NovelToon NovelToon

Veronika

Prolog

Apa kalian pernah merasakan ingin menangis dengan keras, menumpahkan semua kesulitan tapi tidak tau alasan kenapa tiba-tiba menangis?

Apa kalian pernah ingin sendirian ditempat yang tidak ada siapapun agar tidak ada satupun yang mendengar tangisan dan teriakan dari hati kalian?

Apakah pernah merasa sangat lelah dan ingin berhenti?

Itulah yang sedang dirasakan oleh Veronika saat ini. Disakiti dan dikhianati mungkin hal yang biasa baginya, tapi satu hal yang paling menyakitkan adalah mencoba bertahan dalam keluarga yang tidak adil kepadanya. Veronika Dwi Kanaya (17) biasa dipanggil Vero, anak kedua dari tiga bersaudara yang lahir di keluarga yang cukup tergolong kaya dari pasangan suami istri Beltran dan Anggi. Vero mempunyai kakak dan adik bernama Andika (19) dan Chelsea (15). Vero sekarang duduk dibangku kelas 2 SMA Harapan.

Yaaa sebagaimana kalian tau, mungkin sebagian hal ini terjadi pada anak tengah. Vero sering dibandingkan dengan kakak dan adiknya, sering dijadikan nomor 2 bahkan nomor 3 diantara mereka. Dari kecil ketika ia berkelahi dengan kakak atau adiknya, Vero yang akan disalahkan. Dengan alasan 'kamu kan adik, harus nurut ke kakak kamu. dia kan masih kecil, lebih kecil dari kamu, harus ngalah sama adik kamu'

Itu sering terjadi kepadanya, apalagi saat Vero membela dirinya, ia sering dianggap anak yang nakal dan tidak nurut. Sering dijelek jelekan oleh orang tuanya bila ada kerabat atau teman orang tuanya datang ke rumah. Dan sekali lagi yang di puji dan dibanggakan adalah kakaknya yang bisa kuliah di universitas negeri dan adiknya yang mendapat juara kelas, padahal Vero juga termasuk siswi yang berprestasi di sekolahnya. Hanya saja ia sudah menyerah untuk mendapatkan pujian keluarganya karena dulu saat ia mendapatkan juara 1 di kelasnya, Vero dengan hati yang senang pulang ke rumah untuk memberitahu ke papanya, tapi lagi lagi bukan pujian yang ia dapat tetapi hinaan karena kakaknya yang mendapatkan juara umum di sekolah. Hatinya sakit untuk kesekian kalinya. Setelah itu ia bertekad untuk tidak lagi mengharapkan pujian dari kedua orang tuanya. Yup menyedihkan yaa :)

Tapi untungnya itu hanya terjadi di rumahnya, di sekolah Vero memiliki sahabat yang sangat baik dan pengertian bernama Vanessa. Semua hal suka dan duka mereka bagi bersama. Vanessa bahkan tau keadaan Vero saat di rumah tapi 1 hal yang Vanessa tidak ketahui dari Vero. Rahasia yang hanya ia dan Tuhan yang tau.

Pagi hari, Vero baru saja bangun dan langsung pergi mandi untuk berangkat sekolah, sebelum berangkat sekolah biasa ia dan keluarganya sarapan bersama.

"Pagi semuanya" sapa Vero

"Pagi" sapa keluarganya

Lalu Vero pun duduk dan mengambil roti untuk sarapannya pagi ini.. hanya dentingan sendok yang terdengar pagi ini. Setelah sarapan, ayah nya bertanya pada kakaknya "Bagaimana kuliahnya kak, lancar kan?" tanya sang ayah ke anak sulungnya.

"Lancar Pa, sebentar lagi akan ada uas jadi Adit akan lebih banyak di rumah untuk belajar pa" jawab Aditia.

"Iya dong, harus belajar di rumah. Jangan seperti adik kamu itu yang kerjaannya hanya keluyuran terus, belajar gak pernah"

Sahut Papanya yang sedang menyindir Vero.

Vero hanya diam tidak menggubris papanya. Ia beranjak dari ruang makan, lebih baik ia pergi ke sekolah daripada mendengar sindiran papanya yang bikin sakit hatinya.

