...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jakarta
Hotel XXX
Pukul 06.00 WIB
"Andre, bangun!"
Seorang wanita bertubuh molek dan seksi, tengah duduk di tepi ranjang sambil menepuk pelan pipi seorang pria yang tergolek di atas tempat tidur dengan keadaan polos tanpa sehelai benangpun dan hanya ditutupi selimut tipis.
"Hmm." Tanpa membuka mata pria bernama Andre Baskara itu berdeham rendah, menanggapi perkataan sang wanita.
"Andre, aku bilang bangun, ada Sekar tuh telepon." Dengan menarik napas panjang, wanita bersurai hitam itu kembali menepuk pipi Andre.
"Ha? Sekar?" Andre membuka cepat kelopak matanya saat mendengar nama istrinya bergema di telinganya seketika. Menguap lebar ia menatap wanita di hadapannya dengan melengkungkan senyuman.
"Iya, angkat gih! Aku mau mandi dulu, kamu cepatan pulang ke rumah, ntar istri kamu curiga, sebentar lagi aku juga mau berangkat kerja nih," sang wanita berkata sambil mengangkat bokong. Dan melangkah cepat menuju kamar mandi.
Andre enggan menanggapi. Dengan cepat ia mengubah posisi badan lalu beringsut dari atas tempat tidur, mengambil ponsel di atas nakas dan mengangkatnya seketika.
"Hallo, Sayang di mana?" Dari sebrang sana, suara yang lembut dan tenang menyapa Andre terlebih dahulu. Siapa lagi kalau bukan Sekar, istrinya sendiri.
Andre menghela napas sejenak sembari duduk di atas sofa. "Maaf Sayang, aku ketiduran semalam di kantor, sebentar lagi aku pulang ya, mau aku beliin apa? Bubur? Nasi goreng, nasi kuning atau nasi uduk?" tanyanya dengan mengulas senyum tipis.
"Ya ampun, Mas. Syukurlah, kamu buat aku khawatir tahu, dari semalam aku telepon nggak di angkat, maaf ya, aku sudah curiga sama kamu, nggak usah, kamu cukup pulang aja ke rumah, aku udah buatin bubur kesukaan kamu, aku tunggu ya," ucap Sekar.
Andre terkekeh pelan sejenak. "Memangnya kamu curiga apa Sayang? Curiga aku selingkuh?"
"Iya." Terdengar helaan napas yang sangat berat dari ujung sana Sekar merendahkan suaranya seketika.
"Kamu percaya sama aku, aku nggak akan selingkuh kok Sayang, cuma kamu, wanita yang aku cintai." Andre melirik sekilas wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi tengah menggunakan handuk tipis. Wanita itu tengah mengedipkan mata centil ke arah Andre lalu melangkah cepat, melenggak-lenggokkan pinggulnya.
"Baguslah, aku senang mendengarnya, cepat pulang Mas, dari tadi malam Rena nyariin kamu, tumben kamu semalam nggak ke kamar katanya, sudah hampir sebulan kamu sibuk ngurusin projek kamu itu, Mas."
"Iya, maaf ya, aku cari duit juga untuk keluarga kita, tenang bulan depan kita jalan-jalan ke luar kota. Ahk!"
"Mas! Kamu kenapa?!" Sekar terdengar panik tatkala mendengar teriakan Andre barusan.
Mata Andre melotot saat telinganya di gigit tiba-tiba dari belakang. Secepat kilat ia menjauhkan ponsel lalu memutar kepala.
"Pingkan, nanti dulu, aku lagi bicara sama Sekar," ucap Andre dengan sangat pelan seperti berbisik.
Wanita yang bernama Pingkan itu mencebikkan bibir sejenak lalu mengecup cepat bibir Andre. "Iya, cepatan ya, kita main lagi yuk, sebelum aku pergi ke butik," katanya dengan nada manja kemudian mengecup kuat leher Andre hingga menimbulkan jejak kemerahan. Lalu berlarian cepat menuju tempat tidur.
