NovelToon NovelToon

Rahasia Kecelakaan Tunanganku

BAB 1

"Hallo, selamat siang!" Suara bariton berat di seberang sambungan terdengar asing di telinga Nawang.

Refleks ia melirik kembali layar ponselnya. Nawang fikir ia telah salah menghubungi orang. Namun saat ia melihat nama 'Presdir Sagara', atasan sekaligus tunangannya terpampang disana ia tahu ia tidak salah menghubungi orang.

Lalu suara siapa itu?! Kenapa ada orang asing yang menjawab panggilannya pada Sagara?!

"Hallo, selamat siang!" Ujar Nawang bingung, "Siapa ini?! Dimana Sagara?!"

"Mohon maaf, saya dari pihak kepolisian. Saya ingin mengabarkan bahwa pemilik nomor ini mengalami kecelakaan serius di jl. XXX dekat lampu merah. Yang bersangkutan sedang dilarikan ke rumah sakit Bima Sakti"

Nawang kaget, tubuhnya langsung meremang saat mendengar perkataan orang di seberang sambungan.

"Kecelakaan?!" Gumamnya dengan bibir yang gemetar. Kepalanya tiba-tiba terasa pening. Ia terhuyung beberapa langkah ke belakang.

Melihat Nawang yang terlihat aneh setelah menelepon, Rani yang terus mengekori atasannya itu menghampiri. Rani merasa cemas.

Setelah kabar buruk pagi tadi tentang pemutusan kontrak kerjasama Sunshine, Rani selalu merasa cemas setiap kali Nawang menerima telepon.

Melihat reaksi Nawang yang berubah pucat pasi, Rani takut berita ini bahkan lebih buruk dari sebelumnya.

"Mbak, mbak kenapa?! Apa ada masalah mbak?!" Tanya Rani panik.

Namun bukannya menjawab, Nawang malah mematung dan menatap kosong ke arah Rani.

Intuisi Rani mengatakan bahwa ini pasti hal yang amat buruk hingga mampu membuat seorang Nawang Anjani terguncang.

'Ada apa ini?!' batin Rani takut.

"Mbak! Mbak kenapa mbak?! Ada masalah apa?!" Tanya Rani lagi. Ia merasa semakin panik.

Nawang tidak bisa berfikir jernih. Kepalanya tiba-tiba kosong dan ia tidak tahu harus berbuat apa selama beberapa saat.

Namun ketika ia kembali sadar, Nawang langsung berlari meninggalkan Rani yang kebingungan seorang diri.

Di dalam benaknya, ia hanya ingin segera sampai di rumah sakit Bima Sakti. Nawang ingin memastikan sendiri kondisi Sagara!!

Semoga saja Sagara hanya mengalami luka ringan! Semoga ia baik-baik saja!

Sepanjang perjalanan, Nawang terus membanjiri otaknya dengan pikiran-pikiran positif dan selalu menepis pikiran negatif.

Ia berdoa dan berdoa!

Hingga akhirnya ia sampai di rumah sakit dan mendapati kenyataan pahit bahwa Sagara mengalami luka berat dan sedang dirawat intensif di ruang ICU.

Nawang limbung saat mendengar penjelasan dari dokter. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa benturan keras saat kecelakaan itu membuat trauma berat di otak Sagara. Ia harus segera dioperasi agar nyawanya bisa diselamatkan.

Dengan tangan yang gemetar Nawang meraih benda pipih canggih dari balik tas tangannya, ia menggulirkan jarinya dengan cepat kemudian mencari sebuah nama di kontaknya.

'Om Agung', Ayah Sagara sekaligus calon mertuanya.

Nawang berusaha menghubunginya. Tapi om Agung tidak kunjung menjawabnya. Bahkan setelah beberapa kali panggilan pun tidak ada respon sedikitpun.

Tak pantang menyerah, Nawang kemudian menghubungi 'tante Ria'. Namun seperti suaminya, Tante Ria juga tidak menjawab panggilannya.

Hati Nawang perih. Air matanya menetes tiada henti. Ia sangat panik dan butuh seseorang untuk berada di sampingnya. Ia kembali menghubungi kedua orangtua kekasihnya itu, tapi tetap tidak ada jawaban juga! Nawang putus asa.

