NovelToon NovelToon

Cinta Sejati Buaya Berkumis

Di usir Dari Rumah

"Woi... bangun udah pagi!" teriak kedua temannya,membuat Rahmat yang masih berada di alam mimpinya marah tak karuan karena di bangunkan di saat yang tidak tepat.

"Sialan kalian berdua! Nggak tahu apa gue lagi mimpi manis sama pacar baru gue!" ucapnya penuh kesal.

"Bangun Mat,hari ini kita ada janji sama teman lama lu,siapa tu namanya?" tanya Jojo sama Edi.

"Gue juga lupa Jo," jawab Edi sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Rahmat menjawab dengan agak malas. "Toni."

"Nah itu tu,namanya Toni," ucap Jojo begitu mendengar jawaban dari Rahmat.

"Makanya buruan lo bangunnya,biar kita nggak terlambat,dasar pak de!" ledek Edi di akhir kalimatnya.

Rahmat bangun dengan agak malas sambil memelototi kedua sahabatnya. "Awas! Sekali lagi gue dengar lo panggil gue pak de,abis lo berdua!" ancam Rahmat sambil membuat isyarat dengan tangannya bahwa dia akan memenggal kepala dua temannya itu.

Jojo dan Edi tampak ketakutan,mereka tanpa sadar memegang lehernya yang masih utuh itu.

"Ngeri juga Jo kalau pak de marah," bisik Edi di telinga Jojo.

"Ah,gitu aja lo takut. Dia itu cuma gertak sambal doang Di," ucap Jojo santai padahal dia sendiri juga takut.

\*\*\*

Setelah mandi dan selesai sarapan,Rahmat bersama Jojo pergi menemui Toni,sedangkan Edi di suruh menemui Nina oleh Rahmat. Nina adalah pacarnya si cowok kumis alias Rahmat,dengan berat hati Edi menyetujui keputusan sahabatnya itu. Lagi-lagi dia juga yang harus berkorban,Edi pun pergi menemui Nina di restoran.

Saat itu,Edi melihat Nina masih setia menunggu pacarnya di sebuah resto yang dekat dengan tempat kerja papanya.

"Duh,lama banget sih" batin Nina,dia sudah hampir satu jam menunggu,tapi tak ada tanda-tanda kalau Rahmat akan datang.

"Surprise...!" ucap seorang laki-laki yang datang dari arah belakangnya. Nina segera memutar badannya melihat siapa yang datang,dan ternyata itu adalah Edi teman pacarnya.

"Kok bukan Rahmat sih yang datang?" tanya Nina terlihat kesal.

"Jangan cemberut gitu,jelek tahu? si pak de lagi ada janjian sama teman lamanya,makanya dia nyuruh gue yang dateng ke sini," ujar Edi menjelaskan.

"Terus kenapa dia nggak bilang dari semalam sama gue? Buang-buang waktu gue aja," Nina marah dan dia memilih pergi dari restoran itu.

Sekarang hanya tinggal Edi seorang yang terlihat bodoh karena di tinggal pergi begitu saja oleh Nina.

"Kebiasaan pak de ni,dia yang punya pacar tapi gue yang repot," batin Edi geram dengan kelakuan sahabatnya.

\*\*\*\*

Kediaman Rahmat...

"Kamu jangan sibuk kelayapan terus dong Mat,sekali-kali bantuin papamu tu,di kantor!" ucap bu Dian sambil menarik handphonenya Rahmat.

"Males ma,lagian bisa apa aku di sana?" ucap Rahmat beralasan.

"Ya bantu-bantu sebisa kamulah."

"Aku nggak bisa ma,lagian di sana juga sudah ada om Indra kan,jadi papa juga nggak butuh Rahmat lagi." Ucap Rahmat,dia berusaha meraih handphone yang di pegang mamanya.

"Mulai sekarang handphone,mobil,kartu Atm kamu,pokoknya semua fasilitas kamu mama cabut!" tegas bu Dian serius.

"Lho,kok gitu sih ma? Aku kan nggak punya apa-apa lagi kalau kayak gini,entar kalau aku mau keluar sama teman-teman harus naik apa? Terus uang jajan aku bagaimana? Nggak mungkin kan mau beli ini itu harus pakek daun?" celoteh Rahmat.

