NovelToon NovelToon

MY SECRET CEO

Kesal

"Kapan kawin?"

"Saras, belum punya gandengan juga?"

"Iya, Ras. Nunggu kapan lagi? Sudah kepala tiga, lho. Nanti jadi perawan tua."

"Kapan kawin, Ras? Nunggu bibi punya anak ke-lima?"

"Kapan kawin?"

"Kapan kawin, Ras?"

"KA-PAN-KA-WIN???"

"Aargggh! Diam!!!"

Aku berdiri lalu menggebrak meja kerjaku sendiri. Aku kesal kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepalaku. Aku marah! Aku emosi! Rasanya ingin menyumpal mulut orang yang berbicara seperti itu dengan batu kali. Tapi...

"Ras, Saras! Sst! Sst!"

Kurasakan lengan kemejaku ada yang menariknya. Aku pun menoleh, melihat siapa gerangan yang menarik lengan kemejaku ini. Dan ternyata...

"Stefany?!"

"Ras, tu lihat!" Dia memintaku untuk melihat keadaan sekitar.

Aku pun melihat apa yang Stefany maksudkan. Dan saat melihatnya, saat itu juga nyaliku ciut seketika. Aku tidak lagi marah. Yang ada malu seribu muka. Banyak bola mata yang tertuju ke arahku. Teman-teman sekantorku menoleh semua ke arahku. Mereka diam dan membisu. Ada yang sedang mengetik sampai berhenti, dan ada yang sedang memegang mouse komputer sampai tak bergerak sama sekali. Mereka semua tertuju kepadaku.

"Em ...." Aku pun tersadar dengan apa yang baru saja kulakukan. Aku nyengir tak karuan. "Em, maaf. Sepertinya aku mau PMS. Maafkan aku."

Aku membungkukkan badan, meminta maaf karena telah mengganggu mereka bekerja. Wajahku pun memerah karena malu. Tak tahu apa yang harus kulakukan selain duduk kembali sambil menutup mataku. Dan tentu saja segera bersembunyi di balik komputer agar mereka tidak melihatku lagi. Sungguh aku benar-benar malu sekali.

Astaga, apa yang baru saja aku lakukan?

Dan ternyata aku tidak mampu bersabar lebih lama tentang keadaanku sendiri. Hingga akhirnya aku lepas kontrol saat jam kerja kantor. Sungguh membangongkan sekali.

Jam pulang kantor...

Senja tak lama lagi datang. Semburat merah juga telah menghiasi angkasa megah. Terlihat para karyawan perusahaan ini sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Termasuk aku juga yang sedang sibuk merapikan meja kerjaku.

Aku Saras, tapi bukan 008. Aku anak tunggal dari pasangan ayah dan ibuku. Ayahku seorang petani, sedang ibuku hanya ibu rumah tangga biasa. Tapi walaupun begitu, mereka bisa menguliahkanku sampai selesai. Dan kini aku sudah bekerja di perusahaan literasi besar yang ada di negeri ini. Aku juga sudah cukup lama bekerja di sini.

"Ras, gue duluan ya." Stefany berpamitan padaku.

Aku mengangguk. Teman kantor yang lainnya juga berpamitan padaku. Sedang aku terus merapikan meja kerjaku sampai tidak bersisa lagi selain alat tulis di atasnya. Aku harus merapikannya sebelum pulang ke rumah.

Sudah jam enam. Pulang enaknya beli apa ya?

Saat ini aku tidak mempunyai tujuan hidup. Ya, katakanlah seperti itu. Aku hanya menjalani rutinitasku sebagai seorang karyawan perusahaan. Selebihnya, tidak ada. Aku juga hanya mempunyai beberapa teman saja. Sedang lainnya hanya sekedar kenal muka.

Mungkin makan mie ayam, enak.

Jika ditanya sudah punya pacar atau belum, tentu saja aku akan menjawabnya belum. Atau mungkin lebih tepatnya aku tidak mau pacar-pacaran lagi. Kenapa? Karena aku terlalu sering sakit hati. Aku selalu dikhianati saat rasa sayangku tumbuh meninggi. Sehingga akhirnya kuputuskan untuk menjomblo sejak lima tahun ini. Sedih memang, tapi itulah kenyataannya.

"Selesai. Saatnya pulang."