Sebenarnya Agung dan Ria tidak dengan sengaja mengabaikan panggilan dari calon menantunya itu. Mereka sedang sangat panik dan fokus pada keadaan putri mereka.

Juni Agnita Adyatama.

Juni baru saja selamat dari maut. Pasalnya, saudara kembar Sagara itu mengalami keracunan. Tepatnya keracunan akibat ulahnya sendiri.

Juni menenggak sebotol obat nyamuk setelah mengetahui Eric, suaminya berselingkuh dengan temannya sendiri. Ia hampir saja kehilangan nyawanya jika saja Indah, pembantu rumah tangganya tidak sigap dan melarikannya segera ke rumah sakit.

"Terima kasih Indah! Saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak cepat membawa anak saya ke rumah sakit!" Ujar Ria. Air matanya yang telah mengering pun kembali berlinang.

"Tidak nyonya!" Indah menangis. Selain sebagai majikannya, Juni sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri. " Saya bersalah! Saya ceroboh karena tidak tahu hal ini akan terjadi! Saya ceroboh!"

Sejak muda Indah sudah bekerja di kediaman Adyatama. Ia menjadi pengasuh Juni dan Sagara saat itu. Sehingga secara emosional, ia sangat dekat dengan Juni dan Sagara.

Indah yang sangat mengidamkan seorang adik perempuan sangat mengasihi Juni dan membuatnya terikat pada Juni.

Itulah yang menjadi alasan kenapa Indah mengikuti Juni pindah ke rumah pengantinnya. Indah ingin menjaga Juni dengan baik disana. Ia juga ingin memastikan Juni bahagia dengan pernikahannya.

Namun ternyata Indah gagal!

"Saya bodoh, nyonya.. saya bodoh!" Tangis Indah meledak.

Ria menggeleng. Ia meraih tubuh Indah kemudian memeluknya. Ria benar-benar bersyukur, Untung saja Indah tinggal di sisi Juni. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika Indah tidak ada disana.

Ria tidak akan bisa hidup jika terjadi sesuatu pada anak-anaknya.

Ria tidak habis pikir bagaimana bisa Eric melakukan hal ini?! Pasalnya Eric selalu memperlihatkan tingkah yang sopan dan baik. Eric juga selalu terlihat mencintai istri dan buah hatinya. Ria tidak memahami kenapa tiba-tiba Eric berselingkuh?! Apa ada alasan lainnya?!

Ria menghela nafas dalam, sembari berusaha menelan sesak di dadanya.

"Pa, hubungi Sagara!" Ujar Ria kemudian. Ia teringat Sagara tiba-tiba. Bagaimanapun Sagara harus tahu keadaan saudaranya. "Suruh dia datang kesini!"

Agung mengangguk. Sebelumnya, Agung tidak mengabarkan keadaan Juni pada Sagara agar Sagara tidak terganggu di tengah kesibukannya bekerja dan menyiapkan pernikahan. Namun sekarang Juni sudah baik-baik saja, Agung berfikir tidak masalah untuk mengabarkan berita ini pada Sagara.

Ia segera merogoh sakunya dan meraih smartphonenya. Namun Agung segera terkejut saat melihat notifikasi yang menumpuk. Ia kaget karena menemukan puluhan panggilan tak terjawab dari Nawang.

Calon menantunya itu bukanlah orang yang iseng atau kurang kerjaan. Tidak mungkin Nawang menghubunginya sebanyak itu jika tidak ada hal yang penting.

'Ada yang tidak beres!' pikir Agung.

Agung segera menghubungi Nawang kembali. Saat panggilannya diterima, suara tangis Nawang menyapa Agung.

"Om!" Ujar Nawang disela tangisnya.

"Ada apa Nawang?! Kenapa kamu menangis?!" Tanya Agung.

"Om, Sa-sagara om!" Nawang terbata.

"Ada apa?! Sagara kenapa?!" Perasaan Agung berubah tidak enak.

"Sagara kecelakaan!"

Dheg!

Jantung Agung seolah berhenti berdetak saat mendengar perkataan Nawang. Kedua kakinya seolah tak bertulang, ia terhuyung beberapa langkah hingga terantuk dinding di belakangnya.

Melihat suaminya yang bertingkah aneh, Ria merasa ada yang tidak beres.