"Nah,itu kamu tahu segala sesuatu harus pakek duit,nggak mungkin pakek daun makanya kerja!" suruh mamanya.

"Ma,please...!" Rahmat memohon,namun bu Dian bukanlah orang yang mudah di rayu,kalau dia sudah mengatakan tidak maka tetap tidak.

"Jangan coba-coba untuk memohon sama mama,mama tidak akan pernah mau mengembalikan fasilitas kamu,kalau kamu masih tidak mau kerja!" tegas wanita itu lagi,membuat Rahmat hanya bisa pasrah atas keputusan mamanya.

"Terserah mama,kalau mama mengambil semua yang menjadi hak aku,maka jangan salahkan aku kalau aku bakal pergi dari rumah ini!" ancam cowok itu.

Setelah mendengar ancaman dari putranya,bu Dian segera masuk ke kamar anaknya.

Beberapa menit kemudian bu Dian keluar lagi sambil menarik koper dan meletakkannya di hadapan Rahmat.

"Ini,mama sudah memasukkan semua baju-baju kamu ke dalam koper ini,dan sekarang silahkan angkat kaki dari rumah mama!" suruh bu Dian dengan sorot matanya yang tajam. Beliau tidak main-main dengan ucapannya.

Rahmat sendiri tidak menyangka kalau dia sudah terjebak dengan omongannya sendiri,tadi itu dia cuma main-main saja.

"Kok mama jadi ngusir Rahmat sih?" dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Tadi kan kamu sendiri yang bilang kalau kamu mau pergi dari rumah ini,jadi silahkan kamu pergi!" suruh mamanya masih bersikap lembut.

"Tapi ma---"

"Pergi! Keluar sekarang juga!" teriak bu Dian lantang. "Dan ingat! Jangan pernah berpikir untuk kembali ke rumah ini kalau kamu masih belum mendapatkan pekerjaan," lanjutnya lagi.

Rahmat tidak berani membantah,dia segera menarik kopernya keluar dari rumah besar itu,dan sang mama dengan kasar langsung menutup pintunya,sama sekali tidak merasa kasihan pada putra satu-satunya itu,beliau malah tersenyum dan berkata dalam hati. "Langkah pertama selesai."

\*\*\*

Sore itu,Jojo dan Edi sedang berkeliling kota,di tengah perjalanan Edi melihat sosok lelaki yang mirip dengan Rahmat.

"Eh,eh... Berhenti dulu Jo!" perintah Edi,membuat Jojo mengerem mendadak mobilnya.

"Ah lo,bikin gue kaget aja," sungut Jojo kesal.

"Coba deh lo lihat!" tunjuk Edi. "Bukankah itu pak de?"

"Mana,mana,mana...?" tanya Jojo celingak-celinguk mencari sosok yang di katakan Edi sebagai pak de yang tak lain adalah Rahmat.

"Itu tuh!" Edi menunjuk toko yang ada di seberang jalan,dan terlihat seorang cowok duduk termenung di depan sebuah toko pakaian dengan wajah murung.

Mereka berdua segera turun untuk nyamperin Rahmat yang berada di seberang jalan.

"Lo ngapain duduk sambil ngelamun di sini Mat?" tanya Edi heran. Jojo juga sama herannya,apalagi setelah melihat koper yang di bawa Rahmat.

"Dan koper ini kenapa lo bawa-bawa?" tanya Jojo.

"Apa lo minggat dari rumah?" tanya Edi

"Atau lo di usir sama nyokap?"Jojo ikut bertanya,membuat Rahmat semakin marah karena pertanyaan mereka yang bertubi-tubi seperti itu,dia tidak tahu harus menjawab yang mana dulu.

"Lo berdua bisa diam nggak sih?" bentak cowok itu kesal.

Jojo dan Edi terdiam,mereka menunggu Rahmat bicara. "Iya gue di usir sama nyokap," ungkapnya kemudian.

Mendengar jawaban dari temannya,Edi dan Jojo hanya bisa menahan tawa. "Kalau mau ketawain gue ya silahkan!" ucap Rahmat acuh tak acuh.

