NovelToon NovelToon

Tak Bisa Ke Lain Hati

Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama

Hari ini adalah hari pertamaku masuk SMA, rasanya beda dengan saat pertama masuk SMP dulu, padahal seharusnya sama saja kan?, sama-sama masuk ke tempat baru, bertemu teman-teman dan guru-guru baru.

Tapi rasanya memang beda, entah apa yang membuatnya beda, seperti akan ada sesuatu yang bakal merubah hidupku. Hadeeh Tatiana.. please stop deh berhalusinasi lagi, tepuk jidat sendiri.

karena aku datang kepagian, jadi sekolah masih sepi, seminggu ini memang cuma ada kegiatan untuk murid baru, jadi yang hadir hanya murid baru, pengurus OSIS dan guru-guru.

Hari inipun kegiatan hanya pembagian kelas dan pengarahan dari wali kelas masing-masing.

Tanpa sadar, aku sudah berjalan sampai ujung sekolah lantai 2, dari sini aku bisa lihat pagar sekolah dan siswa siswi yang berlalu lalang, semilir angin membuat rambut panjangku menari-nari.

Ujung sekolah bagian ini bakal jadi tempat favoritku, karena lorong yang mengarah ke ujung lantai 2 ini hanya ada laboratorium dan ruang komputer, jadi tidak ada murid-murid yang berkumpul dilorong ini saat jam istirahat.

*****************************

Bu Irma wali kelasku sedang memberikan pengarahan ketika serombongan kakak-kakak pengurus OSIS mengetuk pintu dan masuk ke dalam kelasku.

Disinilah pertama kalinya aku melihatnya....

Aku tidak bisa mengalihkan tatapanku dari kakak kelasku yang satu ini, dia makhluk Tuhan yang paling sempurna, yang paling tampan dimuka bumi ini.

"Tiana... hey Tatiana" Icha menyenggol lenganku, huh mengganggu saja.

"Kenapa?" gerutuku.

"Ada apa ya?, kok kakel pada kesinih sih?" aku hanya mengangkat bahu, mana kutahu.

"Permisi bu... maaf kami mengganggu waktunya sebentar, mau kasih pengumuman untuk MOS adik kelas besok bu" salah satu kakak kelas cewek meminta izin pada bu Irma.

Kembali kualihkan tatapanku ke cowok itu, ke sosok sempurna itu, tingginya mungkin diatas 180cm, kulitnya putih bersih, dan seperti ada daya tarik tersendiri dari cowok itu, pembawaannya yang tenang, berwibawa sekali lah pokoknya, dan senyumnya... ya Tuhan dia tersenyum padaku.

Malu karena tertangkap basah sedang memandangi wajahnya aku langsung alihkan perhatianku ke kakak kelas cewek tadi, yang entah sedang bicara apa aku tidak fokus mendengarkannya.

Aku kembali melirik cowok itu, tapi dia sudah tidak ada. Astaga... cepat sekali menghilangnya, apa aku halu yaa? tapi masa sih itu cuma halusinasiku saja.

"Cha, kakel yang tadi kemana ya?" bisikku ke Icha.

"Itu kakak kelas semua" jawab Icha sekenanya.

"maksud ku, kakel yang ganteng tadi itu loohh"

Icha melihat ke arahku "Ganteng semua kan"

Hadeehh susah memang kalau bicara cowok ke Icha, standartnya dia tuh cuma ada 2 macam cowok, yang ganteng dan sangat ganteng, aneh kan? hehe.

Hmm siapa sih cowok tadi?, bikin penasaran saja.

Aku masih asik memandangi pintu kelas tempat cowok sempurna tadi berdiri ketika semua kakak kelas keluar dari kelasku, sepertinya sudah selesai kasih pengumumannya, eh tapi aku kan tadi tidak nyimak apa isi pengumumannya hadeehh, tepuk jidat sendiri.

"Cha tadi ada pengumuman apa sih?" yang ditanya cuma geleng-geleng kepala.

"Chaaa..." rengekku.

"Memangnya kamu tadi ngapain saja sih? tidur? apa sibuk lirikin kakel?"

"Yaa maaf aku lagi tidak fokus, maklum hari pertama sekolah hehe" mengelak dikit boleh dong.