Andre melebarkan mata ketika mendapat tanda di lehernya. "Pingkan, awas kamu," ucapnya sembari menggeram rendah dan melayangkan tatapan tajam ke arah Pingkan.
Pingkan malah cekikikan pelan di atas tempat tidur.
"Mas Andre!" Samar-samar Andre mendengar panggilan namanya dari ponsel.
Andre baru saja tersadar jika sambungan masih terhubung. Dengan cepat ia menempelkan kembali benda pipih tersebut.
"Hallo Sayang, maaf tadi ada kecoa di bawah mejaku, kamu tahu sendiri kan aku takut kecoa, hii geli banget, kayaknya office boy-nya harus aku pecat."
"Astaga aku pikir apa, kasihan sekali kamu, Mas. Eh jangan Mas kasihan karyawan kamu, kan kecoanya yang salah." Sekar terkekeh kuat setelahnya.
"Hehe ya deh, nggak jadi aku pecat." Seakan ada magnet Andre melirik sekilas ke belakang, melihat Pingkan tengah melepas handuknya hingga menampakkan semua lekukan tubuhnya yang berwarna putih pualam dan membuat adiknya seketika menengang.
Saat ini Pingkan sedang menggoda Andre. Wanita itu mengibas-ibaskan rambut panjangnya sambil mengigit bibir bawahnya.
**Si4l! Gila nih cewek**!
Andre mengumpat kesal di dalam hati sembari beranjak dari tempat duduk.
"Aku tutup dulu ya Sayang, satu jam lagi aku sudah di rumah."
"Kok satu jam lagi Mas? Kan jarak kantor sama rumah kita hanya tiga puluh menit." Nada bicara Sekar terdengar bingung.
"Sayangku, kan kamu tahu kalau pagi jalanan di Jakarta selalu macet, sudah ya aku tutup dulu."
Tanpa mendengar balasan dari Sekar, Andre memutus sambungan kemudian melempar ponsel ke atas sofa dan berlarian mendekati Pingkan. Namun, belum sampai semenit ponsel itu kembali berdengung, memperlihatkan nama Sekar menghiasi layar ponsel.
"Ahk! Andre! Kamu mau ngapain?" tanya Pingkan sambil tersenyum jahil saat Andre baru saja menghempasnya ke atas kasur barusan.
"Kamu harus aku beri pelajaran! Karena sudah menganggu aku barusan," ucap Andre sambil melepas selimut yang melilit di pinggangnya. Dan mengukung Pingkan di bawah tubuhnya seketika.
"Huu aku takut! Ahhhh! Andre, oh my God!" Pingkan menjerit nikmat kala benda tumpul dan panjang melesak masuk ke dalam inti tubuhnya.
Dalam hitungan detik, suara lengkingan Pingkan mengalun-alun di telinga Andre. Pria itu kembali membawa Pingkan ke dalam samudera kenikmatan. Entah sudah berapa kali Andre menghujaminya, dari semalam sampai menjelang pagi.
Andre Baskara adalah seorang manajer di salah satu perusahaan terkenal di ibukota. Yang bergerak di bidang infrastruktur. Pria berumur tiga puluh delapan tahun itu memiliki seorang istri, bernama Sekar dan seorang anak perempuan berusia delapan tahun, bernama Rena Baskara.
Tanpa sepengetahuan Sekar, Andre sudah berulang kali selingkuh dengan banyak wanita. Tidak hanya satu melainkan sudah lebih dari sepuluh wanita. Dari wanita kenalan mich@t, pegawai pijat plus-plus, teman kantor, mantan-mantannya dulu yang sudah berumah tangga juga dan terakhir karyawan istrinya sendiri yaitu Pingkan.
Dengan alasan mencari hal baru, Andre membenarkan tindakannya. Ditambah lagi teman-teman kerjanya hampir rata-rata memiliki wanita simpanan. Jadi hal yang wajar bagi Andre. Yang terpenting Sekar adalah prioritas utamanya dan tempatnya berpulang.
\*
\*
\*
Selang beberapa menit, setelah berolahraga pagi tadi, Andre dan Pingkan keluar dari hotel dan pergi satu mobil menuju tempat kerja Pingkan.