"Gue kira lo kabur dari rumah Mat,eh nggak tahunya malah di usir," ujar Jojo di iringi tawanya.

"Terus sekarang lo mau ke mana?" tanya Edi penasaran.

Rahmat bukannya menjawab,tapi dia malah mengambil kopernya dan langsung masuk ke dalam mobil Edi.

"Kayaknya gue bakalan gila setelah ini Jo," lirih Edi dengan raut wajah lesu. Jojo tertawa sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya dan dia berkata. "Sabar Di,mungkin setelah ini derajat lo bakal di angkat sama Allah," nggak tahu deh itu kalimat yang di ucapkan Jojo buat ngehibur Edi atau meledeknya,dan Edi hanya bisa pasrah.

Dikira Om-om

"Akhirnya gue bisa istirahat juga." Ucap Rahmat dengan senyum bahagianya karena sekarang dia sudah mendapat tempat berteduh untuk sementara waktu.

"Lo jangan senang dulu Mat,ini cuma buat sementara doang dan ingat ya! Tinggal di sini gue nggak gratiskan buat elo,lo harus bayar sama gue tiap bulannya!" tegas Edi.

"Wah,sama sahabat aja lo sebegitu pelitnya Di,pakek hitung-hitungan segala lagi," cicit Rahmat tidak senang.

"Lo kan tahu,gue itu banyak kebutuhannya. Dan satu lagi,gue sudah hidup mandiri nggak bergantung lagi sama uang bokap gue,nah elo enak masih bisa pakek duit nyokap sama bokap,sedangkan gue...?" Edi mencoba membuat Rahmat mengerti.

"Edi benar De,seharusnya lo bersyukur di bantuin,jadi nggak boleh numpang hidup doang,lo juga harus---"

"Tadi nama gue lo panggil apa?" Rahmat bertanya dengan mata melotot tajam,dia langsung menyela omongan Jojo.

"Gue panggil Rahmat,memang kenapa?" Jojo tampak bingung,sepertinya dia tidak sadar.

"Rahmat,Rahmat... Jelas-jelas tadi itu lo panggil gue dengan sebutan De,De apaan itu? Pak de maksud lo,iya kan?" Rahmat setengah membentak dia marah,Jojo tidak gugup sama sekali masih santai aja sambil merebahkan tubuhnya di sofa.

"Gini aja deh Mat,kalau lo emang nggak mau bayar ya nggak apa-apa sih,tapi lo harus mau membersihkan rumah ini setiap hari dan memasak,jadi kita sama-sama membantu gimana?" usul Edi mencari jalan keluar terbaik.

"Nah,kalau itu gue setuju!" jawab Rahmat cepat tanpa pikir panjang,sepertinya cowok itu memang malas mencari pekerjaan.

"Emang lo bisa masak Mat?" tanya Jojo sedikit meremehkan.

"Bisa dong,meski gini-gini gue itu pernah mondok,kalian kayak nggak tahu aja." Ucap Rahmat mengingatkan

"Oh iya,gue baru ingat lo itu pernah jadi anak pesantren ya," timpal Edi.

"He em..."

"Tapi kok nggak kelihatan bekas anak santrinya ya,Ed? Dia lebih mirip berandalan gitu,terus suka main cewek lagi," Jojo berbisik pada Edi.

"Kalau mau menggunjing gue,ya jangan di depan gue dodol! Pendengaran gue masih jelas," ucap Rahmat kesal.

"Lagian lo ngapain kabur dari pesantren Mat? Coba aja kalau lo patuh dan belajar dengan sungguh-sungguh di sana,pasti deh sekarang elo sudah jadi ustadz yang hebat," tutur Jojo,dia merasa kalau Rahmat sudah membuang waktu sia-sia.

"Sudah berlalu Jo,nggak perlu di bahas lagi," sahut Rahmat,jawabannya sangat enteng dia selalu saja menganggap remeh semuanya,kedua temannya tidak tahu harus berkata apa,entah bagaimana nasib Rahmat kedepannya.

"Ah,pusing gue mikirin gaya hidup lo Mat," ucap Edi.

