Di dataran yang luas, terjadi kekacauan yang menggemparkan dunia. Perang antara iblis dan manusia untuk mempertahankan kedamaian.
"Inferno!!" Seorang Sage yang diberkati oleh dewi menembakkan sihir api yang begitu kuat.
Perang terus terjadi, kesedihan, kesakitan, kehilangan, kemarahan, semua emosi tersebut dirasakan oleh semua orang. Banyak warga biasa yang tak berdosa menjadi korban akibat perang besar tersebut.
Kedamaian dunia dan keberlangsungan hidup umat manusia berada di tangan Sage tersebut. Memiliki kekuatan sihir yang luar biasa dan mampu menggunakan berbagai macam sihir. Sage itu berhasil mengalahkan raja iblis dan dunia mulai disinari oleh cahaya kembali.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sebuah hembusan angin lembut yang bertiup pelan di atas atap sekolahan. Seorang siswa kelas 2 SMA sedang duduk di atas atap sembari melihat langit biru. Membuka lembaran buku satu demi satu dan membacanya dengan begitu tenang namun dalam hatinya begitu bersemangat.
Sebuah novel ringan yang bercerita tentang dunia fantasy, seorang pahlawan yang di panggil untuk mengalahkan raja iblis. Bell sekolah berbunyi pertanda kelas akan di mulai kembali.
Shin Satoru, seorang siswa SMA yang mengikuti club kendo dan pernah menjuarai berbagai kejuaraan. Dulu nya Satoru merupakan orang yang ceria dan mudah didekati, tetapi setelah terjadinya sebuah insiden membuat dirinya berubah drastis. Dia mulai menjauhi hal yang ia sukai yakni kendo dan menjadi anti sosial.
Ketika istirahat dia selalu menghabiskan waktunya di atap sekolah sembari membaca novel ringan bertema fantasy. Dia sekali-kali membayangkan tentang dirinya yang pergi menuju ke dunia lain dan melakukan petualangan yang hebat. Melawan monster yang kuat, bertemu dengan orang-orang dan lain sebagainya.
Di dalam kelas, ketika pelajaran sedang berlangsung. Ada seorang guru yang datang ke kelasnya.
"Permisi, maaf jika bapak mengganggu pelajaran kalian. Apa disini ada Shin Satoru?"
Satoru mengangkat tangannya.
"Itu saya pak"
"Bapak punya kabar baik dan buruk untuk mu Shin-kun"
"Saya akan mendengarkannya"
Guru tersebut memberitahukan kabar baik nya terlebih dahulu, yakni Satoru akan di pilih sebagai perwakilan sekolah lagi untuk mengikuti lomba kendo mendatang dan kabar buruknya adalah kakeknya yang berada di rumah sakit sedang tak sadarkan diri.
Saat mendengar hal itu, Satoru langsung bangun berdiri dan berlari keluar dari kelas. Ia begitu tergesa-gesa pergi menuju ke rumah sakit di mana kakeknya dirawat. Karena keluarga yang di miliki oleh Satoru hanya kakeknya saja, kedua orang tuanya sudah meninggal dunia ketika ia masih kecil.
Soal dirinya yang menjadi perwakilan sekolah kembali, tidaklah membuatnya senang melainkan trauma. Hal itu juga yang membuat dirinya menjadi anti sosial, karena dirinya pernah membunuh seseorang saat bertanding kendo.
Sebenarnya bukan dirinya yang membunuh, itu karena saat dalam pertandingan final, setelah Satoru memberikan serangan kepada musuhnya. Tiba-tiba musuhnya pingsan dan dilarikan kerumah sakit, setelah beberapa jam berlalu di kabarkan jika musuhnya meninggal akibat serangan jantung.
