Hari ini seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan dalam hidupku, dimana aku bisa berdiri di atas pelaminan bersama seorang laki-laki yang aku cintai.
Tapi ini tidak berlaku dalam kehidupanku, aku menikah dengan seorang laki-laki yang tidak aku cintai dan kami menikah hanya untuk sebuah alasan.
Aku dan Alex sudah mengikat janji suci pernikahan kami dan bersumpah untuk selalu setia baik dalam suka maupun duka sampai maut memisahkan.
Setelah selesai melakukan pemberkatan pernikahan kami, Alex memasang sebuah cincin pernikahan di jari manisku.
Cincin sebagai simbol aku sudah sah menjadi istri dari Alexander Pulman, seorang yang cukup mapan secara Finansial.
Aku dan Alex berjalan menuju ke pelaminan, kami melangkahkan kaki kami di atas karpet merah layaknya celebrity Hollywood.
Hari ini aku dan Alex menjadi raja dan ratu sehari, aku tampil bak seorang Cinderella dengan gaun pengantinku yang bergaya Eropa.
Semua sorot mata tertuju kepada kami, aku dan Alex menjadi pusat perhatian para tamu hadirin yang hadir saat ini.
Dengan diiringi sebuah lagu pernikahan 🎵 "From This Moment On" aku dan Alex berjalan selangkah demi selangkah menuju pelaminan.
Alex menggenggam erat tanganku dan sambil menebar senyuman kepada semua tamu yang hadir yang rata-rata adalah dari relasi bisnis dari perusahaan miliknya.
Banyak yang memandangku iri bagaimana mungkin aku bisa menjadi istri dari seorang Alexander Pulman sebagai pengusaha terkenal dan mempunyai perusahaan besar.
Dan tak sedikit yang berdecak kagum melihat penampilan kami saat ini.
Aku dan Alex saat ini sudah berdiri di pelaminan, tamu yang hadir bergantian memberi selamat atas pernikahan kami.
Aku melihat Alex selalu memberikan senyumnya kepada semua tamu yang hadir sekalipun itu senyum yang agak dipaksakan.
Kami hanya berpura-pura bahagia sebenarnya kami berdua sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini, tetapi kembali hanya sebuah alasan sehingga pernikahan ini harus tetap kami jalankan.
Ketika di tengah acara kami berdua diminta berdansa bersama, dan sebagian dari tamu undangan menemani kami turun ke lantai dansa.
Aku dan Alex berdansa dengan diiringi musik dan dikelilingi tamu undangan yang lain.
Dan aku melihat sepasang mata yang sedang menatap ke arahku dengan tatapan yang berbeda.
Aku mengenal dia sosok yang tidak asing dalam kehidupanku, orang yang selalu aku harapkan untuk memberi semangat dan kekuatan kepadaku saat aku sedang terpuruk justru ia meninggalkan aku.
Ku alihkan pandanganku dari sosok itu dan fokus pada satu sosok yang ada di depanku saat ini, dia adalah Alex suamiku yang baru beberapa jam yang lalu menikahi aku.
Dia yang bertanggung jawab atas hidupku sekarang dan hanya Alex yang bisa memiliki seluruh kehidupanku.
Setelah semua acara telah selesai, semua tamu undangan pun sudah pamit pulang semua, aku dan Alex kembali ke kamar hotel di atas gedung dimana kami mengadakan resepsi.
Disini babak baru pernikahanku dimulai, aku tidak akan pernah tau pernikahan seperti apa yang harus aku jalani bersama Alex nanti.
Kami menikah bukan karena sebuah perjodohan atau pun karena sebuah kontrak pernikahan.
Terus apakah kami menikah karena cinta??
Bukan juga jawabannya, karena aku tidak pernah mencintai Alex dan sebaliknya Alex pun tidak pernah mencintai aku.
Kami menikah hanya sebuah alasan karena aku mengandung anak dari Alexander Pulman lelaki yang jauh lebih dewasa dari padaku.
Aku Siera Abigail umurku baru 22 tahun mahasiswi semester akhir yang sedang menyusun skripsi dan Alex adalah pria dewasa dan mapan yang umurnya berbeda 10 tahun lebih tua dari umurku.
Bagaimana mungkin aku bisa mengandung anak dari seorang Alexander pulman??
*Flashback*
Malam itu pikiranku sangat kalut orang tuaku baru saja meninggal karena kecelakaan mobil yang mereka kendarai masuk ke jurang karena mengalami rem blong.