"Apa hubungannya dah? hadeehh.. besok untuk siswi disuruh kuncir 2, kunciran kanan pakai pita warna merah, yang kiri pakai pita warna putih, bawa sandal jepit kanan kiri harus beda warna, bikin papan nama kita dari karton, terus gantung dileher, tulisannya harus warna warni jadi tiap huruf harus beda warnanya, repot ga tuh..? haha. Ohiya besok pagi jam 7 harus sudah berbaris dilapangan semua, pakai sandal jepit.”

"Apaan sih, bener-bener tidak ada kerjaan tuh kakel, lagian dirumah cuma ada 2 warna spidol biru dan hitam eh 3 deh sama merah, harus beli dulu dong, sendal jepit segala lagi bikin kerjaan saja!" suntukku.

"Udah santai aj non jangan marah-marah gitu tar cepet tua haha, nanti bareng aja kita belinya ya.”

"Oke lah."

"Eh Cha, kan besok sandal jepitnya harus beda warna ya kanan dan kiri, gimana kalau kita tukeran?" usulku.

"Lo, kalau kasih ide yang benar dong, memang size kita sama?" Icha cemberut, aku langsung tutup mulut, ohiyaa Icha sahabatku dari SD ini memang imut anaknya hehe, dan aku juga sebenarnya tidak tinggi-tinggi banget sih, yaaa... rata-rata laahh kaya cewek-cewek kebanyakan.

"Ya sudah maaf, jangan cemberut begitu dong"

Icha masih cemberut, memang paling sensi nih sohibku yang satu ini,

"Chaaaa..."

masih tidak mau jawab,

"Yasudah anak-anak, pertemuan kita hari ini sampai disini dulu. Kalian boleh pulang dan jangan lupa persiapan untuk MOS besok, kalian baik-baik yaa dengan kakak kelas kalian" suara bu Irma memecah keheningan antara aku dan Icha.

"Baik buuu." jawab anak-anak serentak.

hingar bingar kelas langsung terasa setelah bu Irma keluar, suara kursi dan meja terasa saling sahut-sahutan ketika murid lain bergegas keluar kelas, lagian ngapain juga sih buru-buru? kaya mau ambil gaji aja.

"Ok baiklah, sebagai permintaan maaf, aku traktir di Dream Kafe deh gimana?" bujukku,

bibir Icha mulai berkedut tandanya sebentar lagi dia bakal tersenyum, dan benar sejurus kemudian diapun tersenyum lebar.

"Bener ya?"

"Iya sayang."

*******************************

Selesai beli keperluan buat MOS besok, aku dan Icha langsung menuju Kafe favorit kami, seperti biasa kami duduk di sebelah kaca yang menghadap ke jalan raya, saat kami sedang suntuk disinilah kami berada, melihat lalu lalang mobil dan pejalan kaki sambil menikmati makanan dan minuman dikafe ini.

"Eh itu bukannya kakel kita ya?" tunjuk Icha ke arah pasangan muda mudi yang baru saja masuk ke kafe ini, terlihat disana kakak kelas cewek yang tadi kasih pengumuman dikelasku, dan disebelahnya tak lain dan tak bukan adalah cowok sempurna itu.

"patah hati aku Cha hiks." aku langsung menyandarkan kepalaku dibahu Icha.

"Iihhh apaan sih lo" Icha berusaha menyingkirkan kepalaku dari bahunya, tapi aku bergeming.

"Eh tunggu, jangan bilang itu kakel yang lo maksud tadi?" aku tetap diam.

" Tiana... Ooii..." masih tetap diam.

"Yaampun lebay banget sih lo, belum tentu juga mereka pacaran kali!" suntuk Icha sambil nyeruput thai teanya, reflek aku langsung mengangkat kepala dari bahunya.

"Bener juga yaa." aku kembali lihat kakak kelas ku itu, sekarang mereka sedang asik ngobrol dan sesekali tertawa bersama, panas hati ini melihatnya, ingin rasanya menjambak rambut kakak cewek itu.

Berani-beraninya dia jalan sama cowok sempurnaku, berduaan doang lagi. Aaarrrgggghh!