Mulai dari hari itu Satoru mulai trauma ketika memegang sebuah pedang dan mulai menjauhkan dirinya dari kendo. Turnamen itu adalah turnamen terakhir yang ia ikuti, sedangkan turnamen yang mendatang dia sudah tidak berminat untuk mengikutinya. Para pengajar tetap memintanya untuk mengikuti turnamen tersebut walaupun mereka tau jika Satoru sudah kehilangan minatnya terhadap kendo.
Di rumah sakit Satoru menunggu di dalam ruangan kakeknya yang sedang tak sadar diri. Ia mencoba untuk menenangkan dirinya dengan membaca novel, sembari berharap agar kakeknya membuka mata kembali.
Saat sedang membaca tiba-tiba tangan kakeknya bergerak ke atas seperti memanggil dirinya untuk mendekat. Melihat hal itu Satoru langsung mendekat dan memegang erat tangan kakeknya.
"Kakek~ syukurlah kakek sudah sadar~"
"S- sa- satoru... maaf, kakek sudah tak bisa menemanimu lagi..."
"Jangan berkata seperti itu! aku yakin kakek akan kembali sembuh dan sehat!"
"Te- rima kasih... tapi itu tak mungkin, kau pergilah ke rumah kakek, disana ada sebuah pedang yang kakek simpan di dalam peti. Ambil lah pedang itu... kakek harap pedang itu bisa membuatmu lebih kuat... Sa- toru... kau... a- adalah... keturunan... pah- lawan..."
Lengan kakeknya secara perlahan lepas dari genggaman Satoru, suara dari alat pendeteksi detak jantung berdenging menandakan detak jantung yang berhenti.
"Kakek! kakek! sadarlah! hei! jangan meninggalkan ku sendirian! ka- kek... aaaaaaaaaa!!!!!"
Laki-laki itu menangis tersedu-sedu di ruangan. Para suster yang mendengar teriakan itu langsung masuk kedalam ruangan untuk memeriksa keadaan sang kakek, namun takdir berkata lain, sang kakek sudah pergi ke alam sana.
Ketika kehilangan kakeknya yang merupakan satu-satunya keluarga yang ia miliki membuat Satoru begitu terpukul. Hatinya yang sudah mulai menutup namun masih bisa terbuka karena adanya sang kakek, kini ketika kakeknya tiada, hatinya sudah mulai tertutup dan tak mau menerima orang-orang.
Setelah hari pemakaman laki-laki itu tetap berdiam diri di depan makam sang kakek dengan air mata yang mengalir. Hujan yang turun membuat air matanya tak terlihat karena tercampur dengan air hujan. Kehilangan tujuan hidup, Satoru pernah berfikir untuk melakukan bunuh diri namun, saat itu terlihat bayangan sang kakek yang berkata "Satoru, jangan bertindak seperti pengecut, kau itu laki-laki sekaligus pewaris dari dojo kendo terbaik. Jadilah kuat! kakek percaya kau akan menjadi pengguna pedang terbaik di masa mendatang"
Di depan makam sang kakek, Satoru berjanji jika dia akan menjadi lebih kuat. Ke esokan harinya, ia pergi memasuki ruangan sang kakek untuk menemukan pedang yang di sebutkan. Pedang yang berada di dalam sebuah peti. Saat menemukan pedang itu, Satoru mencoba untuk memegang nya, namun akibat trauma yang ia miliki tangannya gemetaran.
"Tidak! aku harus melakukannya! aku sudah berjanji untuk menjadi lebih kuat!"
Laki-laki itu berteriak untuk menguatkan hatinya, ia pun memegang pedang itu. Pada saat tangannya menyentuh gagang pedang, muncul sebuah cahaya yang begitu terang di seluruh ruangan.
Saat ia membuka mata, Satoru sudah berada di sebuah padang rumput yang luas. Ia terduduk kebingungan dengan apa yang terjadi.
Apa yang terjadi? aku ada dimana?
Apa aku sedang berada di dalam mimpi?
Laki-laki itu mencubit pipinya dengan kuat sehingga membuatnya merasakan sakit.
