NovelToon NovelToon

Langit Senja

BAB 1

Senja Azzahra, gadis remaja yang masih duduk dibangku SMA tiba tiba mendapatkan lamaran dari seorang pria usianya jauh dari nya. ya, usia pria itu 27 tahun, sedangkan usia Senja masih 18 tahun.

Bukan, bukan pria itu yang melamarnya, melainkan kedua orangtua pria itu yang datang melamar Senja.

"Nak Senja apa kamu mau menjadi menantu Tante?" seorang wanita paruh baya yang tadi mengantarkannya setelah Senja menyelamatkan wanita itu yang hampir tertabrak mobil.

"iya Nak, Om juga berharap kamu mau menjadi menantu kami." sambung David, suami dari wanita yang ia selamatkan itu.

sedang Senja yang duduk diantara David dan istrinya itu, menatap kearah Ibunya. Sang ibu tersenyum manis kepada putrinya itu, tanda semua keputusan ada ditangannya.

"Maaf Om, Tante. bukan Senja menolak, tapi Senja masih Sekolah." jawab Senja.

"Apa kamu sekolah di Will School?" tanya Devi, istri dari David William. Senja mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Devi tadi.

"kamu tau, sekolah itu adalah milik putra tante yang akan tante jodohkan denganmu. jadi, meskipun kamu sudah menikah, kamu akan tetap bisa sekolah." jelas Devi. Senja kembali menatap kearah Ibunya, lalu dia berdiri dan berjalan menghampiri Ibunya dan duduk di samping ibunya.

"semua tergantung ibu Tante, karena senja hanya punya ibu sekarang."

"bagaimana tari? "tanya Devi pada ibu Senja. ya, Devi memang mengenal Ibunya Senja. Mereka bersahabat saat SMA dulu. tapi mereka berpisah saat lulus karena Devi yang memang anak orang berada harus melanjutkan kuliahnya diluar negri. sedangkan Tari yang notabenenya adalah anak orang yang kurang mampu, ia harus manjadi tulang punggung keluarga setelah Ayahnya meninggal. dan mereka kembali dipertemukan tanpa sengaja melalui Senja yang tadi sepulang sekolah menyelamatkan Devi yang hampir tertabrak oleh mobil yang melaju sangat kencang dan berakhir Senja yang lutut dan telapak tangannya mengalami luka luka dan dibawa kerumah sakit oleh David dan Devi lalu diantarkan pulang kerumahnya dan berakhir Diva kembali dipertemukan oleh sahabat lamanya ini.

"kalau aku setuju saja Dev, karena aku nggak tau akan hidup berapa lama lagi." jawab Tari sendu.

"Ibu jangan ngomong kayak gitu." Senja langsung memeluk Ibunya. ia benar benar takut jika harus kehilangan sang ibu.

mendengar jawaban Tari, Devi dan David terkejut. "Memangnya kamu sakit apa Tar?" tanya David, mewakili Devi.

Tari menghela nafas. "aku sakit kanker darah sudah stadium akhir, dan dokter bilang umurku tidak lama lagi." jelas Tari. Tari bisa merasakan tubuh putrinya yang masih memeluknya itu bergetar hebat. dia langsung membalas pelukan putrinya dan membelai surai panjang putrinya.

Devi juga langsung bangkit dari duduknya lalu mengampiri Tari dan langsung memeluknya.

beberap menit dalam pelukan hangat sahabat dan putrinya, tubuh Tari langsung luruh, pelukannya langsung melemas dan matanya tertutup rapat.

merasakan pelukan dari Ibunya terlepas, Senja langsung mengurai pelukannya dan menatap sang Ibu, begitu juga dengan Diva.

"Ibu"

"Tari"

Senja dan Devi memanggil wanita itu bersamaan.

"Ibu, jangan tinggalin Senja Bu." ucap Senja disela isak tangisnya. namun tidak ada jawaban dari sang ibu.

...****************...

setalah selesai pemakaman Ibunya Senja, Devi ingin mengajak putri dari sahabatnya itu untuk pulang kerumahnya.

