Suara Ayam berkokok saling sahut menyahut dari berbagai arah, udara pagi terasa sangat menyejukkan. Sehingga siapa pun yang berada di desa akan betah tinggal di sini, namun rasa sejuk yang di rasakan Lea pudar begitu saja. Mendengar ucapan yang di lontarkan Oleh Bapak dan Ibu nya.
"Nduk, sini Bapak sama Ibu mau bicara sama kamu". Ucap Pak Heru, Bapak kandung Milea.
Akhirnya Milea, atau yang biasa di panggil dengan nama lea melangkahkan kakinya menuju ke arah Bapak dan Ibunya berada.
Lea duduk di samping ke dua orang tuanya
"ada apa pak?". ucap Lea bertanya
"Begini nduk, Bapak sama Ibu akan memindahkam sekolahmu ke Kota. Besok kita akan berangkat pergi sama sama ke sana". Ucap Pak Heru, seraya menatap Putri semata wayangnya.
"kenapa sekolah Lea dipindahkan pak, bu?". Lea bertanya tanya apa maksud dari Pemindahan sekolah nya.
"Lea selalu belajar dengan rajin, dan selalu menjadi peringkat pertama di kelas, lalu untuk apa Lea pindah ke kota? Lea sudah nyaman dengan sekolahan Lea yang saat ini. Lagian kalau Lea bersekolah dikota biayanya juga pasti sangat mahal, dan Lea juga tak mengenal satu pun otang disana ". Sambung Lea menjelaskan
"Nduk, keputusan Bapak sudah bulat. Cepat beresin semua barang barang dan keperluan kamu. Besok pagi kita berangkat bersama menuju kota". Ujar Pak Heru dengan tegas
"Hemm.. Yaudah pak, Lea mau izin keluar dulu" Ucap Kiara dengan wajah lesunya, tak bisa membayangkan bagaimana nasibnya saat bersekolah di kota
"Mau kemana Lea, toh ini sudah sore". Ucap Pak Heru sedikit berteriak, karen Lea sudah melangkah jauh meninggalkan rumah
"Sudahlah pak, mungkin Lea kerumah temannya. Dia ingin berpamitan kepada teman temannya untuk salam perpisahan. Bapak jangan terlalu keras dengan Lea". Ujar Bu Wati, istri dari Bapak Heru yang tidak lain adalah ibu kandung Milea.
Pak Heru menghembuskan Nafas kasar, dan langsung mengemasi barang barangnya yang hendak dibawanya besok kekota.
Mereka tidak memberitahu alasan memindahkan Lea bersekolah di kota.
Heru memiliki seorang sahabat yang sukses dikota, bahkan sahabatnya telah mempunyai perusahaan ternama di kota tersebut.
Dulu Heru dan sahabatnya memiliki janji yang mengikat antara mereka berdua, yaitu janji pernikahan. Apabila anak mereka sepasang, mereka berjanji akan menikahkan anak mereka saat usianya memasuki usia tujuh belas tahun. Dan anak sahabatnya kini sudah berusia tujuh belas tahun, dan saatnya perjanjian itu terlaksana.
Pak Heru juga merasa lebih lega dan tenang, jika Lea putri semata wayangnya akan dijaga oleh keluarga sahabatnya itu.
...****************...
Pagi Pagi sekali, mereka sudah berada di stasiun kereta api yang akan membawa mereka menuju ke kota. Mereka telah menunggu hampir satu jam di dalam stasiun, dan waktunya tiba untuk berangkat.
Mereka lalu menaiki gerbong kereta api sesuai dengan tiket yang mereka beli, Lea hanya tersenyum pilu meninggalkan desa tempat kelahirannya.
Selama perjalanan Lea hanya terdiam dan tidak bicara apapun. Lea hanya fokus memandang kearah jendela kaca yang menampilkan sebuah pemandangan yang indah, sehingga membuat Lea takjub memandangnya.
Manik matanya terus memandang kearah jendela luar, seakan akan pemandangan yang baru dilihatnya membuat perasaannya lebih baik dan Lea merasa harus ikhlas menerimanya, mungkin saja ini keputusan yang terbaiki.