"Nggak perlu pusing-pusing mikirin hidup gue Ed,gue aja santai." Tutur Rahmat dengan gaya cueknya.

\*\*\*

KEDIAMAN KELUARGA RAHMAT...

"Sepi bangat ini rumah ma,Rahmatnya di mana?" tanya suaminya.

Bu Dian tidak langsung menjawab,wanita itu dengan gerakan lembut melepaskan jas suaminya dan mengambil tas kerja yang dipegang suaminya,kemudian beliau membawanya ke kamar. Pak William yang melihat tingkah aneh istrinya segera mengikuti dari belakang.

"Kok nggak di jawab? Rahmat ke mana?"

"Di usir sama mama?" jawab Tari yang saat itu kebetulan lewat di depan kamar orang tuanya.

"Kok di usir?" pak Willi kaget.

"Bukan mama yang suruh dia minggat dari rumah,itu keputusan dia sendiri mama cuma ngasih jalan aja," jawab bu Dian jujur.

"Kamu itu terlalu keras mendidik anak,ma." Pak Willi malah menyalahkan istrinya.

"Ini satu-satunya jalan terbaik pa,mama cuma nyuruh dia cari kerja tapi dianya nggak mau,terus aku bilang kalau aku bakal nyita semua fasilitas dia kalau dia masih nggak mau kerja,terus dia ngancam ni,katanya ya "Kalau mama ambil semua fasilitas aku,jangan salahkan aku kalau aku bakal keluar dari rumah ini!" gitu katanya,ya sudah aku suruh aja dia pergi dari rumah,keputusan aku sudah benar kan?" bu Dian meminta pendapat suaminya.

"Em,kalau begitu ceritanya,papa setuju-setuju aja biar dia bisa belajar hidup mandiri nggak selalu bergantung pada kita,dia kan anak lelaki," setelah mendengar cerita istrinya pak Willi pun ikut setuju dengan keputusan sang istri.

\*\*\*

DI RUMAH EDI

"Kalian berdua mau kemana? Rapi banget," tanya Rahmat penasaran.

"Kita mau makan malam sama teman-teman kantor,Mat." Jawab Edi memberitahu.

"Wah seru tu,gue ikut dong! Siapa tahu ada cewek-cewek cantik di sana," celetuk cowok itu.

"Hehe... Kalau malam ini nggak bisa Mat,kasian elonya nanti,kalau kita bahas masalah kantor,lo pasti nggak bakalan nyambung," tolak Jojo mencari-cari alasan yang tepat.

"Ya,kalau nggak nyambung gue nggak perlu bicara,diam aja iya nggak Edi?" ucap Rahmat minta pendapat Edi,dia tetap ngotot pengen ikut.

"Biarin aja dia ikut Jo," ujar Edi.

"Lo yakin Ed?" tanya Jojo,dia sebenarnya tidak setuju dengan keputusan Edi.

"Yakin lah."

Dengan cepat Rahmat mengganti pakaiannya biar terlihat lebih keren,jadi dia tidak akan minder jika bertemu cewek-cewek cantik di sana.

\*\*\*

Suasana di restoran tempat mereka janjian sangat ramai,terlihat sebuah meja panjang yang sudah lebih dulu di booking oleh teman-temannya,Jojo dan Edi langsung duduk di kursi yang memang sudah disediakan untuk mereka,Rahmat juga ikutan duduk.

Salah seorang teman sekantor Edi dan Jojo yang bernama Mirna bertanya penasaran ketika melihat Rahmat. "Lho,kenapa nggak bilang sama kita-kita Jo kalau om kalian juga ikut."

GLEK... Jojo dan Edi sontak terkejut,apa yang mereka takutkan akhirnya terjadi juga,inilah alasan kenapa mereka tidak mau mengajak Rahmat,ya karena teman-temannya nanti pasti bakalan salah sangka.

"Iya ya,kalau tahu gini aku ajak aja sekalian tante aku ke sini,kebetulan tante aku masih jomblo." Tambah Aleta.

Rahmat jadi malu sendiri sekaligus marah karena mereka sembarangan mengatakan dirinya om-om.