"Chaaa, kira-kira dia mau jadi pacarku gak ya?"

"Mau lah, secara lo cantik, tinggi, putih, supel walaupun sedikit manja hehe.”

"Tapi ga pede Cha, dia terlalu sempurna buatku, baru kali ini aku langsung suka sama cowok dari pandangan pertama"

Icha hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Tatiana sahabatnya. Tiana... Tiana... lo tuh cantik, gue aja kadang iri samalo, lo tuh sempurna, perfect, tinggi, putih, pinter, cuma 1 kekuranganlo, lo ga tau kelebihanlo itu hadeehh.

Icha mengalihkan perhatiannya ke sosok cowok yang digilai Tatiana, sangat ganteng, tapi sewaktu di SMP bahkan ada yang lebih ganteng dari cowok itu, dan Tatiana menolaknya saat cowok itu nembak dia, aneh.

"Klo menurut gw yaa, masih gantengan Ryo dibanding cowok itu tau" hening,

"Oiiii" Icha mengibas-ngibaskan tangannya didepan muka Tatiana yang masih asik mandangin cowok itu.

"Kenapa sih Cha, ganggu saja, aku lagi lihat malaikat tak bersayap itu." Icha langsung memutar bola matanya.

"Hellooo Tiana, kalaupun mereka jadian, ya lo terima aja tuh cintanya Ryo, bukannya Ryo lebih ganteng yaa dari cowok itu?"

"Beda Cha, dia beda.” jawab Tatiana, matanya masih belum beralih dari sosok sempurna itu.

"Kaya aku pernah ketemu, tapi dimana yaa?rasanya tuh gak asing gitu aku lihat dia, aneh ya? padahal aku tau namanya aja nggak" Tatiana menatap tajam ke Icha.

"Cha kamu percaya reinkarnasi gak? apa mungkin dikehidupan aku sebelumnya tuh cowok jadi suamiku?, aduuhhh." Tatiana mengelus kepalanya yg Icha jitak tadi.

"Jangan ngelindur nonaa, bentar lo tunggu disini." tanpa menunggu jawaban Tatiana, Icha langsung bergegas menghampiri pasangan kakel itu.

Darah serasa hilang dari mukaku melihat Icha berjalan kearah cowo itu, aduuh Chaaa mau ngapain sih? awas ya kalau sampai bilang kedia kalau aku suka, heuheu.

Tapi sepertinya kedua kakak kelas itu agak bingung, mungkin mereka heran ada anak SMP yang menghampiri mereka hehe.

Memang seminggu ini kami masih harus tetap pakai seragam putih biru dulu, padahal sudah ga sabar mau pakai putih abu-abu.

Eh kenapa cowok itu jadi ngeliatin aku yaa, Aduuh Cha lo ngomong apa sih? malu aku tuh.

Aku langsung mengalihkan perhatianku keluar jendela, jangan ditanya gimana perasaanku, rasanya jantungku ini mau copot dari tempatnya hadeehh.

Waktu terasa berputar lama sekali, sampai Icha kembali duduk disampingku.

"Gila kamu Cha, ngomong apa sih?" aku panik.

"Hahaha." apaan sih Icha malah ketawa.

"Cha gak lucu Cha, apaan yang lo omongin?"

aku melirik sedikit kearah cowok itu, tapi pandangannya sudah bukan ke aku lagi hiks.

"Tenang sis, tadi gue cuma tanya kemereka keperluan buat besok, alasanya takut ada yang terlupa mumpung masih disini hehe. Cowok itu namanya kak Arga, yang cewek namanya kak Diah.”

"Oh jd Arga namanya hmmm, terus kenapa dia ngeliat ke arahku?"

"Oh dia cuma nanya kamu sendiri disini?, gue jawab nggak kak, tuh sama Tatiana disana." Fyuuhh aku langsung menarik nafas lega.

"Terus?"

"Dia tanya temanmu kenapa buang muka begitu pas kakak lihat? sombong ya? hahaha."

"Ichaaaaaa!!" aku reflek teriak, Icha langsung membekap mulutku.

"sssttt lo kira ini kafe nenek moyanglo bisa teriak-teriak seenaknya." aku langsung menepis tangan Icha dari mulutku.