"Pak, Bu. Lea Pindah ke sekolah mana?". Tanya Lea penasaran dengan sekolah yang akan di tempatinya untuk belajar meraih cita citanya
"Nanti Kamu juga tahu sendiri nduk, intinya selama disana kamu jangan lupa ibadah, sholat lima waktunya gk boleh ditinggalkan. Jangan melakukan hal hal yang bisa membuat Bapak dan Ibu kecewa ya". Ujar Bu wati mengelus rambut putrinya dengan tersenyum manis menatapnya
Lea hanya mengangguk pasrah mendengar
pernyataan yang disanpaikan oleh ibunya.
Lea hanya membayangkan bagaimana sekolahnya nanti, pasti di kota sekolahnya bagus dan juga teman temannya yang baik. Milea hanya berharap jika semuanya berjalan lancar sesuai yang dia harapkan.
Tak terasa setelah beberapa jam mereka menempuh perjalanan untuk menuju ke kota, akhirnya mereka telah sampai di stasiun kota.
Di kota ini Lea akan menghabiskan pendidikannya selama beberapa tahun kedepan, tetapi yang membuat Lea sedikit heran. Mengapa barang bawaan Ibu dan Bapaknya tak sebanyak dirinya.
Mereka pun akhirnya menaiki taksi untuk menuju ke sebuah alamat yang tertera pada kartu nama yang di pegang oleh Pak Heru.
Taxi yang mereka tumpangi pun telah sampai dialamat tujuan mereka.
"Loh, ini rumah siapa Bu, Pak?". Tanya Lea bingung
Di depannya berdiri sebuah rumah mewah dengan pagar yang menjulang tinggi, apakah ini salah alamat atau Taksi yang mereka tumpangi tadi salah menurunkan. Fikiran Lea nampak tidak tenang saat ini, ia takut bahwa mereka tersesat di kota besar.
"Ini rumah sahabat Bapak Nduk, ayo kita masuk saja". Ucap Pak Heru melangkahkan kaki menuju ke rumah tersebut, mengajak anak dan juga istrinya.
Pak Heru langsung membunyikan bel rumah tersebut, hingga akhirnya pintu di buka oleh pelayan rumah. Mereka di sambut dengan baik, mempersilahkan masuk dan duduk di ruang tamu.
Lea merasa sedikit tidak nyaman, dia nampak gusar meneliti setiap sudut ruangan rumah tersebut.
Hingga dia melihat dan mengamati sebuah foto anak laki laki yang ada didalam foto tersebut, refleks senyum Lea mengembang tanpa di sadari oleh dirinya sendiri.
"Tampan, apa dia juga bersekolah di sekolah baruku nanti ya". Gumam Lea sembari menatap Foto tersebut
"Eh Heru, apa kabar kamu? Ya ampun lama ya kita udah gk ketemu". Ucap lelaki paruh baya yang baru datang dari arah tangga dan langsung mejabat tangan Heru dan Wati secara bergantian.
"Ini anakmu Her? si Lea yang kecil itu, wah udah gede dan sangat cantik ya sekarang". Ujar lelaki paruh baya itu tersenyum menatap Lea
Lea hanya tersenyum manis dan ikut menjabat tangan lelaki paruh baya tersebut, yang diketahui lelaki itu adalah Bapak Herman Mahendra, sahabat dari Pak Heru.
Setelah itu disusul oleh seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik, kulitnya masih terlihat kencang meski sudah memasuki usia lanjut.
Wanita itu langsung memeluk Ibu Wati, dan berjabat tangan kepada Pak Heru.
"Ini Milea? Ya Ampun Cantik sekali, dulu tante sering ke rumah kamu loh". ujarnya dengan antusias
"Hemm.. Iya tante". Ujar Lea tersenyum kikuk
"Sebentar dulu ya, Saya mau panggil anak kami dulu dikamarnya". Ucap wanita tersebut melangkah pergi ke atas untuk memanggil anaknya.
Wanita paruh baya tersebut bernama Indah, Istri dari Herman Mahendra.
Toookk...
Tokkkk..
Tokkk....
"Leon.. Bangun Leon" Teriak Bu Indah memanggil putra semata wayangnya.
Tidak ada jawaban saat Bu Indah mengetuk pintu kamar putranya, akhirnya tanpa basa basi lagi Bu Indah langsung saja masuk ke kamar itu.
Saat masuk sudah terlihat bahwa putranya masih tertidur dengan nyenyak diatas ranjangnya.
