Di sebuah ruangan yang penuh nuansa putih, dan tercium bau obat di mana-mana, terdengar isakan tangis seorang wanita yang harus melihat suaminya terbaring pucat bahkan seperti tak ada semangat hidup.
Dengan sesegukan, wanita itu terus menciumi sang suami dan memohon agar tak meninggal kan dirinya sendiri. Namun tangisan dan ocehan sang wanita tersebut, tak di respon oleh suaminya.
"Sayang, bangun lah, aku mohon jangan begini. Kita baru saja memulai jalan hidup kita, kamu juga sudah berjanji bahwa kita akan bersama. Kamu juga bilang, tak akan pernah meninggalkan aku," ucap Dira sambil menangis sesegukan.
"Kamu ingat? Kita pernah bermimpi akan membangun rumah kecil, dan di situ ada kita dan anak kita. Kamu juga bilang ingin anak perempuan, yang cantik kan? Jadi aku mohon bangunlah, jangan membuat ku takut," ucap Dira sekali lagi. Vano selama ini menyembunyikan, penyakitnya dari keluarga dan Dira. Vano tak mau, semua orang merasa kasihan dengan dirinya, hingga memutuskan untuk menyembunyikan semuanya.
Namun keadaan Vano, semakin hari semakin memburuk, hingga dia tak bisa menyembunyikan lagi tentang penyakitnya. Waktu pun berlalu begitu cepat, satu bulan sudah Vano koma di rumah sakit. Setelah dia di temukan pingsan, di dalam kamar mandi dengan hidung bercucuran darah segar. Akhirnya dokter memvonis, jika Vano terkena kanker otak stadium akhir.
"Dira," panggil Arya saat masuk ke ruang ICU
"Iya kak," balas Dira dengan tatapan senduh.
"Dokter bilang waktu berkunjung sudah habis, kamu di suruh keluar oleh dokter," ucap Arya dengan lembut. Sedangkan Dira langsung, tersenyum hangat.
"Terima kasih, untuk informasi nya Kak." Setelah itu Dira mulai menyelimuti Vano, sebelum meninggalkan sang Suami. Dira bahkan menyempatkan, mencium kening Vano sebelum pergi.
"Aku tunggu kamu di luar, Sayang." bisik Dira,tepat di telinga Vano. Setelah itu, Dira keluar dari ruang ICU dengan langkah berat. Sesekali, Dira menoleh ke arah Vano.
"Aku, tak rela melepaskan kamu Vano. Tapi dokter, menyuruhku pergi. Kamu yang kuat, kamu harus berjuang." gunam Dira. Namun setelah itu, tubuh Dira langsung hilang di balik pintu.
Dira berjalan dengan langkah yang gontai, dan setelah itu duduk di ruang tunggu, sambil memandang Vano dari balik jendela. Namun tak lama setelah itu, suster langsung menutup jendela kaca itu dengan gorden. Dengan berat hati, Dira harus menaati peraturan rumah sakit. Sedangkan kehidupan Dira sendiri, adalah anak yatim piatu yang tak memiliki saudara sama sekali. Dalam keluarga nya, Dira adalah anak pertama, jadi dia sama sekali tak memiliki keluarga semenjak orang tuanya meninggal.
"Dira kamu makan dulu, aku sudah belikan makan siang. Kamu juga butuh energi agar kamu kuat, jadi kamu makan dulu ya." bujuk Arya. Arya sebenarnya sedikit kesal, dengan Dira. Karena semenjak keadaan Vano koma, Dira jarang sekali makan. Bahkan sering lupa, dan tak makan sampai sehari full.
"Dira gak laper, kak." tolak Dira yang membuat Arya kesal.
"Kamu jangan egois, Dira!
Fikirkan kesehatan mu, jika Vano tau kamu kayak gini, dia pasti akan marah dan sedih!" bentak Arya. Arya merasa jengkel, dengan kebiasaan Dira yang mulai tak mau memperhatikan Kesehatannya.
"Aku bilang gak lapar, Kak!" tolak Dira dengan nada agak meninggi. Mereka berdua pun tersulut emosi, namun tak lama setelah itu, seorang perawat memanggil mereka berdua dan memberikan kabar tentang Vano.
"keluarga, Pak Vano?" panggil seorang perawat. Sedangkan Dira dan Arya, langsung berlari kecil dan menuju kearah perawat tadi.
"Iya, Sus." Dira dan Arya pun sampai berkata, bersamaan.
"Pak Vano sudah siuman, dan beliau mencari Istri dan Kakak, Pak Vano. Apakah yang di maksud kalian berdua?" tanya perawat. Seketika Arya dan Dira langsung menganggukkan kepala.
"Iya kami adalah, Istri dan Kakaknya pasien," ucap Dira dengan senang. Hati Dira langsung plong, saat mendengar Vano telah sadar.
"Kalau gitu, silahkan masuk. Karena Pak Vano,menunggu kalian berdua." setelah itu, perawat mengajak Dira dan Arya masuk kedalam ruangan.
"Kak ayo, kita masuk." ajak Dira. Namun Arya menolak ajakan Dira, karena Arya mau memberi tau Dinda dan Ryant.
"Kamu masuk dulu saja, Kakak mau menghubungi papa dan mama dulu, kan mereka masih ada di cafetaria," ucap Arya.
"Kalau gitu aku masuk dulu ya, Kak?" Arya pun menganggukkan kepala. Dengan sangat cepat, Dira memasuki ruangan ICU, dengan jantung yang berdegup dengan kencang. Dira merasa sangat senang, karena suaminya sudah sadar.
