Happy reading..
Seorang lelaki berahang tegas dengan mata elangnya yang memiliki sorot tajam siap merobek lawannya. Urat-urat tangannya pun menyembul di permukaan kulit, seiring dengan cengkraman erat pada setir bundar mobil SUV silver yang melaju kencang di atas aspal hitam.
Kuda besi yang dikemudikan pria tampan itu masih tetap melaju kencang menembus jalanan berbaur angin sepoi-sepoi yang menemani malam. Sunyi sepi hanya deru mesin mobil yang menemani. Jangan ditanya lagi bagaimana ekspresi wajahnya saat ini.
Suasana terasa tegang di dalam mobil SUV silver yang dikendarai Sagara sang pemilik kendaraan.
"Aduh Cin, aku masih ingin hidup! Ngopi-ngopi santai, Cin!" omel Dahlan, sobat kental Sagara sekaligus Managernya yang bergenre Janeta (sejenis double klip Jantan Betina).
"Berisik!" jari kokoh Sagara menyentil jidat sang Manager.
"Sakit, Cin!" pekik Dania.
"Makanya DIAM DAHLAN!" bentak pria tampan yang sudah diliputi emosi tinggi.
"DANIA, Cin! DANIA! NO DAHLAN! YOU KNOW!" Pria kemayu yang duduk di kursi penumpang samping kursi kemudi itu memonyongkan bibirnya hingga berbentuk lancip.
"Nggak usah monyong itu bibir, tambah jelek kayak brutu ayam!" oceh Sagara tanpa melihat ke arah muka Dania.
"Muka cantik bagaikan Dewi-dewi di kayangan gini, dikatakan brutu ayam!" sewot Dania seraya memutar bola matanya, malas.
"Berhenti ngoceh atau turun di sini!" suara bariton Sagara mulai memenuhi dalam mobil.
"Ampun, Cin! Siap 69!" seketika Dania menutup mulutnya yang omes agar tidak keceplosan ngomel terus menganggu konsentrasi Bos nya.
"** 1*! Sialan! Kemana perginya si Belinda!" Sagara memukul stir bundar nya.
Dua mobil yang terlibat adegan kejar-kejaran. Saling menyalip ingin menangkap basah penumpang mobil yang berada di depannya. Namun, sayang usahanya gagal gara-gara fokusnya terpecah dengan suara cempreng wanita jadi-jadian yang sedari tadi mengeluarkan sumpah serapahnya pada laki-laki tampan yang duduk di belakang kemudi. Ya, Sagara Bumi Samudera pria tampan yang lagi mengejar mobil kekasihnya bersama selingkuhannya.
GATOT!
Belum sempat niatnya terlaksana, mobil SUV silver yang dikemudikan Sagara berhenti mendadak.
Cekiiiiiiitttttt Bragggg
'Tuhan jika takdir hidupku menyakitkan, lebih baik aku pergi!'
Seorang gadis mengenakkan mini dress berwarna merah maroon, terlihat berdiri di pinggir jembatan. Gadis dengan surai yang tergerai sebahu tertiup angin melambai. Memejamkan mata, pupus sudah harapannya. Gadis yang tak pernah jatuh cinta pada lawan jenisnya semasa sekolah. Dia hanya patut pada kedua orang tua nya, hingga saat dia mengetahui bahwa laki-laki yang dijodohkan dengannya telah berselingkuh dengan saudara sepupunya.
"Maafkan, Maidina. Ma, Pa! Maidina belum bisa buat bahagia kalian, belum bisa mengabulkan permintaan Mama, Papa! Aku tak sanggup jika dia berkhianat! Aahhh...!" teriak Maidina pasrah atas kematiannya. Sudah tak ada lagi harapan untuknya hidup setelah ini.
Gadis itu memejamkan mata rapat, hanya buliran kristal yang mengalir di kedua sudut mata nya yang indah, hingga hilang terbang terbawa angin malam.
