NovelToon NovelToon

Cinta Dari Tuan Duda

Bab 1: Kehidupan yang Suram

Sejak kecil, Dayna selalu diajarkan oleh ibunya untuk menjadi wanita yang kuat, sabar, dan tidak mudah menyerah. Ibunya sering bercerita tentang kehidupan mereka yang penuh dengan perjuangan. Meski hidup mereka sederhana, mereka selalu memiliki harapan dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Namun, kenyataan hidup sering kali berbeda dari harapan.

Dayna tumbuh menjadi seorang gadis yang cerdas dan ceria. Di sekolah, ia dikenal sebagai sosok yang rajin dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam segala hal. Ia memiliki banyak teman dan selalu terlihat bahagia, meski terkadang ada kesedihan yang tersembunyi di balik senyumnya. Hari-harinya penuh dengan impian besar tentang masa depan yang cerah, yang ia bayangkan akan terwujud ketika ia menemukan pria yang bisa membuat hidupnya lebih baik.

Namun, hidup sering kali memberi kejutan yang tidak terduga. Ketika Dayna bertemu dengan Yuga, seorang pria yang tampak dewasa dan penuh pesona, semuanya berubah. Yuga bukanlah pria yang sempurna, namun ada sesuatu yang membuat Dayna jatuh cinta padanya. Mungkin karena Yuga memberikan perhatian dan kasih sayang yang ia butuhkan setelah bertahun-tahun hidup di bawah bayang-bayang kesulitan.

Mereka menikah ketika Dayna baru berusia dua puluh tahun, meskipun banyak orang yang meragukan keputusan itu. Yuga tampak baik-baik saja di luar, tapi sebenarnya, dia terjerat dalam dunia yang sangat berbeda dari yang Dayna kenal. Yuga terlibat dalam bisnis gelap, dunia malam yang penuh dengan kejahatan dan kekerasan. Dayna tidak tahu persis apa yang terjadi, hingga semuanya terlambat.

Hidup mereka mulai berubah ketika Yuga mulai membawa masalah besar ke dalam rumah tangga mereka. Hutang-hutang menumpuk, dan meskipun Yuga berusaha keras untuk membayar, tekanan dari para rentenir semakin besar. Setiap hari, Dayna merasa semakin terperangkap. Dia merasa seperti ada dinding yang semakin menekan dirinya, membuatnya tak bisa bernapas dengan lega.

Pada awalnya, Dayna tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia mencoba untuk bersabar, berharap Yuga bisa keluar dari masalahnya. Namun, harapan itu sirna ketika Yuga memberitahunya bahwa mereka tidak bisa lagi menghindari masalah ini. Hutang-hutang Yuga telah mencapai jumlah yang sangat besar, dan satu-satunya cara untuk melunasi semuanya adalah dengan menjual dirinya.

Hari itu, Dayna merasa dunia seakan runtuh di depannya. Bagaimana bisa seorang suami menjual istrinya sendiri demi melunasi hutang? Rasa sakit, ketidakpercayaan, dan kebingungan memenuhi hatinya. Dia tidak tahu harus pergi ke mana, dan tidak tahu harus melakukan apa. Yuga, pria yang dulu ia cintai, kini menjadi sosok yang tak bisa ia kenali lagi. Dia merasa dikhianati, namun tidak ada pilihan lain selain menerima kenyataan pahit itu.

Tanpa banyak bicara, Yuga membawa Dayna ke sebuah tempat yang sangat asing baginya. Mereka berada di sebuah rumah besar yang dimiliki oleh seorang pria bernama Tuan Gaza. Tuan Gaza adalah seorang pria kaya yang dikenal di kalangan dunia bawah tanah, tempat yang sangat berbahaya. Di sini, Dayna akan dijual sebagai barang, sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan Tuan Gaza. Meskipun ia tidak tahu pasti apa yang akan terjadi, satu hal yang jelas—kehidupannya sudah berubah selamanya.

