"Hueekk ... "
Untuk kesekian kalinya Eliza terus menerus mengeluarkan cairan dari dalam perutnya. Sudah hampir satu Minggu dia selalu muntah-muntah setiap paginya.
"Sayang, kamu gak papa?" Agash, sang suami merasa panik saat mendapati istrinya muntah-muntah di kamar mandi.
"Gak tau, perutku kayak diobok-obok, Gash."
"Kamu salah makan ya? Duh ... gimana ini. Aku telepon Daddy dulu, ya!"
"Agash, gak usah! Aku baik-baik aja. Lagian nanti juga membaik sendiri, kok. Udah dua Minggu ini kayak gini," jelas Eliza.
"Hah? Dua Minggu? Kenapa aku gak tau, Za?" Agash merasa sangat terkejut dengan pengakuan istri yang ternyata ini bukanlah kali pertama sang istri muntah-muntah.
"Gak usah terkejut kayak gitu! Mending buatan aku teh manis!" perintah Eliza yang kini sudah merasa mendingan.
*
*
Untuk memastikan dugaannya Eliza, memutuskan untuk periksa ke rumah sakit. Dia ingin memastikan apakah dia benar-benar hamil atau tidak, karena sudah dua Minggu lebih dia tidak kedatangan tamu bulanan dan terlebih setiap pagi dia akan merasa mual dan muntah.
Langkah Eliza terlihat gontai saat menyusuri lorong rumah sakit untuk mencari ruang dokter kandungan. Jantungnya sudah bergerumuh tak menentu. Bukan tidak menginginkan kehamilan, tetapi Eliza sama sekali belum siap.
"Semoga saja ini tidak benar." Eliza mencoba terus menepis prasangkanya.
Sesampainya di ruang dokter, Eliza langsung melakukan pemeriksaan dengan melakukan USG. Betapa terkejutnya saat sang dokter mengatakan jika saat ini Eliza memang sedang hamil. Dan usia kandungannya sudah berusia 2 minggu.
Mata Eliza terbelalak dengan lebar saat dokter menunjukkan sebuah gambar di layar monitor. Bahkan dokter mengatakan jika itu adalah janin yang telah berkembang di dalam rahim Eliza. Rasanya terharu. Ingin menangis saat melihat janin sebesar biji kacang telah menghuni rahimnya. Dirinya benar-benar akan menjadi seorang ibu.
"Agash, aku beneran hamil," ucap Eliza yang masih tak percaya dengan anugrah yang tak terduga untuk dirinya. "Aku akan memberitahu Agash nanti setelah dia pulang kerja."
Kabar gembira itu masih disimpan seorang diri oleh Eliza. Orang yang pertama akan dia beritahu adalah Agash—suaminya. Mungkinkah ini cara Tuhan untuk lebih menguatkan cinta mereka berdua?
Sesampainya di rumah, Eliza terkejut karena mobil Agash telah terparkir di depan rumah. Karena penasaran Agash bergegas untuk memastikan lebih lanjut apakah yang pulang adalah Arshen atau bukan.
Saat pintu dibuka, Eliza sangat terkejut dengan sosok Agash yang kini tengah menyeret sebuah koper. Dengan alis yang menaut, Eliza langsung berlari kecil untuk menghampiri Agash.
"Gash, kamu mau kemana? Kenapa bawa koper? Kamu mau minggat?" Eliza langsung menodong Arshen dengan tiga pernyataan sekaligus.
Bibir Agash menyunging saat melihat kekhawatiran dari raut wajah sang istri.
"Kamu ngomong apa sih, Za. Siapa yang mau minggat? Aku hanya akan keluar kota untuk du hari. Daddy menugaskanku untuk meninjau proyek yang ada diluar kota. Lagian kamu darimana sih? Kenapa keluar rumah gak kasih tahu aku. Kalau ada apa-apa gimana?"
"Keluar kota? Tapi ini kan baru hari pertama kamu masuk kerja, Gash? Masa iya udah disuruh ke luar kota? Yang benar aja, Gash! Dimana-mana itu kalau hari pertama kerja adalah hari pengenalan, bukan malah langsung diutus ke luar kota!" protes Eliza yang merasa sangat tidak terima jika Agash melakukan perjalanan ke luar kota di hari pertamanya bekerja.