'Terima aku, Ya Alloh. Aku tak mau jadi arwah gentayangan yang ingin mencekik leher Robby dan Maria!'
Tubuhnya terasa melayang, ringan terbang semakin meluncur bebas jatuh hampir menghantam aspal hitam yang dingin.
Tapi..
Kenapa tubuh Maidina tak terhempas di aspal, melainkan melayang.
'Ya Alloh, apakah aku sudah mati? Aku melayang? Terbang? Siapa dia?'
Maidina membuka sedikit matanya. Ia melihat wajah tampan yang diterangi cahaya rembulan malam, sangat memukau hatinya.
"Ahhh! Apa dia malaikat pencabut nyawa? Ataukah jodoh yang dikirim oleh Alloh dari Surga untukku? Ohh.. Tampan sekali!" teriak Maidina ketakutan bercampur dengan rasa kekaguman.
"Kita terbang ke mana?" lirih Maidina panik sambil memejamkan matanya kembali.
"Ke Surga!" suara merdu menggema di rungu Maidina, seakan menghipnotis otak gadis itu.
Hingga secara reflex gadis itu merangkulkan kedua lengan ke leher kokoh pria tampan yang menggendongnya.
"Surga?" tanya Maidina tak percaya. Gadis itu ingin membuka kelopak matanya, tapi rasa takut atas kenyataan bahwa dirinya sudah mati, mengurungkan niatnya.
"Ya, Surga. Tetaplah pejamkan matamu. Nanti saatnya kamu membuka mata, jika kita sudah berada di Surga."
"Surga? Kau Bidadara Surga?"
Suara lembut yang mengalun dari bibir sexy pria tampan itu, benar-benar menghipnotis pikiran Maidina. Dia memejamkan mata rapat-rapat. Berharap pria tampan yang diyakini jodohnya yang dikirim oleh Alloh untuknya. Karena dia bukan Superman yang bisa terbang untuk menyelamatkan seseorang seperti yang ada di film-film biasa dia lihat.
"Semoga dia adalah jodohku. Jodohku!" gumaman gadis itu, seolah mantra yang terucap dari bibir ranumnya.
*
*
*
"Aargh!"
Mengusap wajah resah, seraya menelan salivanya kasar. Sagara lantas kembali menatap gadis cantik yang masih saja memejamkan matanya rapat. Semakin lama dipandang semakin tak membosankan. Itulah pikiran Sagara saat ini. Masalah perselingkuhan Belinda yang terendus oleh Sagara menguar begitu saja dalam pikirannya, tergantikan oleh wajah teduh Maidina.
Tak ada emosi lagi yang terlihat di wajah tampannya, senyum tipis terbit di sudut bibirnya.
'Sialan! Kenapa aku yang jadi salah tingkah begini?' gerutunya sambil mengacak-acak rambut hitamnya frustasi.
Ya Tuhan.
GILA!
What happen?
Sagara menarik nafas panjang. "Astagfirullah, kuatkan imanku, Ya Alloh," Sagara menekan nada bicaranya.
Walaupun dunia entertainment yang digeluti selama ini telah menyuguhkan surga dunia di depan matanya. Tapi, Sagara tidak menganut pacaran dengan s3x bebasnya. Gaya pacarannya masih dalam taraf biasa saja, hingga dia dijuluki oleh teman-teman seprofesi nya. Pria Jadul!
Sedangkan pikiran alam bawah sadar Maidina terbang melayang menikmati mimpinya.
Gadis itu semakin merapatkan pelukannya ke dalam dada pria tampan yang menjadi jodohnya. Menghirup bau parfum yang menguar dari tubuh pria yang membawanya terbang.
Jari jemari Maidina merayap ke dada Sagara. Membuat dirinya terkesiap.
Ia mengigit bibirnya kuat. Menahan jantungnya yang berdegup kencang. Napasnya memburu, ia berusaha melepaskan pelukan kuat sang gadis yang tak dikenalnya itu, yang membuat tubuhnya bergetar hebat.