Tuan Gaza adalah seorang pria yang memiliki kekuasaan besar di dunia gelap, dan dia tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Rumahnya dipenuhi dengan orang-orang yang juga terperangkap dalam permainan kejam ini, dan Dayna merasa seolah-olah dirinya hanyalah satu dari banyak wanita yang diperlakukan seperti benda. Setiap malam, ia terbangun dengan rasa takut yang mendalam, takut pada apa yang mungkin terjadi padanya.

Namun, ada satu hal yang sedikit memberi Dayna harapan—Arsen. Arsen adalah seorang pria muda yang bekerja di rumah Tuan Gaza. Dia bukan bagian dari dunia kekerasan yang dipimpin oleh Gaza, namun dia juga tidak bisa sepenuhnya bebas. Arsen memiliki matanya yang tajam, dan sikapnya yang penuh perhatian membuat Dayna merasa sedikit lebih tenang. Dia bukan seperti pria-pria lain yang ada di sekitar rumah itu. Arsen terlihat berbeda, seperti seseorang yang masih memiliki hati yang baik di tengah semua kekejaman ini.

Setiap kali Dayna melihat Arsen, ia merasa ada sesuatu yang tumbuh di dalam dirinya—perasaan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Meskipun ia sadar bahwa perasaan ini berbahaya, karena Gaza tidak akan pernah membiarkan siapa pun mendekati dirinya, apalagi wanita yang telah dia beli, Dayna tidak bisa menghindarinya. Arsen adalah satu-satunya orang yang membuatnya merasa sedikit lebih hidup, sedikit lebih berharga.

Namun, perasaan Dayna menjadi semakin rumit. Gaza mulai mencurigai kedekatannya dengan Arsen, dan mulai memperingatkannya untuk menjaga jarak. Gaza menginginkan Dayna untuk hanya menyukainya, bukan orang lain. Setiap kali Arsen mendekat, Dayna merasakan ketegangan yang semakin besar di udara. Ia tahu, jika Gaza mengetahui perasaannya terhadap Arsen, konsekuensinya bisa sangat buruk. Namun, perasaan yang tumbuh di dalam dirinya semakin sulit untuk dikendalikan.

Di dalam hatinya, Dayna bertanya-tanya—apakah ada harapan untuknya? Apakah hidupnya akan selamanya terperangkap dalam jerat ini? Setiap hari, ia berusaha untuk bertahan, namun semakin lama ia merasa semakin hilang. Kegelapan dunia yang kini mengelilinginya membuatnya ragu apakah ia akan pernah bisa menemukan jalan keluar.

Di saat-saat kesendirian, ketika malam begitu sunyi, Dayna sering teringat akan masa lalunya—masa ketika ia masih memiliki impian dan harapan. Kini, semuanya terasa jauh, seperti mimpi yang tak akan pernah tercapai. Namun, satu hal yang ia sadari—ia tidak bisa menyerah begitu saja. Meski hidupnya penuh dengan kegelapan, ia masih ingin berjuang. Untuk dirinya, dan mungkin, untuk Arsen yang telah memberikan sedikit cahaya dalam hidupnya yang suram.

Namun, jalan untuk kebebasan tidak akan mudah, dan Dayna tahu bahwa ia harus siap menghadapi kenyataan yang lebih pahit lagi.

Bab 2: Jerat yang Tak Terlihat

Hari-hari di rumah Tuan Gaza mulai terasa seperti berbulan-bulan. Meskipun Dayna berusaha menjalani setiap hari dengan sabar, ketegangan di dalam dirinya semakin membesar. Setiap detik terasa berat, setiap langkah terasa seperti berjalan di atas pasir yang semakin tenggelam. Ia terperangkap dalam rutinitas yang menakutkan, dengan perasaan terhimpit oleh ketidakpastian dan rasa takut yang selalu menghantuinya.

