NovelToon NovelToon

Hidden Treasure Hunter's

SINOPSIS CERITA DAN PENGENALAN TOKOH

Pulau Terlarang adalah tempat yang tidak jauh dari kota Guangzhou dimana Cheng Mai tinggal. Pulau itu diketahui menyimpan sebuah harta karun dari zaman dinasti Han. Para ilmuwan dan peneliti arkeologi serta perompak sekalipun ingin ikut mencarinya.

Cheng Mai seorang gadis yang memiliki rasa penasaran tinggi sejak kecil. Ia diam-diam mengambil peta harta karun rahasia milik ayahnya yang sengaja disembunyikannya. Ayah Cheng Mai yang bernama Cheng Xin juga memiliki rahasia sendiri dengan harta karun tersebut. Apa ya rahasia itu? Bersama teman-temannya Cheng Mai membuat kelompok kecil untuk menggali informasi lebih dalam tentang harta karun tersebut.

Tanpa sepengetahuan orang tua mereka kelompok kecil pemburu harta karun itu pergi ke Pulau Terlarang untuk mendapatkan harta karun tersebut. Rintangan dan halangan akan mereka hadapi saat mencari harta Karun tersebut. Bisakah Cheng Mai dan teman-temannya menemukan dan mendapatkan harta karun yang tersembunyi itu. Atau mungkin mereka menyerah ditengah jalan. Dan sebenarnya ada hubungan apa antara Cheng Xin dengan pulau tersebut? Akankah rahasia miliknya terungkap.

...PENGENALAN TOKOH...

Nama : Cheng Mai

Status : Pelajar (Sekolah Menengah Puiying)

Orang tua : Ayah (Cheng Xin) Ibu (Mai Lin)

Kriteria : Ramah, suka berteman, baik peduli sesama teman, pemberani,sedikit keras kepala, dan juga egois, serta suka penasaran dan ingin tahu.

Nama : Cheng Xin (Ayah Cheng Mai)

Status : Bekerja (Wakil Pustakawan Penelitian Institut Relik Budaya Arkeologi)

Kriteria : Penyayang, baik, suka membantu

Nama : Xio Dan/DanDan (Teman Dou Dou)

Status : Pelajar (Sekolah Menengah Puiying)

Kriteria : Baik, tampan, peduli teman, setia kawan

Nama : Jin Mei (Teman Cheng Mai)

Status : Pelajar (Sekolah Menengah Puiying)

Kriteria : Baik hati, kutu buku, peduli teman

Nama : Dou Dou/Pang Dou (Teman Xio Dan)

Status : Pelajar (Sekolah Menengah Puiying)

Kriteria : Gempal, suka makan, penakut,

ceroboh dan sedikit bodoh

Nama : Sing Kwang (Teman Cheng Xin)

Status : Bekerja (Tim Peneliti Kota

Guangzhou)

Kriteria : Penakut,setia kawan

Nama : Yang Li

Status : Bos (Tim Peneliti Kota Guangzhou)

Kriteria : Berwibawa,suka memerintah

Nama : Lao Zhang

Status : Penunggu Pulau Terlarang

Kriteria : Baik hati,ramah,pemberani, dan suka menolong,suka bercanda

Nama : Fan Fan/Miss Fan (Tim Ilmuwan Tiongkok)

Status : Bekerja (Tim Ilmuwan Tiongkok)

Kriteria : Cantik, sedikit sombong, terlalu polos

Nama : Gou Gou

Status : Ketua Perompak dari Timur

Kriteria : egois,kejam,dan tak berperasaan

Nama : Bon Bon dan Ban Ban

Status : Perompak dari Timur

Kriteria : Bodoh dan sedikit memiliki rasa belas kasih

Nama : Pak Bei (tetangga Xio Dan)

Status : Supir taksi

Kriteria : Ramah, baik,dan suka membantu

Nama : Xio Feng

Status : Ibu Xio Dan, Dosen

Kriteria : Tegas

Itulah sekiranya beberapa tokoh yang akan berperan di cerita ini. Kisah mengorek sejarah tentang harta karun tersembunyi di pulau yang tak berpenghuni. Sederet bahaya dan rasa mencengkam akan disajikan dalam rangkaian cerita ini. Ya walau mungkin tak seseram yang dibayangkan. Pulau terlarang pasti tidak jauh dari hal-hal yang mistis dan misterius bukan. Walau terlihat indah dari luar tapi didalam tak seindah yang dibayangkan.

Anak-anak remaja pemberani itu adalah, Cheng Xin, Xio Dan, Jin Mei dan Dou Dou. Mereka berempat akan menelusuri pulau terlarang demi mencari tau tentang harta karun tersebut. Ada hal-hal yang pastinya akan terjadi pada mereka saat melewati proses pencarian. Dari bertemu perompak, hewan buas, hutan ilusi, dan masih banyak tempat aneh yang akan mereka berempat akan lewati nanti.

Yuk saksikan dan baca cerita nya! Let's the Begins!

Peta Rahasia

Rasa penasaran yang dimiliki Cheng Mai sampai sekarang masih begitu tinggi. Rasa penasaran akan hal yang selalu dirahasiakan oleh ayahnya itu. Cheng Mai ingin tahu apa yang sebenarnya disembunyikan oleh ayahnya. Cheng Mai dan ayahnya tinggal di Kota Guangzhou, China.