Saat Dira sampai, betapa bahagianya Dira yang melihat suaminya tersenyum manis ke arahnya. Tanpa basa-basi Dira langsung memeluk tubuh Vano, dengan erat dan tak memperdulikan alat-alat yang menempel di tubuh Vano.
"Kamu sudah bangun, Vano," tanya Dira sambil menangis. Dira sangat bahagia, suaminya telah sadar.
"Iya aku bangun, Sayang. Tapi aku bangun hanya untuk menyelesaikan urusan duniaku, Sayang," ucap Vano lirih. Seketika dahi Dira langsung mengkerut, Dira gak tau kenapa suaminya berkata seperti itu.
"Kamu apa-apaan sih, kok bicara kaya gitu!" protes Dira. Namun tak lama setelah itu, Dira ingat dengan apa yang ingin dia katakan.
"Kenapa kamu merahasiakan semua nya dariku Vano, kenapa kamu berbohong padaku, tentang penyakit mu ini?" tanya Dira dengan nada menuntut. Namun seketika Vano langsung tersenyum, Vano sangat suka jika Dira mulai marah-marah.
"Inilah yang membuat, aku jatuh cinta denganmu Dira. kamu sangat bawel tau gak," ucap Vano dengan tertawa kecil. Sedangkan Dira langsung merasa malu, karena dikatai bawel.
"Sayang, jika aku pergi jangan pernah kamu menangisi kepergian ku. Jika sampai kamu menangis saat aku pergi, sama saja kamu menyakitiku nanti. Jadi aku mohon, jika aku pergi jangan tangisi aku," ucap Vano tiba-tiba.
"Vano kamu omong apa sih? Aku gak suka dengan ucapan mu itu, kamu gak akan pergi. Kita akan tetap bersama, sampai maut memisahkan." Dira pun marah dengan Vano. Dira sangat tak suka dengan perkataan Vano tadi, dan ingin rasanya Dira membungkam mulut itu.
"Sayang, semua ciptaan tidak ada yang kekal dalam dunia ini. Semua pasti akan kembali ke pangkuan nya, dan kamu pun tak bisa melawan takdir. Jika memang takdir ku harus pergi, aku tak bisa mencegah semua itu, Sayang," ucap Vano sekali lagi.
"Aku tau, tapi aku belum siap dengan semua nya. Please aku mohon, jangan bahas ini aku gak mau." Dira pun mulai menangis. Dira gak mau perkataan Vano, adalah pertanda dia akan pergi.
"Kamu satu-satunya yang aku punya, Vano. Ayah, Ibuku sudah pergi meninggalkan aku, dan aku gak mau itu terjadi lagi aku mohon." pinta Dira dengan tangisan yang begitu pilu.
"Aku juga ingin bisa bersamamu, selamanya Sayang. Tapi takdir berkata lain, takdir menginginkan kita berpisah dan kamu harus menerima itu," ucap Vano. Dan tak lama kemudian, Arya masuk ke ruang ICU.
"Kak," panggil Vano. Arya yang merasa di panggil pun, langsung mendekat ke arah Vano.
"Kak, tolong bilang sama Vano. Jangan pernah katakan kata-kata perpisahan, aku tak mau menemuinya lagi jika terus membahas itu." mohon Dira, agar Arya bisa membujuk Vano.
"Kenapa kamu berucap begitu, Vano?" tanya Arya dengan lebut. Bahkan kini tangan Arya membelai rambut sang adik, dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Kak, kamu sangat menyayangi aku kan?" tanya Vano dengan nada lemah.
"Kakak sangat menyayangimu, Dek. Kamu adalah adikku satu-satunya, jadi mana mungkin aku gak sayang kamu." Arya berbicara dengan tenang. Bahkan Arya berusaha menyembunyikan kesedihannya itu.
"Jika Kakak sayang sama Vano, tolong jaga Dira untuk Vano, Kak. Jika Vano pergi, tolong gantikan peran Vano untuk menjaga Dira." seketika Dira dan Arya pun langsung terkejut dengan perkataan Vano. Mereka berdua tak habis fikir, jika Vano akan berkata seperti itu.
"Maksud kamu apa, Dek?" tanya Arya. Arya benar-benar tak tau, maksud dari adiknya itu.
"jika vano tak ada tolong nikahi dira,jaga dira dan sayang i dira kak.vano tak bisa melakukan itu semua jadi vano mohon lakukan semua nya demi vano" pinta vano
"Gak aku gak mau, kamu pasti sembuh. Cukup jangan tambah ngelantur kamu, Vano." kini Dira mulai kesal dengan permintaan Vano.
"Kak, waktu ku sudah gak banyak lagi. Aku mohon, berjanjilah padaku, jika kamu akan menikahi Dira dan menjaga nya setelah aku pergi." pinta Vano kembali. Sedangkan Arya bingung mau menjawab bagaimana, Arya sangat bingung dan lidahnya juga keluh.
"Aku tak bisa Vano. Jika Kakak menikahi istrimu, bagaimana dengan Fani?" tolak Arya. Namun setelah Arya menolak, keadaan Vano langsung drop. Nafas Vano juga mulai tersenggal-senggal, dan tak bisa bernafas.
"Kak, Vano kenapa?" Dira mulai panik, saat melihat keadaan Vano seperti itu.
"Cepat panggil dokter! " teriak Arya. Seketika Dira langsung berlari keluar, dengan sangat cepat.
