New York, Amerika
Sandra seorang wanita pengejar karir. Usianya hampir 30 tahun dan belum menikah. Hal terpenat dalam hidupnya adalah ketika ia di paksa menikah dengan seseorang yang tidak dicintainya.
Ia memutuskan untuk pergi dari rumah Ibunya yang terus mengusik dirinya menyuruhnya untuk segera menikah. Ia memilih tinggal sendiri.
Ibunya telah lama menjanda dan kini Ibunya tengah berpacaran dengan tetangga depan yang juga menduda namun usia prianya jauh lebih muda dari ibunya. Hanya berbeda 5 tahun dari anak sulungnya.
Sandra tidak peduli, dia bahkan tidak ingin tahu siapa nama pasangan ibunya dan seperti apa orangnya. Ketidakpedulian itu tumbuh saat Ibunya terus menerus menyuruh Sandra untuk menerima lamaran dari anak temannya.
Kini dia harus kembali ke rumah Ibunya karena mendapat kabar jika Ibunya sakit.
Ditengah jalan mobil Sandra mogok dan ia harus menempuh perjalanan sejauh 2 Km dengan berjalan kaki. Itu membutuhkan waktu sekitar 15-25 menit
Ia sehabis pulang dari pesta pernikahan temannya dan sedang mengenakan gaun berwarna dusty pink diatas lutut. Gaun itu berbahan satin dengan perpaduan bahan Tulle di luar dress. Kain yang bersifat melayang dan lembut ini terbuat dari berbagai serat, seperti sutra, nilon, dan rayon yang memiliki bentuk menyerupai jaring dengan lubang-lubang kecil membentuk heksagonal. Dan tentu saja semua bahan yang ia kenakan tidak menyerap keringat.
Sandra memakai jaket tebalnya namun kakinya masih terasa dingin diterpa angin malam. Ia berjalan sambil sesekali menoleh ke belakang setiap ada suara kendaraan yang melintas.
Karena lelah dan juga tidak ingin kakinya lecet karena high heels, ia berhenti dan melambaikan tangan. Berharap pengemudi tersebut menepi.
Mobil yang di hentikan itu pun menepi. Sandra lantas meminta tumpangan tanpa basa basi. Pengemudi pria itu mempersilahkan Sandra masuk kedalam mobilnya dengan senang hati.
Sandra tipe orang pendiam, dia hanya diam selama perjalanan. Setelah melewati tiga rumah, Sandra meminta turun dari mobil pria itu dan mengucapkan terimakasih.
Pria itu memiliki wajah yang panjang, dagu panjang dan dua gigi kelinci didepannya sedikit maju.
"Terimakasih atas tumpangannya," ucap Sandra setelah menutup pintu mobilnya. Ia berjalan menuju teras rumah serta menekan bel sembari menunggu pria itu pulang
Tapi Pria itu malah mematikan mesin mobilnya dan ikut turun.
"Aku juga ingin menemui pemilik rumah ini," ucap Pria bertubuh jangkung
Tak berapa lama ada suara pintu terbuka.
Ceklek
"Sandra," pekik Ibunya dan langsung memeluk Sandra.
"Hey Ed, ayo masuk," seru Merry
Sandra mengamati penampilan Merry yang segar dan cerah, tidak seperti orang sakit. Sandra mulai kesal, feelingnya tepat. Merry sengaja berbohong agar Sandra datang dan berkenalan dengan Edward, seseorang yang ingin dijodohkan dengan Sandra
No no no, perjodohan ini tidak boleh terjadi, batin Sandra
Merry membantu Sandra membuka jaketnya kemudian merangkulnya dan membawanya masuk, lalu mempersilahkan Edward untuk duduk
"Sandra, senyum please. Hanya perkenalan kok," bisik Merry kemudian mengajak Sandra duduk di sampingnya
Sandra menurut, dia diam, tak bicara sama sekali selain menjawab apa yang ditanyakan. Ia memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Sean. Sean telah menikah dan memiliki seorang anak yang berumur 5 tahun.
Tak berapa lama, orang tua Edward datang. Merry bilang hanya perkenalan tapi yang terjadi Edward memberikan Sandra sebuah kotak yang berisi cincin berlian dan menyematkan nya di jari manis Sandra.