Nama Cheng Mai diambil dari marga ayah dan ibunya. Ayah Cheng Mai bernama Cheng Xin. Beliau seorang Wakil Pustakawan Penelitian Institut Relik Budaya Arkeologi kota Guangzhou, China. Ibu Cheng Mai bernama Mai Ling. Beliau telah pergi meninggalkan dunia ini karena kecelakaan.

Ibunya Cheng Mai meninggalkan Cheng Mai pada saat ia berumur 6 tahun. Mulai dari situlah ayahnya membesarkan Cheng Mai sendirian. Ayah Cheng Mai orang yang penyayang. Namun sudah beberapa hari ini ia seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari anaknya.

Cheng Mai sekarang berumur 16 tahun dan sudah kelas X. Ia bersekolah di Sekolah Menengah Pui Ying, Guangzhou, China. Ia juga memiliki banyak teman di sekolahnya. Kadang Cheng Mai sedikit keras kepala dan egois. Ia juga memiliki sifat penasaran tinggi akan sesuatu. Senamun sifat Cheng Mai agak kurang, ia sebenarnya anak yang ramah dan suka bergaul dengan siapa saja.

Di rumah Cheng Mai. Dirinya dan ayahnya sedang makan malam bersama. Lalu tiba-tiba ada suara dering telepon dari saku milik ayahnya. Ternyata itu telepon dari teman yang dikenalnya. Akhir-akhir ini di Kota Guangzhou sedang ada berita ramai tentang penemuan harta karun yang diketahui berada di pulau terlarang.

Ayah meminta izin pada Cheng Mai untuk menjawab teleponnya itu. Diangkatnya telepon Cheng Xin.

“Halo Sing, apakah kamu yakin tentang rencana itu?” tanya Cheng Xin tidak yakin.

Sing adalah nama salah satu teman Cheng Xin ayah Cheng Mai. Ia bernama lengkap Sing Kwang. Ia bersama bosnya menyuruh Cheng Xin untuk membantunya dalam mencari harta karun.

“Aku yakin kita bisa menemukan harta karun tersembunyi yang berada di pulau terlarang itu.”

“Tim dan Bos sudah mengkonfirmasikannya padaku. Kau harus membantu kami,” pinta Sing memaksa.

“Baiklah aku besok akan ke kantor mu kita bicarakan disana. Aku tutup dulu nanti ku kabari selanjutnya,” jawab Cheng Xin kembali.

“Oke,” jawabnya.

Cheng Xin kembali ke meja makan sambil menghela nafas. Cheng Xin merasa gelisah tentang apa yang sedang disembunyikan. Lalu Cheng Mai pun bertanya pada ayahnya itu karena penasaran dan juga khawatir sesuatu terjadi padanya.

“Ada apa ayah? Belakangan ini ayah terlihat aneh. Apakah ada yang disembunyikan ayah dariku?” tanya Cheng Mai khawatir.

“Tidak ada apa-apa itu hanya urusan pekerjaan saja,” jawab ayahnya mengelak.

Cheng Mai mengangguk mengiyakan. Mereka pun lanjut menyelesaikan makan malam.

“Kamu sebaiknya kembali ke kamar. Besok kan kamu harus berangkat sekolah,” suruh ayah kepada Cheng Mai.

“Baiklah aku pergi ke kamar dulu. Selamat malam,” pamit Cheng Mai sambil menuju ke kamarnya.

Pada pukul 11 malam Cheng Mai terbangun dari tidurnya karena merasa haus. Cheng Mai lalu pergi ke dapur untuk mengambil air. Di saat Cheng Mai mau kembali tidur, Cheng Mai tidak sengaja melihat ayahnya sedang menaruh sesuatu seperti kertas di lacinya.

Di kamar, Cheng Xin sedang melihat hal yang dirahasiakan itu. Cheng Xin berpikir kenapa berita itu sudah menyebar kemana-mana bahkan teman yang dikenalnya juga sudah tahu. Padahal hanya Cheng Xin dan anggota Tim Ilmuwan Tiongkok yang tahu tentang itu.

Seminggu sebelumnya.

Cheng Xin sedang bersama dengan tim Ilmuwan dari Tiongkok. Cheng Xin memberi tahu kepada mereka bahwa ia menemukan peta harta karun dirumahnya. Cheng Xin berkata bahwa itu peta harta karun yang ada di Pulau Terlarang. Cheng Xin tidak tahu apa isi harta karun itu. Maka dari itu Cheng Xin meminta tolong kepada mereka untuk menggalinya.

“Prof, tolong gali harta karun ini!” pinta Cheng Xin sambil menunjukkan peta asli kepada profesornya.

Profesor melihatnya, “Apakah peta ini asli? tanyanya.

“Ini benar peta asli namun aku sudah membuat salinan peta asli dan salinan peta palsu untuk berjaga-jaga,” jelas Cheng Xin

“Baiklah kami akan membantu menggalinya,” ucap Profesor.

“Terimakasih prof telah mau membantuku,” ucap Cheng Xin sambil berjabat tangan. “Aku tidak mau isi harta karun itu jatuh ke tangan yang salah, maka tolong diusahakan ya Prof,” pesan Cheng Xin.

“Baiklah aku mengerti!” ucap Professor setuju.

Cheng Xin masih berpikir siapa yang menyebarkan berita itu sebenarnya? Ayah Cheng Mai diam-diam menyimpan rahasia itu bersama Tim Ilmuwan Tiongkok.