Agash yang berada di depan Eliza langsung menarik tubuh istrinya untuk masuk ke dalam pelukannya. "Aku tahu ini sebenarnya tidak adil untukku, tapi mau bagaimana Daddy sedang sakit dan aku tidak tega jika dia pergi ke luar kota. Kamu gak usah mengkhawatirkanku karena aku hanya pergi sebentar dan akan segera kembali pulang. Cuma dua hari kok. Abis itu kita nisa bobok berdua lagi. Masa gak tahan, sih?" Disaat hati Eliza sedang kemelut, Agash masih bisa melayangkan godaan pada istrinya.
"Aku hanya sebentar, kamu tunggu aku ya."
~Jangan kaget dengan novel ini ya. Anggap aja Eliza itu adalah Kenza za dan Agash itu adalah Arshen ( Anak Arga Shereena )
Disarankan untuk membaca novel AKULAH JODOHMU, karena ini adalah lanjutan ceritanya.
Entah mengapa kata yang baru saja diucapkan Agash membuat hati Eliza terasa sakit. Sungguh Eliza tidak merelakan kepergian Agash yang secara dadakan ini.
"Enggak! Pokonya aku enggak mau kamu keluar kota hari ini. Ini terlalu dadakan, Gash!" Eliza masih ngotot tidak mengizinkan Agash untuk pergi.
"Tapi aku harus pergi, Za. Hanya sebentar dan setelah itu aku akan ajak kamu untuk liburan. Bagaimana? Atau kita ngecas dulu dikamar untuk stok dua hari. Aku masih ada waktu kok."
"Agash, gak lucu! Pokonya aku enggak setuju kamu pergi hari ini juga. Gash, ku mohon." Eliza mengiba pada sang suami agar dirinya tidak pergi. Namun, keputusan berat harus diambil oleh Agash. Melihat kemanjaan langka dari istri membuat Agash merasa gemas. Padahal sebelumnya Arshen tidak pernah melihat Eliza manja seperti ini. Apakah Eliza sudah benar-benar jatuh cinta padanya.
Seketika Eliza baru mengingat jika ada sebuah kejutan yang akan diberikan kepada Agash. Namun, untuk saat ini lidahnya terlalu kelu karena Eliza merasa sangat kecewa dengan keputusan Agash yang tidak bisa membatalkan perjalanannya ke luar kota. Bagaimana Eliza bisa memberitahu kepada Agash jika saat ini dirinya sedang hamil.
"Za, kedepannya aku ingin melihat kamu bersikap manja seperti ini. Bahkan jika bisa selamanya kamu harus mengkhawatirkanku dengan cara seperti ini. Aku akan lebih bersemangat jika melihat istriku manja seperti ini daripada melihat istriku yang cuek. Gimana, kita ngecas dulu?"
"Agash, gak lucu!"
Agash tahu jika saat ini istrinya sedang kecewa dengannya, tapi Agash tidak bisa berbuat apa-apa. Tiba-tiba saja Agash merasa tidak tega untuk meningkatkan Eliza
"Ya udah kita nonton bentar ya. Kamu mau nonton apa?" Agash berusaha untuk membujuk istrinya. Dia tidak akan bisa pergi dengan pikiran tenang jika harus meninggalkan Eliza dalam keadaan kesal padanya.
Belum juga mengambil DVD koleksi drama opa-opa, ponsel Agash telah berbunyi. Saat melihat nama yang mengambang di layar ponselnya, mata Agash malah menatap kearah Eliza. Namun, karena suara terus berdering, Agash pun segera mengangkat panggilan tersebut.
"Halo Dadd, ada apa?" tanya Agash setelah mengangkat panggilan di ponselku. Entah apa yang dikatakan dari seberang telepon, Agash hanya mengangguk serta mengucap kata iya.
"Daddy tenang aja. Agash pasti bisa menangani proyek itu dengan baik. Daddy gak usah khawatir, Agash pasti bisa menyelesaikan. Jangan pikirin masalah proyek, pikiran saja kesehatan Daddy terlebih dahulu. Tapi kemungkinan Agash akan terlambat sampai tujuan karena ada sedikit kendala." Tak lama Agash pun mematikan sambungan teleponnya. Tidak perlu ditanya siapa yang menelepon, jelas saja itu adalah Daddy-nya.