Sungguh Sandra ingin sekali membuangnya, tapi ia tak berdaya dan hanya menerima kenyataan pahit.
Setelah tamunya pulang, Sandra marah besar dan melakukan protes secara besar-besaran.
"Kenapa tidak kau saja yang menikah dengan Edward! Aku membencimu Bu," sarkas Sandra meninggalkan rumah ibunya. Merry memanggilnya menyuruhnya untuk kembali. Tetapi Sandra mengacuhkan panggilannya
Ia menangis seraya melepaskan cincin di jarinya. Cincin itu tak bisa keluar karena kekecilan di jarinya, hanya dengan bantuan sabun agar terlepas dari jari.
Sandra terus berlari menuju entah kemana.
Jauh dirinya berlari, tanpa alas kaki, tanpa jaket yang menutupi gaunnya yang terbuka. Dingin seperti perasaanya saat ini hampa, sepi dan tersiksa.
Sampailah dirinya ke sebuah pantai, yang terlihat hanyalah air yang gelap dengan pantulan cahaya bulan. Lampu jalan yang cukup meneranginya.
"I hate you!!" teriak Sandra seraya mengambil botol kosong yang terdampar di pesisir Pantai lalu melemparkannya
Debak
"Argh!" teriak seorang pria.
Asal suaranya jauh didepan, Sandra langsung menuruni bebatuan dan berjalan beberapa meter.
Seorang pria bermata biru menghampiri Sandra sembari membawa botol yang dilemparkannya
"Apa kau yang membuang ini?" terka Pria berbadan tinggi tersebut.
Tubuhnya tinggi, memiliki bidang yang kekar. Pria itu memakai kemeja berwarna putih dan berjas hitam.
"I-i-iya maafkan aku. Aku sedang kesal dan tidak tahu jika kau ada disana," ucap Sandra
"Mau ikut memancing?" tanya Pria itu
Sandra memikirkan sesuatu, bukan ide yang buruk. Barangkali dengan memancing kepenatannya dapat hilang. Sandra mengangguk pelan tanda setuju
"Kau melemparkan botol itu saat aku ingin melepaskan jangkar,"
Sandra mengamati pria itu, apakah dia seorang nelayan kenapa berpakaian layaknya seorang CEO.
"Ini hobiku, memancing ke tengah laut di malam hari," timpal pria itu seakan-akan tahu apa yang ingin ditanyakan Sandra.
"Kelihatannya seru, aku belum pernah memancing, " sahut Sandra
"Akan ku ajari sampai bisa," ucap Pria yang tidak diketahui namanya.
Mereka berlayar menuju lautan dan saling bercerita. Sesampainya ditengah laut Pria itu melepaskan jangkar dan mengambil peralatan memancing. Diterangi cahaya rembulan dan lampu seadanya yang terpasang di kapal.
Pria itu melepaskan jas miliknya dan memberikannya pada Sandra yang terlihat kedinginan.
Baru pertama kali Sandra menemukan seseorang yang sungguh asik. Ia terpana dengan pria itu, sesekali ia memandangi sekilas wajah pria itu. Begitu juga dengan pria asing yang baru ditemuinya. Kenyamanan pun terbentuk dalam ruang sempit bernama kapal kecil.
Setelah beberapa jam memancing dan beberapa ikan berhasil didapat, mereka memutuskan untuk pulang.
Sandra pamit begitu kapal berhasil menepi, tetapi pria bertubuh kekar itu menarik lengan Sandra tak mengijinkannya pulang malam ini.
"Ada apa?" tanya Sandra
Jantungnya berdegup ketika pria itu menatapnya lekat dan wajahnya semakin mendekat. Tanpa bicara, tanpa satu patah kata. Pria itu memagut bibir Sandra, mencuri ciuman pertamanya dan dengan rakus mengambil semua yang berharga dari wanita cantik itu.
Sandra ingin menolak, berkali-kali ini menepis tubuh kekar yang semakin melekat namun hatinya berkata lain. Ia tak bisa menolak, dirinya juga terbakar api asmara.
Melody cinta menebar, perlahan menjatuhkan beberapa helai kain demi kain. Sang pria menguasai dirinya. Berada diatasnya menjadi pemandu cinta malam itu, one night stand.
