NovelToon NovelToon

Menyamar Jadi Menantu Sampah

1.

Srekk....!!

Ayunan pisau di tangan Mega langsung melukai leher seorang perempuan muda yang baru saja mencuri makanannya.

Di tengah malam yang dingin itu, Darah mengalir di sekujur tubuh Perempuan cantik membasahi gaun putih yang ia kenakan sebelum perempuan itu terjatuh ke tanah dengan tubuh yang lemas dan kesemutan karena mulai kekurangan darah.

Mata perempuan itu menatap Mega selama beberapa saat sebelum matanya menutup dengan sempurna untuk menjemput kematiannya.

"Hah,, Dasar perempuan bodoh!" Ucap Mega sambil mengulurkan tangannya memegang kedua tangan perempuan itu lalu menyeretnya ke sebuah kuburan yang telah Ia siapkan untuk perempuan yang baru saja ia bunuh.

"Hanya demi sepotong roti kau mengorbankan nyawamu, Dasar perempuan yang benar-benar bodoh!" Kata Mega sebelum melemparkan perempuan itu ke lubang yang telah Ia siapkan.

Setelah selesai, Mega kemudian mengubur tubuh Perempuan itu sebelum menanami kuburan perempuan itu dengan bunga yang telah Ia siapkan.

"Aku khusus membawa bunga ini dari negara XX untukmu, bunga yang menandakan kesucian seorang perempuan, bunga ini tidak akan pernah mati kecuali ada musim kemarau sepanjang 3 tahun lamanya!" ucap Mega menanam biji bunga tersebut di atas kuburan Sang Perempuan sebelum dia meninggalkan kuburan itu.

Mega kemudian pergi ke sebuah gubuk yang tak jauh dari tempat Mega menanam bunga, lalu ia memasuki gubuk tersebut dan melihat seorang perempuan tua terbaring di atas tempat tidur yang hanya beralaskan tikar seadanya.

"Mulai sekarang saya akan menjadi cucu Anda sebagai pengganti cucu Anda yang telah saya bunuh!" Ucap Mega sambil berjalan ke sebuah ruangan lain di kamar tersebut Lalu ia melihat kamar Milik perempuan yang tadi ia bunuh.

"Perempuan yang manis, tapi sayang sekali nasibmu sungguh tidak baik!" Kata Mega kemudian melepaskan pakaiannya lalu dia mengambil gaun tidur milik perempuan bernama Sania.

"Mulai sekarang namaku adalah Sania," ucap mengambil pakaiannya yang ia kenakan datang ke tempat itu lalu pergi ke halaman belakang membakar pakaian tersebut.

Setelah selesai, Mega kembali ke kamarnya dan tidur seperti tidak terjadi apa-apa.

Pada keesokan paginya, Mega bangun menyiapkan makanan untuk perempuan paruh baya yang bersama-sama dengannya.

"Cucu ku sania?" Kata perempuan tua yang ada di gubuk tersebut langsung membuat Mega menghampiri Sang Perempuan tua.

"Ya, nenek," kata Mega dengan suara yang keras karena dia tahu bahwa pendengaran perempuan tua yang bersama-sama dengannya sudah tidak bagus sehingga harus menggunakan suara yang tinggi agar perempuan itu bisa mendengar suaranya.

"Apakah makanannya sudah siap? Nenek sudah lapar," kata Sang Perempuan Tua sambil memandangi Mega dengan matanya yang sudah tidak bisa melihat dengan jelas.

"Sebentar lagi, Nenek tunggu dulu, akan ku ambilkan dari dapur," kata Mega berjalan ke arah dapur lalu dia pun mengambil makanan yang telah Ia siapkan dan melihat makanan yang masih sementara ia masak.

Sebentar lagi baru masak, hingga Mega pergi melayani Sang Perempuan tua lalu meletakkan makanan yang telah Ia siapkan di depan perempuan tua tersebut.

Setelah selesai, keduanya makan dengan lahap. Sambil makan, Mega menatap perempuan di depannya, dan dia bisa melihat bahwa perempuan itu memandangnya dengan sangat tulus meski mata perempuan itu sudah sangat rabun dan tidak bisa melihat dengan jelas.

Meski begitu, Mega sama sekali tidak tertarik dengan perempuan itu dan dia hanya duduk di tempatnya sampai mereka selesai makan barulah Mega membersihkan semua piring bekas mereka.

"Kalau sudah membersihkan, kemari untuk berbicara dengan nenek!" Ucap perempuan tua.