Bu Indah sedikit geram dengan tingkah laku Leon saat ini, jam sudah menunjukan dimana hari sudah siang. Tapi Leon masih asyik tertidur dan belum bangun juga meski sudah dipanggil panggil.
Bu Indah yang melihat keadaan itu, langsung menarik selimut yang menutupi tubuh Leon dengan cepat seraya membuka jendela kamar.
"Mama ini apa apaan sih, ini kan hari minggu sekolah Leon juga Libur. Arrgghh.. Mama mengganggu aja, Leon masih ngantuk ni". Keluh Leon yang tidak suka mamanya mengganggu acara tidurnya.
"Bangun sekarang, ada yang mau Mama dan Papa kenalin sama kamu. cepat bangun".
"Iiiss.. Leon malas mau kenalan sama orang, Udah ah sana Leon mau lanjut tidur". Ujar Leon akan menarik selimutnya kembali
"Bangun sekarang, atau semua fasilitas yang mama dan papa berikan akan mama sita". Ancam Bu Indah
"Arrggg... Selalu saja jurusnya hanya mengancam Leon, kalau Leon gk menuruti perkataan mama. Iya iya, ini Leon bangun. Tapi Leon mandi dulu, sana mama tunggu di bawah aja". Ucap Leon menyetujui ucapan mamanya dengan teramat terpaksa.
"Nah gitu dong, Mama tunggu di bawah ya. cepatan mandinya, 10 menit lagi harus sudah selesai". Ujar Bu Indah pergi
"Iya iya, dasar mama bawel". Gerutu Leon
...****************...
Di Ruang Tamu terlihat adanya perbincangan diantara mereka
"ishh mana sih tuh anak lama banget". Ucap Bu Indah
Sudah tiga puluh menit berlalu tapi Leon belum menampakkan batang hidungnya, saat hendak melangkah memanggil kembali. Leon muncul dari atas. Sedang Berdiri dan menatap mereka semua dengan tatapan yang tidak bisa di tebak.
Manik mata Lea seketika terpesona melihat Aura Ketampanan yang Leon punya, Lea selalu menatap Leon tanpa teralihkan.
Leon menuruni tangga dengan gaya coolnya, dia berusaha cuek walau sebenarnya hatinya bertanya tanya mereka ini siapa?
Leon bersalaman dengan mereka, seraya tersenyum mencium tangan Pak Heru dan juga Bu Wati.
Namun saat Leon melihat Lea, dia langsung berdiri memasang wajah cuek dan super dingin kepada Lea.
Lea mengerutkan dahi, bingung dengan sikap Lelaki tersebut.
Hilang sudah Rasa kagum kepadanya, saat melihat tingkah leon yang seperti itu.
"Nak itu Milea, Anaknya Pak Heru dan Bu Wati sahabat Papa di desa". Ujar Bu Indah memperkenalkan
"ohh iya". Jawab Leon dingin
"Ma, mereka siapa?". Akhirnya Leon bertanya pada mamanya karena penasaran
"Mereka itu akan jadi keluarga baru kamu?". jawab Bu Indah tersenyum manis ke arah putranya
"Maksud Mama??"
"Jadi gimana Her, kita sudah sepakat menjalankan perjanjian itu?" tanya Hendra kepada sahabatnya, Heru.
"Silahkan kita tepati janji itu dulu, lebih cepat maka lebih baik. Toh mereka berdua bisa menyembunyikan status mereka, meski masih bersekolah". Ucap Pak Heru dengan lantang
"Baiklah, jadi keputusannya sudah bulat ya. Bahwa kita akan menepati janji yang kita buat dulu, gk sabar aku memilik menantu". Ujar Pak Hendra tersenyum bahagia dan juga menatap Lea yang sedang bingung dengan perkataannya
"Menantu? Siapa yang akan menjadi menantu?". Gerutu Lea dalam hati
"Leon, kenalan dulu sana sama Lea". Perintah Hendra kepada putranya
"Buat apa sih pa, kan tadi udah dikenalin". Tanya Leon
"ya biar kalian saling mengenal satu sama lain". Jawab pak Hendra
hussshh..
Suara hembusan nafas Leon terdengar, dia mengulurkan tangannya mengajak Lea untuk berjabat tangan sesuai dengan perintah yang di inginkan papanya.