“Semoga saja peta yang ada berita adalah peta palsu,” gumam Cheng Xin penuh harap.

Dikamar Cheng Mai sedang berpikir untuk berniat melihatnya besok. Cheng Mai pergi melanjutkan tidurnya.

...🗺️🗺️🗺️🗺️🗺️🗺️...

Keesokan hari di Kota Guangzhou yang cerah.

Cheng Mai bangun dan bersiap ke sekolah. Cheng Mai memanggil ayahnya karena ingin berpamitan.

“Ayah.... Ayah.... Ayah dimana? Aku mau berangkat,” teriak Cheng Mai memanggil.

Lalu Cheng Mai mencari ayahnya ke kamar, ternyata ayahnya tidak ada. Cheng Mai lalu ingat akan sesuatu yang tersembunyi di laci ayahnya itu. Dengan hati-hati Cheng Mai membuka laci tersebut. Ia melihat sebuah kertas usang didalamnya. Karena penasaran Cheng Mai akhirnya membuka isi kertas tersebut. Cheng Mai terkejut akan hal yang ditemukan itu. Ternyata itu sebuah peta harta karun yang ada di Pulau Terlarang.

Cheng Mai tau itu pulau terlarang dan itu sebuah peta harta karun sebab ada tulisannya di peta tersebut. Karena Cheng Mai suka penasaran dan ingin tahu, Cheng Mai akhirnya mengambil foto gambar peta tersebut menggunakan Hpnya. Dipikirkan Cheng Mai ternyata ini yang disembunyikan ayahnya beberapa hari ini.

“Maaf ayah aku tak bisa menahannya. Jangan salahkan aku karena mengetahui rahasia ayah,” gumam Cheng Mai dalam hati.

Tiba-tiba Cheng Mai dipanggil ayahnya. Cheng Mai pun segera pergi meninggalkan kamar ayahnya. Sebelum pergi ia tidak lupa untuk mengembalikan peta tersebut ke tempat semula.

“Kamu dari mana saja? Ini sudah jam berapa? Nanti kamu telat,” tanya ayah pada Cheng Mai.

“Aku mencari ayah dimana-mana. Aku cari ke kamar ayah tidak ada. Emang ayah kemana?” jawab Cheng Mai balik bertanya.

“Ayah tadi pergi ke keluar sebentar membeli sarapan untukmu. Oh iya tadi kamu ke kamar ayah” jawabnya.

“Iya. Tapi aku langsung keluar karena tak ada ayah dikamar. Emang ada apa?” jawab Cheng Mai sambil makan bakpao yang tadi di beli ayahnya.

Ayah tak menjawabnya. Cheng Mai pamit ke ayahnya untuk berangkat. Tiba-tiba ayah berkata

“Kamu benar tidak melihat sesuatu didalam kamar ayah kan,” duga ayahnya curiga.

“Sudahlah ayah aku mau berangkat dulu. Dah sampai nanti yah,” pamit Cheng Mai menghindar sambil berlari karena takut telat.

“Rasanya jantungku ingin copot takut ayah tahu. Ayah tidak curiga kan,” gumam Cheng Mai sepanjang jalan.

Di Sekolah Menengah Pui Ying tempat Cheng Mai bersekolah.

Di sekolah Cheng Mai langsung menghampiri Jin Mei. Jin Mei adalah teman sebangkunya. Ia gadis berkacamata dan suka menganalisis sesuatu. Cheng Mai dan Jin Mei telah berteman sejak kecil.

“Cheng Cheng selamat pagi!” sapa Jin Mei.

“Pagi juga,” jawab Cheng Mai sambil menaruh tas lalu duduk.

“Oh iya Jin Mei ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan,” Cheng Mai buka suara.

“Ada apa? Apakah sesuatu yang penting?” tanya Jin Mei menanggapi.

“Ini bukan sekedar penting, ini lebih dari penting, kamu tahu apa yang aku temukan.”

“Emang apa yang kamu temukan?” jawab Jin Mei.

“Aku menemukan rahasia yang telah lama disimpan ayahku. Ini sebuah peta Harta Karun yang baru saja aku temukan di laci ayahku” jelas Cheng Mai.

Cheng Mai berkata sambil menunjukkan foto peta harta karun yang diambilnya.

“What! Apa ini? I-i-ini benar peta harta karun,” jawab Jin Mei kaget tidak percaya. "Itu mungkin peta palsu?" Duganya karena tak percaya dengan omongannya.

“Ini tidak mungkin palsu. Aku menemukannya sendiri di laci rumahku. Kamu lihatlah baik-baik,” sangkal Cheng Mai sambil menyodorkan handphone-nya ke depan muka Jin Mei.

Jin Mei membenarkan posisi kacamatanya yang merosot. Ia lalu melihat kembali foto di handphone Cheng Mai dengan teliti.

“Gimana ingin mencarinya?” tawar Cheng Mai kepadanya.

“Kamu gila Cheng Cheng, ini peta harta karun di Pulau Terlarang. Kamu ingin mencarinya. Aku rasa ini tidak akan berhasil,” jawab Jin Mei ragu.

“Ayolah aku ingin mencarinya kamu temani aku, kita bisa mencarinya saat liburan musim panas nanti. Kamu kan pintar pasti bermanfaat,” bujuk Cheng Mai.

“Kita bisa meminta Dou Dou dan Xiao Dan untuk bergabung. Pasti mereka mau,” saran Cheng Mai.