"Ma-maaf sebelumnya ya teman-teman,dia ini Rahmat sahabat gue dari SMA dulu sampai sekarang,dia ini seumuran sama kita ya,bukan om-om!" ucap Edi memperjelas.

"Sorry Ed,kita kirain tadi dia om-om,soalnya---" Mirna tidak melanjutkan ucapannya,dia hanya memperhatikan kumisnya Rahmat yang terlihat sedikit tebal itu.

"Soalnya kumis gue terlalu tebal ya?" sambung Rahmat,dia sudah dapat menebak apa yang ada dipikirannya Mirna,dengan wajah malu-malu Mirna mengangguk,Aleta ingin tertawa sekeras-kerasnya tapi tidak berani,dia baru kali ini bertemu dengan lelaki unik seperti Rahmat. Kok bisa ya Aleta menganggap Rahmat itu unik?

"Tapi kamu terlihat tampan juga kok dengan kumis itu," puji Aleta dengan senyum di bibirnya,mendengar pujian yang dilayangkan Aleta membuat cowok itu merasa seperti terbang di atas awan☁️.

Lili perempuan Penuh Misteri

Jojo dan Edi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan usil Aleta,mereka tahu kalau pujian Aleta itu hanya candaan saja,tapi siapa yang dapat menduganya kalau Rahmat sendiri menganggap hal itu serius.

"Oh ya ngomong-ngomong kamu sudah punya pacar belum?" tanya Mirna serius.

"Su..."

"Be-belum,aku masih jomblo kok!" Rahmat menjawab cepat sebelum Edi dapat menyelesaikan ucapannya.

"Ah,gue sudah kepikiran soal ini dia pasti mau nipu lagi," batin Jojo,dia sudah tahu akal bulus temannya itu,tiap ada cewek cantik yang nanya dia itu sudah punya pacar atau belum,pasti dijawabnya belum.

"Kebetulan sekali kalau begitu,kalau aku kenalin kamu sama teman aku,kamu mau nggak?" tanya Mirna serius.

"Teman kamu yang mana Mir?" tanya Aleta,karena penasaran teman mana yang dimaksud Mirna.

"Nanti aku kasih tahu sama kamu," bisik Mirna di telinganya Aleta.

"Boleh... boleh," Rahmat menjawab senang.

"Memangnya kamu yakin teman kamu itu bakalan mau sama Rahmat,Mir?" tanya Edi tidak yakin.

"Yakin dong 10%,eh maksudnya aku 100%" jawab Mirna tersenyum simpul.

Rahmat mulai senyum-senyum membayangkan kalau dirinya akan memiliki pacar baru lagi,dia semakin merasa hebat dengan memiliki kumis itu.

"Ternyata meski gue berkumis gini masih ada juga ya perempuan yang mau sama gue," batinnya kepedean. Jojo terus memperhatikan perubahan di wajah temannya,dia tahu kalau saat itu hati Rahmat pasti sedang berbunga-bunga.

"Dia memang licik,dasar buaya!" umpat Edi dalam hati.

\*\*\*

Begitu sampai di kosannya,Aleta langsung di hadang oleh Lili,seputar pertanyaan tentang acara makan malam mereka.

"Gimana Al,lancar nggak acara makan malamnya?" tanya Lili pada Aleta teman satu kosannya.

"Lancar bangat Li." Aleta menjawab sambil tersenyum-senyum.

"Dari sejak pulang sampai sekarang wajah kamu sumringah banget,pasti dapat gebetan baru iya kan?" tebak Lili.

"Salah,sok tahu lu!" Aleta memonyongkan bibirnya sambil menikmati es krim yang tadi sempat dibelinya sebelum pulang.

"Kalau bukan karena itu,lalu apa?" tanya Lili semakin penasaran.

"Gini ya Lili sayang,aku itu senang karena akhirnya Elena bakal punya cowok baru,jadi dia bisa move on dengan cepat deh dari Ami!" ungkap Aleta.

"Cowok?" Lili kelihatan bingung.

"Iyalah,tadi kan Jojo sama Edi datang bersama temannya,nah temannya itu rupanya masih jomblo,dan dia juga mau kita kenalin sama Elena," ucap Aleta dengan mata berbinar-binar.