"Ada apa pa?! Ada apa?!" Tanya Ria panik.

"Sagara.. dia.." Agung tidak sanggup berkata-kata.

"Sagara kenapa pa?!" Ria semakin panik.

"Sagara kecelakaan!"

Baru saja Ria bisa bernafas dengan lega, namun kali ini ia kembali di hantam dengan berita yang lebih mengejutkan.

BAB 2

Hal pertama yang ia lihat saat sampai di depan ruang IGD adalah kenampakan calon menantunya yang berantakan. Gadis yang biasanya berpenampilan rapi itu menangis tersedu dengan penampilan kusut. Wajah yang biasanya terkesan tenang itupun terlihat dipenuhi kepanikan dan kecemasan.

Saat itupun Agung menyadari bahwa keadaan puteranya sangatlah serius. Kalau tidak, tidak mungkin Nawang seperti itu.

Ketika mata mereka bertemu, Nawang yang tadinya terduduk lesu langsung bangkit dan menghampiri Agung dan Ria. Tangisnya pecah saat menjelaskan keadaan Sagara yang mengalami cedera berat di kepala dan harus dioperasi segera.

Ria yang mendengarnya pun syock dan tidak sadarkan diri lagi!

Agung pun tidak bisa mengendalikan dirinya, hatinya hancur berkeping-keping!

Mungkin ia masih bisa menahannya saat melihat keadaan Juni, namun sekarang ditambah dengan keadaan Sagara.. sungguh! Agung tidak bisa menahannya.

Air matanya pecah dan ia menangis tersedu.

Jika saja ia bisa menggantikan posisi kedua anaknya itu, maka ia akan melakukannya dengan sukarela.

Bagaimana bisa kedua buah hatinya mengalami nasib buruk hampir di waktu bersamaan?!

Apakah ini adalah buah dari karmanya?! Dosa apakah yang telah ia perbuat sehingga Tuhan sangat marah dan menghukumnya seperti ini?!

Agung tidak pernah membunuh, mencuri, berjudi, bahkan main serong pun ia tidak! Paling buruk dia hanya berbohong atau sedikit egois pada keluarganya! Tapi apa ini bisa menjadi ganjaran untuk tingkahnya?!

Jika ini memang kesalahannya, kenapa kedua anaknya yang menerima penderitaan?! Tidakkah Tuhan tahu pepatah, siapa yang menanam dialah yang menuai?!

"Apa salah ku?! Kenapa kedua anakku mengalami ini ya Tuhan?!" Gumam Agung mengeluh pada Tuhan.

Nawang yang berada di sebelahnya kaget, kedua anakku?! Apa maksudnya?!

"A-apa yang om maksud?! Ke-kedua anak?!" Terbata Nawang bertanya, "J-juni kenapa om?!"

"Subuh tadi, Juni mencoba bunuh diri!" Ujar Agung dengan lesu.

*****

Rambut keriting hitam kuncir kuda, wajah bulat kecil dengan pipi kemerahan, begitu juga dengan mata bulat yang jernih menatap Nawang seolah-olah Nawang adalah sebuah mainan baru yang sangat menarik perhatian.

Namun Nawang yang diperhatikan oleh bocah itu dengan penasaran, balik memperhatikan bocah itu dan satu bocah lain di sebelahnya yang terlihat mirib.

'Bagaimana bisa dua orang itu punya wajah yang sama? Satu rambut panjang, satu tidak ada rambut!' pikir Nawang.

Saat itu Nawang masih sangat kecil. Mungkin usianya tujuh tahunan.

Belum pernah dalam hidupnya ia melihat dua orang berlainan jenis memiliki rupa yang benar-benar mirib.

Dia jadi bingung karena merasa itu sangat aneh.

"Apa mereka kembar ma?!" Tanya Nawang pada mamanya.

Mamanya tersenyum tipis, "Iya,mereka kembar!"

Nawang mengangguk paham. Di benak Nawang, orang kembar selalu memiliki jenis kelamin yang sama. Ini pertama kalinya dia melihat kembar, dimana yang satunya laki-laki dan satunya lagi perempuan!

Ini unik dan menambah stok pengetahuan di otaknya.

Kali itu untuk pertama kalinya Nawang bertemu dengan si kembar Adyatama.