"Thanks Andre, aku pergi dulu ya, sampaikan salam aku sama Sekar dan Rena, hehe," ucap Pingkan sebelum keluar dari mobil.
"Gila kamu, udah gih pergi sana, entar dilihatin satpam, nanti aku transfer uang seperti biasa." Andre mengulas senyum tipis.
"Hehe, bercanda aja kali, panik banget sih! Ya thanks ya." Pingkan menoel dagu Andre lalu mengecup pelan pipinya dan bergegas turun dari mobil.
Andre menarik napas panjang setelah melihat punggung Pingkan menghilang dari pandangannya.
**Drrt**!!!
Suara handphone kembali berdering. Andre melirik ponsel di atas dahsboard sekilas.
"Hah, pasti Sekar, aku harus cepat-cepat pulang, biar dia nggak curiga." Andre kembali mengemudian mobil. "Sebaiknya aku beliin Sekar bunga dan nasi uduk kesukaannya," gumamnya kemudian sambil memperhatikan lalu lalang kendaraan di depan.
\*\*\*
"Yei! Ayah datang!"
Melihat kendaraan roda empat milik Ayahnya masuk ke pekarangan rumah, Rena yang menunggu kedatangan Ayahnya di depan pintu rumah, meloncat-loncat kegirangan.
Sekar berjalan cepat keluar rumah saat mendengar suara Rena. Dia mengulas senyum tipis, melihat Andre keluar dari mobil sambil membawa sebuket bunga dan kantong plastik.
"Maaf ya, kelamaan, fiuh macet banget di jalan, ini bunga untuk kamu sama sarapan kesukaan kamu," ucap Andre sambil menyodorkan bunga dan kantong pada Sekar.
Sekar mengambil pemberian Andre dan melengkungkan senyuman saat melihat Andre menggendong Rena saat ini.
"Ayah, kok sekarang makin sibuk sih?" tanya Rena sambil bergelayut manja di lengan Andre.
"Maafin Ayah ya, kerjaan Ayah banyak banget, setelah selesai kerjaan Ayah, kita jalan-jalan ya," ucap Andre kemudian mengecup pelan pipi Rena.
"Yei! Asik! Oke-oke!" Rena tersenyum sumringah.
"Terima kasih loh Mas, kamu mau ajak kita liburan, padahal aku tahu kamu pasti sibuk banget," ucap Sekar menimpali.
"Iya, aku kerja kan juga buat kalian, hmm, walaupun waktu aku juga kurang, semoga ke depannya aku bisa bagi waktu."
"Iya Mas." Dahi Sekar berkerut kuat seketika saat melihat tanda merah di leher Andre. Perasaan tak enak mulai menyelimuti palung hatinya. "Mas apa itu di leher kamu? Kok ada merahnya?"
***Deg***.
Andre membeku di tempat.
Tangan Sekar terangkat lalu menyentuh kerah baju Andre. Dia hendak melihat lebih jelas tanda tersebut. Kedua mata Sekar menyipit sejenak. Memperhatikan dengan seksama tanda yang terukir di kulit Andre sekarang.
"Mas, tanda apa ini? Kok diam?" tanya Sekar menatap penuh curiga.
Sekali lagi Sekar melontarkan pertanyaan yang membuat degup jantung Andre berdetak cepat.
Pingkan, awas saja dia!
Andre begitu gugup. Namun, secepat kilat ia menyembunyikan kegugupan dengan meraba lehernya. Lalu melemparkan senyum tipis pada Sekar. "Tadi malam aku lupa semprot baygon di ruangan, jadinya ada nyamuk deh dan garuk-garuk kuat tadi jadinya merah gini, kenapa Sayang?"
Sebisa mungkin Andre bersikap biasa-biasa saja meski detak jantungnya berpacu kencang. Apalagi saat ini melihat raut wajah Sekar yang tak bisa terbaca olehnya.
Sekar menatapnya lekat-lekat.