Tiba-tiba Dou Dou dan Xiao Dan sudah ada dibelakang Cheng Mai kaget.

“Mau apa? Apa yang kamu inginkan dari kami?” tanya Dou Dou sambil memakan snack nya.

Ku perkenalkan teman Cheng Mai lainnya. Ia adalah Pang Dou atau sering dipanggil Dou Dou. Ia suka semua hal yang berbau makanan. Makanya ia berbadan gempal. Ada juga Xiao Dan/Dan Dan teman Dou Dou. Ia adalah murid paling pintar dan serba bisa di kelas.

“Kamu berdua mau tidak ikut aku pergi ke sini” tawar Cheng Mai sambil menunjukkan gambar di hpnya.

“Pulau Terlarang, kamu ingin mencari harta karun di pulau itu, kau ingin ikut-ikutan orang mencarinya seperti yang ada di berita.” ucap Xiao Dan kaget.

“Iya. kita bisa pergi bersama kesana. Kita bisa pergi saat liburan musim panas nanti, bagaimana?" tawar Cheng Mai kepada mereka berdua.

“Ayah kamu tahu tentang ini?” tanya Xiao Dan.

“Tidak. Aku merahasiakannya. Ini sebenarnya peta milik ayahku. Yang sengaja aku foto. Mungkin ada harta karun berharga di pulau itu.”

“Wah wah kamu hebat Cheng Mai. Ok aku ikut,” ucap Dou Dou antusias. "(Menepuk pundak Xiao Dan) Gimana Dan Dan?” tanya Dou Dou padanya.

“Ok. Sepertinya aku juga penasaran,” jawab Xiao Dan.

“Ok baiklah. Tim Pemburu Kecil terbentuk . Kamu ikut kan Jin Mei,” tanya Cheng Mai kepadanya sekali lagi.

“Baik aku setuju,” jawab Jin Mei mengangguk tanda setuju.

Bel berdering tanda masuk. Bu Guru Lin masuk dan memberi salam.

“Selamat pagi anak-anak!” salam Bu Lin kepada murid kelas X.

“Selamat pagi Bu!” jawab murid serentak.

“Ok sekarang buku buku IPS hal 104. Ibu akan menjelaskan materi itu sebentar,” jelas Bu Lin

Disaat Ibu Lin menjelaskan materi, Cheng Mai mengirim pesan kepada Xiao Dan.

“Pulang sekolah kumpul di gedung belakang sekolah. Kita bahas masalah harta karun,” isi pesan Cheng Mai.

“Ok” balas Xiao Dan.

Di Kantor Peneliti Kota Guangzhou.

Cheng Xin, Ayah Cheng Mai sudah bergabung bersama Sing dan bosnya serta bawahnya. Bos Sing bernama Yang Li dan sering dipanggil Bos Yang. Mereka sedang membahas rencana pencarian harta karun itu. Sebelum rapat Bos Yang memberikan peta yang sudah dicetaknya dari hp. Cheng Xin tahu bahwa peta itu pasti peta palsu tapi ia tidak memberi tahu temannya itu. Sebab peta yang asli sudah diamankan olehnya.

Bos Yang menjelaskan bahwa rencana pencarian tersebut akan sedikit menantang karena berada di pulau yang sangat jauh dan terlarang. Maka dari itu Bos Yang mengajak Cheng Xin untuk membantunya. Cheng Xin sebenarnya menolak tawaran kerjasama itu karena merasa tak yakin. Cheng Xin juga sebenarnya tidak ingin ikut mencari harta karun karena tidak ingin meninggalkan Cheng Mai sendirian dirumah dan juga akan membuat repot temannya karena pulau itu benar berbahaya.

“Cheng Xin, kamu jangan menolak tawaran ini. Kau akan mendapat untung jika kau jadi membantu tim ini. Kamu tidak perlu khawatirkan anakmu. Ia kan sudah besar,” jelas Bos Yang menyakinkan Cheng Xin

Cheng Xin menjawab dengan rasa ragu.

“Ok aku setuju senamun aku merasa tidak tega. Tapi ini karena aku menganggap Sing temanku," ucapnya.

“Baiklah kalau begitu kita berangkat ke pulau terlarang seminggu seminggu lagi. Dalam waktu seminggu ini tim kita harus sudah menyiapkan diri dengan baik. Ok rapat selesai,” jelas Bos Yang mengakhiri rapat tersebut.

“Cheng....!” panggil seseorang, ternyata itu paman Sing rekan kantornya.

“Ada apa?” tanya Pak Cheng.

“Selamat ya telah bergabung bersama tim kami. Aku yakin dengan adanya bantuan darimu pasti pencarian akan lebih mudah” jawab Sing sambil menjabat tangan Cheng Xin. Cheng Xin menjawab dengan menganggukkan kepala.

...🗺️🗺️🗺️🗺️🗺️🗺️🗺️...

Kembali di sekolah.

Cheng Mai dan temannya telah berkumpul di gedung belakang. Mereka juga sedang membahas peta yang sudah di foto Cheng Mai.

“Aku sudah mencari tahu lewat internet. Memang benar berita harta karun pulau terlarang itu. Aku melihatnya di situs laman Douban, disitu banyak sekali orang yang membicarakannya,” jelas Xiao Dan rinci.