"Nak, ayo ikut Tante pulang kerumah Om dan Tante." ajak Devi.

"Senja disini aja Tante. Senja nggak bisa ninggalin kenanga Ibu" jawab Senja yang masih terus menangis mengingat masa masa ia masih bersama sang Ibu.

"tapi sayang, semakin kamu mengingatnya, kamu akan semakin sakit dan terus sedih seperti ini. kamu nggak mau kan Ibumu melihatmu sedih seperti ini?" mendengar yang di ucapkan Devi, Senja hanya diam, tubuhnya semakin bergetar karena isak tangisnya. melihatnya itu, Devi langsung memeluk Senja penuh dengan kasih sayang, sedangkan David, ia membelai puncak kepala gadis yang kini sudah menjadi yatim piatu itu.

"sudah, jangan menangis lagi sayang, ada Tante disini, Tante akan menggantikan Ibumu untuk terus menyayangimu." tutur Devi. dia benar benar tidak tega melihat putri sahabatnya yang terus menangis seperti ini.

'aku berjanji Tari, akan membuat putrimu bahagia' gumam Devi dalam hati.

"Senja...." teriak dua orang tiga orang gadis dari luar rumah sederhana milik Senja.

mendengar teriakan yang sangat familiar itu, Senja langsung mengurai pelukannya dan Devi lalu menoleh kearah pemilik suara yang ternyata sudah ada dihadapannya dan langsung menghambur memeluk Senja.

"gue turut berduka cita Nja." ucap Alya, salah satu sahabat Senja.

"gue juga, sorry ya kita telat datang." sambung Jingga. dan yang satunya lagi hanya mengangguk, siapa lagi kalau bukan si polos Tania.

"Makasih ya kalian udah mau datang kesini." Senja merasa terharu melihat kedatangan ketiga sahabatnya. padahal dia tidak mengabari apapun pada mereka.

"ini udah kewajiban kita sebagai sahabat Nja." jawab Alya, sipaling dewasa diantara mereka berempat.

"kita kan selalu sama sama dalam suka maupun duka" sambung jingga, si paling keras kepala. namun tumben hari ini menjadi sosok dewasa.

"dukanya apa jingga?" ini nih, pertanyaan aneh dari si paling polos, Tania.

"DUKANYA LO PUTUS SAMA RENDY" teriak Jingga dan Alya kompak. membuat Senja terkekeh melihat ketiga sahabatnya itu.

dia sedikit terhibur dengan kehadiran ketiga sahabatnya ini.

Melihat Empat gadis yang sedang tertawa, membuat Devi yang baru saja keluar dari dapur ikut tersenyum.

"aduduh, pada ngetawain apa ini, ramai bener." celetuk Devi yang menghampiri mereka dengan membawa nampan berisi 4 minuman dan beberapa cemilan.

mendengar suara Devi, keempat gadis itu langsung diam dan menatap kearah wanita paruh baya itu.

"Eh, kok Tante ambilin minum kita sih. nanti Senja bisa ambil sendiri loh." seru Senja, merasa tak enak pada Devi. ia pun menghampiri Devi dan mengambil nampan dari tangan wanita itu.

"nggak papa sayang, kamu kan lagi ada teman teman kamu."ucap Devi dengan tersenyum manis.

"Tante siapa, kok kita baru lihat?" tanya Tania dengan wajah polosnya, membuat Alya dan Jingga menganga mendengar pertanyaan sahabat polosnya itu.

"kenalin, nama tante Devi. calon mertua Senja." mendengar Devi memperkanalkan dirinya, membuat Alya, Jingga, juga Tania menatap kearah Senja yang sudah memejamkan matanya erat itu.

"Senja mau kawin ya?" ceplos Tania.

"Tania mendingan lo diem dulu deh, pertanyaan lo dari tadi gak bener semua tau nggak." Jingga merasa geram dari tadi Tania bertanya yang aneh aneh. sebenarnya bukan pertanyaannya yang aneh, tapi kata katanya yang membuat orang terdekatnya menjadi malu.

mendengar omelan Jingga, Tania manggaruk keningnya bingung.

"perasaan dari tadi gue tanyanya bener deh."