"Baik!" Jawab Mega cepat-cepat membereskan semua piring kotor di sana sebelum dia pergi menghampiri Sang Perempuan tua.

Begitu Mega duduk di depan perempuan tua yang bersama-sama dengan nya, dia melihat perempuan itu mengeluarkan sebuah kalung dari sakunya lalu memberikannya pada Mega.

"Nenek merasa bahwa usia nenek tidak lama lagi, jadi nenek akan memberikan kalung ini padamu. Kalung ini akan menjadi benda yang selalu berada di leher mu, jadi jangan pernah melepaskannya meski hanya sedetik saja!" Ucap perempuan tua tersebut.

"Baik Nek," jawab Mega sambil tersenyum memakai kalung tersebut.

"Nanti, jika ada seseorang dari keluarga akasia yang datang kemari, katakan pada perwakilan keluarga itu bahwa kau adalah bunga akasia yang ditanam di tengah hutan dan siap untuk dipetik pada umur 23 tahun."ucap perempuan tua.

"Baik Nek," jawab Mega sambil tersenyum, karena inilah yang ia inginkan, kata kunci yang harus ia katakan pada keluarga akasia saat keluarga itu datang mencari menantu.

Maka setelah selesai mendengarkan ucapan perempuan tua itu, Mega pergi ke dapur, lalu dia mencampurkan sesuatu dengan minuman sebelum membawa minuman tersebut untuk dinikmati oleh perempuan tua yang ada di sana.

"Minumlah minuman ini, ini baik untuk kesehatan nenek supaya nenek tidak sakit lagi," ucap Mega pada perempuan tua yang ada di sana sebelum dia pergi meninggalkan gubuk lalu menggali kuburan di samping kuburan perempuan yang kemarin ia buat.

Setelah selesai menggali kuburan, Mega kembali ke gubuk tempat ia dan perempuan tua tinggal lalu mengambil mayat perempuan tua tersebut dan menguburnya di samping makam cucu perempuan tua tersebut.

"Kalian beristirahatlah dengan tenang, sesekali aku akan datang kemari mengunjungi kalian dan membawakan kalian bunga yang cantik." Ucap Mega sebelum dia beranjak dari kuburan tersebut lalu dia kembali ke gubuk tempat ia berada untuk melanjutkan kehidupannya dengan menyamarkan identitasnya.

2

Mulai dari Bab 2 ini, nama Mega akan diganti menjadi Sania.

Happy reading...!

Sania yang menjalani hari-harinya tinggal di gubuk selama 2 minggu akhirnya mendapat titik cerah ketika ia melihat dua orang pria datang bersama dengan seorang kakek tua yang menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan.

Maka, Sania langsung menatap heran pada Ketiga orang yang datang menghampirinya.

"Maaf, kalian siapa?" Tanya Sania saat Ketiga orang itu telah mendekat.

"Apa kau gadis yang tinggal di sini bersama dengan seorang perempuan tua?" Tanya Pria tua yang menggunakan tongkat sambil memperhatikan kalung yang melingkar di leher Sania.

Dia sangat mengenali kalung itu sebagai kalung yang pernah ia berikan pada seorang perempuan dengan sebuah janji bahwa jika mereka tidak menikah maka cucu mereka atau anak mereka lah yang akan menikah.

"Ya, Saya tinggal di sini bersama dengan nenek saya, tetapi dua minggu yang lalu nenek saya telah meninggal, jadi saya hanya sendirian di sini. Tidak pernah ada orang yang datang ke tempat ini karena tempat ini terpencil, Jadi bagaimana bisa Kalian bertiga sampai di tempat ini?" Tanya Sania.

"Jadi nyonya marsita telah meninggal?" Tanya Pria yang menggunakan tongkat memperlihatkan wajah sedihnya, "seharusnya aku datang lebih awal. Bisakah kau memperlihatkan aku di mana makam nyonya marsita?" Tanya pria yang menggunakan tongkat.

"Makamnya ada di sana, tapi apakah Anda mengenal nenek saya?" Tanya Sania sambil menatap penasaran pada pria yang ada di depannya.

"Ya, aku mengenalnya," ucap pria bertongkat sambil berjalan menuju arah yang ditunjukkan oleh Sania hingga Sania pun dengan cepat mengantar pria itu menuju ke makam tempat dia menguburkan nyonya marsita dan Sania yang lama.