Xiao Dan sebelumnya telah mencari tahu lewat aplikasi Douban, sebuah situs web yang sering digunakan oleh orang China. Entah siapa yang menyebarkan berita itu sehingga membuat mereka yang melihatnya jadi penasaran dan ingin mencarinya.

“Setelah ku cari tahu juga ternyata itu harta karun penggilan Dinasti Han. Seperti harta karun itu sangat berharga dan itu sudah berabad-abad yang lalu,” timpal Jin Mei sambil membaca buku yang dia cari di perpustakaan sebelum pulang.

Cheng Mai dan Dou Dou hanya mengangguk-angguk karena kagum akan teman-temannya yang pintar itu.

“Bagaimana denganmu Cheng Mai?” tanya Xiao Dan tiba-tiba.

“Aku juga sudah mendapat pesan dari ayah. Bahwa ayahku tidak akan pulang karena ada urusan. Aku yakin ayahku bersama temanya itu juga sedang mempersiapkan diri,” jawab Cheng Mai santai.

“Bagus. Kamu jadi tidak usah sembunyi lagi dari ayahmu,” kata Dou Dou.

“Bagaimana dengan orang tua kalian?" tanya Cheng Mai khawatir.

“Kamu tenang saja Cheng Cheng, kami akan bilang pada orang tua kami bahwa kami akan pergi berlibur kerumah neneknya Dou Dou, iya kan Dou?” jelas Xiao Dan mengedipkan mata tanda kode pada Dou Dou.

“Memang orang tua kalian akan percaya,” tanya Cheng Mai kembali karena belum yakin.

“Mereka pasti percaya, kamu tak usah khawatir,” jawab Dou Dou yakin.

“Baiklah aku jadi lega” ucap Cheng Mai.

“Mungkin tidak,” gumam Xiao Dan pelan.

“Jadi kapan kita akan berangkat?” tanya Jin Mei dengan semangat.

“Sepertinya kamu jadi semangat bukankah tadi kamu menolaknya. Tahu-tahu sudah dapat saja informasi sebanyak itu,” sindir Cheng Mai.

“Iya, sebenarnya sekalian menambah pengalaman saja saat masa liburan,” jawab Jin Mei sambil menggaruk kepalanya.

“Jadi kapan kita bisa berangkat ke Pulau Terlarang?” tanya Jin Mei kembali.

“Oh tentang itu, ayahku sepertinya akan berangkat seminggu lagi. Gimana kalau kita kesana dua hari setelah ayahku berangkat,” jawab Cheng Mai.

“Baiklah kita setuju. Ini juga bisa menghindari mu supaya tidak berpapasan dengan ayahmu,” jawab Xiao Dan mewakili semuanya.

“Oh iya aku mengingatkan bahwa pulau ini sangat jauh dan mungkin berbahaya. Mungkin juga akan ada penunggunya” tambah Jin Mei merasa khawatir.

“Tenang saja jika ada bahaya kita mempunyai Xiao Dan yang dapat melindungi kita. Iya kan,”ucap Cheng Mai yakin.

Xiao Dan hanya mengangguk mengiyakan, “Ok kita pulang dulu sampai ketemu besok. Besok kita bahas mengenai alat apa saja yan akan kita siapkan,” kata Cheng Mai mengakhiri pembicaraan. Mereka pun kembali ke rumah masing-masing.

Di keesokan harinya Cheng Mai dan temannya telah berkumpul kembali di gedung belakang sekolah. Karena ini akhir pekan sekolah libur dan mulai besok sekolah juga sudah libur akhir semester.

“Gimana pembagian tugasnya?” tanya Cheng Mai tiba-tiba.

Senamun Cheng Mai yang merencanakan ini tapi semua urusan di atur oleh Xiao Dan karena ia yang paling pintar di group ini. Xiao Dan juga bisa dapat memahami situasi disekitarnya. Ditambah lagi ia juga anak dari seorang Dosen yang mengajar di Universitas Zhongshan. Pasti akan aman terkendali.

“Ok aku akan membagi tugas. Cheng Mai bertugas mengkopi peta tersebut agar terlihat jelas, dan jangan lupa bawa kompas serta teropong. Jin Mei dan Dou Dou bertugas membawa makanan dan alat lainnya yang dapat kita perlukan nanti. Sedangkan aku akan mengurus kendaraan untuk membawa kita kesana,” jelas Xiao Dan dengan rinci.

“Ok kami setuju,” seru mereka serentak.

“Semoga tim kami berhasil,” harap Cheng Mai.

Mereka berempat mengangguk bersama.

“Tim Pemburu Kecil, SEMANGAT!” seru mereka berempat.

“Besok kalian bisa menunggu ku didepan sekolah. Sampai jumpa besok jangan lupa barang pentingnya,” saran Xiao Dan.

“Baik kapten. Sampai jumpa!” jawab mereka bertiga sambil melambaikan tangan.

Bersambung......⚓⚓⚓

...“Jangan pernah mencuri yang bukan miliknya dan jangan berbohong demi memenuhi ambisi kita sendiri."...

Cerita Pulau Terlarang

Liburan musim panas telah tiba. Cheng Mai telah bangun lebih awal. Ia mengecek barang bawaannya takut ada yang ketinggalan. Cheng Mai sudah seminggu ditinggal sendirian di rumah. Cheng Mai lalu mengirim pesan kepada ayahnya bahwa ia akan berlibur bersama ke rumah neneknya Dou Dou. Cheng Mai memutuskan tak memberi tahu ayahnya bahwa ia akan ke pulau terlarang karena pasti tak di izinkan. Setelah dirasa tak ada yang ketinggalan, Cheng Mai pun pergi meninggalkan rumah.   