"lo bener tanyanya, tapi bahasa lo yang nggak bener." celetuk Alya. makin bingung lah tuh cewek yang polosnya kebangetan.

"udah ah, gue mau nanya ke Senja. lo beneran mau nikah Nja?" Tanya Alya pada Senja dan diangguki oleh kedua sahabatnya yang lain.

"iya, Senja mau nikah. nanti malam dia langsung pulang kerumah tante. iya kan sayang?" belum menjawab, Devi sudah mendahului Senja dan di akhiri pertanyaan meminta persetujuan pada Senja.

"bagus deh Tan, kalau Senja nikah dan langsung ikut Tante. soalnya kita nggak tega dia sendirian dirumah." celetuk Jingga. membuat Alya dan Tania mengangguk setuju.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

BAB 2

Setelah segala bujukan yang Devi dan David layangkan juga dengan bantuan dari tiga sahabatnya, akhirnya Senja menerima tawaran dari sahabat ibunya itu. Senja memang setuju untuk tinggal bersama Diva, tapi ia belum menyetujui tentang perjodohan yang dilakukan oleh Devi untuknya.

kini mobil yang dikendarai oleh David telah memasuki sebuah mansion mewah. Senja menatap takjub rumah bak istana itu.

"ayo Nak, kita masuk."Devi membuyarkan lamunan Senja yang sejak tadi menatap tak percaya pada bangunan yang ada didepan matanya ini.

"Eh, i…iya Tante." jawab Senja. Devi langsung meraih tangan Senja menggandengnya dan mengajaknya masuk.

sampai didepan pintu utama mansion, mereka disambut dengan ramah oleh para pria dan wanita berseragam.

"selamat datang Tuan dan nyonya besar." kepala maid berkata mewakili para bawahannya. mereka lalu menunduk hormat pada majikan mereka.

"Hm, apa kamu sudah menyiapkan apa yang saya perintah?" tanya Devi pada Siska, salah satu maid itu.

"Sudah Nyonya, saya sudah menyiapkannya." jawab Siska, menunduk tanpa berani menatap kearah majikannya. Devi hanya mengangguk tanda ia puas dengan pekerjaan Siska. ia kemudian membubarkan para maid untuk kembali mengerjakan pekerjaan mereka masing masing.

"ya sudah, Mama antar Senja kekamarnya. papa akan keruang kerja sebentar." ucap David, lalu pergi meninggalkan dua wanita beda generasi itu.

Devi kemudian membawa Senja menuju kelantai tiga dengan menaiki lift. Senja hanya diam saja dengan mengikuti langkah Devi. Namun, percayalah dalam diamnya, ia selalu menatap takjub pada setiap sudut ruangan yang ia lewati itu.

"sayang, kita sudah sampai." lagi lagi Devi menghancurkan rasa takjub Senja. Senja kemudian menatap kearah Devi yang kini telah membuka pintu sebuah ruangan.

"ini kamar kamu Nak." Devi menunjukkan sebuah kamar mewah pad Senja. kedua wanita itu lalu memasuki kamar itu.

lagi lagi Senja menatap takjub pada kamar yang kata Devi akan menjadi kamarnya itu.

"apa ini kamar anak perempuan Tante?" tanya Senja dengan wajah polosnya. Devi tersenyum lembut lalu menggelengkan kepalanya.

"Tante nggak punya anak perempuan sayang. anak Tante cuma satu laki laki, yaitu calon suami kamu."

mendengarnya, Senja langsung membelalakkan matanya.

"tapi Tan, kenapa harus menikah? bahkan Senja nggak kenal sama anak Tante."

"karena Tante ingin kamu menjadi menantu Tante Senja. bahkan almarhum Ibumu sudah merestuinya. apa kamu lupa dengan ucapan terakhirnya? itu sama saja dengan keinginan terakhirnya Nak, apa kamu tidak ingin memenuhinya?" peringat Devi. Senja terdiam karena ingat dengan ucapan terakhirnya.