Gaza, dengan segala kekuasaannya, terus memantau setiap gerak-gerik Dayna. Ia tidak pernah membiarkan Dayna merasa tenang. Setiap saat, selalu ada sesuatu yang harus dilakukan, selalu ada perintah yang harus dipenuhi. Dayna tak pernah diberi kesempatan untuk berhenti sejenak dan merenung, untuk mencari secercah harapan. Hidupnya kini berputar pada satu titik: melayani Tuan Gaza dan tetap hidup.

Namun, di tengah-tengah segala kekacauan itu, ada satu hal yang tak bisa ia lupakan: Arsen. Kehadirannya memberikan semacam ketenangan, meskipun hanya sejenak. Setiap kali mereka bertemu, meskipun hanya dalam diam, perasaan Dayna semakin dalam. Arsen bukan hanya sekadar seorang pria yang baik, tapi dia adalah cermin dari apa yang mungkin bisa dia miliki, sesuatu yang lebih dari sekadar hidup di dunia yang kejam ini.

Arsen adalah pekerja yang biasa di rumah Tuan Gaza. Ia tidak kaya, dan mungkin tidak memiliki banyak kekuasaan seperti Gaza. Namun, Arsen memiliki sesuatu yang lebih berharga—kehidupan yang lebih sederhana, meskipun terkadang terhimpit oleh kekerasan dan ketidakpastian yang datang dengan dunia tempatnya berada. Ada rasa hormat dalam diri Arsen yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain di rumah itu. Dan itu, entah bagaimana, membuat Dayna merasa sedikit lebih hidup.

Namun, perasaan itu harus disembunyikan. Gaza tidak akan pernah mengizinkan Dayna untuk merasakan apapun selain ketergantungan padanya. Gaza ingin memiliki kendali penuh atas hidup Dayna, dan ia tidak akan membiarkan siapa pun, termasuk Arsen, mengganggu peranannya dalam hidup Dayna. Setiap kali Dayna dan Arsen berbicara, meskipun hanya dengan tatapan atau senyum kecil, Gaza selalu memperhatikannya dengan mata yang tajam, penuh kecurigaan.

Suatu malam, setelah Dayna selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh Gaza, ia duduk di sudut ruangan, berusaha mencari ketenangan dalam keheningan. Rumah itu sunyi, kecuali suara langkah kaki yang terdengar pelan. Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan Arsen masuk. Matanya yang tajam bertemu dengan mata Dayna, dan seketika, perasaan yang sudah terpendam dalam hati Dayna kembali muncul—perasaan yang tak bisa ia ungkapkan, tetapi selalu ada.

"Dayna," suara Arsen terdengar rendah namun penuh makna. "Kau baik-baik saja?"

Dayna mengangguk pelan, mencoba menutupi kegelisahan yang ada di dalam hatinya. "Aku baik-baik saja," jawabnya, meski ia tahu bahwa jawabannya itu tidak sepenuhnya benar.

Arsen mendekat dan duduk di sebelahnya. Hanya ada beberapa inci di antara mereka, tetapi bagi Dayna, jarak itu terasa begitu jauh. Ia ingin sekali berbicara, berbagi perasaan yang sudah lama terkunci di dalam hatinya, namun ia tahu bahwa itu tidak mungkin. Arsen adalah bagian dari dunia yang sama dengan Gaza, dan dalam dunia ini, tidak ada ruang untuk perasaan yang tidak diinginkan.

"Jangan khawatir, Dayna," Arsen berkata lagi, suaranya semakin lembut. "Aku akan berusaha untuk melindungimu. Kau tidak sendiri di sini."

Kata-kata itu seperti balsam bagi luka yang sudah lama menganga di hati Dayna. Namun, meskipun hatinya menginginkan untuk mempercayai Arsen, ia tahu bahwa kepercayaan itu tidak mudah diberikan. Gaza adalah orang yang mengendalikan semuanya, dan Arsen hanyalah seorang pelayan di rumah itu, terjebak dalam ketidakberdayaan yang sama seperti dirinya. Mereka berdua, meskipun memiliki hati yang baik, tidak bisa mengubah nasib mereka. Mereka terperangkap dalam jerat yang sama.