Sandra tak bisa menghindari tatapan yang begitu tajam menatapnya seakan haus akan kasih sayang, jantungnya bergemuruh hebat. Dalam hati ia berkata "Aku ingin memilikimu,"
Kenal pun tidak, siapa pria itu. Tampak tak asing tapi nyaman telah membelenggu dirinya memasungnya hingga terpatri dalam jiwa bahkan raga pun rela ia berikan.
.
.
.
Sinar mentari memasuki celah jendela kapal pagi itu. Menyilaukan wajah yang sedang terlelap pulas.
Sandra tersadar namun ia belum juga bangun. Di endusnya aroma lelaki disampingnya. Seketika memori otaknya kembali mengulang kejadian malam kemarin.
Matanya langsung terbuka, yang pertama kali ia melihat sebuah dada pria yang ditumbuhi bulu-bulu di hadapannya. Sandra mengangkat kepalanya, melihat wajah pria yang tampan sedang mendekapnya. Pria itu hanya berbalut celana panjang tanpa atasan
Sementara Sandra berselimut kemeja dan jas milik pria itu, kepalanya berada di lengan kekarnya. Sandra melepaskan tangan pria itu dan segera beranjak.
Mengambil dres serta kain dalaman miliknya yang tak jauh dari tempatnya berbaring.
Kapal dibuat bukan untuk diikat di pantai, tapi untuk mengarungi ganasnya ombak di tengah lautan. Tapi yang terjadi semalam, kapal ini sebagai saksi ganasnya permainan cinta dari pria yang tak dikenal.
"Bodohnya aku kenapa aku memberikan semua milikku. Tapi, Dia sungguh pemikat sejati," gumam Sandra pelan dan meninggalkan pria itu setelah selesai mengenakan pakaiannya.
Sandra menoleh ke kiri dan kanan melihat suasana pantai yang sepi. Karena merasa malu, Sandra lantas meninggalkan pria yang semalam berkelana dengannya tanpa pamit.
Tapi baru saja melangkah, Sandra merasa sedikit sakit pada area bawah. Wajar karena ini yang pertama baginya.
Udara pantai yang sejuk serta angin yang kencang berhembus menambah dinginnya pagi. Sandra begitu menyukai pantai. Melihat ombak menggulung tepian, menandai harapan yang terbenam sebelum kesampaian. Ia berharap kejadian semalam tak akan terulang lagi. Dan semoga tidak ada benih yang masuk ke tubuhnya.
Sandra berkali-kali mengutuk dirinya yang bodoh. Entah dia haus cinta atau haus kasih sayang. Di usianya yang tak lagi muda. Tak pernah bercinta dengan siapapun namun malah memberikan mahkota berharganya pada pria yang tak di kenal.
Dari kecil Sandra seorang yang introvert, dia tidak pandai bergaul. Bahkan dia juga tidak begitu tertarik untuk berkenalan dengan teman pria. Dan pria semalam telah menaklukkan hatinya.
"Aku bahkan lupa menanyakan namanya. Apa aku harus kembali? Ah tidak sebaiknya aku pergi. Hmm aku akan meminta Sean untuk menjemputku," ucap Sandra
Tetapi nasib berkata lain, ponsel Sandra kehabisan daya. Ia juga tak membawa uang. Dompetnya berada di dalam tas dan tertinggal di rumah ibunya. Terpaksa Sandra kembali ke rumah Ibunya dengan berjalan kaki, anggap saja olahraga pagi tanpa alas kaki.
Sandra tiba di rumah Ibunya dengan wajah berantakan. Merry khawatir dengan anak perempuannya itu, ia langsung memeluk dan menyuruhnya masuk.
"Sandra, apa yang terjadi?" tanya Merry
"Ini semua gara-gara Ibu," ucap Sandra menyalahkan Ibunya.
"Aku mau mandi, hemm bajuku masih disini kan? Atau kau telah membuangnya?" tanya Sandra
"Mana mungkin aku membuangnya, semua pakaian dan barang-barang milikmu masih tersimpan rapi di kamarmu," ucap Merry
Sandra kemudian bergegas menuju kamarnya yang berada di lantai atas, sebelumnya dia mengambil tas miliknya yang ia taruh di buffet ruang tamu.