"Aku mohon berjanji lah, Kak. Jangan persulit langkah ku, berjanji lah biar aku melangkah dengan tenang," ucap Vano yang terbata-bata.
"Kamu diam lah, dokter sebentar lagi akan datang." Arya semakin panik, saat mata Vano semakin melirik ke atas.
"Kak," kini Vano mencengkram tangan Arya dengan erat, Vano merasa tubuhnya sangatlah sakit. Sekujur tubuhnya panas, dan Ubun-ubun nya berdenyut dengan kencang.
"Vano kamu jangan buat kakak takut, baiklah jika itu mau kamu. Aku akan menikahi istrimu, dan menjaganya, menyayanginya seperti yang kamu harap kan. Kamu puas sekarang?" kini Arya mulai takut dengan kondisi adik nya, Arya pun berteriak memanggil dokter dengan kencang saat melihat Vano semakin sekarat.
"Terima kasih, Kak." setelah berucap dengan perlahan, Vano langsung menutup matanya. Arya yang tau adiknya telah pergi bun berteriak, dengan histeris. Arya belum siap kehilangan adik satu-satunya itu.
"Bangun Vano, buka matamu! Ini perintah Kakak, cepat bangun." teriak Arya. Sedangkan Dira yang baru masuk, melihat suami nya sudah pergi pun langsung menjerit.
"Vano..!"
Bruuukkk....
.
.
.
Happy Reading
Hai akak, maaf ya dulu kisah Raya sempat ke hapus, karena suatu kendala. Sekarang sudah ada lagi loh, silakan chek profil aku ya. silakan ramein ya, agar aku semangat upacara 😆 eh update pokoknya love sak kebon.
Jika tanya covernya kok beda, aku jawab, cover lama ilang 😎 entah ke mana, pokoknya ku ubek-ubek nggak nemu. ayo siapa penasaran sama kekonyolan mereka, baca di 👇👇
Judul : Mendadak Nikah
Author : nunuk pujiati
Setelah dinyatakan meninggal, jenazah Vano kini mulai di mandikan, oleh pihak rumah sakit. Sedangkan keadaan Dira, dia sangat terpuruk hingga pingsan berkali-kali.
Setelah selesai di mandikan, jenazah Vano langsung di kafan ni. Setelah selesai, jenazah Vano langsung disholatkan. Semua orang rumah sakit, ikut serta menyolatkan jenazah Vano.
Setelah selesai, jenazah Vano langsung dimasukkan kedalam keranda dan dimasukkan kedalam ambulance. Dira sebenarnya tak kuat, tapi Dira juga ingin berada di samping jenazah suaminya.
"Ma, Dira ikut mobil jenazah saja." pinta Dira.
"Terserah kamu, Sayang." Dira pun langsung memasuki mobil jenazah, Dira duduk persis di depan keranda Vano. Hati Dira sangat hancur, ingin sekali Dira memeluk suaminya, tapi semua tak bisa dilakukan lagi. Karena tubuh suaminya, sudah terbujur kaku dan diselimutin kain kafan.
"Ma, aku ikut Dira. Aku takut dia pingsan lagi, aku gak mau nanti terjadi apa-apa."
"Iya, tolong jaga Dira. Dia sangat terpukul, aku tau dia hanya mencoba tegar saja." jelas Dinda. Namun Fani terlihat sangat tak setuju dengan usul Arya, karena Fani sangat cemburu jika Arya dekat dengan Dira.
"Gak bisa, Arya kamu ikut aku di mobil. Aku gak mau kamu dekat-dekat dengan Dira, ayolah dia pasti kuat." protes Fani. Namun dengan cepat Arya langsung melotot, karena perkataan Fani benar-benar tak sopan.
"Bicara sekali lagi, aku robek mulutmu. Yang meninggal ini adalah adikku, dan kenapa kamu melarang aku melakukan semua ini!" bentak Arya. Arya sangat kesal dan berapi-api, Arya benar-benar gak terima dengan perkataan Fani barusan.
"Sudah, jangan ribut. Cepat masuk ke ambulance, agar Vano segera dimakamkan." Arya pun langsung mengangguk. Fani sangat kesal, saat Arya benar-benar masuk kedalam ambulance bersama Dira. Sungguh hati Fani sangat kesal, dan ingin menyingkirkan Dira dari keluarga, Wiguna.
****
Pemakaman Vano akhirnya pun telah selesai. Dira yang masih sangat terpukul hanya bisa menangis, sambil memeluk foto pernikahan mereka. Bahkan pandangan Dira juga kosong, seperti orang yang tak punya jiwa.
Raga Dira memang berada di sini, namun nyawanya entah kemana. Dira bagaikan orang gila, yang duduk di kamar sambil menangis namun, kadang kala dia tertawa tak jelas.
"Dira, makan dulu. Kamu belum makan dari kemarin, nanti kamu sakit kalau terus-terusan begini," ucap Arya. Dengan sangat telaten, Arya membawakan makanan untuk Dira. Bahkan sampai rela membawa, nampan yang berisikan makanan dan minuman.
"Dira gak lapar, Kak," balas Dira. Bahkan Dira berbicara tanpa melihat Arya, tatapan Dira masih tetap sama ke arah jendela kamarnya.
"Dira jika Vano tau kamu kayak gini, dia pasti tak akan tenang. Apa kamu mau Vano bersedih dan merasakan sakit lagi, karena melihat mu yang begini?" tanya Arya. Sedangkan Dira langsung menggeleng, tanda tak mau jika Vano merasakan sakit lagi.