Deg.
Ya Alloh.
Dug dug dug!
Ini bukan tabuhan genderang perang melawan seribu musuh dalam perang Dunia. Melainkan detak jantung Sagara yang kian tak terkendali akibat tarikan magnit yang kuat dari gadis yang terpejam.
Ooh.. No!
Oh My Good!
Ohh.. Bulat!
Bulat? No, ini lonjong!
Astaga, Ya ampun...
Jangan!
Tidak!
Ini tidak benar!
Lambang keteguhannya seketika berdiri tegak.
Sagara meremas rambutnya frustasi sambil menggeleng pelan.
"TOWER OH TOWER! Pilihanmu pintar sekali!"
Sagara menghela nafas panjang. Berusaha keras menahan sesuatu primitif nya yang sudah terbangun tegak lurus ingin segera ditidurkan kembali.
Pusing! Pening!
Di luar kamar, Dahlan seketika berteriak kencang. "Reaksi pagi hari tidak dapat dibohongi! Cap cus, tancap gas poll!"
Happy reading..
Maidina Aurora, seorang gadis cantik dengan rambut lurus sebahu, hidung lancip dan bibir tipis yang memiliki kulit seputih susu juga tinggi semampai. Tapi penampilannya jauh dari kata modis. Dia anak bungsu dari dua bersaudara. Memiliki keluarga yang sederhana, orang tuanya mempunyai usaha toko kue kecil-kecilan.
Sedangkan kakak cowoknya melanjutkan kuliahnya di Negara Jerman.
Maidina mempunyai kepintaran di atas rata-rata dari mulai sekolah dasar sampai pada sekolah SMA, dia selalu mendapatkan beasiswa. Anugerah terindah bagi Maidina memiliki kelebihan yang tidak merepotkan kedua orang tuanya untuk memikirkan biaya sekolahnya.
Maidina yang sehari-hari selalu berpenampilan tomboy, mendapat julukan dari teman-temannya bodyguard cantik. Padahal setiap matanya mengedip, bulu mata lentik nan tebal yang menurun dari sang Mama turut mengibas membuat pria yang berpas-pasan dengannya selalu mencuri pandang ke arahnya. Tapi bagi Maidina hal itu sudah biasa. Lirikan para pria semenjak dia beranjak ABG selalu tidak dihiraukannya. Dia mengganggap itu hanya gangguan tak kasat mata.
Hingga suatu hari Papanya memberikan kabar padanya tentang perjodohan dengan putra sahabatnya dari kota sebrang. Maidina pun menerima perjodohan itu tanpa membantah sedikit pun, karena dia anak yang sangat penurut pada kedua orang tuanya dan tidak mau mengecewakan keinginan Papa nya.
Dan kini di dalam cafe bernuansa romantis, seorang gadis muda duduk sendiri sedang memandang keluar jendela.
Maidina mempersiapkan penampilannya dari jauh hari karena dia ingin tampil beda di hadapan seseorang yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
Senyuman indahnya terus merekah di bibir ranumnya dan sesekali melihat ke layar ponselnya, dia begitu bahagia karena hari yang bersejarah dalam hidupnya tinggal satu minggu lagi digelar.
Maidina menyesap capuccino yang dipesannya dan tidak terasa dia sudah menghabiskan dua cangkir kopi dan melihat benda bundar yang melingkar di tangan kirinya sudah lewat satu jam lebih dia menunggu pria itu, namun hingga sekarang belum muncul juga.
Perasaannya tak tenang, dia sangat khawatir dengan calon suaminya itu. Takut sesuatu yang buruk terjadi pada Daniel.
Maidina mengirim pesan berkali-kali dan menghubungi ponselnya ratusan kali. Tapi semua pesannya tidak ada satu pun yang dibaca. Juga sambungan teleponnya tak terangkat hingga kini.