Senja menghela nafas pelan. "baiklah Tante, apapun yang terbaik buat Senja, Senja akan menurutinya. karena Tante juga sudah seperti orangtua Senja." pasrah Senja. mau bagaimana lagi, menolakpun sia sia saja bukan? mungkin ini adalah takdirnya, pikirnya.

"nah, karena Tante sudah seperti orangtua kamu, maka kamu harus panggil tante Mama ya."

"iya Tan… maksudnya Mama." senyum Devi mengembang mendengar Senja memanggilnya Mama. inilah yang sia inginkan, seorang anak perempuan memanggilnya mama.

"ya sudah, kamu bersihkan dirimu lalu istirahat. nanti saat makan malam akan mama panggil. dan ya, semua pakaian kamu udah mama siapkan didalam walk in closet." setelah memberi tahu, Devi langsung Pamit pada Senja untuk pergi dari kamar gadis itu.

...****************...

Sebuah mobil sport mewah memasuki gerbang utama mansion keluarga William. seorang pria dengan memakai pakaian formal ditambah dengan kacamta hitam yang bertengger dihidung mancungnya itu keluar dari mobil.

ia kemudian memasuki mansion itu dan disambut senyuman hangat oleh kedua orang tuanya. tidak! senyuman itu hanya terpatri dibibir manis sang Ibu saja, sedangkan Ayahnya? tidak beda jauh dengan dirinya yang berwajah datar nan dingin bagai kulkas seribu pintu.

Devi langsung menghampiri putranya itu dan memeluknya penuh kerinduan. "kamu pulang sayang, mama kangen sama kamu nak."

"iya Ma, Langit juga kangen sama Mama." jawab pria itu yang tidak lain adalah Langit Anderson William. pewaris tunggal dari keluarga William yang sekarang telah menjabat sebagai presdir diperusahaan keluarganya yaitu WILL COMPANY. Langit pergi ke Luar negri selama sebulan untuk melakukan perjalanan bisnisnya.

David ikut tersenyum melihat Ibu dan Anak itu berpelukan saling melepas rindu mereka. sebenarnya, dia juga merindukan putra semata wayangnya itu, tapi egonya lebih tinggi dari pada perasaannya. jadi dia hanya melihat saja sebagi obat kerinduannya.

"apa kalian akan berpelukan seperti ini terus? ini sudah waktunya makan malam." David ini benar benar ya, mereka masih saling melepaskan rindunya tapi malah dihancurkan begitu saja.

"cih, dasar tua bangka." decih Langit lirih. tapi sayang, telinga orang ia sebut tua bangka itu masih sangat tajam sehingga bisa mendengar gerutuan Langit.

"Tua bangka begini juga papa kamu kalau kamu lupa." jawab pria itu yang tidak lain adalah David.

"sudah sudah ayo sekarang kita makan malam dulu. Langit, mama sudah memasak makanan kesukaan kamu, kamu harus makan banyak." Devi langsung menarik lengan putranya dan membawanya keruang makan.

melihat ayam kecap kesukaannya, Langit langsung bergegas menuju meja makan. ia langsung meraih piring akan mengambil makanan. namun, semua itu gagal, tangan seseorang telah menghalanginya. Langit menatap penuh tanya sang pemilik tangan itu.

"ada apa lagi sih Ma, Langit udah lapar." ya, yang menghalangi langit adalah Devi sang Mama. Langit memang seperti ini jika dihadapan kedua orang tuanya. terlihat manja, cerewet, juga hangat. sangat berbeda jika berada dihadapan orang lain. dia akan terlihat datar, dingin, cuek, juga menyeramkan.

"kita masih menunggu seseorang, sabar ya." dengan tersenyum manis, Devi memberi pengertian pada putra tunggalnya itu.

dengan wajah kesalnya, Langit kembali meletakkan piringnya diatas meja dan mendudukkan bokongnya dikursi.

melihat wajah kesal Langit, David terkekeh. memang selalu seperti ini Langit, jika sudah menemukan makanan favoritnya tapi tidak segera ia sentuh, ia akan merasa kesal. tapi ini hanya akan berlaku didalam rumah, tidak diluar.

tak lama kemudian pintu lift terbuka menampilkan seorang gadis remaja dengan menggunakan dress berwrna pink.