Bisnis Pria Tampan

Kini usiaku sudah kepala tiga. Tepatnya tiga puluh tiga tahun waktu putaran matahari. Dan aku masih belum menikah. Aku belum kepikiran untuk ke sana. Tapi tiga tahun belakangan ini aku menerima tekanan dari banyak pihak. Mereka mempertanyakan kenapa aku belum menikah. Padahal bukan urusan mereka. Hingga pada akhirnya aku mulai merasa risih dengan pertanyaan itu. Sebisa mungkin aku pun menghindarinya.

"Hah ... lelah juga."

Kulangkahkan kaki keluar dari ruangan kantor lalu menuju lantai bawah dengan menggunakan lift gedung ini. Sesampainya di bawah, aku pun segera melangkahkan kaki ke halte bis. Tapi, saat itu juga kulihat teman dekatku baru keluar dari kantornya juga. Kami lalu bertemu di halte bis ini.

"Saras!" Dia berlari cepat sambil melambaikan tangannya ke arahku.

"Elen?" Aku pun melihat dia tergesa-gesa mendekatiku.

"Hei, akhirnya ketemu juga. Kau sibuk sekali semingguan ini. Baru hari ini kita bisa bertemu," katanya padaku.

Jelas aku sibuk. Aku adalah editor bagian promosi di perusahaan literasi. Tugasku begitu banyak untuk mempromosikan berbagai macam hasil karya penulisku. Aku juga berhubungan dengan pihak luar yang ingin mengadaptasi karya-karya penulis kami. Katakanlah aku sukses di bidang pekerjaan. Aku berhasil mempromosikan banyak karya dan event perusahaan. Tapi sayangnya aku selalu gagal dalam percintaan. Aku gagal mempromosikan diri ke pria-pria tampan.

"Hm, iya. Sedang banyak event di kantor. Kau mau naik bis? Bukannya--"

"Hahaha." Temanku tertawa. "Kau melihat statusku, ya? Gimana, tampan bukan? Dia pacar baruku." Temanku memberi tahu.

"Hem." Aku menganggukkan kepala mendengar ceritanya.

"Namanya El. Tapi bukan nama sebenarnya. Dia kudapatkan dari situs ilegal yang menyewakan pria-pria tampan untuk dijadikan pacar. Dan aku sudah dua minggu ini bersamanya," terang temanku.

"Ap-apa?!"

Dahiku berkerut, alisku bertemu di tengah kening. Aku pun membelalakkan mata saat mendengar pengakuan temanku. Bagaimana mungkin ada situs yang menyewakan pria-pria tampan untuk dijadikan pacar? Itu mustahil sekali.

"Kau mau mencobanya? Kau bisa mencicilnya dengan harga terendah," kata temanku lagi.

Saat mendengarnya tentu saja aku tak percaya. Aku pun menelan ludah berulang kali sambil memerhatikan temanku yang bicara. Hingga akhirnya bis pun berhenti di depan kami. Lantas kami pun segera menaikinya agar bisa cepat sampai ke rumah. Pembicaraan kali ini pun sepertinya akan dilanjutkan nanti. Karena kepalaku sudah pusing sekali.

Situs ilegal menyewakan pria-pria tampan?! Sungguh hari itu sudah semakin dekat saja!

Dan karena tidak mau terbawa pikiran, aku alihkan pembicaraan bersama temanku. Kebetulan esok hari ini libur. Kami pun membuat janji temu untuk berbicara kembali. Dan ya, sepertinya pembicaraan akan benar-benar dilanjutkan esok hari. Jadi ya sudah, kita bergegas pulang saja ke rumah untuk beristirahat segera.

Esok harinya...

Pagi-pagi aku terbangun lalu membereskan rumah. Mencuci pakaian, piring, menyapu dan mengepel lantainya. Dan kini tinggal mandi saja. Tak berapa lama ponselku pun berdering karena ada yang meneleponnya. Aku pun lekas-lekas mengangkat telepon itu.

"Kau ada di rumah? Aku OTW, ya?"

Ternyata temanku lah yang menelepon. Dia sudah bersiap-siap ke rumah dan tinggal berangkat saja.

"Baiklah. Kutunggu di rumah."

Pada akhirnya aku pun mengiyakannya. Telepon kami juga terputus tak berapa lama. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mandi segera.

"Rumah sudah rapi. Tinggal cari makan saja."