Dengan perasaan yang sudah tak menentu, Maidina memutuskan beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan cafe tempat perjumpaannya dengan sang calon suami. Maidina menyalakan mesin mobil dan segera meluncur ke apartemen Daniel.
Maidina mencoba kembali menghubungi ponsel Daniel, tapi tetap saja tidak ada jawaban di sana. Akhirnya Maidina kekeh untuk melajukan kuda besinya itu menuju apartemen Daniel.
Dengan menenteng paper bag yang berisikan cemilan kesukaan Daniel. Maidina berjalan gontai menuju tempat yang dipastikan ada Daniel di sana.
Maidina berdiri tepat di pintu apartemen Daniel. Tertutup rapat, nampak tak berpenghuni dari luar. Segera dia menekan nomor kombinasi untuk membuka pintu apartemen Daniel. Untung saja dia masih mengingat nomor yang pernah diberikan padanya oleh Daniel waktu itu. Pintu lantas terbuka dan segera Maidina masuk ke dalam apartemen Daniel.
Jantung Maidina berdegup dengan kencang. Ia mendengar suara orang lain lagi di dalam kamar Daniel tidak tertutup sepenuhnya. Maidina tidak ingin menduga-duga sendiri, ia takut akan terjadi kesalah fahaman antara dirinya dengan Daniel. Maidina mengayunkan kembali langkahnya semakin dekat dengan pintu kamar Daniel.
Semakin dia dekat dengan kamar Daniel. Semakin terdengar suara yang sangat mengganggunya.
"Ah.. Kak Daniel, lebih cepat! Aku sudah nggak tahan lagi!"
Suara itu sangat familiar di indera pendengaran Maidina. Ya, suara itu adalah milik Keysa saudara sepupunya. Yang selama ini selalu iri dengan apa yang dipunyai oleh Maidina.
Maidina menajamkan kembali pendengarannya takut salah mengira.
Di atas ranjang yang bersprei warna pink. Sangat terlihat jelas aktivitas apa yang sedang dilakukan dua anak manusia yang berbeda jenis.
Daniel yang penuh semangat melakukan aktivitas dengan keringat yang sudah membasahi tubuhnya dengan mengungkung Keysa berada tepat di bawahnya masih dengan segala racauan nikmatnya akibat serangan yang penuh semangat oleh Daniel. Hingga keduanya tidak menyadari bahwa ada seseorang yang tersakiti sedang berdiri di depan pintu kamar menyaksikan drama yang sedang berlangsung.
Kini, jelas sudah suara siapa yang sedari tadi mengganggunya, membuat pusing kepala Maidina seketika. Suara milik Keysa saudara sepupunya juga suara milik Daniel calon suami yang akan mengikat janji satu minggu lagi dengannya.
"Auhh, bisa gila aku. Lebih cepat kak Daniel!" racauan Keysa terdengar manja.
Maidina menitikkan air matanya melihat kedua orang laknat yang saling berbagi keringat di atas ranjang. Kamar yang tampak berantakan karena pakaian yang tercecer di mana-mana.
Tak terasa Maidina terduduk lemas di lantai yang dingin, bibir tipisnya bergetar hebat dan air matanya tak kunjung berhenti. Betapa kecewa dan sakitnya hati Maidina melihat perselingkuhan yang begitu nyata di depannya dengan melakukan hubungan terlarang sebelum mengikat janji yang sangat memalukan.
Dia mencubit lengannya berkali-kali untuk memastikan bahwa ini bukan nyata tapi hanya mimpi. Namun, lengannya merasa panas akibat cubitannya sendiri. Berarti ini benar nyata adanya.
HANCUR!
Saat ini pikiran Maidina sangat kacau, kepalanya terasa pecah. Merasa dunianya seketika hancur. Bagaimana dia harus mengatakan ini semua pada kedua orang tuanya.