"Kalau gitu, makanlah sedikit saja.
Kamu gak ingat kata dokter, jika lambung mu kambuh lagi, akan sangat berbahaya. Jadi lebih baik kamu makan ya, walau sedikit." bujuk Arya. Arya tak mau jika, Dira sampai sakit lagi.
"Baiklah, Kak." jawab Dira. Setelah itu rya mencoba menyuapi Dira dengan telaten, walau terkadang Dira menolak, namun Arya tetap memaksa agar perut Dira terisi dengan makanan.
"Ikhlaskan, Vano. Dia pasti sudah bahagia di sana, dan Vano juga tak merasakan sakit lagi." Arya berusaha menenangkan Dira, yang masih saja terpuruk.
"Aku akan, mencoba Kak. Walaupun sulit, aku akan mencobanya." Dira pun tersenyum tipis. Namun tak lama setelah itu, Fani datang dengan wajah yang sangat kesal.
"Sayang, ayo kebawah. Om dan Tante, memanggil kalian berdua. Kalian berdua di suruh cepat, keruang tamu," ucap Fani. Sebenarnya Fani ingin sekali marah, tapi Fani sadar ini belum waktu yang tepat.
"Tunggu sebentar, aku mau merapikan rambut Dira. Nanti aku menyusul mu, Sayang," ucap Arya lembut. Sedangkan Fani hanya bisa mengangguk, ingin rasanya dia mengumpat tapi tak bisa.
"Kak, aku bisa menata rambutku. Lebih baik Kakak turun dulu, aku juga gak enak dengan, Kak Fani," ucap Dira. Dira sangat tau jika Fani sangat cemburu, dan Dira gak mau sampai mereka bertengkar.
"Fani, bukan orang yang seperti itu. Sudahlah, sini aku tata rambutmu. Aku sangat gemar, menata rambut. Namun sayangnya, aku tak memiliki adik perempuan." jelas Arya. Dira tak bisa menolak permintaan Arya, akhirnya dia membiarkan Arya menata rambutnya dan terlihat Arya mengepang rambut Dira dengan telaten.
***
Setelah selesai menata rambut Dira, mereka langsung turun kebawah dan menuju ruang tamu. Semua keluarga Vano, juga ikut berkumpul di ruang tamu. Bahkan di sana juga ada pengacara kepercayaan Vano juga.
Sebenarnya yang menyuruh berkumpul, bukanlah Dinda dan Ryant, melainkan pengacara Vano lah yang menyuruh mereka berkumpul.
"Baiklah, karena semua sudah berkumpul, jadi saya akan memulai membacakan surat wasiat dari Saudara Vano wiguna. Surat ini beliau buat, lima bulan yang lalu, sebelum Pak Vano menikah dengan Bu Dira." terang pengacara. Sedangkan semua orang hanya bisa diam, dan memandang pengacara tersebut.
"Sebenarnya, aku malas menghadiri ini. Aku gak butuh wasiat, yang ku butuh hanya Vano. Jadi lebih baik saya pergi dari sini," ucap Dira yang memotong perkataan pengacara. Setelah itu, Dira bergegas ingin meninggalkan ruang tamu dan kembali ke kamarnya.
"Ini ada hubungannya dengan anda, jadi saya harap anda bisa ikut serta. Karena jika Ibu tak ada, saya gak bisa membacakan surat wasiat ini." jawab pak Lukman.
"Sayang, Mama mohon, dengarkan sebentar saja." pinta Dinda. Akhirnya mau tak mau, Dira terpaksa kembali duduk dan mendengarkan semuanya.
"Oke,karena semuanya sudah ada, maka saya umumkan sekarang. Saya selaku pengacara pribadi pak Vano, mau menyampaikan surat wasiat dari pak Vano untuk Bu Dira dan Pak Arya" setelah itu pengacara memberikan surat tersebut kepada, Dira dan Arya. Dengan sangat cepat Dira dan Arya langsung mengambil surat itu, dan ingin langsung membukanya.
"Jangan di buka dulu, itu nanti saja kalian bacanya. Sekarang saya mau membacakan surat wasiat pak Vano, yang sesungguhnya." Dira dan Arya langsung mengurungkan niat nya, dan kembali menyimak perkataan pak Lukman.
SAYA YANG BERTANDATANGAN DI BAWAH INI.
NAMA: VANO WIGUNA
TEMPAT/TANGGAL LAHIR: JAKARTA-21-10-XXXX
UMUR: 28 TAHUN
ALAMAT: XXX
DENGAN SURAT INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SAYA MEMBERIKAN ATAU MENGANGKAT ISTRI DAN KAKAK SAYA SEBAGAI AHLI WARIS SAYA YANG BERNAMA
DIRA LARASATI, JAKARTA-11-09-XXXX
ARYA WIGUNA, JAKARTA-11-09-XXXX
MEREKA ADALAH SAH AHLI WARIS SAYA, UNTUK PENGANGKATAN SEBAGAI BERIKUT
RUMAH DI KOMPLEKS XXX
BEBERAPA ASET PERUSAHAAN ACV GRUB 3. TABUNGAN BERJUMLAH 4.000.000.000 (EMPAT MILIYAR RUPIAH)
DAN HARTA SAYA AKAN DIKELOLA OLEH ISTRI DAN KAKAK SAYA, DAN INI BERLAKU JIKA MEREKA MENIKAH. JIKA SALAH SATU ATAU KEDUANYA MENOLAK MAKA SELURUH ASET DAN UANG SAYA AKAN SUMBANG KAN KE YAYASAN ANAK YATIM PIATU.