Juna Sagara Adyatama dan Juni Agnita Adyatama.

Mereka adalah anak kembar dari keluarga Adyatama yang baru saja pindah ke kompleks perumahan yang ditinggali Nawang dan kebetulan tinggal di sebelah rumah Nawang.

Sebagai tetangga yang baik Karina, ibu Nawang mengunjungi keluarga itu dengan mengajak serta Nawang.

Sejak saat itu Nawang menjadi dekat dengan kedua anak kembar itu. Mereka sering bermain bersama, menginap bersama, bersekolah di tempat yang sama bahkan melakukan beberapa aktifitas bersama-sama.

Seperti amplop dan perangko, ketiganya tidak pernah terpisahkan. Bahkan karena kedekatan ketiga anak mereka, kedua orang tua merekapun menjadi dekat.

Hingga suatu ketika sebuah musibah datang menghampiri Nawang.

Saat itu Nawang masih menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama, ketika sang Ayah meninggal dunia karena serangan jantung.

Waktu itu kehidupan Nawang sempat terpuruk karena ayahnya adalah satu-satunya pencari nafkah. Sedangkan ibu Nawang hanyalah pemilik butik kecil yang tidak memiliki banyak pelanggan.

Dengan meninggalnya ayah Nawang, kondisi keuangan mereka menurun.

Penghasilan Karina dari butiknya tidak mampu mencukupi kebutuhan mereka. Hingga akhirnya Karina memutuskan untuk menjual rumah mereka, kemudian membuka sebuah butik yang lebih besar di jalan utama.

Butuh waktu yang lama bagi Karina untuk bisa berhasil di bisnis kain itu. Dia jatuh bangun bahkan sampai guling-guling untuk bisa bertahan. Karina mengorbankan banyak hal dalam prosesnya. Salah satunya adalah Nawang.

Ketika Karina disibukkan oleh butiknya, Karina tidak memiliki waktu untuk memperhatikan anaknya sehingga Nawang merasa diabaikan. Nawang sempat merasa kehilangan arah.

Nawang sudah merasa sangat terpukul dengan kematian ayahnya namun kemudian ibu yang seharusnya menemani di sisinya tidak peduli padanya.

Nawang merasa sendirian!

Untung saja saat itu ada keluarga Adyatama di sisinya. Kedua anak itu mengisi kekosongan hati Nawang.

Ria dan Agung juga memberinya kasih sayang dan cinta selayaknya orang tua terhadap anaknya. Sehingga Nawang secara alami sangat mengasihi keluarga Adyatama selayaknya keluarganya sendiri dan mulai terikat dengan keluarga Adyatama tanpa disadarinya.

Membayangkan masa lalu. Nawang sedih, hatinya sesak dan tubuhnya merasa lemas. Ia lunglai berjongkok di lantai dengan tangis tertahan.

Bagaimana bisa sahabat yang sudah bagaikan saudara untuknya mengalami hal semenyakitkan itu?! Seberapa putus asanya ia sehingga lebih memilih mati ketimbang hidup?! Nawang merasa benar-benar sakit!!

Nawang merasa hancur!!

Nawang bahkan tidak tahu. Setiap kali Nawang menghubungi Juni, selalu saja Juni mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Bahkan tiga hari lalu saat Nawang meneleponnya, Juni hanya menanyakan tentang persiapan pernikahan Sagara dan Nawang. Tidak sekalipun mengungkit tentang masalahnya.

Dan dengan bodohnya, Nawang tidak pernah bertanya. Ia selalu berfikir bahwa pernikahan Juni dan Eric berjalan baik.

Juni dan Eric bukanlah pasangan yang menjalin hubungan dalam semalam. Bertahun-tahun lamanya mereka bersama. Bahkan Nawang hafal dengan setiap perjuangan keduanya hingga sampai di pelaminan.

Bagaimana bisa cinta yang berlangsung sangat lama itu berakhir dengan penghianatan?!

Apakah Eric sangat bodoh?! Ataukah wanita j*l*Ng yang berselingkuh dengan Eric sangatlah lihai?! Sehingga Eric lebih memilih wanita itu ketimbang Juni, yang telah berjuang bersama dengannya selama bertahun-tahun?!