Maidina mengambil ponselnya dari dalam tas dan tanpa mengeluarkan suara sama sekali dia merekam adegan yang tak senonoh itu untuk bukti kebejatan dua anak manusia yang tak bermoral, untuk berjaga-jaga bilamana Daniel akan menyangkal perbuatan hina nya yang dilakukan bersama sepupunya.
Racauan kedua insan yang tak tahu malu itu semakin kencang. Mereka saling berpacu untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan dengan keringat yang semakin deras menetes di tubuh masing-masing. Hingga lenguhan panjang keluar dari bibir Daniel mengakhiri adegan yang menjijikkan itu. Kemudian tubuh Daniel ambruk di atas tubuh wanita sang penggoda ulung.
Bugh..
Paper bag yang dilempar oleh Maidina mengenai punggung Daniel, membuat pasangan selingkuh itu terkejut dan menoleh pada asal sumber suara itu.
"Maidina!"
Seketika kepanikan melanda Daniel dan Keysa. Mereka langsung meraih selimut atau sprei yang bisa untuk menutupi tubuh polos mereka.
PANIK!
MALU!
KENAPA MALU?
Maidina tersenyum sinis melihat perlombaan yang sangat unik di depan matanya. Hingga terdengar suara tepokan dari tangan Maidina yang memberikan sebuah applause, bertanda pertunjukan telah selesai.
"Good! Luar biasa permainan kalian mengalahkan artis dalam bidangnya!" bibir Maidina tak berhenti memuji akting yang sangat berbakat dari pasangan mesum itu.
"Jangan salah paham dulu, Maidina!" ucap Daniel bergetar.
"Hahaha.." Maidina tertawa lepas. "Aku tidak salah, Daniel! Yang harus paham itu kalian berdua!" Maidina berkata dengan ekspresi wajah yang penuh dengan tatapan tajam dan dingin ke arah Daniel.
"AKU YANG BODOH! BODOH TERLALU MEMPERCAYAI KALIAN BERDUA!" ucap Maidina dengan memutar lututnya, hendak melangkah keluar kamar.
"Tunggu, Maidina!" pekik Daniel.
Happy reading..
Dengan buru-buru Daniel memakai boxernya, lantas meraih tangan Maidina yang hendak membuka pintu apartemen.
"Maafkan aku, Din. Aku benar-benar khilaf, tidak ada cinta di antara kami. Kejadian itu begitu saja terjadi. Entahlah siapa yang mendahuluinya, tiba-tiba saja kami sudah_," kalimat pembelaan diri yang dilakukan oleh Daniel langsung dipotong Maidina.
"Hahaha.. KHILAF!" Maidina mentertawakan ucapan Daniel begitu keras. "Khilaf yang ke berapa kali, Abang Daniel?" senyum sinis Maidina tiba-tiba berubah tatapan tajam ke dalam netra pria yang berdiri bertelanjang dada di depannya.
Dengan bersusah payah Daniel menelan salivanya, bahkan sangat terasa sudah habis dalam kerongkongannya. Dia tidak menyangka akan melihat calon istrinya semurka ini. Tampak jelas raut wajah Maidina yang merah menyala bak kobaran api yang siap mencabik-cabik mukanya. Tapi tidak berlaku pada diri Daniel. Walaupun jelas-jelas dia sudah melakukan kesalahan berselingkuh dengan Keysa saudara sepupu Maidina.
"Aku hanya manusia biasa, Maidina. Tak luput dari salah dan khilaf!" tutur Daniel yang tetap tidak mau disalahkan.
Sedangkan Keysa memilih menutup dirinya dengan selimut yang hanya memperlihatkan kepalanya saja. Berusaha bersikap seolah-olah dirinya hanyalah sebagai korban yang teraniaya. Bukan seorang pelakor yang jelas telah merusak hubungan Daniel dengan Maidina.