"Leon". Ujarnya Memperkenalkan diri
"Lea". Jawab Lea seraya membalas uluran tangan Leon
Sebenarnya leon malas sekali bersinggungan dengan perempuan, menurutnya perempuan sangatlah ribet dan selalu membuatnya susah.
Kalau bukan tekanan dari mama dan papanya di malas sekali berkenalan dengan perempuan di depannya ini, Leon yang terkenal cuek dan dingin jika di sekolahan akan mendadak menjadi Leon yang hangat jika sudah ditekan seperti ini.
Setelah melepaskan jabat tangannya Leon kembali duduk di tempatnya semula, Leon masih bersikap cuek dan dingin.
Lea hanya memutar bola matanya dengan malas melihat sikap Leon yang seperti sombong.
"Jadi karena kalian berdua disini sudah saling kenal, maka hari ini kami akan memberitahukan kepada kalian kabar bahagia". Ujar Bu Indah seraya tersenyum lebar
"Nanti malam akan diadakan acara pertunangan". Sambung Bu Indah
"Pertunangan siapa ma?" tanya Leon mengerutkan dahinya karena tidak mengerti dengan topik pembicaraan yang dibicarakan mamanya
"Ya pertunangan Kamu dan Lea lah". Ucap Bu Indah enteng sembari tersenyum
"APA????". Ucap Leon dan Lea bersama sama, mereka saling pandang saat menyadarinya
"aduh aduhh kompak bener sih kalian berdua". Ucap Bu Indah menggoda keduanya.
Leon dan Lea terkejut mendengarnya, mereka berdua saling menatap satu sama lain, lalu mereka berdua berdiri untuk menentang acara pertunangan itu.
"Mama, Papa ini apa apaan sih. Leon masih sekolah dan Leon sama sekali tidak mengenal perempuan itu, malah main jodoh jodohin aja. Leon bukan anak kecil Ma!". Ujar Leon menolak mentah mentah acara yang menurutnya sangat tidak masuk akal itu.
Sama halnya dengan Lea, gadis itu juga menolak acara pertunangan tersebut.
"Bu, Pak.. Apa maksud Tante Indah? Ibu sama Bapak ngajak Lea pindah kesini karena alasan ini, Lea juga masih sekolah, Lea gk mau tunangan sama cowok aneh yang gk Lea kenal". Sungut Lea dengan wajah kesalnya
"Hei, apa yang kau bilang tadi. Siapa yang aneh haa". Teriak Leon tidak terima dikatakan seperti itu
"Kamu yang aneh, siapa lagi". jawab Lea dengan tatapan mata tajam mengarah ke Leon.
Mereka berdua saling tatap tatapan, tak terima keputusan yang diambil oleh kedua orang tuanya masing masing.
"Ma, Pa.. Please batalkan pertunangan ini. Kalian hanya bercanda kan bicara seperti itu, Leon nggak mungkin dong tunangan sama dia. Apalagi kalau Leon nikah sama dia, ihh amit amit. Leon akan menikah nanti, Tapi sama perempuan yang Leon Cintai bukan perempuan pilihan mama dan papa. Leon gk mau". Jelas Leon Menolak
"Ingat tidak ada yang boleh membantah, dan kami juga tidak memerlukan pendapat kalian. Setuju tidak setuju pertunangan ini akan tetap diadakan besok malam". Ucap Pak Herman
"Dan Lea akan om daftarkan disekolah yang sama dengan Leon, Lalu seminggu kemudian akan dilaksanakan akad nikah. Untuk resepsinya akan diadakan setelah kalian lulus sekolah, gimana? Keputusan ini sudah mutlak, tidak ada tapi tapian". Sambung Pak Herman dengan Tegas dan Lantang
"Aaarrggg.. Terserah". Ucap Leon seraya mengacak rambutnya frustasi, dia meninggalkan ruangan itu dan berlalu meninggalkan rumah.
"Biarkan saja, Leon nanti juga akan kembali pulang. anak itu hanya butuh waktu untuk berfikir".
"Tante, permisi. Arah kamar mandi dimana ya". Ucap Lea ingin menuju kamar mandi
Didalam kamar Mandi, Lea nampak berkali kali menghembuskan Nafasnya. Dia tidak habis fikir dengan keputusan kedua orang tuanya, menjodohkannya dengan lelaki yang sama sekali tidak ia kenal.