Perusahaan milik orang tuaku yang mereka bangun dengan susah payah harus di ambil ahli oleh pamanku yang sangat serakah.
Siang sebelum kejadian itu aku mendapat surat sita dari bank yang akan mengambil alih rumah milik kedua orang tuaku.
Belum lagi aku mendapat telepon dari kampus yang mengharuskan aku melunasi uang kuliah semester akhir yang masih menunggak.
Rasanya beban yang sangat berat harus ku pikul di masa mudaku membuat aku rasanya ingin berhenti bernapas.
Aku tidak melihat keadilan Tuhan dalam hidupku, aku harus kehilangan semua dalam waktu yang sekejap.
Kehilangan orang tua yang sangat aku cintai, kehilangan harta yang seharusnya menjadi milikku, semuanya dalam sekejap berpindah tangan kepada orang yang tidak bertanggung jawab, belum lagi kuliahku yang tidak tau bagaimana kelanjutannya.
Jack yang selama ini menjadi pacarku tiba-tiba meninggalkan aku.
Ia malah berselingkuh dengan sahabatku sendiri.
Masalah demi masalah datang silih berganti seperti tiada ujungnya.
Seperti pepatah yang mengatakan sudah jatuh tertimpa tangga pula demikianlah hidupku saat ini.
Kesakitan dan kepedihan hidup yang terus datang membuat aku lelah.
Aku sudah tidak kuat menanggung semua ini, membuat aku malam ini pergi ke sebuah club malam yang bernama Black Devil untuk minum dan meringankan sedikit beban hidupku.
Ternyata aku mabok berat dan disana pertama kali aku bertemu dengan tuan Alexander Pulman.
Beliau yang menolong aku keluar dari club dan membawa aku ke sebuah apartemen miliknya.
Ini adalah awal petaka dalam hidupku, dan aku tidak tau apa yang terjadi malam itu tetapi ketika aku tersadar aku sudah berada di dalam kamar apartemen miliknya.
Tanpa sehelai benang yang menempel di tubuhku dan aku merasakan sakit bercampur nyeri yang menghujam di area bawah sekitar selangkanganku.
Tubuhku yang hanya tertutup selimut dan di sampingku tidur seorang lelaki asing yang sama tanpa sehelai pun menempel di tubuhnya.
"Oh God...cobaan apalagi yang Kau berikan buat hambaMu ini?" kataku dalam hati.
Bertambah satu masalah baru dalam hidupku saat ini.
"Sungguh Tuhan tidak adil dalam hidupku" pikirku.
Dengan terseok-seok aku bangun dari tempat tidur berjalan memasuki kamar mandi.
Air mataku tumpah tidak mampu lagi aku menahannya, sesak di dadaku membuat aku sulit untuk bernapas.
"Hidup seperti inikah Tuhan yang engkau rancang untuk aku jalani" teriakku dalam hati.
"Adilkah semua ini untuk aku Tuhan?" tanyaku dalam hati.
Aku menyalahkan shower di kamar mandi, ku biarkan membasahi tubuhku yang kotor ini.
Aku merasakan tidak layak lagi aku untuk hidup, sesuatu yang berharga dalam hidupku sudah direngut oleh pria asing yang tidak ku kenal.
Mahkota yang harusnya aku jaga dan aku persembahkan untuk suamiku nanti sekarang sudah sirna.
Betapa bodohnya aku, masih pantaskah aku hidup di dalam dunia ini??
Aku menangis sejadi-jadinya sambil mengutuki diriku yang tidak berguna ini, rasanya ingin ku akhiri hidupku saat ini juga.
Bersambung dulu ya....
********
Kalian like, komen, dan favorit dengan menekan tombol ❤️ supaya mendapat berita up date terbaru.
Dukung terus ya novel ini.
Aku membiarkan air shower itu terus mengalir, aku menggosok setiap inci tubuhku sambil mengumpat kebodohanku dan meratapi nasibku.
Setelah cukup lama berada di kamar mandi aku kembali keluar memungut pakaianku yang semuanya sudah tercecer di lantai kamar.
Aku kembali memakai semua pakaianku dan kini tangisku pecah sampai aku membangunkan lelaki yang sejak tadi masih terlelap.
"Hei nona...kenapa kamu menangis? Apa sesuatu yang buruk terjadi padamu?" dia bertanya seperti tak berdosa.