Hati Nawang seketika panas!! Ia marah!

"Nawang! Nawang!" Panggil Agung saat melihat Nawang termenung di sudut sembari menangis dengan tatapan kosong.

Nawang kaget dan menatap bingung pada Agung.

"Iya om?!" Ujar Nawang linglung.

"Teleponmu terus berdering!" Ujar Agung.

Nawang terkejut kemudian refleks memeriksa smartphonenya.

"Rani" muncul di layar smartphonenya yang berdering dan bergetar. Seketika Nawang ingat telah meninggalkan Rani begitu saja. Bagaimana anak itu kembali ke kantor?!

Nawang bahkan sudah pergi selama berjam-jam tanpa kabar. Pasti Rani mencemaskannya.

Nawang kemudian mengangkat telepon dari Rani. Di seberang sambungan ia mendengar suara cempereng Rani yang marah-marah.

"Mbak! Mbak kemana sih?! Mbak bikin aku cemas tahu! Seharian ngilang gak ada kabar! Aku telepon gak diangkat-angkat!" Ceroscos Rani di seberang.

Rani sangat cemas, ia takut terjadi apa-apa pada Nawang. Nawang terlihat aneh dan pergi begitu saja dengan kondisi yang setengah sadar.

"Maaf Rani, mbak ada sedikit masalah. Nanti mbak ceritain! Untuk sementara waktu mbak mungkin gak bisa ke kantor." Sahut Nawang sembari menghela air matanya yang berlinang. "Maaf ya tadi mbak ninggalin kamu gitu aja!"

"Gak apa mbak!" Ujar Rani, "Yang penting mbak baik-baik aja!"

"Aku udah balik ke kantor kok mbak,

Sebenarnya Rani menghubungi Nawang bukan hanya untuk menanyakan kabar Nawang. Namun juga memberi kabar terbaru tentang kesepakatan dengan Sunshine.

Sunshine adalah dept store besar yang telah bekerja sama dengan perusahaan mereka sejak beberapa tahun lalu. Namun karena penjualan 'the last' menurun beberapa bulan ini, mereka berniat menghentikan kontrak dan menendang 'the last' begitu saja.

Menurut rumor, Sunshine akan menarik 'Cleve' musuh bebuyutan 'the last'.

'Cleve' adalah satu-satunya perusahaan kosmetik lokal yang mampu menembus pasar internasional. Meski tidak bisa dibandingkan, 'the last' juga merupakan salah satu perusahaan teratas sejak tiga tahun terakhir ini.

Walau tidak bisa menembus pasar internasional, produk 'the last' diakui sebagai produk teratas mengekori 'Cleve'.

Nawang sempat marah dan langsung menemui perwakilan dari Sunshine dan berusaha membuat kesepakatan.

Awalnya kesepakatan tidak terjalin. Sunshine tetap berniat memutus kontrak namun beberapa jam yang lalu mereka menerima penawaran dari Nawang.

Jika 'the last' berhasil meningkatkan jumlah penjualan mereka, Sunshine akan tetap mempertahankan 'the last'

Rani berniat memberi kabar ini pada Nawang, tapi mendengar suara Nawang yang serak dan lemah Rani mengurungkan niatnya.

Ia tidak ingin mengganggu Nawang dengan pekerjaan untuk saat ini! Ia merasa Nawang sedang berada dalam kondisi yang buruk.

"Mbak jangan lupa makan ya!" Ujar Rani kemudian.

"Makasih ya Ran!" Ucap Nawang sembari memutus sambungan telepon.

BAB 3

Setelah menjalani serangkaian operasi, Sagara yang mengalami cedera parah dan pendarahan otak mengalami penurunan kesadaran. Sagara dinyatakan mengalami koma. Tidak bisa dipastikan kapan Sagara akan sadar. Namun dokter menjanjikan akan melakukan yang terbaik untuk membuatnya pulih.

Berbeda dengan Sagara yang kondisinya tidak bisa dipastikan, Juni kembali sadar beberapa saat kemudian.

Ia segera menangis ketika tahu dirinya tidak mati dan masih hidup!

'Kenapa aku masih hidup?!' batinnya. Juni menangis dalam diam, menyesali setiap apa yang terjadi dalam hidupnya. Ia merasa nafasnya sia-sia!!