"Aku berangkat duluan semuanya" pamit Vero.

"Iya hati-hati kak" sahut adiknya Chelsea. Chelsea sangat sayang dengan Vero. Ia seringkali sedih melihat kakaknya yang selalu disalahkan oleh papanya. Sedangkan  Mama dan kakaknya bersikap cuek pada Vero.

Sesampainya di sekolah, ia menampilkan sisi cerianya, banyak orang menyukai Veronica karena selain pintar, ia sangat cantik dengan badan ramping, kulit putih susu dan senyum yang manis. Ia sangat ramah pada teman sekolahnya. Hanya saja ia sedikit menjauhi laki-laki. Setiap kali ada yang mendekatinya, ia langsung menjauh karena tidak mau terlibat dalam percintaan. Baginya berani mencintai maka harus siap untuk tersakiti. Ia pernah sekali disakiti oleh mantan pacarnya saat SMP, yang hanya bisa berkata manis dan memberi harapan tetapi berkhianat dibelakangnya. Vero tidak mau itu terulang lagi, cukup sekali.

"Veroooo!!!!!" Teriak Vanessa yang baru tiba.

"Masih pagi, nes. Jangan teriak suaramu jelek, sakit telinga aku" kata Vero.

"Isss enak aja. Suaraku ini merdu yaa, Raisa aja kalah sama suaraku." Sahut Vanessa.

"Iya iyaa merdu banget sampai mau pecah gendang telingaku" ejek Veronika.

Kringg... (Bel tanda masuk berbunyi)

"Udah ah, ke kelas yuk udah bel tuh" kata Veronica ketika mendengar bel sekolah.

Setibanya di kelas. Mereka disambut oleh teman sekelasnya yang sangat heboh.

"Selamat pagi semuanya, incess datang!!" Teriak Vanessa yang dibalas oleh teman sekelasnya

"Selamat pagi, ayo bangun jangan mimpi terus" balas Farel ketua kelas 11 IPA 1 yang diiringi tawa Vero dan teman sekelasnya "hahaha, pagi pagi udah mimpi aja Lo nes" tawa Veronika.

Seorang guru masuk ke kelas dan disusul oleh seorang laki-laki yang tampan dan memiliki mata yang tajam. Saat laki-laki tersebut masuk, murid kelas langsung heboh terutama semua murid perempuan kecuali Vero. Laki-laki itu pun memperkenalkan dirinya.

"Halo, nama gue Vian Adijaya" kata Vian.

Krik krik krik... Kelas itu sunyi seketika.

"Gitu doang? Gak ada lanjutannya gitu? Singkat amat" sahut Farel yang merasa perkenalannya sangat singkat, padat dan datar.

"Hanya itu Vian? Kalo sudah kamu bisa duduk di belakang Veronika ya. Vero tolong angkat tangannya agar Vian tau" kata sang guru yang menjadi wali kelas 11 IPA 1 itu.

Saat itu juga Vero mengangkat tangannya, Vian langsung berjalan menuju Vero, tatapan mereka bertemu beberapa detik.

Deggg..

"Mata itu, sepertinya aku pernah melihat mata itu" kata hati Vian. Vian merasa familiar saat melihat mata itu. Tatapan mereka terputus saat itu juga karena Vero mengalihkan pandangannya ke depan.

"Hei, nama gue Farel ketua kelas di kelas ini" sambut farel.

"Hmm gue Vian" balas Vian dengan datar.

"Nanti istirahat ke kantin bareng gue ya. Sekalian gue kasih tau apa aja yang ada disekolah ini." Ajak farel ke Vian.

"Oke" jawab farel yang sangat datar.

Kringgg... (Bel istirahat berbunyi)

Semua murid langsung berhamburan ke luar kelas, ada yang ke kantin, ke perpustakaan bahkan ke taman sekolah. Vian dan Farel menuju ke kantin sedangkan Veronika dan Vanessa menuju ke taman untuk duduk santai.

"Ver, kok wajah kamu pucat sih. Kamu sakit? Ke UKS aja ya." Vanessa khawatir melihat wajah Vero yang pucat.