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dengan keras, dan suara Gaza yang berat terdengar. "Apa yang kalian lakukan di sini?" suaranya penuh dengan amarah, seakan-akan ia telah menunggu momen ini untuk datang. Mata Gaza menatap tajam ke arah Dayna dan Arsen. Dayna merasa tubuhnya kaku, seperti tersedak oleh rasa takut yang datang begitu mendalam.

Arsen berdiri dengan sigap, namun ia tidak menunjukkan rasa takut yang sama seperti Dayna. Ia hanya menatap Gaza dengan tenang, meskipun ada sedikit ketegangan di antara mereka. Gaza berjalan mendekat, matanya menyorot dengan kemarahan yang nyata. "Aku sudah bilang padamu, Dayna," kata Gaza dengan suara yang dingin, "Jangan pernah berbicara dengannya. Jangan pernah berurusan dengan pria ini lagi."

Dayna menundukkan kepalanya, mencoba untuk tetap tenang, meskipun hatinya berdebar kencang. Ia tahu bahwa Gaza tidak akan memberi ampun. Setiap pelanggaran sekecil apapun akan dihukum dengan keras. Arsen menatap Gaza tanpa takut, tetapi dia tahu bahwa jika ini terus berlanjut, akan ada akibat yang sangat buruk.

"Maaf, Tuan Gaza," kata Arsen dengan suara rendah. "Kami hanya berbicara."

Gaza tertawa sinis. "Berbicara? Kau pikir aku bodoh? Aku tahu apa yang terjadi di belakang punggungku. Jangan coba-coba menipu aku."

Dayna merasa sangat takut, tetapi dia tahu bahwa Gaza tidak akan menyakitinya—setidaknya, tidak sekarang. Gaza lebih suka menghukum dengan cara yang lebih halus, dengan cara yang bisa membuat orang merasa terhina tanpa menyentuh mereka secara fisik. Ia tahu cara membuat orang merasa lebih rendah dari apapun, dan itu jauh lebih menyakitkan daripada kekerasan fisik.

Gaza berbalik dan berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan mereka berdua dalam keheningan yang mencekam. Dayna menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Perasaannya campur aduk—takut, bingung, dan penuh dengan kebingungannya tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Arsen menatapnya sejenak, lalu berkata dengan suara yang tenang namun penuh makna.

"Kau harus hati-hati, Dayna. Gaza tidak akan membiarkan kita bebas begitu saja."

Dayna hanya bisa mengangguk. Ia tahu bahwa apa yang Arsen katakan adalah kenyataan. Gaza adalah orang yang tidak bisa diprediksi, dan hidup mereka berada di ujung tanduk setiap saat. Tapi satu hal yang pasti—perasaan yang tumbuh di dalam hati Dayna, perasaan yang sulit dijelaskan, semakin besar. Perasaan yang bisa menjadi harapan, atau bisa juga menjadi ancaman besar bagi hidupnya.

Untuk pertama kalinya, Dayna merasa benar-benar terperangkap, bukan hanya oleh Gaza, tetapi juga oleh perasaan yang semakin membesar terhadap Arsen.

Bab 3: Bayangan yang Menghantui

Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Dayna duduk di jendela kamar, memandang keluar tanpa melihat apa pun. Matanya kosong, berkelana jauh ke dalam pikirannya yang penuh dengan kecemasan dan keraguan. Suasana rumah Tuan Gaza selalu membuatnya merasa seperti terperangkap dalam sangkar emas—di luar, dunia tampak normal, tetapi di dalamnya, hanya ada jerat dan rasa takut yang menggerogoti setiap langkahnya.