"Lagian ngapain sih lo nyamperin mereka, Aarrgghh malu aku tuuhhh.. Ichaaa..."rengekku sambil menjedot-jedotkan kepalaku ke meja.

"Yee kenapa jadi nyolotnya ke gue sich?, lagian kenapa juga lo langsung buang muka gitu? senyum kek, ikut samperin mereka kek, biar kelihatan sopan santunya sama kakel, seandainya nih ya lo jadi kak Aga tersinggung ga? adik kelas dilihat boro-boro senyum malah buang muka.”

"Eh omong-omong, lo liat ga tadi mukanya kak Diah? kaya gak suka gitu gue samperin mereka, jadi kaya gue ganggu kencannya gitu. Apalagi pas kak Arga ngomong sama gue, Iihh serem liat tatapan nya ke gue, kaya mau ngajak perang mukanya" Icha begidik.

"Lagian gak salah merasa tersaingi sama gue ya? gue tuh mungkin dianggap cuma serpihan debu doang kali sama kak Arga, lain ceritanya klo saingannya itu elo. Ok Tiana! gue dukunglo dapetin kak Arga semangat!, mau tau gue gimana reaksinya kak Diah."

"Mohon doanya" bisikku.

"Semoga berhasil" balas Icha, dan kamipun tertawa.

MOS Hari Pertama

Huaaa telaat...

Untung pagar sekolah belum ditutup,

aku terus berlari menuju kelasku, dilapangan terlihat semua murid baru sudah berbaris rapi sesuai kelasnya masing-masing membuatku semakin panik.

Dua anak tangga langsung kulewati supaya cepat sampai kelas, taruh tas, dan turun lagi kearah lapangan mencari barisan kelasku.

Icha sahabat baikku itu nampak berada dibarisan paling belakang, aku langsung berdiri disebelahnya.

"Tumben lo telat?" bisik Icha, aku masih sibuk mengatur nafasku yang ngos-ngosan, kupakai papan namaku untuk mengipas-ngipas mukaku yang berpeluh keringat.

"kenapa dibarisan buncit sih?" keluhku sambil menarik dan membuang nafas dalam-dalam

"Helloooo nona... lo kira kalau gue baris didepan bisa ngosongin 1 tempat buat lo?"

"Eh iya bener juga ya haha"

Semua pengurus OSIS sudah berbaris didepan. Aku hanya mencari-cari satu wajah yang membuat tidurku tidak nyenyak semalam.

Dan... dia ada disana, semua aura positif terpancar dari tubuhnya, aahh kak Argaku, kau selalu bersinar dimanapun berada.

Dipodium nampak Bapak Kepala Sekolah sedang memberikan kata sambutannya, tapi aku lebih tertarik melihat kak Argaku hehe.

"Baiklah, sekarang mari kita dengarkan kata sambutan dari ketua OSIS kita, Argana Wajendra, silahkan Ga.” pak Kepala Sekolah turun dari podium dan ganti kak Aga yang berbicara sekarang.

Tuhan... suaranya... bikin aku meleleh.

Tapi kenapa suasana jadi riuh begini sih? aku lihat kebarisan kanan, cewek-cewek pada sibuk berbisik-bisik sambil cekikikan, begitu juga di barisan sebelah kiriku, cewek-cewek dikelasku juga.

Sial...!, banyak saingan rupanya hadeehh.

Please jangan berisik, aku jadi tidak fokus mendengar suara kak Aga.

"Tatiana..." terdengar suara seseorang memanggilku, reflek aku langsung nengok kearah suara itu, ternyata salah satu kakak OSIS datang menghampiriku.

Aduuhh ada apa ini?

"Benar namamu Tatiana kan?" tanyanya sambil kembali melihat papan namaku.

"Eh iya kak betul.” jawabku gelagapan.

"Dipanggil malah bengong, ayo ikut kakak kedepan.” kakak OSIS itu langsung menarik tanganku tanpa menunggu persetujuanku dulu.

Hei tunggu ini ada apa? jangan semena-mena begitu dong dengan adik kelas huft.

Aku lihat ke podium tampak kak Argaku juga melihatku, tapi langsung beralih lagi ke siswa siswi didepannya seperti tidak mengenaliku.