"Apakah ada masalah yang serius, Gash?" tanya Eliza yang merasa jika saat ini keadaan proyek mertuanya sedang tidak baik-baik saja.
"Hanya masalah kecil, sih."
Mendadak hati Eliza berdenyut. Apakah dia terlalu egois dengan tidak mengizinkan suaminya untuk menyelesaikan sebuah masalah? Lalu bagaimana dengan hatinya yang seakan takut untuk melepaskan Agash, karena ini adalah kali pertamanya akan ditinggal Agash untuk pekerjaan keluar kota. Sungguh perasaan yang sangat berat untuk melepaskan suaminya, mengingat hubungan mereka berdua baru saja mencair.
"Gash, apakah aku boleh ikut? Aku enggak mau di rumah sendiri. Aku ingin ikut kamu keluar kota, Gash!" celetuk Eliza secara tiba-tiba.
Agash yang baru saja duduk ditempatnya lagi langsung menautkan alisnya. "Za, aku keluar kota hanya ingin meninjau proyek bukan liburan. Lain kali aja ya kita liburan sendiri. Untuk saat ini kamu di rumah dan tunggu suamimu ini pulang, oke!"
"Tapi aku mau ikut, Gash!"
"Gak bisa, Za. Lain kali aja, ya. Aku janji. Kamu pegang janjiku! Setelah pulang nanti kita akan liburan berdua dan pulangnya bertiga." Agash tertawa pelan untuk menghibur istrinya yang masih belum memberikan izin untuknya. Jika Eliza tidak memberikan izin, tentu saja Agash tidak akan tenang saat berada di luar kota nantinya. Berbagai cara Agash lakukan untuk mendapatkan kata izin dari sang istri.
...~BERSAMBUNG~...
Dengan berat hati Eliza melepaskan pelukannya Agash karena sebentar lagi pesawat yang akan ditumpangi oleh Agash akan take of. Sungguh hatinya tidak rela untuk melepaskan Agash begitu saja. Jika bukan untuk menangani proyek penting, Eliza akan mengurung Agash di dalam kamar agar dia tidak berangkat. Namun, kali ini Agash benar-benar harus pergi untuk menggantikan Daddy mertuanya yang sedang sakit.
"Aku hanya pergi sebentar. Tunggu aku pulang baru kita liburan. Oke!" pesan Agash sebelum meninggalkan Eliza
"Awas saja kalau bohong! Aku punya suatu kejutan untukmu. Jika kamu tidak cepat pulang aku tidak akan memberitahumu sebuah kejutan besar ini!" ancam Eliza
Arshen hanya tertawa pelan. "Astaga Eza ... aku hanya akan pergi dua hari saja. Enggak sampai satu Minggu kok." Merasa tidak tega untuk saat melihat wajah Kenza, Agash segera melepaskan jaket yang sedang dipakainya.
"Kalau enggak bisa tidur, peluk dan cium jaket ini. Anggap aja jaket itu adalah aku. Udah ya, aku berangkat. Doakan aku bisa menangani proyek ini dengan baik, ya. Biar bisa cepat pulang." Satu kecuupan mendarat di kening Kenza. "I love you, Eza."
"I love you too, Agash," balas Eliza dengan pelan.
Mata Eliza tak berkedip saat menatap punggung Agash yang kian menjauh darinya. Rasanya terlalu berat melepaskan Agash begitu saja.
"Dia hanya pergi bekerja. Lusa juga pulang. Sudahlah ayo kita pulang." Suara Daddy Alan memecahkan lamunan Agash.
Eliza langsung menoleh ke belakang. Dilihatnya Daddy Alan telah berdiri di belakangnya. Entah sejak kapan Daddy si Alan-nya itu berada di belakangnya.
"Daddy ngapain disini?" tanya Eliza penasaran
"Daddy lagi nungguin monster kecil Daddy yang sedang melow karena ditinggal oleh suaminya. Lucu gak sih, kemarin-kemarin nolak enggak mau dinikahkan, eh baru jalan tiga bulan udah klepek-klepek."