Mendadak suasana jadi aneh seketika. Dalam sepersekian detik, Sekar membuka suara, setelah tadi berperang dengan batinnya.
"Oh gitu, ya udah nanti pakai zambuk ya Mas, biar memudar bekasnya," ucap Sekar sambil tersenyum tipis. Mencoba berpikir posifif terhadap suaminya.
Untunglah Sekar percaya, kamu memang pintar Andre. Bodoh sekali Sekar, mudah sekali untuk dibohongi.
"Ya Sayang, pakaiin ya nanti, aku mau dimanjain sama istriku yang cantik dan perhatian ini," kata Andre bermaksud menggoda Sekar.
Sekar geleng-geleng kepala sebentar. "Memangnya kamu anak bayi apa, sudah yuk kita sarapan, aku juga mau ke butik Mas."
"Ayuk." Andre mengambil tangan Sekar seketika sambil mencium gemas pipi Rena yang sedari tadi diam saja memperhatikan interaksi orangtuanya.
Sesampainya di ruang makan, Andre menurunkan Rena dan mendudukan anaknya ke atas kursi.
Andre duduk di kursi. "Tumben kamu hari minggu ini mau ke butik?" tanyanya heran sebab Sekar jarang sekali mengunjungi butiknya. Dan biasanya di hari minggu hanya memantau karyawan butik melalui CCTV di handphone.
Yaps, Sekar memiliki butik sendiri dari hasil jerih payahnya. Dulu sewaktu masih muda, selepas menamatkan pendidikan strata satu di jurusan akuntansi. Dia langsung membuka butik dari hasil kerja part time-nya ketika kuliah. Sekar hanyalah anak yatim piatu yang mempunyai segudang prestasi di bidang akademik dan non akademik. Dia wanita yang ambisius jika ingin mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Pengen aja Mas, nanti bisa antar aku nggak Mas, aku lagi malas bawa motor, Rena juga mau ke butik temanin aku," ucap Sekar sambil membuka nasi yang dibelikan Andre tadi.
Wah ada kesempatan nih, aku ketemu Pingkan, awas saja dia nanti.
"Iya nanti aku antar. Aku nemenin kamu di butik deh hari ini."
"Iya, terima kasih, Mas."
"Iya." Andre melemparkan senyuman.
Selang beberapa menit, setelah sarapan dan mandi. Sekar, Andre dan Rena pergi bersama-sama ke butik. Di sepanjang jalan Rena berceloteh kecil karena dibelikan boneka barbie oleh Ayahnya barusan.
Sesampainya di butik, mereka langsung masuk ke butik melalui pintu depan. Andre tersenyum sumringah, melihat Pingkan tengah melayani pengunjung butik. Dia curi-curi pandangan ke arah Pingkan saat melihat bodynya yang aduhai, membuat adik Andre terasa amat sesak tiba-tiba. .
Pingkan tak menyadari kedatangan Andre. Dia masih asik melayani si pembeli.
"Mas, ayo kita ke atas dulu, Rena kayaknya mau poop, tadi pagi dia belum poop," ucap Sekar sembari menepuk pelan pundak Andre.
"Kamu duluan ya Sayang, aku baru ingat, ada dokumen yang harus aku kirim, mau ambil laptop dulu di mobil," kilah Andre padahal ia tengah mencari alasan untuk bertemu Pingkan.
"Kenapa nggak dari tadi Mas?"
Andre mengerutkan dahi, kala Sekar tak langsung mengiyakan. Perkataan Sekar terkesan dingin menurutnya.
"Aku kan lupa Sayang, aku nggak lama kok, kamu ke atas ya, nanti aku pasti nyusul sebentar lagi," ucap Andre memberi pengertian.
"Baiklah." Sekar menoleh ke arah Rena. "Ayo Rena!" serunya sambil menggandeng tangan anaknya menuju tangga.
Meninggalkan Andre yang tengah mengedarkan pandangan ke segala arah, hendak mencari Pingkan. Yang sekarang hilang dari radar penglihatannya. Tanpa pikir panjang ia mengirimi Pingkan pesan. Mengatakan bahwa dirinya berada di butik dan ingin bertemu Pingkan di toilet. Setelah mengirimi pesan, Andre bergegas ke toilet.