Diperjalanan, sebelum menuju ke sekolah Cheng Mai membeli beberapa bakpao untuk sarapan dan bekal untuk nanti.

Cheng Mai sudah tiba di sekolah. Disana sudah ada Jin Mei dan Dou Dou sedang mengobrol. Mereka telah mendapatkan izin orang tuanya dengan berbohong. Mereka bilang bahwa akan berlibur ke rumah nenek Dou Dou yang berada di Pulau Shamian. Karena pulau itu dekat dengan pulau terlarang. Cheng Mai menghampiri kedua temannya itu.

“Selamat pagi! Mana Xiao Dan?” sapanya sambil bertanya pada kedua temannya.

“Selamat pagi!” jawab Dou Dou sambil membuka snack jajannya.

“Pagi! Xiao Dan sepertinya akan terlambat, tadi dia chat, katanya ada masalah,” tambah Jin Mei.

Dirumah Xiao Dan.

Xiao Dan sedang berusaha lompat dari jendela rumahnya untuk kabur. Ia tidak bisa pergi sebab Ibu Xiao Dan ingin ia belajar. Kebetulan saat itu Ibu Xiao Dan sedang ada urusan di luar. Xiao Dan berhasil lolos dan berlari agar tak ketahuan oleh ibunya. Disaat berlari ia bertemu tetangganya Pak Bei yang bekerja sebagai supir taksi dan meminta untuk mengantarnya ke sekolah untuk menjemput teman-temannya.

“Bukankah itu Xiao Dan bersama seseorang.” Cheng Mai menunjuk ke arah mobil yang mendekat.

“Ayo masuk!” ajak Xiao Dan dari dalam mobil.

Mereka pun masuk ke dalam mobil sambil menyapa orang disebelahnya.

“Halo paman!” sapa mereka bertiga.

Orang itu hanya mengangkat tangan, tanda menyapa.

Xiao Dan  yang tadinya duduk disebelah Pak Bei tiba-tiba pindah untuk bergabung bersama kami dibangku belakang.

“Siapa orang yang ada disebelah mu tadi?” tanya Cheng Mai penasaran.

“Oh itu tetanggaku Pak Bei. Ia orang baik kok,” jawab Xiao Dan.

“Oh begitu," ucap Cheng Mai singkat.

“Bagaimana? Aman,” bisik Xiao Dan.

“Aman terkendali kapten. Orang tua kita tak ada yang curiga," jawab Jin Mei melapor.

"Kau sendiri bagaimana?" tanya Dou Dou pada Xiao Dan.

“Aku tadi kabur dari rumah, untung aku bertemu Pak Bei yang bersedia menolongku. Jadi aku bilang saja aku ingin berlibur bersama kalian tapi dilarang oleh ibuku. Terus Pak Bei mau mengantarku dan akan menjelaskan padanya nanti jika bertemu” jelas Xiao Dan masih berbisik.

“Apa? Kamu kabur dari rumah. Kenapa ibumu melarang mu?” tanya Cheng Mai kaget serta penasaran.

“Ibuku ingin aku belajar selama liburan. Aku hanya bilang ingin berlibur bersama kalian padahal,” jelas Xiao Dan.

“Pulau Terlarang berbahaya kalian berani?” tanya Dou Dou tiba-tiba sambil terus makan.

Belum sempat dijawab Pak Bei tiba-tiba menyela karena mendengar kata "Pulau Terlarang."

“Pulau Terlarang apa? Bukankah tadi kamu bilang akan berlibur bersama,” tanyanya tiba-tiba.

“Emm..., tidak Paman. Paman salah dengar, kita memang akan berlibur kok,” jawab Xiao Dan cepat sambil menendang kaki Dou Dou yang ada di depannya. Dou Dou merasa kesakitan.

“Mungkin paman teringat Pulau Terlarang yang sedang ramai di bicarakan di internet. Ngomong-ngomong soal Pulau Terlarang, kata orang tempat itu sangat berbahaya. Banyak orang tidak selamat jika pergi kesana. Dulu entah beberapa tahun silam ada segerombolan bocah nekat seumuran kalian pergi mencari harta karun di pulau itu,” cerita Pak Bei.

“Te-te-terus selanjutnya," pinta Dou Dou dengan terbata-bata.

“Mereka hilang saat sedang mencari harta karun di pulau itu dan tak ada kabar sampai sekarang,” cerita Pak Bei lagi sambil tetap menyetir.

Mendengar cerita Pak Bei, terasa seperti sedang menakut-nakuti mereka.

Cheng Mai menelan ludahnya, “Hah benarkah. Paman tau dari mana?” tanya Cheng Mai.

“Itu tidak penting, itu hanyalah cerita lama yang pernah paman dengar, paman sarankan kalian jangan coba-coba seperti mereka atau nasib kalian akan sama,” saran Pak Bei. “Tapi paman percaya kalian anak-anak baik pasti tidak akan nekad, kalian benar akan berlibur kan?" tanyanya memastikan kembali.

Mereka hanya diam dan saling pandang saja.

“Waduh, seperti kita,” bisik Jin Mei pelan. Cheng Mai dan lainnya hanya saling tatap. Jin Mei pun langsung menutup mulutnya.