Sakit!?
Jadi ini bukan mimpi, apa aku di tranfer ke dunia lain?
Tidak-tidak! jangan bercanda denganku!
Memang benar kalau aku suka cerita yang berkaitan dengan dunia lain, tapi aku tak pernah kepikiran ingin mengalaminya secara langsung!
Satoru bangun berdiri dan melihat sekelilingnya, tak ada satu orang pun ataupun hewan. Hanya sebuah padang rumput yang kosong dengan angin sejuk yang bertiup.
Baiklah aku harus tenang, setidaknya aku punya sebuah pedang...
Satoru menarik pedang itu keluar dari sarungnya, pada saat itu dia terdiam dengan pandangan kosong.
"Apa-apaan ini!!! mana bilah pedangnya! ini hanya gagang pedang dan sarungnya bukan!"
Satoru mencoba menenangkan diri dan mengingat mengenai novel-novel yang pernah ia baca sebelumnya.
Kalau tak salah ada yang namanya status atau apalah itu... aku hanya perlu mengatakan open status bukan?
"Open Status..."
Namun tak ada yang muncul, laki-laki itu berputar-putar sembari menenangkan pikirannya dan berfikir bagaimana caranya untuk hidup.
Tak ada gunanya aku berputar-putar di tempat ini, aku sebaiknya mencari sebuah perdesaan atau kota, mumpung hari masih terang.
Setelah menentukan arah yang di pilih, Satoru hanya berjalan lurus menuju ke arah timur.
Setelah berjalan cukup jauh menuju ke arah timur, Satoru akhirnya bertemu dengan jalan setapak. Ia mengikuti jalan itu hingga sampai di sebuah rumah kecil di tengah hutan.
Eh, apa aku salah jalan yah...
Satoru mengetuk pintu rumah itu dengan ragu-ragu sembari menelan air ludahnya. Pintu rumah terbuka secara perlahan, terlihat seorang kakek tua yang membuka pintu tersebut.
"Hmm, siapa engkau wahai anak muda?"
"Eh? kita bisa saling bicara?"
"Hah? apa yang kau katakan?"
"Ah, tidak lupakan itu. Maaf karena saya mengganggu anda, tapi saya sebenarnya tersesat. Apa ada sebuah desa atau kota terdekat dari sini?"
Kakek tua itu melihat Satoru dari ujung kaki hingga ujung rambut, saat itu ia melihat sebuah pedang yang familiar berada di pinggang laki-laki muda itu.
"Pedang itu! kau dapat dari mana?!"
"Eh? ini, warisan yang di berikan oleh kakek saya..."
"Siapa nama kakekmu?"
"Shin Ryuha"
"Begitu, jadi kau yah... masuklah"
Satoru yang tak mengerti dengan apa yang terjadi, masuk kedalam rumah itu dan duduk di kursi tamu. Kakek itu memberikan sebuah minuman dan makanan.
"Kau pasti haus dan lapar bukan?"
"Eh, tak perlu repot-repot kek, saya hanya ingin menanyakan arah"
"Tak apa makanlah, kau berasal dari dunia lain bukan?"
Mendengar hal itu Satoru langsung tertegun diam.
Kenapa kakek ini bisa tau kalau aku dari dunia lain?
"Tak perlu kawatir seperti itu, aku berada di pihakmu. Lagi pula aku dan kakek mu adalah teman lama"
"Eh!? kakek adalah teman kakek saya? tapi kan berbeda dunia..."
"Ahahaha, dasar Ryuha sepertinya dia tak menceritakan nya padamu. Ryuha adalah seorang pahlawan yang berasal dari dunia lain, karena dia berhasil mengalahkan raja iblis 100 tahun yang lalu, dia meminta untuk di pulangkan ke dunianya. Tapi sang dewi memintanya untuk mendidik seorang pahlawan baru untuk menyelamatkan dunia ini kembali dari cengkraman raja iblis yang akan bangkit kembali. Dan pahlawan yang di maksud adalah dirimu nak"
Setelah mendengarkan hal itu, Satoru hanya bisa tertawa dengan terpaksa menerima kenyataan. Kakek itu memberikan sebuah kamar kosong untuk di tinggali oleh Satoru, ia juga bilang akan mengajarkan Satoru mengenai dunia ini.