Situs Ilegal

Sebenarnya rumah yang kutempati ini bukanlah rumahku. Melainkan rumah kontrakan yang berada di lantai dua. Rumahnya cukup luas jika hanya ditempati sendiri. Ada satu kamar, ruang tamu dan ruang TV-nya. Dan juga dapur mini beserta kamar mandi di dalam. Mungkin luasnya sekitar 6x8 meter dengan biaya sewa satu juta per bulan.

Lantas aku pun bergegas mandi sebelum temanku datang. Kukunci pintu lalu membasuh badan di bawah shower air yang menyengarkan. Kunikmati hari libur ini untuk memanjakan diri.

Sabtu, pukul sebelas siang waktu ibu kota dan sekitarnya...

Aku mengenakan pakaian santai di hari libur ini. Temanku juga sudah datang. Namanya Elen, teman dekatku sejak kuliah. Hanya saja dia seorang karyawan di perusahaan lain. Berbeda gedung denganku. Tapi kami sering berada di halte bis yang sama untuk menunggu bis datang. Dan ya, kami sekarang sudah dekat melebihi seorang teman. Katakanlah kami sudah seperti saudara sendiri.

"Namanya Frans. Dia menjual diri di situs itu untuk bersenang-senang. Dia sebenarnya orang kaya, tapi menyukai kebebasan. Jadi karena gabut, dia menjual dirinya di sana." Temanku menceritakan pacar barunya.

Elen mendapat pacar baru dari situs ilegal, tempat menyewakan pria-pria tampan. Yang mana berdasarkan kesepakatan, pria-pria itu akan menjadi milik si penyewa dalam waktu beberapa bulan ke depan. Tentunya ada perjanjian yang harus disepakati bersama. Penyewa juga tidak boleh sembarang menyewa. Setidaknya good looking dan sedap dipandang. Atau kalau tidak, pihak yang menjual diri akan menimbang ulang tawaran pembelian atas dirinya.

"Jadi situs ini seperti ajang pencarian jodoh ya?" tanyaku pada Elen.

Elen mengangguk. "Mungkin. Tapi intinya kita bayar dan tugas mereka memuaskan. Kita sebagai pembeli jasa mereka di sini." Elen menceritakan.

"Lalu apa yang bisa pria-pria itu lakukan?" tanyaku lagi.

Elen tersenyum menyelidik kepadaku. "Kau mulai tertarik ya? Hayooo?" Dia ingin mencari tahu maksudku.

"Eh, tidak-tidak. Aku hanya bertanya saja." Aku segera mematahkan pemikirannya.

Temanku tersenyum. Dia kemudian membuka situs itu dari laptop milikku. "Lihat! Kau bisa memilih sesuka hatimu mana yang jadi pria idamanmu. Cicilannya juga murah. Dan yang pasti mereka memuaskan!" Temanku terlihat gemas sendiri.

Sontak saja pikiranku tertuju ke arah itu. "Apa sampai naik ranjang juga?" tanyaku dengan bibir gemetar.

Temanku mengangguk. "Jika kau mau, dia akan melayanimu bak seorang budak kepada ratu. Pokoknya puas!!!" Temanku meyakinkan.

Entah mengapa aku merasa mempunyai peluang dalam obrolan ini. Aku bisa saja menyewa pria tampan dari situs itu untuk pura-pura menjadi kekasihku. Setidaknya aku tidak akan ditanyakan kapan punya pasangan lagi. Tapi aku pikir lagi saat melihat harga pria-pria itu. Aku menimbang ulang apa cukup untuk menghidupi pria yang kusewa nanti? Sedang gajiku saja belum sepenuhnya mencukupi.

"Em, nanti saja. Aku belum tertarik," kataku.

Lantas aku pun menutup laptopku. Aku tidak ingin meneruskan pembicaraan ini. Aku belum mampu untuk menambah orang di kontrakanku. Karena bisa-bisa setiap bulan tidak lagi bisa menabung. Jadinya malah tidak bisa pulang kampung.

Semoga saja ada pria yang mau jadi pacarku tanpa harus kubayar. Doaku di siang hari ini.

Malam harinya...

"Saras, lho masih sendiri toh? Belum punya pasangan?" Pakde ku datang dari kampung.

"Iya, mana pacarnya? Bude mau lihat pacar Saras." Budeku menambahkan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!