Begitu tiba, pria bertongkat langsung menghela nafas panjang, lalu dia runtuh di atas tanah memperhatikan makam di depannya yang dihiasi bunga-bunga.

Pria itu terdiam sangat lama sebelum berkata, "maaf karena aku datang terlambat, seharusnya aku datang lebih awal. Ini semua salahku, tetapi akan kupastikan mulai sekarang aku akan menjaga cucumu dengan baik! Akan kupastikan dia menikah dengan cucu terbaikku!!"

Setelah berbicara, pria bertongkat kemudian berdiri lalu dia melepaskan salah satu kancing pakaiannya dan meletakkannya di makam nyonya marsita.

Setelah itu, dia berbalik menatap Sania yang sedari tadi memperhatikannya.

"Siapa namamu?" Tanya pria bertongkat.

"Namaku Sania, anda sendiri siapa?" Tanya Sania dengan suara yang begitu polos.

"Aku adalah pemimpin keluarga Akasia," ucap sang pria sambil memperhatikan perempuan di depannya.

"Kau adalah pemimpin keluarga akasia yang dibicarakan oleh nenekku? Nenekku bilang kalau ada keluarga akasia yang datang kemari aku harus berkata bahwa aku adalah bunga akasia yang ditanam di tengah hutan dan siap dipanen pada umur yang ke-23 tahun," ucap Sania masih dengan wajah yang begitu polos.

Ucapan Sania membuat Tuan besar akasia tersenyum, "benar, kau adalah perempuan yang kucari. Nyonya marsita menitipkanmu padaku, jadi mulai sekarang kau akan menjadi cucuku dan segala sesuatu yang menyangkut dirimu akan menjadi tanggung jawabku." Ucap tuan besar akasia.

"Benarkah? Nenek mengatakan hal seperti itu?" Tanya Sania sambil menoleh ke arah makam neneknya dengan wajah yang sedih menatap makan tersebut.

"Benar sekali, kami akan membawamu ke kota agar bisa memberikan kehidupan yang lebih layak untukmu. Kami juga akan memperbaiki makam ini dan Kalau kau mau kami bisa memindahkan makam nenekmu ke tempat yang lebih baik," ucap tuan besar akasia.

Tetapi Sania yang tahu jika makam tersebut dibongkar maka akan ketahuan jika di sana ada dua mayat, maka Sania dengan cepat berkata, "nenek berpesan bahwa dia akan tetap tinggal di tempat ini dan kuburannya tidak boleh dipindahkan dengan alasan apapun. Dia juga bilang bahwa tempat ini tidak boleh dirombak, dia ingin hutan ini tumbuh sebagaimana mestinya tanpa campur tangan dari manusia.

"Jadi kalau anda benar-benar mau membantu, tolong jaga segala sesuatu yang ada di hutan ini," ucap Sania yang jelas tahu bahwa tak jauh dari tempat ia tinggal ada banyak orang yang sedang menebang pohon secara liar.

"Kalau itu yang Marsita inginkan, maka aku akan melakukannya." Ucap tuan besar Akasia sambil merogo sakunya lalu mengambil sebuah foto dari dalam sakunya dan memberikannya pada Sania.

"ini adalah bukti kebersamaanku dengan Nyonya marsita ketika kami masih muda, dan saat itu kami memutuskan bahwa kau akan menikah dengan salah satu cucuku. Jadi sekarang, apakah kau bersedia untuk ikut dengan kami?" Tanya tuan besar akasia.

Sania menatap gundah pada makam nyonya marsita, "Aku tidak ingin meninggalkan nenek sendirian, jadi--"

"Tidak! Yang diinginkan nenekmu adalah pergi bersama-sama denganku, karena dia telah mengatakan kata kunci yang harus kau katakan padaku saat aku datang kemari. Lagi pula, kalau kau tinggal di sini, akan sangat berbahaya jika ada orang yang datang kemari dengan niat buruk dan menemukan gadis secantikmu ada di sini," ucap tuan besar akasia langsung membuat Sania meneteskan air matanya.

"Aku tahu nenek menginginkan itu, tapi aku tidak tega untuk meninggalkannya sendirian di tengah hutan ini," kata Sania sambil berusaha menahan isakannya.

Maka, tuan besar akasia berusaha keras membujuk Sania sampai akhirnya perempuan itu mau pergi bersama-sama dengannya ke kota.

3

Ting! Ting! Ting!