"Berdiri disini.” seru kakak OSIS yang tadi menarikku, dia langsung berjalan ke arah kak Arga dan berbisik ditelinganya, sekilas kak Arga melihat kearahku dah beralih lagi siswa didepannya.

Aku semakin dag dig dug dong, ini ada apa sih sebenarnya?

Niatku di SMA tidak mau jadi pusat perhatian, tidak mau famous, cukup kejadian di SMP saja yang bikin aku pusing.

Tapi ternyata, aku berdiri disini, seluruh murid baru kan jadi melihatku, yaa minimal murid cowoklah, kalau cewek sih gausah ditanya, pasti matanya kearah podium semua.

"Nah adik-adik.. ada yang salah tidak dari penampilan siswi didepan kalian ini?” tanya kak Arga ke murid-murid baru.

Apa? bahkan dia tidak menyebut namaku hiks.

"Sepaatuuuuu..." jawab murid baru serempak.

Whaat...? aku reflek liat sepatuku... OMG, aku lupa ganti sandal, tatapanku beralih ke Icha yang nampak sedang menepuk jidatnya sendiri, dan kak Arga yang nampak tersenyum sinis kearahku

"Siapa namamu?" tanyanya.

"Tatiana kak.”

"kemarin kamu tidak dengar arahan dari kak Diah?"

"Dengar kak.”

"Lantas kenapa masih pakai sepatu? kamu tidak bawa sandal?!"

"Bawa kak.” kenapa jadi galak begini sih dia.

"Kenapa tidak dipakai?!”

"Maaf kak tadi saya telat, jadi terburu-buru baris dilapangan sampai lupa ganti sandal kak."

"Kakak kasih waktu kamu 1 menit, cepat ganti sandal sana!"

"Baik kak.”

Aku langsung lari untuk kedua kalinya kekelasku.

Sempat terjatuh dianak tangga dan melukai lututku tapi aku tak peduli, bergegas bangun dan kembali lari kekelasku lagi, karena waktu cuma 1 menit yang diberikan sang ketua itu.

Dia kira aku the flash apa? Hari pertama MOSku.. kacau...

Tambah lagi nilai minusku didepan kak Arga hiks.

*********************************

"Aduh duh duh... pelan-pelan Cha.. perih." aku meringis saat Icha mengoleskan alkohol keluka di lututku, aku langsung meniup-niup lututku seperti meniup air panas digelas, berharap sedikit mengurangi rasa perihnya.

"Nah tinggal dikasih betadine terus di plester selesai deh."

"Makasih Cha, yuk balik kekelas."

"Bentar gue rapihin ini dulu." kata Icha sambil merapikan kotak P3K ke tempatnya semula.

"Kenapa lututmu?" tiba-tiba sosok kak Arga sudah ada didepan pintu masuk UKS, kembali terasa mau copot jantungku melihatnya.

"Jatuh ditangga dia kak pas mau ambil sandal tadi.” Icha bantu jawab sambil ngeluyur pergi meninggalkanku.

"Hei Cha mau kemana? tunggu.”!aku buru-buru turun dari UKS Bed.

"Misi kak.” aku melewati kak Arga yang masih berdiri diam dipintu masuk.

Dengan badannya yang mendominasi pintu masuk UKS, aku jadi harus miringin badan buat melewatinya, kemudian lari lagi mengejar Icha.

"Cha tunggu Cha, tega ihh sakit nih lututku." teriakku.

sambil tertawa Icha berpaling kearahku.

"Hey sis, gue dah kasih lo kesempatan ya berduaan sama kak Arga, kenapa malah ngejar gue sih? hahaha.”

"Paaan siihh.” aku mencubit tangan Icha gemas.

Makasih sohibku, tapi aku belum siap berduaan sama kak Arga sekarang, masih mati gaya hehe.

*********************************

" Untuk MOS hari kedua besok, dicatat yaa yang harus kalian bawa, coklat Rihanna, minuman bakteri, singkong I Love You, buah cium matahari, wafer angin tornado, dan terakhir terigu jagung wortel toge seharga 1000."