Setelah Keluar dari Toilet, saat hendak menuju ruang tamu. Lea melihat Leon sedang merenung ditaman belakang rumah, Leon nampak frustasi mungkin karena dia akan dijodohkan dengan Lea. Wanita yang tidak ia kenal.
Lea melangkah menghampiri Leon yang sedang duduk ditaman itu.
"Heee'eemm.." Dehem Lea
"Ngapain Lo disini, pergi sana lo. Lo pasti seneng kan bakal di nikahi sama gue". Ucap Leon dengan tatapan yang tidak dapat diartikan
"Hem aku juga gk tahu, kalau kita bakal dijodohkan kayak gini. Kalau aku tahu, aku gk bakalan mau diajak kemari. Jadi tolong kamu bilang sama Om dan Tante supaya membatalkan pertunangan ini. Aku juga gk mau nikah sama kamu". Ucap Lea
Manik mata Leo melebar menelisik ke arah mata Lea, Leon tidak percaya dengan perkataan gadis yang ada di depannya ini.
"halah lo bohong, mana mungkin lo nolak nikah sama cowok kyk gue. Gue ganteng, kaya lagi". Ujar Leon membanggakan diri
"Idih Narsis banget sih". Ucap Lea jijik dengan kesombongan Leon
"Apa lo bilang, tadi lo bilang gue aneh dan sekarang lo bilang gu narsis. Oke gue bakal bilang mama dan papa, kalau gue setuju menikah sama lo". Ujar Leon karena merasa kesal dengan sikap Lea terhadapnya.
Leon langsung masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Lea yang masih mematung berdiam diri akibat perkataan Leon tadi. setelah beberapa detik, ia akhirnyanya tersadar dan langsung berlari ke arah leon dan mengejarnya. Lea ingin mencegah Leon untuk memgatakan bahwa lelaki itu setuju dengan perjodohan mereka berdua.
"Hei jangan coba coba kamu menyutujui pernikahan ini, aku gk mau nikah sama kamu". Teriak Lea dengan kesal
"Cihh.. Enak saja, lo udah jatuhin harga diri gue tadi. Sekarang dia menolak seolah olah dia yang jijik sama gue. Harusnya gue yang menolak perjodohan konyol ini, Lihat saja biar dia tahu siapa Leon yang sebenarnya". Ujar Leon kesal
Saat memasuki rumah Leon segera menghampiri mama dan papanya yang masih duduk di ruang tamu sambil berbincang bincang dengan kedua orang tua Lea.
"Ma, Pa.. Aku setuju dengan perjodohan ini". Ujar Leon tiba tiba hingga membuat mereka semua yang ada disana kebingungan.
"Aku serius Ma, Pa. Leon serius menyetujui perjodohan ini". Sambung Leon
"Kamu serius kan?". Tanya Bu Indah keheranan dengan sikap putranya itu.
"iya ma, Leon serius". Ujar Leon mengangguk seraya tersenyum manis. Lea menatap Leon dengan tatapan kebencian.
("siap siap aja lo cewek resek, lo bakal tahu siapa Leon sebenarnya") gumam Leon dalam hati, dengan tersenyum sinis ke arah Lea
"Leon".. Panggil Lea
Lea menarik tangan Leon dengan paksa dan berdiri tepat di hadapannya, Leon hanya menatap kesal pada gadis yang ada di depannya.
"kenapa?". Tanya Leon
"Aku sudah bilang, aku gk mau menikah denganmu. Jadi tolong batalin ini semua, bilang sama Om dan Tante bahwa perjodohan ini gk akan terjadi". Pinta Lea memohon
"Nanti, setelah lo tahu siapa gue yang sebenarnya. Mari kita bercerai, asal lo tahu gue juga ogah punya istri kayak lo!". Ucap Leon menunjuk Lea dengan telunjuknya
"Pernikahan itu sakral leon, dan gk seharusnya kamu mempermainkannya".
"huuusstt". Leon meletakkan jari telunjuknya di bibir Lea, agar gadis itu tidak berisik lagi.
"Oh ya, kata mama lo kelas sebelas kan?. kenalin gue kelas dua belas, yang artinya gue kakak kelas lo". Ujar Leon
Lea tak menghiraukan ucapan Leon, ia lalu menuju kembali ke arah ruang tamu di mana orang tuanya berada. Dia bingung hendak melakukan apa, rasanya sia sia saja membujuk Leon.