Trauma

"Kenapa hanya sedikit sih, udah tau punya maag masih susah makan. Kenapa? Gak mood? Ada kejadian apa tadi pagi?" Vanessa tau kalau Vero makan sedikit tadi pagi berarti ada masalah di keluarganya Vero.

"Nggak kok, nggak ada apa apa. Tadi aku buru buru supaya gak telat" Vero berbohong supaya Vanessa tidak terlalu khawatir. Vanessa mengajak Vero ke kantin, ia takut nanti Vero pingsan karena belum makan.

Sesampainya di kantin mereka langsung mencari tempat duduk tapi sayangnya kantin sangat ramai. Hanya tersisa 2 kursi di meja Farel dan Vian, mereka langsung menuju ke meja tersebut.

"Eh rel, kami duduk disini yak. Gak ada kursi lagi nih tumben banget kantinnya ramai." Vanessa meminta izin ke Farel dan langsung diangguki olehnya. Vero dan Vian hanya diam saja, mereka bertatapan sejenak kemudian Vero langsung mengalihkan perhatian ke hpnya.

"Ver, kamu mau makan apa?" Tanya Vanessa.

"Bakso sama es teh aja" jawab Veronika.

Vanessa langsung menuju stand makanan dan meninggalkan Vero sendirian bersama kedua laki laki tersebut.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Vian kepada Vero yang memecahkan keheningan di meja itu.

"Hah? Nggak tuh" balas Vero yang terkejut dengan pertanyaan tiba tiba dari Vian.

"Ohh" kata Vian.

"Ni anak gak jelas banget sih, tiba tiba nanya habis itu dijawab oh doang." Kesal Vero dalam hati.

"Eh Vero, kok wajah lo pucat banget sih?" Kata Farel saat melihat wajah Vero yang tampak pucat, Vian pun langsung menatap wajah Vero yang memang pucat. ia menunggu jawaban Vero sambil terus menatap Vero.

"Eh eh ini tadi pagi hanya sarapan sedikit kok jadi maag nya kambuh deh" panik Vero karena ditatap intens oleh keduanya (panik atau salting ni hehe).

"Oh lain kali sarapan yang banyak ver biar gak sakit." Saran Farel kepada Vero. Tapi Vian masih terus menatap Vero seakan mengetahui ada yang disembunyikan oleh perempuan itu.

"Makanan datang!!" Seru Vanessa sambil membawa makanan.

"Thank You nes." Kata Vero yang akan menuangkan sambal yang banyak ke baksonya tapi dihalangi oleh Vian.

"Katanya Lo maag" halang Vian sambil menghadang tangan Vero yang hampir menuangkan sambal itu, kejadian ini hampir disaksikan oleh semua murid di kantin tersebut terutama Vanessa dan Farel yang terkejut dengan aksi yang dilakukan oleh Vian. Banyak yang merasa iri atas perlakuan tersebut, murid laki laki iri dengan Vian yang bisa dekat dengan Vero padahal Vero sangat sulit didekati. Sedangkan murid perempuan iri dengan Vero karena didekati oleh Vian yang notabennya murid baru yang sangat tampan.

"Eh tapi gak enak kalo gak pake sambal" kata Vero sambil mengerucutkan bibirnya tanda tak suka.

'imut' kata Vian tapi hanya bisa di ucapkan dalam hatinya.

"Terserah Lo" balas Vian yang kesal bercampur gemes tapi entah kenapa (padahal kan gak ada hubungan apa apa yakk huhu)

Vian juga bingung ada apa dengannya, kenapa tiba tiba ia kesal saat Vero tidak mendengarkannya. Entahlah, hanya Tuhan dan hatinya yang tau, Vian mah mana tau.

Istirahat pun selesai dan setelah beberapa jam, waktunya mereka pulang.

"Huh akhirnya pulang juga, aku gak sabar mau lanjutin drakor nih" kata Vanessa sambil merapikan tas dan bersiap untuk pulang karena mau langsung marathon drakor.

"Drakor terus yang ada di otak kamu nes" heran Vero yang merasa temanya itu tak ada hari tanpa drakor.

"Ya biarin, itu hiburan aku tau"

Mereka berdua berjalan menuju gerbang sekolah. Vanessa sudah dijemput oleh sopirnya sedangkan Veronika mengendarai motornya sendiri.