Kembali kak Diah memberikan arahan untuk besok, aku dan Icha cuma bisa saling tatap, ini maksudnya apa coba? memangnya ada coklat Rihanna? buah cium matahari? baru denger ada nama buah itu, dan lagi terigu jagung wortel toge mana bisa sih dibeli seribu perak? waahh parah nih kakak-kakak OSIS.

Dan sepertinya yang bingung dengan maksudnya kak Diah ini bukan cuma aku dan Icha doang, murid yang lain juga saling gerutu dan bertanya-tanya.

Sementara yang beri pengarahan malah main nyelonong keluar aja macam orang tak berdosa hadeehh.

"Eh Cha coba tanya om google yuk, siapa tau ada jawabannya.” usulku, tanpa banyak omong lagi.

Kamipun langsung sibuk dengan hp masing-masing dan kelas kembali riuh, ada yang tertawa ada yang menggerutu, rupanya bukan cuma aku dan Icha doang yang mencari jawaban lewat sang om, yang lain juga haha.

Tinggal 1 jawaban yang belum ketemu, terigu jagung wortel toge seharga seribu.

" Ketemu Cha jawabannya?"

“Tidak ada nih, pusing gue, yang lain bagaimana? Sudah ketemu belum?” teriak Icha ke teman-teman yang lain.

Jawabannya sama, tidak ketemu.

Yaaahh rupanya kita harus pasrah dengan tugas yang satu ini besok, kalaupun besok aku dihukum lagi juga, toh tidak sendirian seperti tadi huft.

MOS Hari Ke-2

"Ini uang seribu, kamu kasih tuh ke senior kamu suruh mereka belanja, bisa tidak dapat terigu jagung wortel toge seharga seribu, paling juga timbangan melayang ke muka seniormu itu!" gerutu mama sambil meletakkan koin seribu didepanku.

Aku masih tetap asik menikmati nasi goreng hati kesukaanku.

Hmmm kalian harus cobain nasi goreng buatan mamaku ini.. JUARA.

Back to uang seribu, semalaman juga aku sudah putar otak, pasti ada maksud lain dari senior-seniorku itu, seperti buah cium matahari yang ternyata jeruk sunkist, tapi.. ini apa yaa?.

Sudah ku translate ke bahasa Inggris tetap tidak bisa temukan maksud dari kak Diah kemarin.

Mungkin karena aku tidak terlalu fokus mikirinnya kali ya, karena semalaman kedua pahaku ini cenat cenut, pegal dan sjuta rasa lainnya, gara-gara dihukum jalan jongkok kemarin sama sang ketua yang sempurna itu.

Dan sekarangpun kalau jalan masih terasa sedikit sakit, betis juga terasa mau copot, huft.

"Anak sekarang mah ada-ada saja ya nyah, kalo bibi bawa duit seribu kepasar mah paling cuma dapet bala-bala 1biji, hihihi." terdengar bisik-bisik bibi ke mama.

"Bala-bala apa sih bi?" tanyaku, bi Inah langsung balik badan ke arahku.

"Itu loh non, bakwan yang biasa non bawa pas pulang sekolah.”

"Ooh.” lanjut makan nasi goreng lagi, eh tunggu, bakwan... bakwan kan isinya terigu jagung wortel toge yaa? dan harganya... secepat kilat kuhabiskan nasi gorengku, setelah minum segelas air aku langsung menghampiri mamaku.

"Aku berangkat sekarang ya ma.” muuaahh muaahh cium pipi kanan pipi kiri.

"Makasih bi.” kucubit gemas pipi bi Inah, berkat dia aku jadi tahu ada bakwan dibalik maunya senior haha.

"Ih si enon kaya suami saya aja nyubit-nyubit pipi.”

"Tidak bareng kak Bima?" tanya mama.

"Kak Bima ada kelas siang katanya.” balik badan cuss kearah pintu keluar sambil order ojek online.

***********************************

"Ga lihat Ga...” Idam menepuk-nepuk pundak Arga sambil menunjuk kearah siswi yang baru masuk pintu gerbang sekolah, terlihat siswi itu jalan sambil sesekali berhenti dan mengelus-ngelus pahanya

"Bukannya itu Tatiana ya?" tanya Idam, Arga cuma diam, pandangannya masih tertuju pada cewek sombong itu.