Di pagi hari yang tenang terdengar suara teriakan.
"Uwaaahh!!! dingin!!!"
Kakek itu menyiram Satoru dengan air dingin untuk membangunkannya dari tempat tidur.
"Cepatlah bersiap kita akan mulai berlatih!"
Satoru langsung bersiap dan mengganti pakaiannya, di halaman depan rumah sudah ada sang kakek yang menunggu sembari memegang sebuah pedang kayu. Di pagi hari itu Satoru akan melakukan latih tanding dengan kakek itu.
"Etto, jadi kita akan melakukan latih tanding?"
"Yah, aku akan melihat bagaimana keterampilan mu dalam berpedang dan jangan panggil aku kakek, panggil saja aku guru atau master"
Uwahh... yah, tapi gak ada salahnya sih. Walaupun aku tak tau yang di katakan nya kemarin itu benar atau tidak, setidaknya aku tau jika kakek ini bukanlah orang jahat.
"Baiklah, master mohon bantuannya!"
Di pagi hari yang tenang terdengar suara hantaman pedang kayu yang saling beradu, walaupun di umur yang tua, keterampilan kakek itu sangat lah hebat. Satoru yang dikenal sebagai pemain kendo terbaik tak bisa bergerak dengan mudah dan selalu bertahan saat melawan kakek itu.
"Hah.. hah... bagaimana master bisa bergerak segesit itu walau sudah bau tanah?"
"Hmm? apa yang barusan kau katakan bocah?!"
Kakek itu langsung bergerak dengan sangat cepat dan memukul keras Satoru hingga terpental. Untungnya saat itu Satoru berhasil menahan pukulan itu dengan pedang kayu yang ia pedang sehingga meminimalisir rasa sakit yang ia terima.
"Sakit! apa-apaan gerakan itu..?"
"Bagaimana bocah? apa kau sudah paham perbedaan kekuatan kita?"
Mulai dari sana pelatihan bagai neraka di ikuti oleh Satoru, ia terus berlatih hari demi hari dan selalu kalah saat melakukan latih tanding.
"Baiklah latihan hari ini sudah cukup, istirahat lah. Besok kita akan bertarung melawan monster untuk ujian akhirmu"
"Hah.. Hah... mon- ster..?"
"Yah, jadi istirahat lah"
Di sore hari setelah selesai latihan, Satoru pergi ke sebuah sungai yang dekat dengan rumah untuk membasuh tubuhnya yang penuh oleh keringat.
Huft... dia benar-benar orang yang keras. Walaupun begitu dia sangatlah baik, dia hanya keras saat dalam pelatihan.
Dunia lain huh?
Aku masih tak percaya jika aku berada di sini sekarang.
Satoru menatap langit malam yang di penuhi oleh bintang dengan dua bulan. Ia masih belum tahu alasan dari pedang tanpa bilah yang di berikan oleh kakeknya. Pernah sekali dia bertanya kepada masternya, namun masternya bilang "Untuk saat ini aku belum bisa memberitahu mu, jadilah lebih kuat terlebih dahulu"
Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Satoru pulang kerumah untuk memasak makan malam. Rumah yang ia tinggali memiliki sebuah kebun sayuran di halaman belakang, sedangkan daging di dapat dari hewan buruan.
"Hei master, besok nanti aku akan menghadapi monster apa?"