JAKARTA-23-02-XXXX
"Itulah isi surat wasiat pak Vano. Disini pak Vano memberi waktu untuk kalian hanya enam bulan, dan sebelum enam bulan kalian harus sudah menikah," ucap pak Lukman. Sedangkan semua orang langsung terkejut, dan tak menyangka Vano akan membuat wasiat seperti itu.
"Apa-apaan ini? Sayang kamu gak akan menerima wasiat, adikmu kan? Lagian ini juga gak masuk akal, mau meninggal saja kenapa harus membuat wasiat sekonyol itu!" ucap Fani yang kesal. Sedangkan Arya tak terima dengan perkataan Fani, dengan sangat cepat Arya melayangkan sebuah tamparan.
Plaakkkk...
"Jaga ucapanmu Fani! Vano adalah adikku, bagaimana bisa kamu bicara seperti itu!" bentak Arya. Arya sangat kesal, dan marah saat Fani berkata seperti itu.
"Kamu berani memukul ku?" tanya Fani dengan kesal. Fani sangat marah, karena Arya menampar nya dengan keras.
"Sudah, cukup. Jangan bertengkar, semua keputusan ada di tanganmu dan Arya. Kalau Mama ikut saja, karena ini juga butuh proses," ucap Dinda. Sebenarnya Dinda juga terkejut, tapi setelah itu Dinda menjadi senang karena Arya lebih baik mendapatkan Dira dari pada Fani.
"Dira lebih memilih harta Vano di sumbangkan, Ma. Dira gak mau nikah sama kak Arya, sungguh Dira tak bisa melakukan itu." jawab Dira.
"Sama, Arya juga memilih harta Vano di sumbangkan, karena Arya gak bisa menikahi Dira," ucap Arya. Bagaimana pun juga, Arya gak bisa melakukan itu. Sedangkan Fani langsung bernafas lega, karena Arya dan Dira menolak semuanya.
"Kalian fikirkan kembali dengan matang-matang. Waktu kalian hanya enam bulan, dan saat itu kalian harus memiliki jawaban yang tepat." jelas pak Lukman. Setelah itu, pak Lukman memutuskan untuk undur diri.
***
Setelah pak Lukman pergi, Dira langsung kembali ke dalam kamarnya dan mendudukkan dirinya di samping ranjang. Dira memandang surat yang diberikan Vano, dan perlahan-lahan dia membuka surat itu.
TERUNTUK ISTRIKU
HAI SAYANG. JIKA KAMU SUDAH MEMBACA SURAT INI BERARTI AKU SUDAH BERADA DI SURGA, SAMBIL MENATAP DIRIMU DARI LANGIT.
AKU TAU KAMU SEKARANG JUGA LAGI MARAH KAN SAMA AKU? KARENA TELAH MENYEMBUNYIKAN SEMUA PENYAKITKU DARIMU. JIKA IYA, AKU MINTA MAAF KARENA MEMBUATMU KESAL KARENA KEBOHONGAN KU.
KAMU TAU SAYANG. SAAT AKU MENGETAHUI PENYAKIT KU INI, SAAT ITU JUGA AKU HANCUR. BAHKAN AKU BARU TAU SAAT KANKER YANG KU DERITA, SUDAH STADIUM AKHIR.
BAHKAN DOKTER MEMVONIS AKU AKAN BERTAHAN HIDUP, GAK SAMPAI SATU TAHUN. AKU HANCUR SAAT ITU JUGA, KARENA IMPIAN-IMPIANKU SEPENUHNYA BELUM TERWUJUD.
SEBAB ITU AKU MEMPERCEPAT PERNIKAHAN KITA, KARENA AKU INGIN MENINGGAL SAAT STATUS KU SUDAH MENJADI SUAMI MU. DAN KAMU PERNAH BERTANYA KENAPA AKU BELUM MAU MENYENTUHMU BUKAN! INILAH ALASAN KU SAYANG.
AKU BUKAN JODOHMU. JADI AKU TAK BERHAK MENGAMBIL KESUCIANMU, CUKUP KAMU MENJADI ISTRI VANO WIGUNA SAJA, ITU SUDAH SANGAT MEMBUATKU BAHAGIA DI AKHIR HAYATKU.
DAN ADA SATU LAGI, SELAMA AKU MENIKAH DENGANMU, ADA RASA TAKUT DI HATIKU. TAPI BUKAN RASA TAKUT AKAN KEMATIANKU, TAPI TAKUT AKAN KAMU. AKU BERFIKIR SETIAP HARI JIKA AKU PERGI SIAPA YANG AKAN MENJAGAMU DISAAT AKU TIDAK ADA?
NAMUN SETELAH AKU FIKIRKAN BERULANG-ULANG, KAK ARYA LAH YANG BISA MENJAGAMU. JADI AKU MOHON SETELAH AKU TIDAK ADA, MENIKAHLAH DENGAN KAKAK AGAR AKU MERASA TENANG.
JIKA KAMU MENOLAK SEMUA APA YANG KU INGINKAN, SAMA SAJA KAMU MEMBUAT AKU TAK TENANG DI ATAS SANA. JADI AKU MOHON MENIKAHLAH DENGAN KAK ARYA, INI ADALAH PERMINTAAN TERAKHIRKU SAYANG. APA KAMU SETEGA ITU MENOLAK NYA?