"Ah, Andre, agresif banget sih?" Pingkan baru saja masuk ke dalam toilet. Tapi sudah di tarik tangannya oleh Andre. Pria itu langsung mengecup leher jenjang Pingkan.
"Biarin, habisnya kamu nakal, gara-gara kamu aku hampir ketahuan sama Sekar, udah sekarang kamu harus puasin aku!" seru Andre sambil menutup pintu toilet dan tak lupa memasang tanda toilet rusak di depan pintu.
"Aish, jadi kamu marah, haha, aku memang sengaja, ah..." Pingkan mendesah pelan saat lidah Andre menjelajahi lehernya.
"Jangan gila Pingkan, kamu hanya sebatas memuaskan nafsu aku aja." Gairah Andre semakin memuncak kala mendengar suara mendayu Pingkan.
"Iya, iya aku tahu, aku cuma penasaran, gimana tanggapan Sekar kalau tahu suaminya ada main sama karyawannya," ucap Pingkan sedikit ketus.
Enggan menanggapi, Andre malah menarik rok span Pingkan hingga ke bawah dan langsung membuka kain segitiga tersebut lalu melemparnya ke sembarang arah.
Dalam hitungan detik, Andre memasukan rudalnya ke inti tubuh Pingkan dari belakang. Kemudian menggerakan pinggulnya dengan sangat cepat sambil menutup mulut Pingkan menggunakan tangannya agar tak menimbulkan suara.
Sementara itu, di sisi lain.
Ruang pribadi Sekar.
Sekar melamun di atas sofa, menunggu Rena membuang air besar di dalam toilet.
Drtt!
Di atas meja, ponsel Sekar tiba-tiba bergetar. Secepat kilat ia menyambar ponselnya lalu membaca sebuah pesan aneh dari nomor tak di kenal lagi.
...Pergilah ke toilet bawah sekarang! Suamimu sedang bermain dengan selingkuhannya. Jangan mengabaikan pesanku, Sekar. Aku sudah memperingatkan! Jangan terlalu percaya dengan Andre. ...
"Ha?" Bukannya langsung bergegas ke bawah, Sekar malah menghubungi si pengirim pesan. Namun, setelah di telepon tak aktif sama sekali.
"Siapa ya?" Sekar beranjak sambil meletakkan kembali benda pipih tersebut ke atas meja. Perasaan tak nyaman merasuk ke relung hatinya. Dia mematung di tempat sejenak.
"Kenapa Bunda?" Rena menyembul keluar dari balik pintu.
Sekar menoleh. "Nggak Sayang, Rena tunggu di sini sebentar ya, Bunda mau ke bawah dulu susulin Ayah."
"Oke Bunda, jangan lama-lama ya, Rena tunggu di sini sambil main barbie."
"Iya Sayang."
Setelah pamit pada Rena, Sekar bergegas turun ke bawah ingin memastikan sendiri apakah benar suaminya berselingkuh. Sebab akhir-akhir ini ia melihat gelagat-gelagat aneh dari Andre. Ditambah lagi tadi pagi dia mendengar samar-samar suara wanita di kantor Andre. Sekar tahu betul Andre hanya memiliki sekretaris seorang pria. Lalu suara siapakah itu?
"Loh kok toiletnya rusak?" ucap Sekar pelan sambil memutar gagang pintu.
Gurat kebingungan terukir di wajah Sekar seketika kala melihat tanda toilet rusak terpasang di depan pintu kamar mandi.
Andre kalang kabut ketika melihat gagang pintu bergerak sendiri dari luar. Dia langsung mencabut rudalnya lalu melemparkan pandangan ke arah Pingkan sejenak.
"Perasaan kemarin baik-baik aja deh." Sekar masih berusaha membuka gagang pintu toilet.
Saat mendengar suara Sekar di depan. Andre panik bukan main. Dia berbisik di telinga Pingkan untuk memakai pakaian dal@m dan merapikan roknya. Lalu menyuruh Pingkan untuk berbohong.