"Apa kau akan menginap disini? Aku akan memasakkan makanan kesukaanmu," sahut Merry sedikit berteriak karena Sandra sudah menaiki tangga
"Hemm sepertinya iya, mobilku sedang dalam perbaikan. Semalam mogok dan aku meminta Sean membawanya ke bengkel,"
"Kau selalu saja menyusahkan adikmu, menikahlah agar ada pria yang bisa menjagamu. Karena kau sudah disini, bagaimana kalau kau berkenalan dengan kekasihku," ucap Merry
"Argh tak bosan kah kau menjodohkan diriku. Aku bisa mencari pasangan hidupku sendiri Bu," ucap Sandra menghentikan langkahnya di anak tangga,
"Dan aku tak ingin berkenalan dengan kekasihmu yang baru. Bagiku Ayahku tetaplah Carlos," timpal Sandra
Sandra melanjutkan menaiki anak tangga, dan bergegas mandi di kamar mandi atas. Perih masih menyelimuti dirinya. Beginilah rasanya pertama kali melakukan hubungan.
Sementara Merry, mengambil ponselnya lalu menghubungi kekasih yang sebentar lagi akan menikah dengannya.
Di lain tempat, Pria yang bercinta semalam dengan Sandra terbangun mendengar ponselnya terus berdering.
Ia mengambil ponselnya melihat siapa yang menghubunginya. Tapi ia tak langsung menjawab, matanya mencari keberadaan sosok Sandra.
Pria itu beranjak dan menengok di luar kapal. Sosok Sandra menghilang.
"Astaga dia menghilang," Pria itu memukul dinding kapal sedikit kesal karena dia belum berkenalan dan belum mengetahui siapa namanya.
Pria itu melihat ponselnya lagi yang masih berdering seraya bergumam,
"Yang terjadi semalam aku tidak bisa mengendalikan perasaanku. Maaf, tanpa sengaja aku telah mencintainya, dan mengkhianati cintamu,"
"Ya, sayang," ucap pria itu saat mengangkat telepon
"Damian, kau kemana saja? Dari semalam aku menghubungimu," sahut suara wanita di seberang telepon.
"Maaf semalam aku sibuk, nanti aku akan kerumahmu," ucap Damian
Setelah perbincangan singkat, Damian menutup teleponnya dan mengambil kemejanya yang tergeletak di lantai kayu. Namun matanya terganggu dengan sebuah bercak darah yang berada di lantai.
"Oh tidak, dia masih perawan. Astaga pantas saja....," gumam Damian yang tak melanjutkan perkataannya lagi. Pantas saja terasa berbeda dan lebih sempit. Damian pulang dengan segala bayang-bayang Sandra di hatinya. Memori yang tak bisa dilupakan begitu saja
Damian bukanlah pria nakal yang suka selingkuh tapi yang terjadi semalam diluar dugaannya. Pesona Sandra sungguh memikat dirinya seperti ada magnet yang membuatnya ingin terus mendekatinya.
Ia berencana mengatakan sebenarnya pada kekasihnya, dan akan menerima segala konsekuensinya. Karena Damian adalah pria yang jujur dan bertanggung jawab.
Duda itulah statusnya kini. Istrinya meninggal karena kecelakaan dan saat ini ia memiliki hubungan dengan wanita lain dan mereka telah berencana akan menikah dalam waktu dekat.
.
.
Usai mandi, Sandra yang masih mengenakan handuk kimononya berada di balkon kamar sembari mengeringkan rambutnya.
Tak berapa lama ada sebuah mobil yang berhenti di depan rumah tetangga depannya. Seorang pria turun dan membuka garasi rumahnya.
Sandra menyipitkan matanya, merasa mengenali pakaian yang dikenakan pria itu. Ia semakin fokus menatapnya.
Kedua matanya membelalak besar saat tahu pria itu adalah pria yang menggauli dirinya. Tak berapa lama pria yang dipandangi tadi mendongak ke atas melihat Sandra yang sedang mengamatinya dari kejauhan.
Sandra langsung membalikkan badan dan masuk kedalam kamar.