Apakah Lea harus kabur? Tapi jika ia kabur, pasti akan membuat kedua orang tuanya kecewa. lea mendengus kesal, mengapa takdirnya harus seperti ini. Apakah Lea harus menerima takdirnya yang seperti ini?.
Perasaan Lea sangat kacau hari ini, kenapa dia di takdirkan untuk menikah semuda ini. Kenapa juga orang tuanya mengadakan perjanjian macam ini.
Mungkin jika perjanjian perjodohan ini di lakukan saat Lea sudah lulus sekolah, pasti ia tak kan menolak. Tapi kenyataannya, malah lebih cepat lebih baik katanya.
Malam yang indah di hiasi bintang bintang, Lea belum tertidur. Dia melihat ke arah langit, dan dia berdoa didalam hatinya untuk kebaikan dan kelancaran hidupnya setelah perjodohan ini.
"Ya Tuhan, apakah memang takdirku harus seperti ini? Bisakah dirubah saja, ini terlalu sulit untuk ku jalankan". Ujar Lea masih menatap bintang bintang di langit
"Sebentar lagi jari ku ini akan di isi sebuah cincin oleh seseorang yang tak ku kenal, bolehkah aku meminta bantuan seseorang pangeran berkuda putih untuk menyelamatkanku dari sini".
Takkk..
"Aaww..". Ucap Lea memegang dahinya yang sakit akibat di sentil oleh Leon
"Ngapain kamu di kamarku ha". Tanya Lea dengan kesal
"gue di suruh manggilin Lo, Acaranya udah mau mulai, lo jangan buang buang waktu berharga gue". Ucap Leon dengan ketus
"Kak, aku mohon batalin perjodohan ini. Kakak juga gk mau kan nikah sama aku, kita bisa sama sama mencari seseorang yang kita cintai". Pinta Lea memohon kepada Leon seraya memegang tangannya
"udahlah cepetan, gue tunggu lo di bawah. awas lo ya, buang buang waktu gue lagi". Ujar Leon mengancam Lea
Setelah mengancam Lea, Leon membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan Lea yang masih termenung di kamarnya.
Tanpa sadar Leon tersenyum tipis saat meninggalkan Lea, sedangkan Lea masih terdiam sembari mengumpat kesal kepada Leon atas sikapnya itu.
Dengan sangat terpaksa, Lea menuju ke ruangan di mana acara tersebut diadakan.
Tiba saat acara dimulai, Leon dan Lea duduk berdampingan, dan memasangkan sebuah cincin pada jari manis masing masing.
Raut wajah mereka sama sama datar, hanya sesekali tersenyum dengan paksa. Sedangkan kedua orang tua mereka masing masing, saling berpelukan dan merasa sangat senang bisa menepati janji mereka dulu.
Acara pertunangan itu hanya di hadiri keluarga inti saja, serta sepupu Leon yang bernama Rangga dan juga mamanya.
Lea terlihat cantik dan manis, sehingga membuat semua orang takjub dan ingin terus memandangnya. Namun Lea sendiri sedang menjerit didalam hatinya.
Lea terus memikirkan bagaimana nasib kedepannya, ingin sekali membatalkan perjodohan ini. Tapi orang tuanya sudah jelas jelas sangat menolaknya, apalagi saat ini. Mereka terlihat Bahagia saat Loen dan Lea bertukar cincin Tunangan.
"Akhirnya, kita akan berbesan". Ucap Mama Indah tersenyum bahagia
"Iya, saya juga sangat senang melihat anak anak kita bersama". Timpal Bu Wati
"Saya mohon anggap Lea seperti anak kandungmu sendiri, tolong jaga Lea. Saya percaya bahwa Leon mampu menjaga Lea". Sambung Bu Wati lagi
"Tenang aja, Leon pasti akan menjaga Lea dengan baik". Ucap Mama Indah lalu mereka berpelukan kembali
Setelah acara selesai, Lea langsung bangkit dan berjalan pergi menuju ke arah kamar yg di sediakan untuknya.