Ia mungkin masih bisa bertahan jika hanya melihat suaminya mencumbui wanita lain selain dirinya. Namun Juni tidak bisa menahannya saat pria yang ia cintai dengan seluruh jiwa raganya berkata bahwa cintanya telah hilang.

Bahwa Juni bukanlah wanita yang memiliki hatinya lagi.

Juni tidak bisa menahannya!

Saat itu dunianya runtuh!!

Juni mencintai Eric sudah sejak lama. Hubungan mereka bukanlah hubungan biasa, bukan cinta monyet seumur jagung.

Mereka berawal dari dua orang yang tidak saling mengenal, kemudian bersama karena memiliki kecocokan dan mulai menjalin kasih.

Mereka memiliki hobi yang sama, visi yang sama dan bahkan mimpi yang sama. Namun Juni menyerah karena ia merasa tidak mampu dan memilih untuk mendukung mimpi kekasihnya.

Juni tidak hanya mendukung Eric dalam kata-kata, tapi ia benar-benar mendukungnya dalam segala hal. Entah itu waktu, biaya dan juga tenaga. Juni melakukan segala yang ia bisa! Ia menyerahkan seluruh jiwa raganya dan mempercayai Eric dalam setiap prosesnya.

Hingga setelah bertahun-tahun dalam perjuangannya, Eric akhirnya menjadi seorang dokter kecantikan. Sesuai keinginannya.

Beberapa tahun setelahnya, mereka menikah dan dengan bantuan dari orang tua Juni. Eric bisa membangun sebuah klinik kecantikan.

Kisah cinta mereka sangat romantis bahkan orang-orang di sekitarnya menyebut bahwa kisah mereka bagaikan dongeng di dunia nyata.

Tapi ternyata dongeng hanyalah dongeng. Tidak bisa dijadikan acuan dalam kehidupan nyata. Karena dongeng itu sekarang berakhir menjadi bencana.

Pernikahan romantis yang dipuja-puja itu berubah menjadi balada penghianatan. Eric yang dimabuk kepayang oleh pencapaiannya, lupa akan kulitnya. Ia menghianati Juni yang membawanya sampai pada puncak.

Bahkan itu dengan sahabat Juni sendiri, yang merupakan seorang janda.

Dina Danisha!

Juni mengenalnya saat mulai mengikuti sebuah perkumpulan. Itu adalah perkumpulan sosialita istri para dokter-dokter muda.

Tidak lama setelah ia memasuki perkumpulan itu, Dina mengalami musibah. Suaminya yang dokter bedah mengalami serangan jantung mendadak dan meninggal. Ia menjadi janda di usianya yang masih muda dan tanpa memiliki anak.

Saat itu seluruh wanita di dalam perkumpulan bersatu untuk menghiburnya. Tidak terkecuali Juni yang seusia dengan Dina. Bahkan beberapa diantaranya mulai menjodohkannya dengan beberapa duda tampan yang mapan. Namun karena masih merasakan duka, Dina menolaknya mentah-mentah. Dina berkata ia masih ingin mengenang suaminya.

Suatu ketika, Dina mengalami masalah pada kulit wajahnya. Entah kenapa tiba-tiba muncul breakout di wajahnya dan membuat Dina merasa tidak nyaman.

Juni yang merasa simpati pada Dina mengenalkan Dina pada suaminya. Beberapa kali Juni menemani Dina ke klinik suaminya. Bahkan meminta sang suami memperlakukan Dina dengan baik. Sehingga tanpa disadari, mereka menjadi teman baik.

Namun karena kondisi Juni yang hamil besar, Juni tidak lagi bisa menemani Dina.

Juni tidak tahu pasti kapan itu terjadi. Namun tiga bulan setelah kelahiran Zoe, Juni merasakan keanehan pada suaminya.

Eric biasanya akan pulang meski selarut apapun itu! Namun sejak beberapa hari terakhir, Eric sering tidak pulang. Katanya sih menginap di klinik tapi Juni merasa ada yang janggal.

Eric adalah pria yang perhatian, ia tidak terlalu humoris tapi merupakan pendengar yang baik. Selalu mengedepankan istrinya dan sangat mengasihi Zoe.