"nah itu dia," seru Devi. ia lalu menghampiri gadis itu lalu memeluknya dengan sayang.

sedangkan dua pria berbeda usia yang masih duduk di kursi itu hanya menoleh dengan tatapan yang berbeda. David, dia menatapnya dengan tersenyum tipis dan penuh kehangatan. sedangkan Langit? Dia menatapnya dengan tatapan elangnya yang begitu tajam ditambah lagi dengan ekspresi dinginnya.

"siapa dia Pa?" tanya langit.

menyadari perubahan putranya, David langsung mengarahkan pandangannya kearah Langit.

"biar Mama yang akan memberitahukan mu." jawab David, mengikuti ekspresi dingin putranya.

dua wanita yang tadi berpelukan, kini sudah menghampiri dua pria yang ada diruang makan itu.

"malam pa." sapa gadis itu yang tidak lain adalah Senja.

David membalas sapaan Senja dengan anggukan senyum tipis diwajahnya. Senja pun tertular dengan senyuman dari David.

setelahnya, Senja akan menyapa pria yang duduk dihadapannya, tepatnya disebelah kiri David. pria yang baru ia lihat malam ini.

namun, baru menatap mata pria itu, senyum gadis itu langsung memudar, Senja langsung menundukkan wajahnya karena merasa takut dengan tatapan tajam pria itu.

beberapa menit dalam keheningan, Devi kini menyadari ketakutan Senja pada putranya. dia kemudian merangkul bahu gadis itu.

"Nak, kenalkan dia Langit putra Mama. dan Langit, ini Senja, anak dari sahabat Mama yang baru meninggal tadi siang." mendengar Devi mengatakan kalau pria itu adalah putranya, Senja lalu menatap kearah Devi.

'kalau dia anak mama Devi, itu artinya dia calon suamiku?' batin Senja.

seolah tau apa yang akan senja katakan melalui tatapannya, Devi mengangguk.

"sudahlah aku lapar mau makan." seru pria itu, yang tak lain adalah Langit. ia lalu meraih piring nya dan mengambil nasi beserta lauk pauknya tanp memperdulikan kedua orangtuanya juga gadis tak dikenalnya itu.

"Setelah makan malam keruang kerja Papa. Mama sama Papa mau bicara sama kamu." ucap David. lalu mengikuti putranya memulai makan malamnya dan disusul oleh dua wanita beda generasi itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

BAB 3

"Bagaimana Langit?" tanya David, setelah mereka_ David, Langit dan Devi_ berkumpul diruang kerja pria paruh baya itu seperti apa yang dikatakan David saat diruang makan tadi. Lalu, dimana Senja? gadis remaja itu langsung menuju kekamarnya setelah makan malam tadi.

"bagaimana apanya Pa?" tanya balik Langit yang kini sudah duduk disofa ruang kerja bersama kedua orang tuanya.

"jangan pura pura lupa kamu, Papa sudah memberimu waktu cukup lama. dan ini sudah melebihi batas waktu yang kamu pinta." tegas pria paruh baya itu.

"Pa…"

"No, Papa nggak mau kamu mengulurnya lagi." David memotong ucapan Langit. dia sangat tau apa yang akan pemuda itu katakan. Langit langsung menatap sang Mama yang duduk dihadapannya, tepatnya disamping sang Papa untuk meminta pembelaan. Namun, Devi tak mengeluarkan sepatah katapun. Langit menghela nafas nya kasar.

"Sekarang apa yang Papa inginkan?" akhirnya Langit memutuskan untuk mencoba menuruti Orang tuanya.

"sesuai dengan perjanjian kita waktu itu. jika kamu tidak bisa mencarinya sendiri, maka Papa dan Mama yang akan mencarikannya." jelas David.

"Papa sama Mama kan tau kalau Langit itu gak suka berhubungan sama wanita selain Mama."

"jangan karena masalalumu kamu menghancurkan hidupmu Nak. nggak semua wanita seperti itu." Akhirnya Devi bersuara setelah sejak tadi menutup mulutnya. , mangalihkan atensi pemuda itu yang menatap tajam kearah sang Papa.