Sesampainya di rumah, Vero langsung berganti baju lalu rebahan di kasurnya, tak terasa sampai ketiduran.

Di suatu malam ada perempuan yang berlari tanpa tujuan, ia sedang dikejar oleh 2 orang laki laki bertubuh besar. Mereka ingin berbuat jahat kepada perempuan itu.

"Hei cewek!! Jangan lari!! Ayo temani kami, kami akan kasih kamu kehangatan dimalam yang dingin ini hahaha" teriak salah satu preman tersebut diiringi tawa temannya. Perempuan itu masih terus berlari, tapi karena langkahnya yang kecil ia berhasil ditangkap oleh mereka. Ia ditarik ke lorong yang gelap sambil berteriak minta tolong. Tapi saat itu jalanan sangat sepi tidak ada kendaraan yang melintas. Mulutnya dibekap oleh salah satu preman itu dan mereka mendorongnya serta menimpa tubuhnya, ia memberontak dengan air mata yang turun terus menerus. Salah satu tangan preman tersebut merobek paksa baju perempuan tersebut sehingga tampaklah pakaian dalam bagian atas perempuan itu. Mereka ada yang memegang tangan dan kakinya, ada yang mencoba meraba tubuhnya.

Perempuan itu terus memberontak, ia sangat ketakutan tubuhnya bergetar hebat, ia merasa jijik dan kotor.

"Jangan!! Tidak tidak!!" Teriak Vero. Ia langsung terbangun dengan wajah yang pucat serta keringat yang dingin. Yup, perempuan tersebut adalah Veronika. Tubuhnya bergetar hebat, tangannya langsung mencoba meraih laci didekatnya dan mengambil botol obat lalu langsung meminumnya dengan air yang ada di atas nakas . Tubuhnya berangsur tenang, ia sering bermimpi buruk sejak kejadian itu. Ya ia trauma karena kejadian, ia harap ini hanya mimpi bukan kenyataan. Tapi mimpi ini terus terulang yang membuatnya mengingat terus menerus.

Kejadian tersebut terjadi saat Vero masih duduk dibangku SMA kelas satu.

flashback..

Malam itu belum terlalu larut tapi sangat sepi karena sehabis hujan, ia baru pulang dari rumah Vanessa untuk kerja kelompok. Ia harusnya pulang sore tadi tapi hujan turun sangat deras, keluarga Vanessa melarang ia untuk pulang karena cukup bahaya. Ia baru bisa pulang pukul 8 malam, Vanessa sudah menawari untuk mengantar tapi Vero menolak karena takut merepotkan. Ia harus segera pulang karena hanya izin sampai sore. Ketika ia melewati jalan yang sepi, ia tak sengaja bertemu dengan 2 orang preman yang sedang mabuk.

"hai neng cantik hehe" sapa salah satu preman itu. Preman itu mulai mendekati Vero, Vero mundur dan mau berbalik untuk pergi tapi sayangnya ia kalah cepat dengan tangan preman itu. Preman itu sudah memegang lengannya.

"Lepas!" seru Vero yang mulai ketakutan. ia memberontak dan mencoba melepaskan tangannya, tapi preman itu sangatlah kuat. Akhirnya ia mencoba memijakkan kakinya dengan keras ke kaki preman tersebut. 'Berhasil' seru Vero dalam hati.

Ia pun langsung berlari sekuat tenaga tapi naas ia tersandung dan jatuh tapi untungnya preman itu mengejar disaat mereka mabuk jadi ia masih sempat untuk bangkit dan mencoba berlari sekuat tenaga walaupun kakinya perih.

"Hei cewek!! Jangan lari!! Ayo temani kami, kami akan kasih kamu kehangatan dimalam yang dingin ini hahaha" teriak salah satu preman tersebut diiringi tawa temannya. Kejadian dalam mimpi buruk itu pun terjadi...

Terpuruk

Setelah kejadian itu, besok paginya ia terbangun di ruangan serba putih, tubuhnya langsung bergetar karena tidak tau ada dimana. Ia semakin takut ketika pintu ruangan itu terbuka, tetapi langsung tenang ketika suster masuk untuk mengecek kondisinya.