KUHARAP KEPUTUSANMU ADALAH MENERIMA SEMUANYA, KARENA AKU VANO WIGUNA, SUAMIMU TAK AKAN TENANG JIKA KAMU BELUM MENIKAH DENGAN KAK ARYA.
SALAM MANIS,KECUP RINDU DARI AKU SUAMIMU.
Dira pun langsung menangis sesegukan, saat membaca surat dari mendiang suaminya. Sungguh Dira bingung dengan semuanya, dan membuat Dira semakin kalut dalam kesedihan.
"Kenapa kamu memberi aku pilihan yang sangat sulit, Vano. Apa kamu tak berfikir, bagaimana aku bisa menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku cintai," ucap Dira sambil menangis. Dira benar-benar bingung, dan tak tau harus melakukan apa.
"Terus jika aku mau, apakah kak Arya akan terima? Terlebih lagi dia sudah memiliki kekasih, sungguh kamu menempatkan aku di antara jurang dan api Vano." Dira semakin menangis, dan memikirkan semuanya di dalam kamar. Dira ingin menenangkan semua fikirannya dulu, dan melupakan wasiat itu.
.
.
.
Happy Reading
Sedangkan Arya, kini sedang merenungi permintaan Vano, dan memikirkan apa yang haru Arya lakukan. Arya benar-benar bingung, harus berbuat apa?
"Vano kamu adalah adiku, yang paling bodoh. Bagaimana kamu bisa, membuat wasiat seperti itu? Kamu membuat aku bingung, Dek." gerutu Arya sambil memandang surat yang di berikan Vano. Namun tak lama setelah itu, Fani datang dengan suara yang sedikit marah.
"Sayang, aku harap kamu gak akan tergiur warisan itu. Jika sampai kamu menerima itu, terus nasip aku bagaimana?" tanya Fani. Fani sudah merasa nyaman dengan Arya, dan dia gak mau sampai kehilangan orang yang dia cinta lagi.
"Bisakah kamu diam, dan tak membahas ini dulu? Kepalaku masih sakit, karena memikirkan ini semua. Lebih baik kamu pulanglah dulu, biar pak Iwan yang mengantarmu pulang," ucap Arya dengan nada sedikit meninggi. Arya sudah sangat pening dengan masalahnya, tapi Fani membebani semuanya.
"Aku mau pulang, tapi diantar kamu. Kamulah kekasihku, bukan pak Iwan," ucap Fani. Fani sengaja mengatakan hal, itu agar Arya sadar jika masih ada dirinya.
"Status kamu masih kekasih saja sudah berani gini, apa lagi nanti saat kamu menjadi istriku!" bentak Arya. Dan setelah itu Arya melihat mata Fani mulai berkaca-kaca, dan membuat Arya merasa iba.
"Maafkan aku, Fani. Aku mohon, mengerti sedikit keadaan ku. Aku butuh waktu untuk menyendiri," ucap Arya sambil mengelus rambut Fani.
"Baiklah, aku akan pulang dengan pak Iwan." Setelah itu Fani langsung pergi, tanpa mengucapkan sesuatu.
"Inilah yang tak aku suka Fani, kamu terlalu pencemburu, dan kekanak-kanakan. Kamu juga mau menang sendiri. Tapi tak bisa aku pungkiri, jika aku mulai mencintaimu." gunam Arya. Setelah itu, Arya kembali duduk di tepi ranjang dan membuka surat dari sang adik. Perlahan-lahan, Arya membuka selembar surat yang ditujukan untuk dirinya itu.
TERUNTUK KAKAKKU
HAI KAK, MAAF TELAH MEMBUATMU BINGUNG DAN MARAH. MAAF JUGA TELAH MERAHASIAKAN PENYAKIT KU INI, TAPI SEMUA AKU LAKUKAN, AGAR KALIAN TIDAK BERSEDIH ATAU MENGASIHANI AKU.
AKU MEMANG SALAH KAK. TAPI JIKA KAMU ADA DI POSISIKU, PASTI AKAN MELAKUKAN HAL YANG SAMA. AKU INGIN MEMBUAT SEMUA ORANG YANG AKU CINTAI, MERASAKAN KEBAHAGIAAN SEBELUM AKU PERGI UNTUK SELAMA-LAMANYA.
AKU TITIP MAMA DAN PAPA, JANGAN PERNAH BUAT MEREKA BERSEDIH. AKU SEKARANG TAK BISA MEMBAHAGIAKAN MAMA DAN PAPA LAGI, JADI AKU WAKILKAN SAMA KAKAK. DAN AKU JUGA TITIP DIRA, TOLONG JAGALAH DIA UNTUKKU, TOLONG GANTIKAN AKU UNTUK MENCINTAINYA, TOLONG BERI KEBAHAGIAAN UNTUK DIRA. HANYA KAMU KAK, SATU-SATUNYA ORANG YANG AKU PERCAYA.
AKU MOHON MENIKAHLAH DENGAN DIRA. AKU MOHON KABULKAN PERMINTAAN TERAKHIR KU KAK, SEMUA ASET-ASETKU SUDAH KU SERAHKAN KEPADAMU DAN DIRA. TOLONG RAWAT DENGAN BAIK SEMUANYA, DAN SATU LAGI DULU SAAT AKU MASIH SEHAT AKU SELALU MENYUMBANGKAN UANG KE YAYASAN PANTI ASUHAN ASIH. SETIAP BULAN AKU SELALU KESANA UNTUK MEMBERI MEREKA BANTUAN, UNTUK ANAK-ANAK PANTI.