"Kau lihat saja nanti, jadi istirahat lah malam ini"
Mendengar jawaban yang tak pasti membuat Satoru cukup kawatir, mengingat masternya merupakan orang yang keras dalam melatih. Ia sudah mengikuti pelatihan selama 6 bulan dan ia juga sudah merasakan jika dirinya menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Di pagi hari mereka sudah bersiap untuk memasuki hutan untuk melakukan ujian pertama Satoru. Dimana ia akan melawan seekor monster. Dalam perjalanan masternya menjelaskan mengenai pedang yang ada di pinggang Satoru.
"Mengenai pedang mu, itu adalah sebuah Swordbirth. Sebuah pedang yang terlahir oleh pikiran dan hati si pengguna"
Mendengar penjelasan yang begitu singkat, Satoru tak mengerti sama sekali.
"Apa yang master katakan? saya tak mengerti"
"Pedang yang ada di pinggangmu itu tidak punya bilah bukan?"
"Iya..."
Masternya menjelaskan mengenai kemampuan yang di miliki oleh pedang tersebut. Sword Birth memiliki kemampuan untuk membuat banyak Pedang Sihir dengan atribut berbeda sesuai dengan keinginan pengguna. Bukan hanya itu, pengguna juga bisa membuat sebuah pedang suci ataupun pedang iblis sesuai keinginannya. Bahkan pedang terkutuk sekalipun. Pengguna juga bisa memunculkan pedang di manapun ia mau sesuai dengan jangkauan radius yang ia lihat. Bukan hanya satu pedang saja, pengguna juga bisa mengeluarkan banyak pedang sekaligus.
Bilah yang kosong pada pedang tak akan muncul, melainkan akan melahirkan sebuah pedang lain dari berbagai tempat. Bisa di bilang gagang dan sarungnya hanya merupakan pajangan. Sedangkan skill swordbirth adalah skill yang di dapat dengan memiliki gagang dan sarung pedang tersebut.
Setelah mendengar penjelasan panjang itu, Satoru mulai paham dengan pedang pemberian dari sang kakek. Bisa disimpulkan kalau pedang itu merupakan artefak yang memberikan skill pada sang pengguna.
"Apa kau sudah paham?"
"Iya master!"
"Baiklah, kemari kan pedangnya"
Satoru memberikan pedang tersebut pada masternya. Sebuah rapalan sihir di lantunkan oleh sang master sehingga membuat pedang itu bercahaya. Pedang itu secara perlahan bergerak dan masuk kedalam tubuh Satoru. Karena lonjakan kekuatan yang besar tiba-tiba masuk, Satoru kehilangan kesadaran.
"Eh? apa yang terjadi?"
"Oh, kau bangun juga akhirnya"
Master menjelaskan mengenai kejadian sebelumnya mengenai Swordbirth yang menyatu ke dalam tubuhnya, dengan begitu Satoru dapat menggunakan skill swordbirth.
"Baiklah, bangunlah. Kau akan menghadapi seekor ular kecil di gua sana"
Satoru melihat ke arah yang di tunjuk oleh masternya. Terlihat sebuah goa yang di pintu masuknya ada kepala ular super besar.
"Tidak-tidak-tidak! Apanya yang ular kecil! Ular itu sudah sebesar bus!"
"Ayo majulah, kau pasti bisa mengalahkannya"
Di kedalam hutan Satoru berada di dekat goa milik ular hitam raksasa. Ular itu bernama black viper, seekor monster rank B dengan kulit yang keras dan bisa menyemburkan api dari mulutnya.
"Tidak! Mustahil aku bisa mengalahkannya!"
Tapi sang guru tak mau mendengarkan Satoru dan mendorongnya keluar dari persembunyian hingga di sadari oleh ular tersebut.
Bammm!!!
Ular itu langsung mencoba untuk menelan Satoru bulat-bulat, tetapi ia berhasil menghindar sehingga membuat ular itu menghantam tanah. Satoru yang masih cukup panik langsung melarikan diri sekuat tenaga.