"Tuan, apakah aku tidak pantas untuk menangis setelah semua ini terjadi?
Aku sudah kehilangan segalanya bahkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupku, dan tuan yang sudah mengambil itu semua" kataku setengah berteriak.
"Jangan menangis bersabarlah sebentar, kita akan membicarakan ini baik-baik setelah aku membersihkan diri" kata lelaki itu lagi.
Setelah itu ia berjalan menuju kamar mandi dan aku masih terduduk di sisi ranjang, aku tidak tau lagi harus bagaimana.
Marah, kecewa dan malu pada diri sendiri bercampur menjadi satu.
Tak berselang lama lelaki itu keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju walk in closet untuk mengambil pakaian ganti.
Setelah rapi dia menghampiriku kembali yang sedang menangis merasakan keterpurukanku.
Ia menarik selimut di atas kasur tempat di mana kami semalam melakukan satu hal yang tidak terpuji.
Mata lelaki itu membelalak kaget seakan tidak percaya dengan bercak darah yang ada di atas sprei putih miliknya dan beberapa yang tercecer di atas selimut yang membungkus tubuh kami semalam.
Dia pun terduduk di samping ranjang sambil kedua tangannya memegang kepalanya, lalu ia menjambak rambutnya sendiri.
"Maafkan aku...aku sudah merusak masa depanmu" katanya penuh dengan penyesalan.
Tetapi semua sudah terjadi ibarat nasi sudah menjadi bubur, semua sudah hancur tanpa sisa.
Sedangkan aku tak mampu menjawab, aku berusaha mengumpulkan semua kekuatan namun aku lemah dan aku kalah.
"Aku tidak tau kalau kau seorang perawan dan aku kira kamu seperti cewek pada umumnya yang ada di club malam.
Aku akan bertanggung jawab terhadapmu" katanya.
"Namaku Alexander Pulman" sambil menyerahkan selembar kartu nama.
"Dan siapa namamu nona?" tanya Alex
"Namaku Siera Abigail" jawabku singkat.
"Siera Abigail...nama yang indah" kata Alex.
"Nama yang indah tapi tetapi tak seindah kisah indah hidupku" kataku dalam hati.
"Jangan kuatir, semua akan baik-baik saja aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku Siera" lanjutnya.
"Maaf tuan Alex, aku belum mengerti tanggung jawab bagaimana yang tuan maksud?
Jangan tuan tambah lagi beban yang harus aku pikul, jujur aku pengen mati saja rasanya dan semua ini tidak adil untukku" teriakku karena gejolak batin tidak bisa ku tahan lagi.
"Bisakah kita bicara dengan tenang biar semua masalah bisa terpecahkan?" kata Alex meredakan emosiku.
"Aku harus bagaimana tuan? bisakah semua kembali lagi?" tangisku pecah.
Alex memelukku dan mencoba menenangkanku kembali.
"Aku akan menikahimu Siera" bisiknya di telingaku.
Aku merinding mendengar suaranya dan jujur aku belum siap untuk menikah.
Aku masih ingin melanjutkan kuliahku yang sebentar lagi akan selesai, dan bagiku menikah bukanlah hal yang mudah karena aku bertekad untuk menikah sekali seumur hidup.
"Menikah??" tanyaku.
"Iya, kita akan menikah secepatnya" jawab Alex sambil menganggukan kepalanya.
"Maaf tuan...aku belum bisa menerima tawaran tuan" kataku sambil menarik nafas dalam-dalam.
"Terus menurutmu aku harus bagaimana Seira? Please...Jangan memberiku pilihan yang sulit?" tanya Alex dengan muka Frustasi.
"Untuk sekarang aku hanya butuh waktu untuk berpikir dan menenangkan diri sejenak" Jawabku.
"Kau mau kemana Siera, biar aku antar" kata Alex.
"Untuk sementara aku ingin pulang ke rumah orang tuaku untuk merapikan semua barang-barangku, setelah itu aku harus mencari tempat tinggal yang baru" jawabku.
"Kenapa kau harus pindah ke tempat yang baru? Kau punya masalah dengan orang tuamu?" tanya Alex.
Aku menarik napas yang dalam-dalam dan mencoba sejenak memejamkan mataku, sejenak mengumpulkan kekuatan untuk aku bisa bercerita dan berbagi sedikit kisahku dengannya, mungkin bisa memberikan aku sedikit kelegaan.