“Oh iya, kudengar salah satu ayah dari kalian katanya juga sedang pergi kesana. Semoga tidak terjadi apa-apa padanya," tambah Pak Bei sambil berharap.

“Iya paman, semoga saja,” jawab Cheng Mai singkat sambil mengangkat alisnya.

Sepanjang jalan mereka tertidur. Pak Bei tetap melanjutkan perjalanan mengantar kami. Di waktu  yang sama ternyata ayah Cheng Mai dan temanya baru sampai di pelabuhan Guangzhou. Mereka baru akan berangkat ke Pulau Terlarang terlarang dengan kapal pesiar. Mereka ternyata menunda keberangkatan karena ada masalah sebelumnya.

Sebelum berangkat.

Cheng Xin, ayah Cheng Mai semakin merasa gelisah karena banyak orang tahu tentang harta karun itu. Bahkan ia takut anaknya juga ikut mencarinya. Cheng Xin tak tenang lalu ia menelpon seseorang yang berada di Tim ilmuwan Tiongkok.

“Halo! Dengan Tim Ilmuwan Tiongkok,” panggil Cheng Xin ditelepon.

“Iya ada yang bisa kami bantu?” tanya penerima telepon.

“Tolong beritahu profesor tim anda, kalau saya akan turun tangan sendiri pergi ke sana dan sebelum itu saya ingin menemuinya terlebih dahulu," pintanya.

“Baiklah saya mengerti!” ucap penerima telepon.

Cheng Xin lalu mengirim pesan pada Cheng Mai lewat chat bahwa dia tidak bisa pulang karena ada urusan dan memastikan bahwa ia akan berada di rumah selam liburan berlangsung. Setelah selesai mengabari anaknya, Cheng Xin lalu menelpon kembali. Kini Cheng Xin menelepon temannya Sing.

“Halo Sing! Bolehkah kita mundur dua hari untuk berangkat ke pulau terlarang,” pinta Cheng Xin di telepon. Sing lalu meminta persetujuan bosnya.

“Gimana Bos?” tanya Sing pada Bos Yang. Bos Yang mengangguk setuju.

“Ok baiklah kami setuju, kau mau ke mana memangnya?” tanya Sing.

Belum sempat dijawab Cheng Xin lalu segera menutup teleponnya. Cheng Xin akan kembali menemui profesor untuk membahasnya lebih lanjut.

... 🗺️🗺️🗺️🗺️🗺️🗺️...

Kembali di Pelabuhan Guangzhou.

Bos Yang, Cheng Xin, dan Sing serta bawahannya masuk ke kapal. Bos Yang menyuruh nahkoda kapal untuk segera berangkat.

“Ayo berangkat! Tunggu apa lagi!” perintah Bos Yang. Nahkoda pun menganggukkan kepalanya.

Cheng Xin lalu melihat hpnya dan mendapat chat dari anaknya bahwa Cheng Mai akan berlibur bersama temannya. Cheng Xin sekarang bisa tenang pergi ke pulau terlarang tanpa rasa khawatir.

Cheng Xin memberi tahu pada mereka untuk berhati-hati saat di pulau itu. Cheng Xin menceritakan kisah yang sama seperti cerita tetangga Xiao Dan tadi.

Tim pemburu kecil telah sampai di pelabuhan Guangzhou. Pak Bei pamit setelah menurunkan kami dan berpesan agar hati-hati. Kami pun tak lupa berterima kasih padanya. Tiba-tiba Dou Dou melihat tim pusat arkeologi yang sudah ada di kapal.

“Cheng Cheng, bukankah itu tim ayahmu?" tunjuk Dou Dou ke arah dermaga. Cheng Mai melihat ke arah yang ditunjuk temannya.

“Iya benar. Itu ayahmu kan? Bukankah kamu bilang tim ayahmu telah berangkat duluan,” timpal Jin Mei.

Cheng Mai mengajak temannya bersembunyi supaya tak terlihat oleh ayahnya atau rekan timnya.

“Aku juga tidak tahu” jawab Cheng Mai sambil bersembunyi.

“Terus bagaimana?” Xiao Dan merasa khawatir.

“Kita pulang saja lagi pula setelah mendengar cerita paman Xiao Dan aku sedikit tak yakin,” usul Dou Dou.

“Yang benar saja kamu, kita sudah setengah jalan kita tak boleh menyerah. Lagi pula itu hanya cerita,” jawab Cheng Mai memarahi Dou Dou sambil memukul kepalanya karena tidak setuju. Cheng Mai memang gadis yang berani dan pantang menyerah.

Cheng Mai, Xiao Dan, dan Jin Mei menatap Dou Dou penuh kesal. Dou Dou mengusap kepalanya karena pukulan Cheng Mai terlalu keras.

“Bagaimana kalau kita kesana menunggu kapal mereka jauh?” usul Cheng Mai bertanya pada temannya. “Ayo kita membeli tiket kapal segera,” sarannya. Mereka mengangguk setuju.

Mereka berempat menuju ke tempat kapal tapi kapal yang ditumpangi tim ayah Cheng Mai adalah kapal terakhir. Jika ingin menaiki kapal mereka harus menunggu kapal kembali besok. Mereka pun memutuskan menyewa perahu saja.

Saat Xiao Dan sedang membayar sewa perahu, Jin Mei tiba-tiba jatuh kerena ditabrak oleh wanita setengah paruh baya. Dilihat dari pakainya wanita itu tampak seperti seorang ilmuwan.