Ular itu langsung mengejarnya dengan begitu cepat. Saat berlarian, Satoru tersandung akar pohon hingga membuatnya terjatuh ke sebuah tebing. Untungnya dia berhasil memegang dahan pohon yang tumbuh di pinggiran tebing.
Dengan perlahan dan hati-hati Satoru memanjat tebing itu hingga sampai di atas. Namun, ular itu sudah menantinya dan siap untuk memakannya.
Apa kau bercanda dengan ku?
Satoru melihat sekelilingnya dan mencoba menenangkan diri. Di hadapannya ada ular besar yang bisa menelannya bulat-bulat, sedangkan di belakangnya ada tebing yang tinggi. Pilihannya hanya terjun atau bertarung melawan ular itu.
Baiklah, sepertinya aku tak punya pilihan lain selain bertarung...
Kalau tak salah master bilang aku bisa membuat pedang apapun asal tau komponen, bentuk, kemampuan suatu pedang dengan spesifik.
Jika begitu, aku hanya perlu membayangkan pedang-pedang yang ada di dunia anime ataupun novel yang pernah kulihat.
Untuk melawan seekor ular yang memiliki kulit yang keras, aku memerlukan pedang yang memiliki penetrasi tinggi.
Baiklah!
Satoru memejamkan matanya dan berfokus dalam membayangkan pedang yang akan dia munculkan. Sebuah pedang dengan kemampuan penetrasi tinggi dan memiliki atribut angin.
"Datanglah Aeria Spada!"
Sebuah pedang berwarna hitam dengan pinggiran hijau ke kuningan, di selimuti oleh angin yang berputar mengitari pinggiran pedang sehingga membuatnya lebih tajam.
Ular itu kembali menyerang, Satoru langsung menghindar dan bergerak dengan cepat menaiki tubuh ular tersebut.
"Hem, di bandingkan dengan master, kecepatanmu bukan apa-apa!"
Satoru langsung menyerang tubuh ular itu dengan pedang yang ia pegang. Karena kulitnya begitu keras, Satoru tak bisa dengan mudah memberikan luka yang berarti.
Cih!
Kulitnya benar-benar keras!
Satoru mengalirkan kekuatannya dengan penuh sehingga membuat angin yang berputar di sekitar pedang berputar dengan lebih cepat. Kulit ular yang keras itu secara perlahan terkikis oleh angin yang berputar kencang, hingga pada akhirnya Satoru berhasil membelah tubuh ular tersebut.
Walau tubuhnya terpotong, ular itu masih hidup dan melancarkan sebuah bola api ke arah Satoru.
Dengan pedang beratribut angin yang ia gunakan, Satoru membalikkan bola api itu dengan tiupan angin yang kuat sehingga mengarah balik ke si ular.
"Bagaimana rasanya merasakan bola api mu sendiri?!"
Dengan daya ledakan besar bola api, ular itu tumbang dan mati. Satoru pun ikut terduduk dengan nafas terengah-engah.
Sial, kukira aku bakal mati!
Satori melihat pedang yang ada di genggaman tangannya.
"Tak ku sangka, aku benar-benar bisa mengeluarkan pedang hanya dengan membayangkannya"
Dalam keadaan yang sedang ke lelahan, ada suara tepuk tangan dari balik hutan yang semakin mendekat.
"Selamat atas keberhasilanmu mengalahkan monster rank tinggi di ujianmu Satoru"
Sang master memberikan pujian kepada Satoru yang berhasil melewati ujian yang ia berikan dan berhasil menggunakan kemampuan adi swordbirth.
"Haha, terima kasih master~"
Mereka berdua membedah tubuh ular itu untuk di ambil materialnya, setelah materialnya di pisahkan sang master mengeluarkan sebuah kantung sihir yang memiliki penyimpanan dimensi. Dalam sekejap semua material ular itu terhisap masuk ke dalam kantung kecil itu.
"Ambil ini! itu adalah hadiah kelulusan ujian mu!"