"Orang tuaku sudah meninggal sebulan yang lalu, perusahaan yang mereka rintis dengan susah payah sudah beralih ke tangan pamanku yang serakah dan rumah kami sebentar lagi akan di sita" aku mulai bicara dan Alex mendengarkan kisahku sambil menundukkan wajahnya.
"Aku sekarang mahasiswi semester akhir yang tidak tau kelanjutannya karena aku belum membayar uang semester tahun ini, semua beban itu yang memaksa aku untuk minum semalam tuan" lanjutku.
"Dengan usiamu sekarang terlalu berat beban yang harus kau pikul Siera" kata Alex menepuk bahuku.
"Mungkin semua ini adalah takdir dari Tuhan untukku, tidak mungkin aku mampu untuk menghindarinya" jawabku.
Alex terus saja menundukkan wajahnya tidak tau apa yang ada di pikirannya saat ini, mungkin dia sedang mengasihani aku seorang gadis yang malang.
"Aku akan mengantarmu berkemas-kemas dan kamu bisa bisa tinggal di apartemen ini sementara waktu dan aku akan tinggal di mansion milikku" kata Alex.
"Tapi Tuan___" aku bicara belum selesai sudah langsung Alex memotong pembicaraan.
"Jangan berbantah-bantah Siera, kamu cukup menuruti semua permintaanku anggap aku sedang menebus kesalahanku kepadamu" kata Alex sambil menatap wajahku.
"Baiklah, aku tidak punya pilihan yang lain saat ini" kataku.
"Ayo kita berangkat sekarang" ajaknya.
Kami berdua pun berangkat menuju rumah yang penuh dengan sejuta kenangan, rumah yang selalu dipenuhi canda dan tawa, di sini orang tuaku membesarkan aku dengan kasih sayang.
Tetapi sebentar lagi rumah ini hanya tinggal kenangan, air mataku kembali menetes dari sudut mataku.
Perih rasa hatiku, ku pandangi setiap sudut rumah ini terlintas kenangan bagaimana orang tuaku tersenyum ketika menyambut aku kembali ke rumah.
Aku pandangi pigura yang terpajang di setiap dinding rumah, foto ayah dan ibu yang tersenyum bahagia, membuat hatiku semakin teriris.
Alex membantu mengepak barang milikku dan memasukkan pakaianku ke dalam koper.
Setelah semua selesai, Alex membantu aku membawa barang-barang ke dalam mobil miliknya.
Dan hanya satu harta yang tersisa yang bisa aku gunakan saat ini yaitu satu mobil yang di belikan ayahku sebagai hadiah ulang tahunku beberapa bulan yang lalu.
Dan aku berencana untuk menjual mobil kesayangan dan penuh kenangan ini untuk membayar biaya kuliahku.
Setelah semua siap aku meminta Alex untuk kembali lebih dulu dan aku masih ingin di sini sebentar, menikmati kebahagian yang tersisa.
Tetapi lelaki itu tidak mau beranjak pergi tetapi ia tetap menemaniku seperti ia tidak tega melihat keadaanku saat ini.
Aku terduduk di sofa dimana biasa aku dan kedua orang tuanya menghabiskan waktu bersama setiap akhir pekan.
Aku menangis sejadi-jadinya, seandainya waktu bisa diulang aku ingin kembali di zaman itu.
Alex memelukku dan memberikanku kekuatan dan aku merasakan kehangatan di dalam pelukannya.
Mungkinkah dia malaikat yang Tuhan utus untuk menolong aku saat terpuruk?
Atau justru dia akan membuat aku semakin terpuruk dan jatuh lebih dalam?
Bersambung....
**********
Minta dukungan kalian ya readers untuk like, komen, dan tekan tombol ❤️ untuk info terbaru.
Bantu juga bintangnya di kasih rate 5 ya.
Makasih loh 😍🙏
Sekarang aku sudah menempati apartemen milik Alex dan lelaki itu memilih tinggal di mansion miliknya.
Aku tidak mempunyai pilihan saat ini kecuali menerima tawaran Alex untuk menempati tempat ini dan berharap lelaki itu tulus untuk menolongku.
Aku harus menata hidupku dari NOL karena aku sudah tidak punya apa-apa lagi saat ini.
Langkah pertama aku harus menjual mobil kenangan yang menjadi harta satu-satunya yang aku punya.
Aku mulai membuka internet melihat harga pasaran mobil yang sama denganku, ternyata belum banyak informasi yang bisa aku dapatkan karena mobil yang aku punya masih
tergolong keluaran terbaru.
