. Namun, ia masih menutupi jati dirinya untuk mengetahui penyebab mengapa ia sampai dibuang ke hutan.

Sore harinya...

Asap panas mengepul dari wajan yang Liona pakai untuk merebus ramuannya. Setelah bergelut dengan hawa panas di dapur, akhirnya ramuan itu jadi juga. Yang mana akan dijadikan beberapa gelas untuk ratu. Liona pun segera memindahkannya ke teko kerajaan.

Liona adalah seorang tabib muda di istana. Setelah melewati beberapa tes masuk ke istana, ia akhirnya dipercaya untuk menangani penyakit ratu. Yang mana kata orang-orang ratu pertama telah gila. Liona pun penasaran, ditambah sebelumnya ia kasihan. Liona melihat ratu seperti menderita di dalam kamarnya. Terbatuk-batuk tanpa ada hentinya. Naluri kemanusiaannya pun muncul lalu berniat menetap di istana. Tanpa peduli bagaimana perasaan Han yang ditinggalkannya.

"Yang Mulia." Liona masuk ke kamar ratu. Tampak ratu yang sedang menyulam pakaiannya.

Gaun Pemberian

"Liona, kemarilah. Duduk di dekatku." Ratu pun menerima dengan baik kehadiran Liona.

"Ini ramuannya, Yang Mulia." Liona pun meletakkan ramuan yang telah ia buat ke atas meja kamar beserta gelas kecilnya.

"Terima kasih. Kau nanti datang ke istana timur?" tanya ratu kemudian.

Liona menggelengkan kepalanya.

"Datang saja. Tidak datang malah tidak enak. Aku juga akan datang ke sana," tutur ratu kepada Liona.

Liona menundukkan kepalanya. "Sebenarnya ... sebenarnya saya ingin meminta izin, Yang Mulia." Liona mulai mengutarakan isi hatinya.

"Minta izin?" Ratu pun berhenti menyulam pakaiannya.

Liona mengangguk. "Saya ingin izin pulang kampung sebentar. Apakah diperkenankan?" tanya Liona kepada ratu.

Ratu bermahkota emas itu mengernyitkan dahinya. "Apakah kau tidak betah berada di istana ini? Atau ada sesuatu yang membuatmu tak betah?" tanya ratu lagi.

Liona menundukkan kepalanya. "Tidak, Yang Mulia. Saya hanya rindu keluarga. Saya ingin berjumpa dengan mereka terlebih dahulu. Karena sebelumnya pergi tidak bilang kepada ayah atupun ibu." Liona jujur.

"Ap-apa?! Astaga ...." Ratu pun tampak mengusap kepalanya.

"Maaf, Yang Mulia. Saya tidak memberitahukan sebelumnya. Keinginan di hati ini begitu besar untuk menjadi tabib di istana. Sampai-sampai melupakan jasa orang tua." Liona merasa bersalah.

Ratu menghela napasnya. Ia memerhatikan Liona yang menundukkan wajahnya. Ratu tahu jika Liona adalah seorang anak yang sayang kepada orang tuanya. Ratu juga memaklumi jiwa muda yang ada pada Liona yang ingin menjadi tabib istana. Tapi di dalam hati kecil ratu mengatakan jika kampung Liona ada di istana ini.

Bagaimana cara membuktikan jika kami mempunyai hubungan darah? Aku merasa dialah putriku. Tapi aku tidak bisa membuktikannya.

Ratu pun dilanda dilema. Ia merasa kebingungan untuk mencari tahu siapa Liona sebenarnya. Sedang dirinya yakin jika Liona putrinya. Pada akhirnya ratu hanya bisa menunggu kabar dari sang raja. Tentang ciri-ciri putri mereka yang katanya telah tiada.

"Permisi!" Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang berteriak dari depan pintu kediaman ratu.

"Em, Yang Mulia. Saya permisi. Ada yang mengetuk pintu." Liona pun berpamitan kepada ratu.

Ratu mengangguk. Ia membiarkan Liona membukakan pintu kediamannya. Ia perhatikan gadis yang pergi dari kamarnya. Saat itu juga jantungnya berdetak keras. Ratu seperti melihat putrinya.

Dia memang putriku.

Sementara Liona sendiri segera membukakan pintu kediaman ratu. Dan saat pintu dibuka, terlihatlah seorang prajurit yang datang. Prajurit itu membawa pakaian untuk Liona.

"Nona, mohon maaf. Saya diperintahkan pangeran Ran untuk memberikan ini kepada Nona. Besar harapan Nona bisa datang nanti malam. Permisi." Prajurit itu pun lekas berpamitan.

Liona menerima pakaian yang diberikan oleh prajurit itu. Dan ternyata sebuah gaun kerajaan berwarna merah yang indah. Ran meminta Liona untuk memakainya nanti malam. Yang mana membuat Liona bertanya-tanya akan maksudnya. Liona pun tak mengerti mengapa Ran bersikap seperti ini padanya. Liona mencoba tidak memedulikannya. Karena saat ini prioritasnya adalah membantu kesembuhan ratu lalu kembali lagi ke hutan. Liona ingin bertemu dengan keluarga serigalanya.