"Ohh, manusia biasa? Biasa melakukan perselingkuhan, begitukah?" tanya Maidina dengan menyipitkan sebelah matanya. "Khilaf, manusia biasa, maaf. Hanya kata itu yang kau punya untuk kau andalkan jadi senjatamu, jika ketahuan selingkuh?" kata Maidina mencibir. "Tapi jika khilaf dan tidak ada cinta di antara kalian! Kenapa kalian tadi saling menikmati! Saling meneriakkan nama masing-masing! Bahkan kalau tidak salah, kalian saling menyebutkan kata sayang, cinta! Berarti itu benar adanya kan!"
"Wajarlah kata-kata itu yang keluar! Kita kan mengekspresikan apa yang kita rasakan, Maidina! Kamunya saja yang tidak bisa berekspresi karena tidak pernah merasakan namanya SURGA DUNIA !" ejek Daniel.
"Ohh, SURGA DUNIA! Top banget! Good!" sahut Maidina.
"Jangan sok munafik!" balas cepat Daniel.
"Siapa yang munafik?"
"KAMU! SOK SUCI! Zaman sekarang kok masih mempertahankan keperawanan buat pasangan halal! MUSTAHIL BIN MUSTAJAB!" sarkas Daniel.
"Tutup mulut kotormu itu, Daniel!" bentak Maidina.
"Kenapa? Kaget? Salah kamu sendiri tidak mau melayani aku! Giliran aku meminta pada Keysa, kamunya sewot! Sok nunggu sampai halal dulu baru melakukan malam pertama! Sudah nggak zaman! Dasar kamunya itu cewek jadul, kampungan, sok agamis!" cerca Daniel.
PLAKK.. PLAKK..
Tamparan di pipi kanan dan kiri Daniel, seketika menyisakan panas yang menjalar ke seluruh tubuh.
"Brengsek kamu, Din! Dibiarkan malah ngelunjak! Aku itu laki-laki normal! Kena sentuhan begitu ya langsung on fire! Aku juga punya n4f su! Iya kalau kamu--,"
"Aku apa? Apa? Ayo, cepat katakan!" tantang Maidina yang sudah tak bisa menahan emosinya lagi.
"Kamu nggak punya g4i r4h hot! Cuma Keysa yang bisa memuaskan aku! Camkan itu!" Daniel meninggikan suaranya.
"Memuaskan? Hebat sekali kalian berdua! Pantas jika kalian berdua disebut pemain film bl ue, gratisan!" cibir Maidina seraya menggelengkan kepalanya. "Sayang sekali, kedua orang tua kalian membesarkan sampah seperti kalian berdua! Sampah yang menjijikan tidak ada manfaatnya sama sekali! Lebih baik sampah itu dibuang jauh-jauh daripada menyebarkan virus!" Maidina akan melangkahkan kakinya kembali, tapi dia teringat sesuatu. "Oh, ya baru ingat aku. Katakan pada orang tua kamu, pernikahan kita diBATALKAN!" ucap Maidina dengan nada tinggi sambil menunjuk muka Daniel. "Karena aku tidak ingin mempunyai suami PECUNDANG seperti kamu!"
Daniel terkejut dengan mulut menganga, tidak percaya Maidina akan membatalkan pernikahan yang telah diatur oleh kedua orang tuanya.
Disaat Daniel akan mengejar kembali Maidina, tapi tiba-tiba Keysa menangis begitu kencang dan berkata. "Maafkan aku Maidina, bukan Kak Daniel yang salah, aku lah orang yang patut kamu salahkan dalam masalah ini. Aku sudah jahat pada kalian. Aku rela kamu sebut pelakor! Hiks.. Hiks.. Huuuuuu.. Haaaa," Keysa semakin mengencangkan tangisannya untuk merebut perhatian Daniel agar tidak mengejar Maidina yang akan pergi dari apartemen Daniel.