"Selamat pagi kak. Bagaimana keadaanya kak, apa masih ada yang sakit?" Tanya suster itu ketika melihat Veronika sudah sadar dari pingsannya.

"Ada dimana aku sekarang sus?" Bukannya menjawab pertanyaan suster, Vero malah balik bertanya.

Suster itu hanya tersenyum dan menjawab "ini di rumah sakit pelita kak, kemarin ada laki laki yang membawa kakak kesini dalam keadaan pingsan kak."

Raut wajah Vero langsung terkejut dan panik, ia melihat jam sudah pukul 11 siang. Ia langsung turun dari kasur dan mencabut infusnya, membuat suster langsung panik.

"Aduh kak, hati hati kak" panik suster ketika melihat tangan Vero mengeluarkan darah karena infus yang dipaksa lepas.

"Aku harus pulang sekarang sus, nanti keluargaku khawatir. Administrasinya dimana sus?" Raut wajah Vero seperti orang yang ketakutan, ia bahkan hampir lupa kejadian semalam karena terlalu takut dimarahin oleh orang tuanya. Vero ingin membayar dan langsung pulang tapi dicegah oleh suster itu.

"Tunggu dulu kak, administrasinya sudah dibayar oleh laki laki yang membawa kakak ke sini. Kakak tidak mau menunggunya datang?" Tanya suster itu sambil mengobati tangan Veronika.

Tapi Veronika menggeleng dan langsung pergi setelah mengucapkan terimakasih dan menitipkan salam untuk orang yang membantunya semalam.

Ketika sampai di rumah, bukan sambutan yang diterima oleh Vero melainkan terikan papanya yang membuat ia semakin takut untuk masuk kedalam rumah.

"Dari mana saja kamu hah!? Tidak pulang semalaman, mau jadi apa kamu hah?" Bentak papanya ketika baru melihat anaknya pulang dalam keadaan berantakan. Ia sengaja tidak pergi bekerja dan menunggu Veronika. Tapi yang ditunggu baru pulang jam 12 siang.

"M-Maaf pa, kemarin aku kerja kelompok dan baru bisa pulang malamnya, t-api..." Ucapan Vero langsung dipotong oleh papanya "Halah.. banyak alasan kamu, kemana saja kamu hah! Jual diri?!" Bentak papanya.

Degg.. hati Vero rasanya seperti diremas, sakit sekali ketika papanya, orang yang ia sayang malah mengatakan hal yg kejam ke dirinya. Apa tidak bisa mendengar alasannya dulu. Vero langsung menangis dan berlari ke kamarnya, ia membanting pintu dengan keras. Ia masih bisa mendengar suara papanya yang terus menghinanya. setelah kejadian yang dialaminya semalam, bukannya mendapatkan pelukan hangat dan merasa terlindungi, Vero mendapatkan cacian yang membuat ia semakin terpuruk karena terus mengingat kejadian tersebut. Setelah kejadian itu, Vero terus bermimpi buruk, ia beberapa kali mencoba untuk bunuh diri karena merasa dirinya kotor. Tapi selalu gagal karena ia masih takut akan dosa yang akan ia terima. Vero pun pernah datang ke psikiater untuk mencoba menghilangkan mimpi buruknya tapi sampai sekarang belum juga sembuh, ia sering minum obat penenang yang dianjurkan oleh dokter ketika tidak bisa mengontrol dirinya. Ini lah rahasia yang Vero tutupi, sahabatnya Vanessa bahkan tidak tau. Ia menutupinya dengan senyum yang manis, mencoba terlihat kuat meskipun rapuh di didalam.

Ditempat lain, tepatnya di rumah sakit pelita ada laki laki yang masih memakai seragamnya datang keruangan yang ditempati Vero tadi. Ruangan itu sudah kosong, ia bertanya tanya kemana perempuan itu. Tak lama suster pun datang dan memberitahu bahwa perempuan itu sudah pulang dan menitipkan terimakasih kepadanya. (Ada yang tau siapa laki laki itu?) Yup benar.. laki laki itu adalah Vian Adijaya. Semalam ketika ia mau pergi ke minimarket terdekat, ia mendengar suara minta tolong. Ia pun mencari asal suara tersebut dan ia terkejut ketika ada perempuan yang hampir dilecehkan oleh 2 orang preman. Ia langsung mendekati mereka dan langsung menerjang salah satu preman itu dan menghajar mereka, perkelahian sengit terjadi. Tidak ada yang mau mengalah.