Pagi itu, seperti pagi-pagi sebelumnya, Dayna kembali dipanggil oleh Gaza untuk mengerjakan tugas yang tak pernah berakhir. Dia tidak diberi kesempatan untuk berhenti atau beristirahat. Hidupnya, menurut Gaza, adalah untuk melayani, dan ia harus menjalani takdir itu tanpa banyak bertanya. Gaza tak peduli dengan keinginan atau impian Dayna. Semua itu hanyalah angan-angan kosong yang tak berarti di dunia miliknya.

"Selesaikan semua ini, Dayna," suara Gaza menggema di ruang makan. "Aku ingin semuanya siap untuk malam nanti."

Dayna mengangguk tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ia sudah terbiasa dengan perintah-perintah yang datang tanpa peringatan, dan sudah terbiasa menerima hidup yang dipenuhi dengan ketidakpastian ini. Setiap hari, ia menjalani rutinitas yang sama—memasak, membersihkan rumah, melayani kebutuhan Gaza dan tamu-tamu yang datang. Terkadang, ia merasa seperti seorang hantu yang berjalan tanpa tujuan, hanya mengikuti perintah demi perintah yang tak pernah berakhir.

Namun, ada satu hal yang membuat hidupnya sedikit berbeda. Setiap kali Arsen mendekat, hati Dayna berdegup kencang. Arsen adalah satu-satunya orang yang memperlakukannya dengan lembut, tanpa ada agenda tersembunyi. Dia tidak pernah memandang Dayna dengan rasa ingin mengendalikan, atau dengan rasa memiliki yang menguasai seperti Gaza. Arsen, meskipun berada dalam dunia yang sama dengan Gaza, tampaknya masih memiliki sedikit kemanusiaan. Setiap kali mata mereka bertemu, ada percikan harapan yang tak bisa dijelaskan. Tetapi, pada saat yang sama, ada ketakutan yang menghantuinya—ketakutan bahwa perasaan ini akan merusak segala sesuatu yang telah ia bangun, meskipun itu hanya berupa rutinitas yang menyiksa.

Di sisi lain, Gaza semakin memperketat cengkeramannya. Setelah pertemuan malam itu, ia semakin sering mengawasi Dayna dan Arsen. Matanya yang tajam selalu mengikuti setiap gerak-gerik mereka. Ia tahu bahwa perasaan Dayna mulai berubah, dan itu adalah ancaman besar bagi kendalinya atas hidup Dayna. Gaza ingin menguasai setiap aspek hidupnya, termasuk hati Dayna. Ia tidak akan membiarkan ada pria lain yang mempengaruhi pikirannya, apalagi Arsen yang meskipun tidak sekuat dirinya, cukup untuk menjadi ancaman.

Malam itu, Gaza mengundang beberapa orang penting ke rumahnya. Ada bisnis yang sedang dibicarakan—bisnis yang kotor, penuh dengan uang haram dan janji-janji palsu. Dayna hanya bisa berdiri di sudut ruangan, mengawasi semuanya dengan tatapan kosong. Dia sudah terlalu lelah untuk merasa takut, tapi hatinya tetap tidak tenang. Gaza memerintahkan Dayna untuk melayani tamu-tamunya, untuk menyajikan makan malam dan memastikan semuanya berjalan lancar. Namun, dalam hati Dayna, rasa cemasnya semakin menguat. Setiap kali ia berpapasan dengan Arsen, ia merasa ada sesuatu yang tak bisa ia kontrol—sesuatu yang lebih besar dari dirinya, sesuatu yang bisa merusak ketenangan yang selama ini ia ciptakan.

Arsen, yang berdiri di dekat meja, mengawasi Dayna dengan pandangan yang tidak bisa diaartikan. Ada rasa khawatir yang tergurat di wajah Arsen. Ia tahu bahwa ia berisiko dengan mendekati Dayna, tetapi ia juga tahu bahwa jika ia tidak melakukannya, Dayna akan semakin tenggelam dalam dunia yang penuh dengan kekerasan dan ketidakadilan ini. Setiap detik yang berlalu, Arsen semakin yakin bahwa Dayna membutuhkan perlindungan, meskipun ia tidak tahu bagaimana cara memberikannya tanpa menambah masalah yang sudah ada.