KARENA AKU TAK LAGI BISA KESANA, JADI AKU MOHON DATANGLAH KE PANTI SETIAP DUA MINGGU SEKALI. ANAK-ANAK DI SANA BERGANTUNG DENGANKU KAK, JADI AKU MOHON SAMPAIKAN PERMINTAAN MAAF KU KARENA TAK BISA LAGI KE SANA DAN TAK BISA BERCANDA LAGI.
KU HARAP KAKAK BISA MENGABULKAN PERMINTAAN TERAKHIRKU, KARENA JIKA KAKAK MENOLAK, AKU TAK AKAN TENANG DI SANA KAK. JADI AKU MOHON TERIMALAH PERMINTAAN KU INI, MENIKAHLAH DENGAN DIRA. AGAR AKU TAK SIA-SIA MELAKUKAN INI SEMUA.
Seketika air mata Arya langsung menetes, Arya benar-benar menjadi bimbang dan bingung. "Aku harus bagaimana? Disatu sisi, aku tak bisa melepaskan Fani, tapi disisi lain, aku harus menepati janjiku pada Vano. Kenapa kau berikan aku cobaan seperti ini, ya Allah." teriak Arya.
"Jika aku menepati janjiku pada Vano, apakah pernikahan ini akan berhasil tanpa adanya cinta, di antara aku dan Dira?" gunam Arya. Arya yang semakin bingung, akhirnya memilih untuk tidur dan menenangkan otaknya itu.
"Vano, kamu membuat Kakak gila."
****
Pagi harinya Dira bangun lebih awal, dan menyiapkan sarapan pagi untuk mertua dan kakak ipar nya. Walaupun hati Dira hancur, tapi Dira tak akan melupakan tanggung jawabnya sebagai menantu didalam rumah itu.
Bahkan semua makanan pun sudah tersaji dengan rapi, di atas meja. Bebagai menu makan Dira masak, karena memang Dira gemar memasak. Setelah selesai menata makanan, Dira bergegas memanggil semua orang, agar segera melakukan sarapan pagi. Dengan cepat Dira menuju kamar mertuanya, dan segera mengetuk pintu kamar Dinda dan Ryant.
"Ma, sarapan sudah siap. Dira tunggu di luar ya?" ucap Dira sambil mengetuk pintu kamar Dinda.
Cklek..
"Dira, kamu sudah bangun Nak?" ucap Dinda dengan lembut.
"Iya Ma, sarapan juga sudah siap. Ayo kita makan, Ma." ajak Dira. Setelah itu,m Dinda langsung memeluk tubuh Dira, dan di cium kening Dira.
"Kamu memang menantu Mama, yang paling baik, Sayang. Walaupun kamu masih sedih, tapi kamu tak melupakan tugas mu. Semoga kamu bisa memikirkan permintaan Vano, dan Mama gak akan kehilangan menantu sebaik kamu Nak," ucap Dinda. Dinda sangat menyayangi Dira, dan tak mau sampai kehilangan Dira.
"Papa juga berharap, kamu tetap menjadi menantu Papa. Karena hanya kamu yang bisa membuat Papa, semangat hingga bisa berjalan lagi," ucap Ryant. Sebelum Dira menjadi menantu di keluarga Vano, Ryant mengalami kelumpuhan akhibat kecelakaan. Namun setelah Dira masuk kedalam keluarga Vano, Dira selalu bersemangat melakukan terapi kepada Ryant, hingga saat ini Ryant bisa berjalan walau masih menggunakan tongkat.
"Dira tetap menantu Mama dan Papa walaupun, Vano sudah tiada. Jadi Dira tak perlu menikah dengan kak Arya, Dira tetap menantu kalian," jawab Dira dengan memaksakan senyuman manis di bibirnya.
"Sudah ah, jangan bahas ini lagi. Ayo cepat ke ruang makan, nanti makanannya jadi dingin. Dira mau memanggil kakak dulu, Papa dan Mama duluan saja." Dira berusaha mengalihkan pembicaraan, karena Dira gak mau membahas masalah wasiat Vano terus.
"Maaf Dira, sungguh Dira belum bisa mengambil keputusan ini. Menurut Dira ini terlalu terburu-buru, karena masih banyak waktu untuk memikirkan ini semua." gunam Dira dalam hati.
"Baiklah, kami tunggu kamu di meja makan. Jangan lupa, suruh Arya cepat turun." balas Ryant. Setelah itu, Dira langsung bergegas memanggil Arya.
Saat Dira sampai didepan kamar Arya, Dira langsung mengetuk pintu kamar Arya. Namun tak ada balasan dari Arya, yang membuat Dira jengkel.
"Kak." Dira terus memanggil Arya, Namun tak ada balasan dari Arya.
"Kak, ayo kita makan!" teriak Dira. Dira berkali-kali mengulang perkataannya, karena takut Arya mendengar teriakkan Dira.
Dira yang merasa jengkel, akhirnya mencoba membuka pintu kamar Arya, dan ternyata kamar Arya tak di kunci. Dira memang sudah sering masuk kedalam kamar Arya, karena harus membersihkan kamarnya. Sebab itu, Dira tanpa canggung masuk kedalam kamar sang kakak ipar, karena memang sudah terbiasa.
"Dira masuk ya, kak." teriak Dira. Setelah itu, Dira masuk perlahan-lahan dan melihat sekeliling.
"Jelas aku panggil-panggil, gak ada yang jawab. Ternyata yang punya kamar gak ada, kemana gerangan orang ini? m" setelah itu Dira memandang seluruh kamar Arya, dan sedikit melotot melihat isi kamar Arya.