"Kayanya pahanya pegel tuh. Lo sih Ga kebangetan, nyuruh dia jalan jongkok kemaren, kalo gue bisa gantiin dia gue gantiin deh.”

Arga hanya memberinya tatapan tajam dan berlalu pergi.

"Eh Ga tunggu, main kabur aja, mau kemana?”

"Toilet! kenapa..? Lo mau nyebokin gue?"

"Idiiiihhh.” Idam begidik.

Baru beberapa meter Arga jalan, terlihat Dimas berlari ke arah Arga sambil memanggil namanya.

"Ga... Ga.. kebetulan ketemu disini.” katanya sambil ngos-ngosan.

"Lo ngapain sih?, kaya dikejar hantu saja.”

"Ga lo nanti pegang kelas X MIPA 1 yaa?”

"Iya, kenapa?"

"Lo mau tukeran gak? gue hari ini pegang

kelas IPS 2.”

"No!” jawab Arga mantap.

"Kenapa? bukannya lo lagi deket sama Indah ya?" tanpa menjawab pertanyaan Dimas Arga langsung bergegas pergi meninggalkannya.

"Ga... Oiii.”

Arga tetap cuek jalan.

Indah IPS 2? Tau orangnya yang mana juga tidak, huh bikin gosip saja.

************************************

Aku berhenti ditengah anak tangga menuju kelasku, ternyata kedua pahaku lebih pegal lagi saat naik tangga, sial kau ketua gila! suntukku.

Sambil menenteng 1 plastik bakwan yang cukup untuk anak-anak sekelas, aku lanjutin lagi naik anak tangga satu-satu. Tuhan... kenapa masih pegel juga sih...

"Terimakasih Tiana... berkat kamu kelas kita jadi selamat dari hukuman nih.” kata teman-temanku.

Sekarang aku sudah hafal nama-nama mereka.

Karena memang aku orangnya supel, jadi sudah banyak juga yang jadi teman akrabku.

"Eh tapi jangan seneng dulu.. aku gak tau ya ini bener atau gak... Tar kalau ternyata salah gimana?"

Agus langsung menghampiriku dan menepuk-nepuk pundakku, "Tenang Tiana, yang penting kita sudah usaha.” katanya sambil ngedipin sebelah matanya padaku.

"Huuu modus lo Gus!" serempak teman-teman cowokku yang lain nyorakin Agus.

"Namanya juga usaha.” Agus menjulurkan lidah ke teman-teman yang tadi nyorakin dia bersamaan dengan bunyinya bel masuk sekolah.

Tidak lama kemudian, masuk pengurus OSIS untuk mengisi acara MOS hari ini.

Ada kak Shinta, kak Idam, kak Yuli dan si ketua sempurna itu.

Aduh belum apa-apa ini jantung sudah ser-seran. Kenapa harus dia sih yang pegang kelasku sekarang? Mana bisa fokus aku kalau ada dia heuheu.

"Selamat pagi adik-adik semua, bagaimana kabarnya hari ini?" tanya kak Shinta.

"Baik kak..." jawab anak-anak serentak.

"Sudah bawa yang harus dibawa hari ini?"

"Bawa kak.”

"Oke sekarang mulai dari barisan paling kanan, maju kedepan dan bawa yang kak Diah minta kemarin, biar kak Yuli dan kak Idam yang periksa bawaan kalian, kalau ada yang salah siap-siap terima hukuman. Ayo kamu maju kedepan.”

Dimulai dari Agus dan lanjut ke anak selanjutnya... dan selanjutnya sampai ke anak terakhir, untungnya semua benar tidak ada yang salah.

Jadi untuk permainan pertama ini semua aman.

Aku yang sesekali melirik kak Arga sedikit kecewa, karena tidak sekalipun dia melirikku.

Gayanya yang cool malah terlihat tambah susah untuk didekati.

"Baiklah adik-adik untuk game pertama benar semua. Untuk game selanjutnya kakak akan bagi kalian menjadi 2 kelompok, dua baris disebelah kanan kakak namanya kelompok JIKA, dan dua baris disebelah kiri kakak namanya kelompok MAKA.