"Aku mau keluar lewat jendela itu, setelah aku keluar, kamu langsung buka pintunya dan bilang Sekar sama kayak tadi aku bilang sama kamu, udah cepatan gih," ucap Andre dengan pelan.
Pingkan mengangguk cepat. Lalu merapikan bajunya.
Andre dan Pingkan terkejut kala mendengar suara tendangan dari luar sangat deras.
Brak! Brak!
Tanpa banyak kata Andre berlarian mendekati jendela lalu keluar dari toilet.
Brak!!!
Pingkan terpaku di tempat kala Sekar menatapnya dengan sangat tajam saat ini.
"Ngapain kamu di sini Pingkan?" Sekar mengedarkan pandangan di ruangan sambil merapikan dressnya sejenak akibat terangkat sedikit tadi ketika mendobrak pintu.
"Maaf Bu tadi saya sakit perut jadi saya buang air besar sebentar," ucap Pingkan cepat sesuai perkataan Andre tadi.
"Katanya toilet ini rusak, tuh di pasang tanda rusak, kamu nggak bohong kan?" tanya Sekar menyipitkan mata.
"Hehe, saya nggak bohong Bu. Saya sengaja Bu, nggak mau orang masuk ke dalam, takutnya dengar saya buang air besar," ucap Pingkan kemudian cekikikan.
Sekar tak langsung menyahut. Dia menelisik penampilan Pingkan dari atas sampai bawah.
Saat ini sebisa mungkin, Pingkan bersikap biasa saja. Meski dirinya ingin sekali memberitahu Sekar, kalau dia sudah berselingkuh bersama Andre, suami bosnya itu. Akan tetapi, Pingkan tak mau bertindak gegabah. Ia akan membeberkan semuanya pada Sekar saat menunggu waktunya tepat.
"Hm, oke, kembalilah berkerja," ucap Sekar sambil melipat tangan di dada.
"Iya Bu, saya permisi dulu." Pingkan membungkuk sedikit sebelum pergi keluar dari toilet.
"Pingkan!"
Belum sampai lima langkah, Sekar memanggil namanya tiba-tiba.
Gerakan kaki Pingkan pun terhenti. Dia memutar kepala ke belakang. "Iya Bu."
"Kalau pakai baju jangan yang ketat ya, Pingkan. Di sini bukan tempat clubing, kalau besok kamu masih pakai baju kayak gitu, kamu boleh angkat kaki dari butik aku." Sekar mengancam dengan mimik muka serius.
Si@lan! Sok kaya banget sih! Butik ini kan uang suami dia! Argh! Awas saja kamu!
Pingkan berucap di dalam hati sambil tersenyum hambar pada Sekar sekarang. "Iya Bu, saya minta maaf, besok saya pakai yang lebih tertutup."
"Hm iya, sekarang kembalilah berkerja."
Pingkan mengangguk cepat lalu keluar dari toilet. Meninggalkan Sekar dengan menatap curiga Pingkan saat ini.
***
Waktu menunjukan pukul tiga sore, Andre keheranan, melihat Sekar sedari tadi lebih banyak terdiam. Setelah tadi hampir ketahuan, Andre langsung bergegas naik ke lantai dua menuju ruangan pribadi Sekar dan menemani Rena yang sedang bermain barbie.
Saat Sekar naik ke atas. Istrinya itu hanya melontarkan sepatah duakata saja padanya. Selebihnya Sekar memilih duduk di kursi kerja dan sibuk menggambar sketsa pakaian. Meskipun istrinya jurusan akuntansi tapi Sekar memiliki hobi menggambar sejak kecil.
"Sayang tumben nggak bawel?" Dari atas sofa Andre memberanikan diri membuka suara.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya Sekar tanpa menatap lawan bicara. Kedua matanya fokus dengan layar i-pad. Wanita itu tengah membuka sebuah pesan lagi dari nomor tak di kenal.
Dahi Andre berkerut samar, melihat sikap Sekar tak seperti biasanya. Dia menoleh sejenak ke arah Rena yang masih sibuk dengan dunianya.