"Pasti ini semua adalah rencana kamu sama Mirna kan.?"

"Hoam...!" Aleta menguap sambil menutup mulutnya. "Aku sudah sangat mengantuk,besok lagi aja ya kita lanjut ceritanya." Aleta berniat langsung tidur tanpa menjawab pertanyaan dari Lili.

"Enak aja langsung tidur,ke kamar mandi dulu sana! Kamu kan tadi baru habis makan es krim." Ucap Lili mencegah Aleta untuk tidur.

"Kakiku nggak sanggup lagi untuk berjalan Lili,mataku juga sudah..."

Belum sempat dia menyelesaikan ucapannya,mata Aleta langsung terpejam,gadis itu tertidur dengan pulasnya.

"Yach,dia beneran tidur lagi," gumam Lili.

\*\*\*

Pagi ini Lili terlihat sedang menemani bunda Airin sarapan di depan teras kos mereka,beberapa perempuan yang melihat keakrabannya dengan ibu kos merasa iri,Sera salah satunya,dia memang tidak pernah suka terhadap Lili,semenjak pertama kali Lili menjadi anak kos di kosan mereka.

"Pagi Lili,pagi bunda Airin!" sapa Aleta dengan wajahnya yang berseri-seri.

"Pagi juga Aleta." Ucap keduanya bersamaan.

"Enak ya kelihatannya sarapan di luar kayak gini," ujar Aleta seraya melirik ke arah nasi goreng yang diletakkan di atas meja oleh bu Airin.

"Kamu mau?" tanya Lili sambil menyodorkan nasi goreng miliknya.

"Em... nggak deh,aku sarapan di kantor aja,lagian aku juga ada janji sama Edi,kalau gitu aku berangkat dulu ya,dah...!" setelah berpamitan Aleta langsung pergi dengan terburu-buru,dan di depan gerbang kos terlihat sebuah mobil berhenti di sana,sepertinya itu adalah teman satu kantornya,ya benar sekali itu adalah Mirna. Mirna memang selalu menjemput Aleta setiap hari,kebetulan rumah Mirna dan kos mereka satu arah.

"Bunda nggak pernah melihat kamu pergi kerja Li,terus uang kamu itu kamu dapat dari mana?" tanya ibu kos.

"Siapa bilang Lili nggak kerja,aku kerja kok,cuma nggak perlu tiap hari masuk kantor," jawab Lili santai,bu Airin memandangnya dengan penuh tanda tanya.

"Emangnya ada ya kantor yang seperti itu?" bu Airin semakin penasaran.

"Ada kok bunda,oh ya malam ini aku sama Aleta mau ajak Elena keluar sebentar,boleh kan?" tanya Lili,dia sengaja mengalihkan topik pembicaraan,Lili memang kerap kali mengelak setiap kali di tanya soal pekerjaan,entah apa pekerjaannya hingga dia setiap bulannya selalu bisa membayar biaya kosan tanpa pernah terlambat,bahkan dalam dua bulan ini dia juga yang membayar uang bulanannya Jessi,temannya yang baru saja kehilangan pekerjaannya karena Sera.

Sudah enam bulan Lili ngekos di sana,tapi tidak ada satu orang pun yang tahu apa pekerjaannya,termasuk Aleta teman yang sekamar dengannya.

Hal ini juga menjadi penyebab Sera terus mencurigai dirinya,mengatakan hal yang buruk-buruk terhadap Lili.

Sera selalu menyebarkan gosip panas tentang gadis itu dengan mengatakan kalau Lili adalah wanita panggilan,dan dia bukan wanita baik-baik seperti yang dilihat mereka.

Namun Lili bukanlah orang yang bisa diprovokasi dengan begitu mudah,dia masa bodoh dengan semua itu,terserah orang mau berpikir apa tentang dirinya,selama dia tidak melakukannya ya untuk apa di ambil pusing. Dia adalah tipe perempuan yang cukup santai,bawaannya selalu tenang,namun semua itu hanya nampak di permukaan saja,tidak ada yang tahu bagaimana kondisi batinnya.

\*\*\*\*\*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!