"Berantakan lagi!" dengan sangat cepat, Dira mengambil semua pakaian kotor Arya, dan tak lupa dengan gerutuan Dira yang ketus.
"Baru dua hari saja aku tak membersihkan kamar ini, tapi sekarang sudah seperti kapal pecah. Ya Allah, apa saja yang di lakukan orang ini hingga kamar nya seperti ini?" Dira pun meraih semua baju-baju kotor itu, dan segera pergi. Namun saat Dira berbalik badan, Dira bertabrakan dengan seseorang hingga membuat baju yang dia pegang terjatuh.
"Aduh!" pekik Dira.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Arya. dan setelah itu, Arya berniat membantu dira berdiri. Namun tak jadi, karena Dira langsung terkejut.
"Astaghfirullah!" Dira pun langsung menutup kedua matanya, dan itu membuat Arya bingung.
"Kamu kenapa begitu, seperti melihat hantu saja," ucap Arya sedikit kesal, karena tak terima dengan expresi Dira saat melihatnya.
"Aku bukan takut karena melihat hantu, tapi aku terkejut denganmu. Bagaimana bisa, kamu menghampiri ku dengan bertelanjang dada dan hanya memakai handuk untuk menutupi badanmu!" oceh Dira dengan mata tertutup. Sedangkan Arya langsung tersadar, jika dia salah.
"maaf aku baru selesai mandi, dan saat aku keluar dari kamar mandi. Aku melihat kamu bersih-bersih, niat ingin menyapa tapi, kamu sudah menabrak ku terlebih dulu," ucap Arya sambil memakai baju.
"bukalah matamu, aku sudah berpakaian lengkap." Dira pun langsung membuka mata dengan perlahan, karena takut Arya berbohong.
"Kalau gitu akau pergi dulu," ucap Dira. Setelah itu Dira memungut baju-baju Arya, dan bergegas pergi. Namun saat sampai di depan pintu, Dira baru sadar tujuan nya ke sini untuk memanggil Arya.
"Kak sarapan sudah siap, Mama dan Papa juga sudah menunggu di bawah." Arya hanya menganggukkan kepala, saat Dira berkata seperti itu.
Sedangkan di ruang makan, Dinda dan Ryant menunggu kehadiran Dira dan Arya. Mereka sudah menunggu 10 menit, tapi mereka tak kunjung turun.
"Dira lama sekali memanggil Arya," ucap Ryant sambil membolak-balikan makanannya.
"Biarkan saja, Pa. Mungkin mereka sedang diskusi tentang pernikahan mereka," ucap Dinda dengan terkekeh.
"Semoga saja mereka mau menikah, lagian Papa juga tak suka dengan si Fani. Dia sangat kasar, Papa gak suka." jelas Ryant.
"Sama, Mama juga gak suka sama Fani. Cuma Mama gak bisa berbuat apa-apa, karena Papa tau sendiri jika Arya sangat mencintainya." Dinda pun mendengus sebal, saat mengingat perlakuan Fani yang kurang ajar kepada Ryant.
"Asal Papa tau, Mama masih marah sama Fani karena sempat teledor menjaga Papa. Untung saja Dira datang, kalau tidak pasti Papa sudah meninggal di dalam kolam renang." Dinda mulai mengepal kan tangan, saat mengingat semuanya.
"Sudah jangan ingat-ingat kejadian itu, Papa gak mau mengingat kejadian itu lagi Papa takut," ucap Ryant. Sedangkan Dinda langsung mengelus pundak Ryant, dan menenangkan suaminya itu.
"Maaf, Mama gak sengaja mengingat Papa tentang kejadian itu. maafkan Mama ya, Pa." Ryant pun menganggukkan kepala dan mencium kening Dinda dengan lembut.
"Ehem," deham Arya yang baru datang. Arya sangat iri, dengan kemesraan orang tuanya itu. Walaupun sudah tua tapi masih romantis, dan harmonis.
"Apa!" balas Dinda dengan ketus.
"Mama galak sekali sama Arya. Arya merasa seperti anak tiri, karena mama selalu saja ketus sama Arya." protes Arya. Sedangkan ryant, hanya tertawa dengan ucapan anak nya itu.
"Lagian kamu ganggu orang aja." gerutu Dinda.
"Eh, mana Dira? Kenapa hanya kamu yang turun, dia kemana?" tanya Ryant sambil menoleh kesana kemari.
"Dira lagi bersihin kamar Arya, dia bilang bentar lagi turun." jawab Arya dengan santai.
"Lebih baik cepat nikahin Dira, agar Mama cepat dapat cucu. Mama rasa rumah ini terlalu sepi, dan tugas kamu memberikan cucu untuk kami," ucap dinda. Arya pun langsung menghembuskan nafas dengan kasar, Arya sangat tak suka jika saat makan membahas sesuatu yang penting.
"Ma, Arya gak bisa menikah dengan Dira. Kalau Arya menikah dengan Dira, terus Fani bagaimana?" tanya Arya dengan sorot mata yang lelah.
"Fani buang aja ke laut" Ryant dan Arya pun langsung melotot, saat Dinda berucap seperti itu. Sedangkan Dira juga ikut terkejut saat mendengar perkataan Dinda, Dira semakin merasa bersalah dan ingin segera pergi dari rumah suaminya agar tak menambah masalah.
"Apa aku, pergi saja ya?"
.
.
.
Happy Reading
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!