"Jangan sok jagoan Lo!" Teriak salah satu preman itu sambil melayang tinjuan dan mengenai pipi Vian (Aduh wajahnya gak ganteng lagi nanti). Vian langsung membalas dan menghajar mereka sampai mereka tidak bisa berdiri lagi. Sekali lagi beruntungnya preman itu dalam keadaan mabuk jadi tidak butuh waktu lama menghajar mereka. Lalu Ia langsung mengalihkan pandangan ke perempuan yang hampir dilecehkan itu.

"Jangan mendekat! Jangan! Pergi!" Teriak histeris perempuan itu karena sangat takut.

"Hei tenanglah, sekarang sudah aman" Vian mencoba mendekat dan memberi jaketnya ke perempuan itu, karena lorong itu gelap ia hanya bisa melihat mata perempuan itu. Mata yang indah tapi terdapat ketakutan yang besar di sorot matanya. Perempuan itu tiba tiba pingsan karena ketakutan, ia pun langsung menggendong perempuan tersebut dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Setelah mengurus administrasi, ia langsung pulang kerumahnya dan rencananya besok sepulang sekolah ia kembali lagi. Tapi sekarang perempuan itu sudah pergi, Vian masih mengingat sorot mata perempuan itu. Ia menghela nafas sejenak,

'Jaket kesayangku' kata Vian dalam hati. (ya ampun Vian, masih ingat aja jaketnya yang dibawa lari haha).

Kembali ke masa sekarang, Vero masih mencoba untuk menenangkan pikirannya.

Setelah merasa tenang, ia langsung mandi karena merasa tubuhnya lengket akibat keringat tadi. Setelah mandi ia menuju ke ruang makan untuk makan malam. Di sana semuanya sudah berkumpul dan memulai makan tanpa menunggu Vero. Itu sudah biasa bagi Vero, ia seperti tidak dianggap di rumah ini. Hanya adiknya yang masih suka menemaninya dan menanyai kabarnya.

"Malam kak, baru bangun kak? Ayo langsung makan aja kak" seru Chelsea menyambut kedatangan Vero di meja makan.

"Gak usah perduliin kakakmu itu Chelsea, kerjaannya hanya keluyuran dan tidur saja" kata papanya yang tidak suka saat Chelsea berbicara dengan Vero. Vero hanya tersenyum pahit saat mendengarnya, walaupun terbiasa tapi sakit itu masih ada saat sosok yang harusnya menjadi cinta pertamanya menghina dan tidak memperdulikan Vero.

Vero langsung makan dan bergegas ke kamarnya kembali. Ia terisak, menangis dalam diam agar tidak ada yang mendengarnya. Ia memegang dadanya yang terasa sesak.

"Sampai kapan Tuhan? Sampai kapan aku harus bertahan? Aku lelah, aku ingin menyerah. Aku ternyata tidak sekuat yang diharapkan hiks hiks" Isak tangis Vero makin terdengar. Mungkin jika ada yang mendengarnya, mereka akan tau seberapa sakit hatinya karena tangis yang menyedihkan itu. Vero menangis sampai ketiduran dan baru bangun keesokan harinya.

Keesokan paginya, Vero bangun dengan wajah yang sembab karena menangis semalaman.

"Aduh bagaimana ini, kenapa mukaku bengkak seperti ini. Kalo Vanessa tau, heboh ni pasti" kata Vero ketika bercermin sehabis mandi, ia pun lompat lompat dan melakukan peregangan berharap bengkaknya berkurang. (katanya bisa, tapi author gak tau yak haha)

"huff gak berkurang ni bengkak, bodo amatlah" pasrah Vero.

Vero langsung turun ke bawah untuk sarapan dan langsung bergegas ke sekolah karena sudah jam setengah 7 lewat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!