Lea langsung membersihkan diri setelah itu, dia beranjak ke arah kasur. Lea langsung merebahkan dirinya di atas kasur, sambil berusaha memejamkan matanya. Karena besok hari adalah hari dimana dia pertama bersekolah, bertemu dengan teman teman baru. Lea hanya menghembuskan nafas dengan berat, semoga hari harinya bersekolah lancar.
Di sebelah kamar Lea adalah kamar milik Leon, Lelaki itu juga sama gelisahnya dengan Lea. Dia menyesali perbuatan bodohnya menerima perjodohan ini. Dia menatap cincin pertunangannya, dan hendak melepasnya. Namun saat dilepas terlintas ekspresi mamanya saat bertanya cincin itu. Lalu di urungkannya tak jadi melepas cincinnya.
"Aarrgg.. Kenapa gue harus di jodohkan sama cewek kampung itu sih". Gerutu Leon dengan menyugar rambutnya kasar
Karena merasa lelah dengan memikirkan sesuatu yang mengganggu fikirannya, Leon akhirnya memejamkan matanya dan terlelap dengan sendirinya.
...****************...
Ke esokan paginya, semua orang sudah berkumpul di meja makan. Lea duduk di sebelah mamanya dengan wajah yang di tekuk dengan tak semangat, Lalu Hendra menatap Lea dengan tersenyum
"Lea, nanti kamu berangkatnya sama Om ya. Biar nanti Om yang akan urus semuanya". Ujar Hendra kepada Lea
"iya, terimakasih Om". jawab Lea hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Semua orang makan dengan nikmat, namun Leon hanya mengaduk ngaduk makanannya saja. Entah kenapa hari ini menurut Leon, ia tidak selera makan.
Leon melamun karena memikirkan nasibnya di sekolah, bagaimana kata teman temannya jika mereka tahu kalau Leon telah bertunangan dengan gadis kampung ini.
Leon menatap Tajam ke arah Lea, Leon berfikir, jika dia harus membicarakan ini semua kepada Lea.
Setelah selesai makan, Lea berpamitan kepada kedua orang tuanya dan juga kepada Mama Indah. Begitupun dengan Leon. Setelah selesai berpamitan, Leon melangkahkan kakinya menuju mobilnya dan meninggalkan pekarangan rumah. Lea juga ikut masuk kedalam mobil Om Hendra, karena Om Hendra yang akan mengantarnya ke sekolah barunya.
"Lea, kalau Leon menyusahkanmu atau mengganggumu. Kamu bilang saja pada Om ya". Ucap Hendra dengan tangan masih fokus mengemudikan mobilnya
"Iya Om". Jawab Tiara dengan menganggukan kepala
Setelah 20 menit lamanya berkendara, akhirnya Lea sampai pada sebuah sekolahan yang akan menjadi tempatnya mencari ilmu yang baru.
Sekolah SMA Tunas Bangsa, sekolah yang sangat terkenal di kota.
"Lea ini sekolahmu yang baru, ayo turun".
Lea hanya menganggukan kepalanya, lalu dia keluar dari dalam mobil, banyak tatapan yang memgarah ke arah dirinya. Membuat Lea sedikit gerogi dan akhirnya menunduk karena merasa canggung di situasi seperti ini.
Om Hendra lalu masuk ke sebuah ruangan untuk mengurus semuanya, Lea hanya duduk menunggu di samping Om Hendra.
"Pak Hendra, gk perlu repot repot mengurusi semuanya sendiri. Tinggal hubungi saya saja, semua pasti beres". Ujar kepala sekolah SMA Tunas Bangsa
"ini sudah selesai, kalau begitu saya pamit pergi dulu ya". Hendra berdiri seraya menjabat tangan bapak kepala sekolah tersebut
"Lea, nanti kamu akan di antarkan ke kelas sama seoramg guru. Kamu tunggu di sini dulu ya, Om pergi dulu. Ingat jika Leon mengganggumu, beritahu Om". Ujar Hendra pergi melangkahkan kakinya keluar
"Makasi Om". Lea hanya tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Om Hendra
"Bu Retno, kita kedatangan siswi baru. Jadi tolong antarkan ke kelas XI IPA 1 ya". Ujar Bapak sekolah tersebut kepada ibu guru itu
"Baik pak".
"Mari ikut ibu, ibu antarkan ke kelas dan nanti ibu kenalkan dengan teman teman baru kamu". Ujar Bu Retno
"Baik bu".
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!