"nggak sama apanya Ma, setiap kalian mendekatkanku pada wanita, semuanya sama. hanya menginginkan harta."

"tapi ini berbeda Nak, Mama janji ini yang terakhir. jika yang ini sama juga, Mama sama Papa akan menuruti keinginanmu." mendengar ucapan Devi, David langsung menoleh kearah sang istri.

"kamu ini apa apaan Ma? kamu mau anak kita hidup tanpa pendamping seumur hidaupnya?" David sangat kesal pada istrinya yang memberikan janji seperti itu pada Langit. dia sangat tau, Langit itu tidak pernah mengingkari janjinya tanpa alasan. tapi dia juga akan menagih janji seseorang saat orang itu mengingkarinya tanpa alasan.

Devi hanya terdiam melihat kekesalan sang suami. karena kali ini ia merasa sangat yakin dengan pilihannya.

"Bagaimana Nak?" bukan meredakan kekesalan suaminya, Devi malah bertanya pada Langit membuat wajah David semakin memerah. bukan karena merah salting ya, tapi merah karena menahan kekesalannya. lihat saja nanti saat mereka sedang berdua, David akan menghukum istri kesayangannya itu. bukan hukuman dipukul atau apalah itu ya, tapi hukuman orang bucin untuk kesayangannya.

"baiklah, siapa wanita itu?" tanya Langit, yang sangat tau arah pembicaraan kedua orang tuanya itu.

"Senja, gadis yang tinggal bersama kita itu." Langit terkejut saat Devi menyebutkan satu nama. nama yang tadi ia dengar saat makan malam.

"berapa usianya?" tanya langit lagi.

"satu bulan lagi 18 tahun." lagi lagi langit dibuat terkejut mendengar pernyataan sang mama.

"itu artinya dia masih duduk di bangku SMA?"

"Iya."

"CK, masih bocil udah matre aja. gimana besarnya." gerutu Langit. ia lalu berdiri akan keluar dari ruang kerjanya.

"jaga ucapanmu Langit!" David membentak putranya. bukannya takut, Langit malah dengan Santainya menyandarkan punggungnya disandaran sofa dengan tersenyum miring. sedangkan Devi, ia mencoba menenangkan suaminya dengan mengusap lengan David.

"sudahlah, aku capek mau istirahat. kalian tentukan saja tanggal pernikahannya." Langit langsung berdiri untuk pergi meninggalkan kedua orang tuanya. Namun langkahnya terhenti saat mendengar ucapan David.

"besok malam kalian menikah." Setelahnya, Langit kembali melanjutkan langkahnya untuk pergi kekamarnya.

...****************...

Sarapan pagi telah berlangsung didalam ruang makan keluarga William. keheningan terjadi selama makan pagi berlangsung.

"sayang hari ini jangan sekolah dulu ya." pinta Devi pada Senja yang sudah mengenakan seragam sekolahnya itu.

"tapi Ma, 2 bulan lagi Senja ujian Nasional. kalau Senja nggak masuk sekolah, nanti nilai Senja turun." jawab gadis berseragam sekolah itu.

"kamu jangan takut nilaimu turun Nak, kamu nggak masuk sekolah kan ada alasannya." jawab David dengan santainya. Senja menolah kearah David ingin bertanya. namun, seolah tau, David kembali berucap "kamu masih berduka Nak, sekolah akan memberimu keringanan selama seminggu. lagian, nanti malam kamu dan Langit akan menikah." Senja membelalakkan matanya mendengar kalimat terakhir David. menikah? apa benar ia akan menikah diusia muda? itulah pertanyaan pertanyaan dalam hatinya. ia lalu menoleh kearah Langit, tapi reaksinya hanya datar saja.

"aku sudah selesai, aku mau langsung berangkat kekantor." bukannya mengurusi pernikahannya nanti malam, pemuda itu malah bangkit dari duduknya dan menyalimi kedua orangtuanya lalu pergi begitu saja tanpa menoleh kearah Senja. melihat itu, Senja langsung menundukkan kepalanya sendu.