Tidak masalah paling tidak aku mempunyai gambaran tentang harga yang pantas untuk mobilku.
Karena aku tidak ada waktu lagi untuk menunggak dan aku harus segera membayar uang kuliahku takut keduluan aku di nyatakan Drop Out.
Aku mulai memasang iklan di internet dan berharap aku bisa mendapatkan harga yang terbaik dan mendapatkan uang secepat.
Sampai sore hari aku belum juga menemukan pembeli yang cocok dan tiba-tiba pintu apartemenku terbuka, sesosok laki-laki yang tidak asing lagi bagiku masuk ke dalam apartemen.
Siapa lagi kalau bukan Alex si pemilik apartemen yang bisa masuk dan keluar seenaknya.
"Seharian ini apa saja yang kamu lakukan Siera?" tanya Alex.
"Tidak ada, aku tidak melakukan apa-apa hanya mengiklankan mobil kesayanganku di internet" jawabku.
"Kenapa kamu begitu ingin menjualnya?" tanya Alex.
"Aku tidak punya pilihan yang lain, selain menjualnya dan membayar uang kuliahku" jawabku.
"Hanya itu alasannya?" tanya Alex lagi sambil menyipitkan matanya.
"Iya, karena kalau aku terlambat lagi membayar pasti aku di Drop out " jawabku lagi.
Alex berjalan dan mengambil sesuatu dari tasnya lalu ia memberikan itu untukku.
Sebuah amplop yang aku belum tau apa isi di dalamnya.
Setelah amplop itu aku terima dan aku membuka isinya aku terkejut ternyata selembar cek yang nilainya seratus juta rupiah.
Aku kaget sampai mataku membelalak seketika melihat nilai yang tertulis di atas cek itu.
"Jangan katakan kalau kau membayar kejadian kemarin dengan uang seratus juta ini" kataku spontan saja.
"Siera... Kenapa kamu bicara seperti itu dan kenapa pikiranmu sampai sejauh itu menilaiku!" suara Alex terdengar agak keras menjawab pertanyaanku.
"Lalu untuk apa cek ini kamu berikan kepadaku?" tanyaku lagi.
"Aku mau membantu, hanya itu!" katanya tegas.
"Tapi kamu sudah banyak membantuku dan aku tidak bisa menerima ini semua" ucapku.
"Terimalah ini sebagai bantuan dariku atau kamu bisa menganggapnya sebagai pinjaman dariku, tapi tolong jangan bicara seperti tadi... please" kata Alex.
"Tapi ..." ucapku terputus.
"Gak usah pakai tapi-tapian, terimalah itu untukmu" ucap Alex sambil meletakkan telunjuknya di atas bibirku.
Aku mengeluarkan air mataku, mungkinkah ini sebuah kebaikan Tuhan kepadaku?
Di tengah kesesakan hidup yang aku rasakan aku sulit untuk percaya untuk semua ini.
Masih adakah orang yang baik seperti Alex yang mau menolongku?
Harapanku semoga saja lelaki ini tulus menolong aku saat ini.
"Siera, pakai uang itu untuk membiayai hidupmu ke depan dan jangan lupa kabari aku saat kamu ingin keluar dari tempat ini.
Kamu paham?" kata Alex.
Aku hanya mengangguk kepala setelah mendengar kata-kata Alex.
"Bagaimana dengan kegiatanmu besok?" tanya Alex.
"Aku akan ke bank untuk mencairkan cek ini dan setelah itu aku harus ke kampus untuk membayar biaya administrasi kuliahku" jawabku.
"Baiklah kau harus hati-hati dan jangan lupa kabari aku jika kamu memerlukan bantuan" ucap Alex.
"Terima kasih atas semua pertolongan anda tuan semoga suatu saat aku dapat membalasnya" kataku.
Alex hanya tersenyum mendengar perkataanku.
Dia adalah lelaki yang selalu tenang sekalipun ia tidak banyak bicara atau pandai mengungkapkan kata-kata tapi entah mengapa dia selalu bisa menjadi dewa penolong untukku saat ini.
"Kamu sudah makan Siera?" tanya Alex lagi.
"Sudah, aku membuat nasi goreng dan telur omelette.
Maaf tuan aku mengambil persediaan makanan milik anda tanpa izin terlebih dahulu" ucapku.