Malam harinya...

Setelah mandi dan menggunakan pelembab yang diberikan oleh ratu, Liona pun memakai gaun pemberian dari Ran. Dan tentu saja Liona terkejut saat memakainya. Ternyata gaunnya pas di badan Liona. Dan juga sedikit terbuka di bagian bahunya. Sang ratu pun melihat Liona yang sedang berkaca di depan cermin kamarnya.

"Ran yang memberimu?" tanya ratu kepada Liona.

Datang Ke Pesta

Liona tersentak kaget. " Bagaimana Yang Mulia bisa tahu?" tanya Liona segera.

Ratu terkekeh. "Dia itu memang suka memberi harapan kepada banyak perempuan. Bukan hanya kepada kalangan putri kerajaan saja. Tapi juga kalangan pelayan istana. Jadi pintar-pintarlah menanggapinya bicara. Jangan sampai termakan rayunya." Ratu berpesan pada Liona.

Liona mengangguk. "Baik, Ratu."

"Kalau begitu bantu aku berdandan. Aku juga ingin datang ke sana."

Pada akhirnya ratu meminta Liona untuk mendandaninya. Liona pun menuruti permintaan ratu. Liona segera mengambilkan gaun yang akan ratu pakai lalu mulai merias dengan keahliannya. Sedang Liona merias dirinya sendiri setelah ratu. Tampak ratu yang menyandingkan wajahnya dengan wajah Liona di cermin. Ia pun tersenyum kepada Liona.

"Kita mirip," kata ratu kepada Liona. Saat itu juga Liona tersipu malu.

Acara pesta di istana timur...

Istana timur adalah istana yang terletak di bagian timur dari istana utama yang berada di tengah. Di mana di sini terdapat sebuah gedung pertemuan yang biasa dipakai untuk acara pesta ataupun pertemuan pejabat penting. Dan kini Ran sedang mengadakan acara pesta di sana. Yang mana berkenaan dengan hari lahirnya. Ran tepat berumur dua puluh tahun saat ini.

"Baiklah. Jalan di dekatku saja, Liona."

Ratu pun meminta Liona untuk berjalan dekat dengannya. Tampak ratu dan Liona yang seperti kakak adik. Wajah ratu kini lebih awet muda berkat ramuan yang Liona buatkan. Sedang di ujung sana tampak Ran yang melihat kedatangan mereka.

"Salam untuk Yang Mulia Ratu."

Para pelayan, prajurit maupun pejabat yang hadir di acara pesta tampak memberi hormat kepada ratu. Begitu juga dengan Ran yang segera menghampiri ratu dan menyambut kedatangannya. Tapi mata Ran seolah-olah tidak ingin berpaling dari Liona malam ini.

Dia cantik sekali.

Ran pun bergumam sendiri di dalam hati saat melihat Liona memakai gaun pemberian darinya.

"Mana ibumu?" Tapi ratu segera menanyakan Ratu Blonde kepada Ran.

"Em, ibu ... sedang bersama ayah di belakang." Ran mengatakannya.

Tampak ratu wajah ratu yang tak senang. "Apakah acaranya belum bisa dimulai? Aku ingin berdansa dengan suamiku." Ratu pun menuturkan.

"Segera dimulai, Ibu." Ran pun tampak hormat kepada ratu.

Ratu mengangguk. Ia kemudian duduk di kursi yang telah disediakan. Liona juga ikut mendampinginya. Ia berdiri di dekat ratu. Sedang Ran tampak memerhatikan Liona. Ia terpesona dengan tabib muda istana.

"Cepat mulai acaranya!"

Ran pun meminta pembawa acara untuk segera memulainya. Ia tidak lagi memikirkan Ratu Blonde yang belum datang ke pesta. Ran salah tingkah melihat Liona berada di sana. Bunga-bunga asmara itu mulai bersemi di hatinya.

Setengah jam kemudian...

Acara pesta perayaan ulang tahun Ran berjalan khidmat setelah diadakan doa bersama dan juga mendengarkan sambutan raja. Ternyata raja datang tanpa didampingi ratunya. Raja seperti enggan bersama istri ke duanya. Dan kini raja memilih duduk bersama istri pertamanya. Ia juga meminta Liona untuk duduk bersama.

"Hadirin dipersilakan untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan. Dimulai dari para prajurit yang ada di sebelah kanan. Silakan." Pembawa acara pun mempersilakan prajurit untuk menyantap makanan.

Sebagai seorang panglima, tentu saja Ran lebih memprioritaskan prajuritnya ketimbang keluarga kerajaan. Karena sehari-hari ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan para prajuritnya. Maka dari itu prajurit istana dipersilakan untuk mencicipi hidangan duluan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!