Andre pun mulai mendekati Sekar.
"Sayang, ini kan hari minggu, jangan di porsir kerjanya, aku nggak mau kamu sampai kecapean, nanti malam kamu jadinya nggak bisa layani aku," ucap Andre sambil mengalungkan tangan di leher Sekar.
Sekar sama sekali tak menggubris ucapan Andre.
Andre kebingungan dibuatnya. Dia mengecup pelan pipi Sekar. "Sayang, jangan cuekin aku dong, nanti aku selingkuh nih?" ucapnya asal-asalan.
"Bukannya kamu udah selingkuh."
Andre tertegun kala mendengar tanggapan Sekar. "Astaga Sayang, aku nggak mungkin selingkuh, kamu satu-satunya wanita di hidup aku."
"Masa? Kemarin aku lihat kamu jalan sama cewek." Tanpa menatap lawan bicara, Sekar melontarkan sebuah kalimat yang membuat Andre panik.
"Ha? Di mana kamu lihatnya? Pasti kamu salah lihat. Ada-ada aja kamu, kemarin aku di kantor seharian Sayang."
Andre terkejut saat tangannya tiba-tiba diturunkan Sekar.
Sekar membalikan badan lalu melayangkan tatapan dingin. "Aku kecewa sama kamu Mas..." ucapnya dengan nada bergetar.
"Kecewa? Maksudnya apa Sekar?"
"Permisi Bu, ini saya Pingkan."
Bunyi ketukan pintu dari luar mengalihkan atensi Sekar dan Andre.
Sekar beranjak dari tempat duduk dan mengalihkan pandangan ke ambang pintu. "Masuk!"
Dengan sopan Pingkan masuk ke dalam ruangan sambil melengkungkan senyum tipis. Dan berdiri tepat di hadapan Sekar dan Andre.
Andre merasakan ada sesuatu yang tidak beres sekarang.
"Rena," panggil Sekar seketika.
"Iya Bunda." Rena menghentikan gerakan tangan.
"Bunda ada urusan sebentar sama Ayah , kamu keluar ya, main di bawah saja," titah Sekar.
"Oke Bunda." Rena tak membantah sama sekali. Dia langsung berlarian keluar dari ruangan.
"Maaf Bu sebelumnya, kenapa saya di panggil ke sini ya, saya belum ganti baju Bu. Nggak enak ada suami Ibu," ucap Pingkan menundukkan muka seketika sambil curi-curi pandang ke arah Andre.
Sekar tak langsung menjawab. Dia malah menatap Pingkan dan Andre secara bergantian sejenak.
"Aku sudah tahu semuanya. Sudah berapa lama kalian bermain di belakangku?" kata Sekar sambil melipat tangan di dada. Dengan raut muka yang tak bisa terbaca saat ini.
Deg.
Andre panik. Secepat kilat ia menghampiri Pingkan berusaha melindungi selingkuhannya. Takut jika Sekar akan menampar Pingkan atau apa.
"Apa maksud kamu Sayang? " tanya Andre berdiri di samping Pingkan sekarang.
"Tidak usah berkilah Andre Baskara! Aku bertanya pada Pingkan, bukan padamu! Cepat katakan Pingkan sudah berapa lama, kamu menjadi simpanan suamiku?" ucap Sekar dingin.
Pingkan mengangkat dagu lalu tersenyum sinis. "Akhirnya kamu tahu juga Nyonya, sudah tujuh bulan, lama bukan, haha, kami sudah sering berhubungan badan, bahkan tadi saat di toilet kami sempat berhubungan, bodoh sekali dirimu Nyonya," ucapnya cepat.
Andre melebarkan mata seketika mendengar kejujuran Pingkan. Tanpa pikir panjang ia membawa Pingkan ke belakang tubuhnya kala melihat sorot mata yang tajam terpancar dari kedua mata Sekar dan wanita itu kini melangkah cepat mendekati mereka.
"Sekar, aku bisa menjelaskannya–"
Plak!! Plak!!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!