Bunyi lonceng menghiasi telinga semua orang sebagai bunyi lonceng pengumuman bahwa saat ini telah dipersatukan seorang perempuan dan seorang laki-laki menjadi sepasang suami istri.

Sania yang berdiri di hadapan suaminya tersenyum hangat pada pria itu lalu memejamkan matanya ketika sang pria tertunduk padanya mendaratkan sebuah ciuman di kening Sania.

Semua orang tampak berusaha bersandiwara merasa senang atas pernikahan itu, tetapi tidak ada satupun diantara mereka yang merasa senang kecuali tuan besar Akasia.

Maka pernikahan Shania dengan Putra pertama dari keluarga Akasia berjalan dengan penuh sandiwara sampai akhirnya pernikahan itu selesai lalu Sania berakhir di dalam sebuah kamar.

'Akhirnya aku masuk juga Ke keluarga ini, mulai hari ini aku akan melakukan semua misiku dengan penuh ketenangan sampai tidak ada satupun orang yang menyadarinya!' ucap Sania dalam hati sambil tersenyum melihat-lihat kamar tempat tinggalnya.

Sania berkeliling selama beberapa saat sebelum dia kembali ke ranjang lalu duduk di tepi ranjang dengan kepala tertunduk menunggu pengantin pria datang menghampirinya.

Benar saja, beberapa saat kemudian sang pengantin pria memasuki kamar dengan pria itu langsung melepaskan jasnya lalu melemparkannya ke tempat tidur.

Sang pria kemudian berkata, "pergi siapkan air mandi untukku!"

Sania yang saat itu masih menggunakan gaun pengantin langsung menganggukkan kepalanya lalu dia pun menyeret gaun pengantinnya ke dalam kamar mandi dan menyiapkan air mandi untuk pria tersebut.

Setelah selesai, Sania keluar dari kamar mandi dan menghentikan langkahnya diambang pintu kamar mandi saat melihat pria yang baru saja menjadi suaminya kini sedang duduk menikmati anggur dengan seorang perempuan berpakaian super seksi duduk di pangkuan pria itu.

Pria bernama George itu menatap ke arah Sania sebelum dia menundukkan kepalanya mencium gadis seksi yang ada di pangkuannya.

Sania yang berdiri di ambang pintu Kemudian tertunduk lemas dalam diamnya.

Ia terus berdiri di ambang pintu sambil meramas gaunnya mendengar suara percumbuan dua orang yang duduk di sofa sampai akhirnya dua orang itu berpindah ke ranjang.

Tangan Sania semakin meramas kuat gaunnya ketika ranjang tempat dia dan suaminya harusnya melakukan malam pertama kini diresmikan suaminya bersama dengan seorang perempuan asing yang tak dikenali Sania.

Cukup lama Sania berdiri di sana sampai akhirnya dia tak tahan lagi mendengar suara percumbuan dua orang di atas tempat tidur yang semakin liar sehingga dia kemudian masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu dengan rapat.

Begitu pintu tertutup, Sania langsung menyeka air matanya yang sedari tadi sudah membanjiri wajahnya.

'Sial! Sangat menodai mata!' gerutu Sania sambil berjalan ke arah cermin lalu dia berdiri di depan cermin itu sambil melihat wajahnya.

Melihat matanya yang tidak bengkak, maka Sania akhirnya memaksakan dirinya menangis tersedu-sedu sampai dia melihat matanya menjadi sangat bengkak barulah perempuan itu merasa puas.

Sementara dari luar, suara percumbuan dua orang masih terus menghiasi telinga Sania hingga membuat Sania sangat kesal.

"Pria itu apa tidak takut terkena penyakit kelamin?" Gerutu Sania sambil menyalakan air keran lalu dia pun membasuh wajahnya hingga semua make up yang ada di wajahnya menjadi luntur karena terkena air hangat.

Sania bahkan sengaja membasahi gaunnya sampai akhirnya pintu digedor oleh seseorang.

Maka, Sania langsung menghampiri pintu dan membuka pintu tersebut dan dia langsung memejamkan matanya kala ia melihat dua orang yang tidak berpakaian kini memasuki kamar mandi dengan sang pria menggendong Sang Perempuan.

Hal itu membuat Sania dengan cepat berlari keluar dari kamar lalu membanting pintu dengan keras.

George yang melihat itu hanya tersenyum sinis, lalu dia pun bersama dengan perempuan bayarannya memasuki bak berendam dan melanjutkan percintaan mereka di bak berendam tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!