Meski capek, Eric akan menyempatkan diri untuk berinteraksi dengan putri kecilnya. Sehingga Juni merasa suaminya bertingkah aneh.

Namun Juni terus menepisnya. Ia berfikir mungkin ia terlalu sensitif karena kelelahan menjaga baby Zoe. Tapi semakin lama tingkah Eric semakin aneh.

Bukan hanya semakin jarang pulang, Eric bahkan semakin sulit untuk dihubungi. Setiap kali Juni meneleponnya, Eric selalu mengabaikannya. Bahkan jikapun Eric pulang, pria itu tidak lagi bertingkah romantis padanya dan tidak lagi perhatian pada Zoe yang merupakan darah dagingnya.

Juni pun semakin sulit untuk mengabaikan pikiran buruknya!

Suatu ketika, Juni merasa sangat resah. Itu sudah sangat malam untuk pergi dari rumah. Namun Juni merasakan dorongan untuk pergi ke klinik Eric guna menemui suaminya.

Juni kemudian menitipkan Zoe pada Indah dan segera tancap gas menuju ke klinik.

Hatinya berdebar tak karuan saat melihat lampu di klinik masih menyala. Padahal malam sudah larut. Bahkan klinik itu kosong, staf pun sudah tidak ada yang berjaga.Namun Juni terus melangkah dan masuk ke dalam klinik.

Ia tidak memahami kenapa ia merasa gelisah dan ketakutan di saat bersamaan. Perasaan asing yang membuat darahnya berdesir dan hatinya dipenuhi oleh ketidak nyamanan.

Juni sempat ragu sesaat sebelum membuka pintu ruangan suaminya, tapi suara ******* tertahan yang ia dengar samar-samar membuatnya melangkah maju dan membuka pintu.

Saat pintu itu terbuka, Juni melihat suaminya dan seorang wanita sedang tersentak kaget menatapnya dengan penampilan setengah tel*njang.

Tubuh Juni meremang saat itu juga. Namun ia mencoba bertahan. Eric yang langsung bangkit dan meraih beberapa pakaian yang berserakan berteriak lantang padanya. Sementara wanita yang sedang menutupi tubuhnya itu hanya memalingkan wajah darinya.

Juni masih tidak bisa mengingat dengan jelas perasaannya hari itu, tapi sampai sekarang ia masih mengingat bahwa perasaan itu adalah perasaan paling buruk yang pernah ia rasakan.

Sampai sekarang Juni masih menyesal, kenapa ia tidak berlari ke arah wanita itu dan menjambaknya?! Kenapa ia malah berbalik dan berlari keluar bukannya menampar Eric yang telah mengkhianatinya?! Juni masih menyesalinya!

Ia bahkan menyesal karena menemui Eric setelahnya, dan seperti orang bodoh memberi Eric pilihan.

"Kamu pilih aku atau dia?!" Tanya Juni.

"Maaf .." ujar Eric, wajahnya terlihat rumit tapi tidak ada penyesalan disana. "Jika aku harus memilih. Aku memilih Dina! Aku mencintainya!"

"Sudah lama aku tidak merasakan getaran ini lagi! Aku merasakannya setelah bertemu dengan Dina! Aku jatuh cinta pada Dina! Dan aku harap kamu bisa menerima bahwa aku tidak lagi memiliki perasaan yang sama untukmu!"

Perkataan Eric itu benar-benar menghancurkan Juni.

Juni berfikir bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan dan mungkin kesalahan Eric adalah berselingkuh darinya! Juni berfikir bahwa tidak masalah jika secara fisik Eric dan Dina memiliki hubungan, mungkin Eric melakukan hal itu karena Juni tidak bisa melayaninya setelah melahirkan!

Yang terpenting bagi Juni adalah hati Eric. Hati Eric masih miliknya!

Ia berpegang pada satu keyakinan, pada seutas tali yang bernama cinta. Tapi perkataan suaminya itu telah membuat Juni kehilangan segalanya.

Tali satu-satunya yang ia harapkan akan menyelamatkannya dari jurang kehancuran itupun terputus. Juni tidak lagi memiliki harapan untuk hidup!

Itulah sebabnya beberapa hari setelahnya, Juni meraih botol obat nyamuk di sudut kamarnya. Dan menenggaknya seperti jus jeruk yang sangat ia suka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!