"TOP MARKOTOP, akting kamu sungguh luar binasa, Keysa! Bakat yang menurun dari Mak kamu yang hobby jadi pelakor juga!" setelah mengucapkan kata-kata itu, Maidina pergi dari hadapan kedua sampah yang tak berani guna itu.
Keysa melengkungkan senyuman tipis di bibirnya. 'akhirnya kemenangan ada padaku, Maidina! Akulah pemenang hati Daniel! Akulah yang patut menjadi istri Daniel bukan kamu! Karena hanya aku yang bisa memuaskan Daniel! Apa yang aku inginkan, harus aku dapatkan!' ucap Keysa dalam batinnya seraya memakai kembali pakaiannya yang tercecer di lantai.
*
*
Hati Maidina sudah hancur berkeping-keping, dia mempercepat langkahnya untuk sampai ke parkiran mobil.
Sesampainya di dalam mobil, dia menangis sejadi-jadinya sambil memukul-mukul setir bundar yang tak bersalah.
Maidina menyugar kasar rambutnya yang tergerai. "Aku tidak akan diam begitu saja Daniel! Akan kubalas perbuatan kalian berdua! Apalagi kau Keysa, sejak kecil kamu selalu mengambil barang milikku! Bahkan setiap ada cowok yang mendekatiku, kamu selalu saja mengacaukannya dengan segala cara licikmu. Dengan menjelekkan aku di depan mereka! Tapi kali ini aku tidak akan mengalah lagi! Tunggu saja pembalasanku!"
Maidina menghidupkan mesin mobilnya, kemudian meninggalkan tempat yang sudah membuat dirinya kecewa dan sakit hati. Dikhianati oleh calon suaminya dan juga saudara sepupunya.
Flashback off.
*
*
Maidina terbangun, perlahan membuka kedua matanya menetralkan penglihatannya. Dia memandangi langit-langit kamar.
Bingung?
'Aku di mana ini? Apa aku sudah sampai ke surga dalam semalam?'
"Hai, bangun juga akhirnya kamu," suara bariton yang mengagetkan Maidina.
"Siapa kamu?" Maidina menyambar selimut yang ada di dekatnya, lantas ditutupinya sekujur tubuh dengan selimut itu.
"Aku yang mau nanya kamu itu siapa?" pria tampan itu mendekat ke arah Maidina.
"Stop! Berhenti di situ saja!" cegah Maidina dengan rasa takut yang tinggi.
"Kenapa jadi kamu yang merintah aku? Ini kamar aku! Ini ranjang aku! Suka-suka aku dong, mau ngapain!" ucap pria yang tak dikenal Maidina, tiba-tiba mendaratkan tubuhnya tepat di sampingnya.
"Eiitthh, mau apa kamu?" Maidina melotot ke arah pria yang sedang tersenyum devil. Memandang lurus ke dada Maidina.
"Iihhh... Otak mesum!" Maidina menjitak kening pria tampan yang meringis kesakitan.
"Tangan kamu enteng juga, ya? Main jitak jidat orang," omel Sagara semakin merapatkan tubuhnya.
"Aahh..!" teriak Maidina. "Dasar mesum! Geser sana!"
"Ssstt.. Jangan teriak! Nanti dikirain aku ngapa-ngapain kamu lagi! Tapi, kalau ngapa-ngapain nggak apa-apa juga kan!" Sagara menaik turunkan alis tebalnya.
"Enak aja! Aku masih tung tung, ya!"
"Ohh, iya kah? Asyik dong! Ngincip dulu, boleh dong!" Sagara semakin menggoda Maidina.
"Iddihh.. Nyosor aja kayak SOANG!" Maidina mengangkat tangannya hendak menjitak kembali kening bening milik Sagara. Namun, dengan cepat Sagara menangkis tangan Maidina.
"Aduuhh..! Kenapa jadi jebakan Batman begini!" rutuk Maidina karena posisi tubuhnya sekarang ada di atas tubuh Sagara.
"Horeee.. Menang banyak!" pekik Sagara.
BUGH..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!