"Tidak masalah, aku hanya mengkuatirkan kamu" sahut Alex.
"Apakah tuan mau saya buatkan makanan?" tanyaku.
"Oh tidak, aku sudah kenyang" jawab Alex.
"Baiklah aku pamit pulang, jaga dirimu baik-baik" lanjut Alex sambil berlalu pergi meninggalkan apartemen.
Aku terdiam terpaku menatap kepergian lelaki itu, aku belum mengerti bagaimana mungkin Tuhan mempertemukan kami dengan cara begini.
Aku belum tau harus berterima kasih atau harus membenci Alex yang sudah merusak hidupku, yang aku tau saat ini dia sudah banyak menolongku.
*******
*Alex POV*
Aku bertemu dengan gadis belia yang bernama Siera di sebuah club malam yang bernama Black Devil.
Aku membantunya keluar dari club dalam keadaan mabuk berat dan aku pun demikian.
Aku membawa ia ke apartemen milikku karena aku tidak punya pilihan yang lain, karena aku sendiri tidak tau alamat gadis itu.
Sesampai di apartemen aku langsung membawa gadis itu ke kamarku dan tanpa kami sadari ternyata aku telah menodai gadis itu dalam keadaan mabok.
Aku terkejut ketika pagi hari gadis itu menangis dan membangunkan tidurku.
Tetapi saat pertama pikirku ia sama seperti gadis nakal yang biasa keluar masuk club.
Setelah aku bangun dan membersihkan diri, aku mengangkat selimut yang menjadi pembungkus tubuh kami semalam setelah bergelut panas dan aku melihat bercak darah di sprei putih milikku.
Mataku membelalak kaget dan sungguh aku merasa berdosa sekali sudah merusak masa depan Siera.
Aku ingin menebus kesalahanku dengan cara menikahinya, tetapi gadis itu menolak tawaranku.
Aku ingin menikahinya bukan karena cinta, terlalu naif jika pertemuan singkat semalam bisa membuat aku jatuh cinta.
Semua hanya semata-mata aku ingin bertanggung jawab atas kesalahanku.
Sebenarnya pernikahan bukan hal yang aku inginkan, aku pernah kecewa karena gagal menikahi gadis pujaan hatiku.
Dan pandanganku tentang wanita itu semua telah rusak setelah Monika membatalkan pernikahan dan ibuku yang sampai saat ini aku tidak mengetahui keberadaannya.
Aku menginginkan wanita hanya untuk memuaskan hasrat lelakiku bukan untuk menikahinya.
Tetapi melihat Siera menangis membuat hatiku terenyuh, rasa iba dan kasihan bercampur satu jadi.
Apalagi setelah aku mendengar cerita dari bibir mungil Siera tentang pahitnya kehidupan yang harus gadis itu hadapi membuat hatiku semakin sakit.
Alangkah bodohnya dan berdosanya aku terhadap gadis itu, aku telah menambah beban dalam kehidupannya.
Aku berjanji dalam hatiku untuk menjaga Siera layaknya adikku sendiri dan mencari tau siapa gadis itu sebenarnya.
Sungguh ada hal yang mengganjal di hatiku waktu Siera bercerita tentang kematian orang tuanya dan pamannya yang serakah itu.
Gadis lugu masih terlalu dini memahami tentang kejamnya dunia ini apalagi menyangkut masalah uang dan harta.
Sampai hari ini aku memperlakukan Siera dengan cukup baik, mungkin cara ini untuk aku menebus kesalahanku kepada gadis itu.
Aku pun merasa tidak pantas untuk gadis sebaik Siera karena aku bukan lelaki yang baik untuknya.
Sering kali aku mengencani wanita hanya untuk memuaskan nafsuku.
Tetapi sampai satu hari yang tidak bisa aku lupakan, aku mengetahui gadis itu sedang mengandung anakku setelah ia aku temukan pingsan di kamar mandi.
Dokter pribadiku yang memeriksa Siera mengatakan gadis itu mengandung anak kami.
Aku sudah tidak bisa lagi hanya diam dan akhirnya aku harus menikahi dengan gadis belia yang beda usia 10 tahun denganku.
Bersambung...
*********
Dukung terus novel ini ya readers aku boleh minta like, komen dan tekan tombol favoritnya ❤️ supaya kalian bisa mendapatkan info terbaru dari aku.
Bintangnya boleh di bantu tekan rate 5 ya.
Makasih buat kerjasama dari kalian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!