"Daddy apaan sih? Kalau kesini hanya untuk meledekku, mending Daddy pulang sana! Aku bisa pulang sendiri!" ketus Eliza
"Idih ... emangnya siapa yang mau jemput kamu, Za? Daddy kesini cuma mau ambil koper Daddy yang kemarin tertinggal. Eh, gak taunya malah liat monster kecil sedang melow karena ditinggal suaminya untuk bertugas keluar kota, padahal baru hari pertama bekerja. Ah, sedih sekali hidupnya, Za." Lagi-lagi Alan mengejek Eliza yang sedang dalam sedih karena ditinggal oleh suaminya.
"Ya udah jemput jemput sana! Gak usah gangguin orang!" Eliza pun akhirnya meninggalkan Alan.
Alan merasa saat ini Eliza a benar-benar sedang bersedia sehingga tidak bisa diajak bercanda. Sebenarnya kedatangannya Alan ke Bandara karena permintaan Agash. Lima belas menit yang lalu Agash memberitahu Alan jika dia hendak keluar kota untuk beberapa hari dan dia juga meminta pada Alan untuk menghibur Eliza agar tidak larut dalam kesedihan saat dirinya tidak ada Bahkan Eliza juga menitipkan pesan agar Alan menjaga Eliza selagi dirinya tidak ada. Mengapa harus Alan? Karena Agash tahu jika Eliza sangatlah dekat dengan Daddy si Alan-nya.
Agash tidak mau Eliza merasa kesepian saat dirinya tidak ada. Bukan hanya itu saja, bahkan dia juga menitipkan pesan pada Daddy dan Mommy-nya untuk ikut menjaga Eliza saat dirinya tidak ada. Mungkin Agash terlihat sangat berlebihan, ya karena ini adalah kali pertama Agash meninggalkan Eliza keluar kota. Dan yang pasti Eliza akan merasa kesepian saat berada di rumah. Makanya Agash meminta orang tuanya untuk menemui Eliza agar Eliza merasa tidak sendirian.
"Lah, malah pergi. Eza tunggu!" Alan berteriak sambil mengejar Kenza yang sudah menjauh.
Eliza za hanya mencebikan bibirnya saat melihat Daddy si Alan-nya berlari padanya.
"Za, tunggu! Kamu mau kemana?" teriak Alan lagi.
Eliza langsung membuang nafas kasarnya saat snag Daddy sudah berhasil mengejar dirinya. "Ada apa lagi?" tanya Eliza dengan malas.
"Kamu mau kemana? Mentang-mentang masih muda, jalan ngegas tanpa rem. Capek tau Daddy ngejarnya!"
Eliza langsung menautkan keduanya alisnya. "Memangnya siapa yang nyuruh Daddy untuk ngejar Eza. Kan gak ada. Salahin Daddy sendiri, ngapain ngejar Eza. Eza mau pulang. Daddya mau ikut juga?"
"Sepertinya ide bagus juga tuh ikut kamu pulang. Kata Agash sekarang kamu udah bisa masak, ya meskipun masih suka gosong sih. Daddy jadi penasaran ingin masakan kamu. Ya udah ayo pulang dan masakan untuk Daddy!" Alan pun kini berjalan di depan Eliza membuat wanita itu menyendikkan kedua bahunya.
"Amit-amit jabang bayi. Jangan sampai aku membenci Daddy si Alan. Bisa-bisa anakku nanti mirip dengannya." Eliza langsung teringat pada cerita Mommy yang sewaktu sedang mengandung dirinya sang Mommy sangat membenci Daddy si Alan-nya, sehingga pas Eliza keluar, Eliza za sangat mirip dengan Daddy si Alan-nya.
Hampir 20 menit Alan mengendarai mobilnya. Dan kini mobil itu telah terparkir di basement yang telah disediakan oleh pihak apartemen.
Setelah turun dari mobil, Alan mengikuti langkah Eliza untuk menuju ke kamar apartemennya. Dan tak butuh waktu lama Eliza telah membawa Daddy si Alan-nya untuk masuk ke dalam apartemen.
"Daddy duduk dulu, aku ingin ganti baju," kata Eliza saat keduanya sudah masuk ke dalam.
"Oke." balas Alan dengan santai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!