Dam bagiin kertasnya sekarang.” kak Idam langsung mengedarkan kertas ke anak-anak, masing-masing dapat satu kertas kosong.

Game apa nih? jadi penasaran.

"Sekarang keluarkan pulpen kalian dan taruh diatas meja.”

Segera aku buka tasku, ambil pulpen dari tempat pensil dan langsung kuletakkan diatas meja, sesuai arahan kak Shinta.

"Untuk kelompok JIKA, kalian tulis kalimat yang berawalan dengan kata Jika, dan untuk kelompok MAKA, kalian tulis kalimat yang berawalan dengan kata Maka. kakak kasih waktu kalian 2 menit dimulai dari sekarang!"

Waduh aku harus tulis kalimat apa nih yang diawali dengan kata Maka?.

Aku kembali melirik ke arah kak Arga yang masih bergaya cool. Berdiri santai dengan satu tangan dimasukkan kedalam saku samping celananya.

Hmmm jadi mirip model di toko branded yang ada di mall-mall... hihi.

Ups fokus mau tulis kalimat apa nih?

"Time Out!, jangan ada yang nulis lagi. Sekarang bagi anak yang ditunjuk harus langsung berdiri, dan kalau kakak bilang BACA, anak yang berdiri harus baca tulisannya dengan suara lantang, dimulai dari

kelompok JIKA. Kalian mengerti?"

"Mengerti kak.” jawaban serempak anak-anak.

"Kelompok JIKA akan dipilih kak Yuli, dan untuk kelompok MAKA akan dipilih kak Dimas. Bagi kalimat yang cocok, akan dapat hadiah.”

Kulihat kak Dimas langsung berjalan kearah kelompokku, mencari anak yang akan dipilih baca tulisannya pertama kali.

Jangan aku... jangan aku... doaku dalam hati.

"Kamu" kak Dimas nunjuk Bayu, aku langsung bernafas lega. Dan dari kelompok JIKA, kak Yuli memilih Sisi.

"BACA" seru kak Shinta.

"Jika aku jadi Dian Sastro" mulai Sisi.

"Maka Indonesia merdeka" lanjut Bayu,

Sontak membuat aku dan anak lainnya tertawa ngakak. Boleh juga ini game, tidak nyambung gila hahahah.

Karena dianggap kalimatnya tidak cocok, maka gamepun terus berlanjut sampai menemukan kalimat yang cocok.

Dan sepanjang game ini kami tak henti-hentinya tertawa, karena kalimat-kalimat yang saling tindak nyambung itu. Kakak OSIS pun ikut tertawa, yaa kecuali sang ketua yang sempurna itu... tetap flat mukanya... huh.

Sampai akhirnya.. setelah berkali-kali Tuhan mengabulkan doaku, ternyata kali ini doaku itu tidak terkabul.

Kak Dimas memilihku, akupun langsung berdiri, dan dari kelompok JIKA terpilih Sony. Aduuhh kenapa harus dia!

"BACA.”

"Jika aku mencintaimu.” mulai Sony, aku langsung terdiam, kenapa bisa pas begini sihh?, suntukku dalam hati.

Kulirik kak Arga, tapi tatapannya bukan diarahkan padaku, pemandangan luar jendela sepertinya lebih menarik buat dia dibanding liat aku.

Aku merasakan Icha menyenggol-nyenggol lenganku, tanda aku harus baca tulisanku. Iyaa.. iyaa.

"Maka aku mencintaimu" balasku disusul suitan anak-anak yang lain.

"cocok...cocok.”

"wah jodoh tuh.”

Aku langsung duduk kembali, agak bete juga sih. Jodoh apanya! aku bikin kalimat itu kan sambil melihat kak Arga tadi... itung-itung mengungkapkan perasaanku padanya... kenapa jadi kaya gini sih... hiks.

"Gimana...? cocok gak kalimatnya?" tanya kak Shinta.

"Cocoook.” jawab anak-anak serempak termasuk Icha, aku langsung mencubit lengannya, dan dia cuma balas dengan cengiran.

"Apaan sih Cha, gak lucu!"

Kembali kulirik kak Arga, ternyata sudah tidak ada ditempat dia berdiri tadi.

Untuk kedua kalinya dia menghilang secepat itu dari kelasku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!