"Ya Tuhan, dunia ini begitu sempit," celetuk Sandra dengan jantung yang berdebar kencang.
"Semoga saja dia tidak sempat melihatku," gumam Sandra.
Sifat introvertnya kembali, ia mengurung diri dikamar dan akan keluar jika mobilnya selesai diperbaiki.
Sementara Damian baru kali itu melihat Sandra, tapi ia tidak menyadari jika Sandra adalah wanita yang bersamanya semalam.
"Apakah itu anak Merry yang perempuan? Katanya usianya 5 tahun lebih muda dariku," ucap Damian pada dirinya sendiri kemudian ia masuk ke mobil dan memarkirkannya di garasi rumahnya.
Pagi berganti Siang, Sandra turun ke bawah untuk makan siang. Ia sangat lapar karena belum makan sedari pagi.
Tak berapa lama ada seseorang yang menekan bel rumahnya.
"Sandra, tolong buka pintunya. Aku sedang memasak tak bisa ditinggal, " ucap Merry
"Ya Bu," sahut Sandra
Dengan malas ia beranjak melangkah ke depan dan membuka pintunya.
Ceklek
Seseorang yang sangat ingin dihindari, tiba-tiba ada dihadapannya. Jantungnya berdebar melihat pangeran tampan yang tersenyum.
Tapi senyum pria itu memudar saat tahu Sandra membuka pintu rumahnya. Keduanya terkejut dan saling berbicara dalam hati.
Astaga kenapa dia kemari, batin Sandra
Oh my god. Dia anaknya Merry, batin Damian
"Siapa yang datang Sandra?" tanya Merry karena dia sebenarnya juga sedang menunggu datangnya sang kekasih
"Kurir paket Bu," sahut Sandra kemudian menutup pintu dan membekap bibir Damian lalu menggiringnya ke dinding samping rumah.
Sandra tak mengijinkan Damian berbicara. Damian terkejut dirinya disebut sebagai kurir paket
"Mau apa kau kemari, jangan bilang kau mengikuti ku dan mengatakan pada Ibuku kalau semalam kita...ah sebaiknya kau pulang," ucap Sandra dan mengusirnya
"Aku kemari karena....," Damian tidak bisa berbicara dengan jelas karena bibirnya masih ditutup oleh tangan Sandra. Belum selesai berbicara Sandra sudah memotongnya.
"Karena kau ingin tahu namaku?" terka Sandra dengan suara setengah berbisik
"Haha, bisa kau lepaskan?" Damian terkekeh
Sandra lalu melepaskan tangannya.
"Ya aku ingin tahu namamu," ucap Damian sedikit berbisik dan mendekati Sandra
"Aku ingin mengenalmu lebih jauh," bisik Damian di telinga Sandra ia sengaja menggodanya.
Seketika wajah Sandra memerah, telinganya geli saat pria itu berbisik. Dia masih ingat aroma feromon pria itu yang begitu menjerat .
Bulu halusnya meremang tak biasa dekat dengan pria lain. Kemudian Sandra bersikap seolah biasa saja dan tetap mengusirnya.
Jujur saja Damian ingin sekali tertawa melihat Sandra yang salah tingkah. Tapi melihat kondisinya sekarang, ia tak bisa mengatakan apa yang terjadi semalam. Itu akan memperburuk keadaan. Selain hubungan Merry dan Damian terputus, juga akan membuat hubungan Sandra dan Ibunya merenggang
Damian berada di posisi terjepit, pilih anak atau Ibu.
Hubungannya dengan Merry baru sebentar, bahkan mereka belum pernah tidur bersama. Malah yang terjadi dia telah menggauli anaknya. It's so funny.
"Aku Sandra, dan tolong jangan kemari. Ibu ku galak, GO now! hush hush," sahut Sandra mendorong pelan tubuh Damian
Damian juga belum siap membuka siapa dirinya dihadapan Sandra. Akhirnya Ia menurut dan kembali ke rumahnya yang hanya berjarak 15 langkah dari rumah.