Sang master melemparkan kantung dimensi itu dan memberikannya kepada Satoru. Dengan senang hati pemuda itu menerimanya dan menundukkan kepalanya dengan ucapan terima kasih pada sang master.
"Pergilah ke ibu kota, di sana ada sebuah akademi sihir. Tunjukkanlah surat ini kepada kepala sekolah disana"
Sang master memberikan sebuah peta dan sepucuk surat kepada Satoru.
"Apa aku memang perlu masuk ke akademi ini?"
"Tentu saja, kau tak mengetahui dunia luar bukan? terlebih lagi tentang akal sehat di dunia ini. Kau mengingatkanku pada kakekmu saat pertama kali datang ke dunia ini, dia selalu melakukan hal-hal yang tak kami mengerti"
Mendengar hal itu Satoru tertawa lepas.
"Hahahaha, tak ku sangka kakek seperti itu dulunya"
Sang master hanya bisa mengehela nafas, dan mengajak Satoru pulang ke rumah untuk beristirahat terlebih dahulu sembari memeriksa tubuhnya.
Saat sudah berada di rumah, Satoru di suguhkan berbagai macam makanan yang terlihat enak. Ia makan dengan lahap bersama sang master dengan penuh gembira, baginya sang master sudah layaknya keluarga, terlebih lagi masternya adalah teman dari kakeknya.
"Bagaimana dengan tubuhmu? Apa ada yang terasa aneh?"
Satoru mengangkat siku tangannya dan merasakan seluruh tubuhnya.
"Kurasa tak ada yang aneh, lagian aku merasa ada luapan kekuatan yang muncul di dalam tubuhku"
Mendengar hal itu sang master terlihat lega.
"Begitu yah, tak kusangka Swordbirth benar-benar cocok dengan mu. Bahkan kakekmu dulu sangat kesulitan untuk menggunakannya, hingga pada akhirnya dia menyerah dan memilih untuk menyimpan nya saja"
Mendengar hal itu Satoru cukup terkejut, mengingat kakeknya dulu merupakan seorang master kendo yang sangat terkenal.
"Eh benarkah? Aku tak menyangka jika kakek tak bisa memakainya"
"Yah, walaupun dia tak bisa menggunakan Swordbirth, kakekmu bisa menggunakan berbagai macam sihir yang hebat. Dia di kenal sebagai Sage terkuat di masa jayanya dan berhasil mengalahkan raja iblis di kala itu"
Lelucon macam apa ini?
Kakekku dulunya seorang Sage dan bukan master pedang?
Tapi kenapa keterampilan berpedangnya sangat hebat.
Melihat tampang Satoru yang keheranan sang master menepuk bahunya dengan tersenyum.
"Tak perlu heran begitu, walaupun dia seorang Sage kemampuan berpedangnya juga sangatlah hebat. Bahkan dia bisa setara saat bertarung dengan ku tanpa menggunakan sihir kau tau?"
"Heee begitu yah! Seperti yang di harapkan dari kakek!"
"Hei-hei apa hanya kakek mu saja yang kau puji?"
"Hahaha, tentu saja master sama hebatnya dengan kakek!"
Di malam hari itu mereka berdua bercerita dan mengobrol dengan gembira hingga malam pun berakhir. Matahari pagi mulai terbit dengan cerah, Satoru sudah bersiap untuk melakukan perjalanan menuju ke ibu kota untuk masuk ke dalam akademi yang di beri tahu oleh sang master.
"Baiklah master, aku berangkat!"
"Ya! hati-hati di jalan!"
Di hari itu Satoru melakukan perjalanan menuju ke ibu kota demi meningkatkan kekuatan dan ilmu pengetahuannya tentang dunia yang ia tinggali. Bukan berarti dia bisa santai dalam perjalanan, tentu saja akan ada berbagai macam rintangan yang akan ia hadapi di perjalanan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!