"Sudah, kamu ask kekamar lagi saja ya Nak, nanti akan ada tukang make up yang akan datang kesini." jelas Devi. Senja hanya mengangguk menuruti saja. ia langsung pergi kekamarnya yang berada dilantai 3 dengan menggunakan lift.

sesampainya dikamar, ia langsung duduk dimeja belajarnya dengan tatapan kosong. dia kemudian membuka laci meja itu dan meraih sebuah foto yang sedikit usang. ya, itu adalah fotonya bersama Sang Ibu yang sudah meninggal.

"Bu, kata Mama Devi, nanti malam Senja akan menikah dengan anaknya, yaitu kak Langit. sebenarnya Senja takut sama kak Langit Bu melihat wajahnya sepertinya dia sangat galak. tatapannya juga sangat tajam Bu, Senja takut setiap menatap matanya. Bu, doakan Senja ya, semoga kak Langit bisa menyayangi Senja. Senja juga bisa menjadi istri yang baik buat kak Langit." gumam Senja pada foto sang Ibu. tak terasa bulir bening dari kelopak mata indahnya itu turun tanpa izin sang pemilik.

TING…

lamunan senja buyar saat mendengar ponselnya berdering menandakan adanya pesan dalam ponselnya. gadis itu lalu meraih ponselnya yang tergeletak dihadapannya. ternyata pesan itu dari grup chatnya dan ketiga sahabatnya.

...BEAUTY GIRL'S...

Alya

'udah pada berangkat blm Girls?'

Tania

'Tania lagi nunggu jemputan ayang Rendy'

Jingga

'OTW'

Alya

'@Senja mana nih. berangkat gk lo?'

Senja

'sorry ya girls, gue blm bsa brngkt sekolah 🙏'

setelah membalasnya, Senja kembali meletakkan ponselnya. kemudian ia berdiri lalu pergi ke walk in closet untuk Mengganti pakaian sekolahnya menjadi pakaian rumahan.

Drrrrttt drrrrttt drrrrttt

setelah mngganti pakaian, senja ingin keluar kamar untuk menemui Devi. namun lagi lgai ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk, bukan lagi pesan.

Senja langsung meraih ponselnya guna melihat sipemanggil. ternyata bukan sahabtnya yang menelpon, tapi Daniel, sang most wanted disekolahnya yang digadang gadang telah menyukainya.

tanpa menunggu lama, gadis itu lalu menjawab panggilan telepon dari Daniel.

"Hallo...."

"Hallo Senja, lo apa kabar?" sapa Daniel, setelah mendengar suara Senja.

"gue baik, ada apa Niel?"

"nggak ada, gue cuma mau ngucapin turut berduka cita, sorry kemarin gue nggak ada disaat lo lagi berkabung."

"Thanks, gue nggak papa kok."

"eemmm lo nggak sekolah Nja?"

"belum Niel, kenapa?"

"nggak papa, nanya aja. nanti sepulang sekolah gue sama teman teman kerumah lo boleh?" tanya Daniel. Senja membelalakkan matanya. gadis itu terdiam cukup lama memikirkan jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan Daniel?

"Hallo, Senja lo masih disana kan?" dari sebrang telepon laki laki itu memecahkan pemikiran Senja.

"eh, ha...hallo Niel. sorry, bukan gue nggak mau kalian kerumah gue. tapi gue udah pindah rumah, sorry banget ya." Senja merasa tidak enak menolaknya. tapi mau bagaimana lagi, nggak mungkin kan kalau dia jujur?

"tapi Nja ...."

Tok! Tok! Tok!

belum selesai Daniel berucap, Senja langsung mematikan teleponnya karena pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.

setelah mematikan teleponnya, Senja langsung meletakkan ponselnya diatas nakas lalu berjalan untuk membuka pintu kamarnya.

"Maaf nona mangganggu. ini perias yang akan mendandani anda sudah datang." ucap seorang Maid yang mengantarkan seorang wanita yang menyeret sebuah koper kecil yang kemungkinan isinya adalah alat make up.

"oh iya, makasih mbak siska." ucap Senja.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!