“Aduh...,” teriak Jin Mei kesakitan.

Wanita itu hanya menoleh dan berjalan kembali tanpa meminta maaf atau membantunya. Lalu Cheng Mai segera menolong temannya itu.

“Kamu tidak apa-apa Mei?” tanya Cheng Mai khawatir.

“Tidak apa-apa hanya terkilir sedikit,” jawab Jin Mei menahan rasa sakit.

“Hey, kamu siapa seenaknya menabrak orang. Cepat minta maaf!” seru Cheng Mai marah karena seenaknya.

Wanita itu tetap tidak menanggapinya sama sekali dan terus berjalan ke arah perahu. Melihat itu, membuat Cheng Mai dan teman-temannya makin kesal.

Xiao Dan yang sedang membayar sewa perahu, menoleh ke arah Cheng Mei dan lainnya. Xiao Dan melihat temanya sedang beradu mulut. Xiao Dan pun menghampirinya.

“Sudah Cheng Mai biar aku saja yang bicara,” bela Xiao Dan menenangkan Cheng Mai.

“Anda siapa?” Sombong sekali, Anda seharusnya minta maaf pada teman kami,” kata Xiao Dan kepada wanita itu.

Hufh. Meniup poni rambutnya. “Perkenalkan namaku Fan Fan atau bisa dipanggil Miss Fan aku seorang ilmuwan yang sedang berlibur," kata Mis Fan memperkenalkan dirinya.

Miss Fan, seorang ilmuwan yang baru saja tiba di Guangzhou, China setelah berhasil menyelesaikan pendidikannya di Amerika. Ia datang ke sini karena ada sesuatu yang ingin dicarinya.

“Emmm Miss Fan, kami ingin anda minta maaf pada kami saja,” pinta Xiao Dan sopan.

“Aku minta maaf boleh saja asal kalian mau memberikan kapal ini padaku,” kata Miss Fan sambil mengedipkan matanya ke Xiao Dan.

Xiao Dan merasa jijik melihat kedipan mata Miss Fan. Cheng Mai, Jin Mei dan Dou Dou hanya tertawa kecil melihat tingkah Xiao Dan begitu. Sepertinya Miss Fan tertarik pada Xiao Dan karena tampan.

“Tidak bisa begitu. Kami baru saja membayarnya dengan uang saku yang kami punya. Kalau tak percaya tanya saja pada pemiliknya,” jawab Cheng Mai lantang.

“Apakah benar Pak ?” tanya Miss Fan kepada pemilik perahu.

“Benar Nona. Perahu ini sudah mereka bayar,” kata pemilik perahu.

“Bagaimana kalau aku membayar dua kali lipat dari harga yang sudah mereka bayar?” tawar Miss Fan padanya.

“Aku saja merelakan uang jajanku. Dasar wanita tak tahu diri,” gumam Dou Dou pelan.

“Maaf Nona, anda jangan begitu. Mereka telah membayar terlebih dahulu sebelum anda,” tolak pemilik perahu.

“Bagaimana kalau kita berbagi perahu bersama? Kalian akan ke pulau itu juga,” tawar Miss Fan pada kami sambil menunjuk sebuah pulau diseberang sana.

“Kalian akan pergi ke pulau terlarang?” tanya pemilik perahu kepada mereka dengan rasa was-was.

“Oh tidak kami tidak ke sana. Kami akan ke pulau seberang nya.”

“Kami akan mengunjungi rumah nenek teman kami, Dou Dou” jawab Xiao Dan berbohong.

“Oh sudahlah tak apa aku cari cara sendiri. Kalian lanjutkan saja,” ucap Miss Fan memberi izin pada kami dengan nada sedikit kesal.

Kami pun segera menuju ke perahu dan melewati Miss Fan. Miss Fan tersenyum getir kepada kami. Kami pun menaiki perahu dengan hati-hati dan meninggalkan Miss Fan. Karena kesal Miss Fan juga pergi menjauh meninggalkan kami.

“Dan Dan sepertinya Miss Fan tertarik padamu,” canda Dou Dou kepada Xiao Dan sambil menahan tawa.

“Diam kamu,” sangkal Xiao Dan. Xiao Dan merajuk dan berjalan cepat ke arah perahu mengabaikan Dou Dou.

Pemilik perahu menawarkan untuk mengantar kami. Kami sempat menolak tapi ternyata pemilik perahu sudah tahu bahwa kami berbohong.

“Mari saya antar,” tawar pemilik perahu.

“Eh tidak usah kami bisa sendiri,” tolak kami.

“Aku sudah tahu kalian berbohong kan. Kalian sebenarnya ingin pergi kesana juga," katanya sambil menunjuk ke tempat pulau terlarang.

“Maaf Pak kami memang berbohong. Jika kami memberitahu bahwa kami ingin ke Pulau Terlarang. Bapak pasti tidak mengizinkannya,” jelas Cheng Mei jujur.

“Karena kalian anak-anak jujur dan pemberani, jadi Bapak maklum kan,” ucap pemilik perahu memaafkan.

“Terimakasih Pak.” Kami berterima kasih pada pemilik perahu karena tidak marah. Dengan bantuan pemilik perahu kami pergi meninggalkan pelabuhan.

Bersambung......⚓⚓⚓

...“Jangan sekali-kali berbohong karena walau kita sudah menutup-nutupinya lama-kelamaan akan ketahuan juga"...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!