Namun, sebelum Arsen bisa melangkah lebih jauh, Gaza tiba-tiba berdiri dan memanggilnya. "Arsen," suara Gaza tegas, "Kau mengawasi wanita itu terlalu lama. Kau tidak punya hak untuk berbicara dengannya lebih lama. Ingat posisi kalian di sini."

Arsen menatap Gaza dengan mata yang penuh tantangan, tetapi ia tahu bahwa berbicara lebih jauh akan berbahaya. Gaza bukanlah orang yang mudah diajak berkompromi. Sambil tersenyum sinis, Arsen mundur dan kembali ke tempatnya, menjaga jarak dari Dayna. Sebuah ketegangan yang begitu dalam terperangkap di antara mereka, dan Dayna merasa semakin terperangkap dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian ini.

Sementara itu, Gaza mengalihkan perhatian Dayna ke berbagai tugas baru, memaksanya untuk terus bergerak tanpa memberikan kesempatan bagi Dayna untuk beristirahat atau berpikir. "Jangan pernah berhenti," kata Gaza dengan suara yang dingin, "Kau harus melayani tamu-tamuku dengan sempurna. Tidak ada ruang untuk kesalahan."

Dayna merasa tubuhnya kelelahan, tetapi pikirannya semakin kabur. Semakin ia berusaha untuk menjalani kehidupannya, semakin ia merasa bahwa ia telah kehilangan sebagian besar dari dirinya sendiri. Bahkan perasaan terhadap Arsen pun semakin kabur, bercampur dengan rasa takut dan keraguan. Ia tidak tahu apakah Arsen benar-benar peduli padanya, ataukah dia hanya merasa kasihan padanya. Namun, satu hal yang pasti—Arsen adalah satu-satunya orang yang bisa memberinya sedikit ketenangan dalam hidup yang penuh dengan badai ini.

Malam semakin larut, dan para tamu mulai pergi satu per satu. Dayna berdiri di dapur, membersihkan sisa-sisa makanan dan minuman yang masih tertinggal. Tangannya gemetar, tidak hanya karena kelelahan, tetapi juga karena kecemasan yang terus menerus menggerogoti hatinya. Ia tahu bahwa hidupnya sedang berada di persimpangan yang berat. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan setiap keputusan yang diambil bisa menentukan nasibnya.

Pintu dapur terbuka, dan Arsen muncul di ambang pintu. "Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan lembut, meskipun ia tahu jawabannya. Mata mereka bertemu, dan dalam sekejap, Dayna merasakan perasaan yang begitu kuat mengalir di dalam dirinya. Ia ingin berlari ke pelukan Arsen, ingin melupakan semua yang terjadi, tetapi itu tidak mungkin. Gaza akan selalu ada di antara mereka.

"Arsen," kata Dayna dengan suara yang hampir tak terdengar. "Aku takut... aku takut jika terus berada di sini, aku akan kehilangan diriku sepenuhnya."

Arsen mendekat, meletakkan tangannya di bahu Dayna dengan lembut. "Kau tidak sendiri," jawabnya pelan. "Aku akan berusaha melindungimu, Dayna. Kau harus percaya padaku."

Namun, dalam hati Dayna, ia tahu bahwa kepercayaan itu bukanlah hal yang mudah diberikan. Gaza adalah sosok yang menakutkan, dan segala sesuatu yang ada di dunia ini seakan berputar di sekitar kekuasaannya. Meskipun perasaan itu ada, seolah-olah ada sebuah bayangan gelap yang menghantui setiap langkahnya, memaksa Dayna untuk selalu ragu, bahkan pada saat ia sangat menginginkan untuk percaya pada seseorang.

Dan bayangan itu semakin mendekat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!