Sandra masuk kembali dan mengatur debaran jantungnya yang masih kencang berdebar. Sementara Merry sedang menghidangkan makan siang di meja makan
"Paketnya siapa?" Tanya Merry lalu melihat Sandra yang tidak membawa apapun, "Mana paketnya,"
"Oh itu... paket untukku. Aku membeli earphone baru," sahut Sandra lalu mengeluarkan earphone dari saku celananya seolah-olah itu isi paketnya.
"Selalu saja beli earphone kau tak pandai menjaga barang,"
"Hehe...Banyak sekali kau masak, kita hanya berdua," ucap Sandra mengalihkan perhatian
"Ya..Aku mengundang kekasihku, seharusnya dia sudah datang," ucap Merry kemudian mengambil ponselnya
"Hmm aku harap dia tidak akan kemari," celetuk Sandra
"Kau ini, dia sangat tampan dan juga baik. Kau pasti menyukainya. Oh iya Sandra, tolong belikan buah di minimarket depan jalan. Pakai saja motor ku," ucap Merry
"Oke,"
Sandra bergegas ke minimarket yang berada di jalan besar. Lagi-lagi takdir mempertemukannya dengan Damian. Pria itu sedang berada di rak bagian soft drink.
Sandra berjalan mengendap bersembunyi di balik rak. Tujuannya adalah buah segar yang ada di samping lemari soft drink. Sambil melihat barang lainnya ia menunggu Damian pergi.
Tepat disamping Sandra ada dua wanita sebaya Sandra sedang membicarakan Damian.
"Hey lihat itu! Itu si Duda tampan. Kabarnya dia akan menikah lagi," ucap salah seorang wanita berbaju pink
"Mana sih?" tanya temannya
"Itu didepan lemari soft drink," tunjuk wanita berbaju pink
Sandra ikut melihat apa yang ditunjuk. Terkejut mendengar kabar dari orang lain, karena orang yang tidur bersamanya semalam telah memiliki kekasih bahkan mereka akan berencana menikah.
"Astaga aku tidak ingin jadi perebut lelaki orang," gumam Sandra.
Ia pun menepis perasaannya, jujur saja baru kali ini Sandra terpikat dengan seorang pria mungkin bisa dikatakan cinta pertamanya. Belum mengenalnya lebih jauh Sandra telah patah hati.
Damian telah selesai mengambil beberapa minuman soft drink kemudian ia menuju rak lain lagi. Sandra segera mengambil buah yang diinginkannya dan cepat-cepat membayarnya di kasir.
Sepanjang perjalanan pulang Sandra terus kepikiran soal pria itu. Baru saja merasakan cinta, sudah patah hati.
"Benar kata orang-orang, lebih baik sakit panas, dari pada sakit hati,"
Sandra kembali ke rumah dengan perasaan sedih. Ia mengambil makanan dan menaruhnya dalam piring lalu membawanya ke kamar.
"Aku makan di kamar," sahut Sandra lemas
"Hmm baiklah. Sepertinya Kekasihku juga tidak jadi datang," ucap Merry murung mendadak kekasihnya berubah.
Disisi lain, Damian melemparkan tubuhnya di sofa, bukan sofa rumahnya melainkan sofa kantor. Ia memejamkan mata dan yang teringat di pikiran dan hatinya saat ini adalah Sandra dan itu sangat mengganggu.
"Aku tidak bisa seperti ini, aku harus memilih salah satunya. Aku bukan pria brengsek," ucap Damian seraya membuka matanya
Tok Tok Tok
Ketukan pintu membuyarkan lamunan Damian. Sang sekretaris masuk dan memberi kabar bahwa ada pertemuan penting di Chicago dan harus berangkat siang itu.
"Oke tolong siapkan penerbangan ke Chicago," ucap Damian yang merupakan seorang CEO di perusahaannya yang bergerak di bidang konstruksi
"Jadi, berapa lama kau di Chicago?" tanya Merry
Ia sedang berbicara dengan Damian lewat sambungan telepon.
"Tiga Minggu? Itu lama sekali. Ya sudah jaga dirimu disana ya, Love You....," ucap Merry
Sandra yang berada di meja makan menggelengkan kepalanya, mendengar pembicaraan ibunya dengan pacar barunya.
Sebelumnya Merry pernah memiliki kekasih namun kandas karena wanita itu hanya di manfaatkan. Sandra berharap sang ibu dan kekasihnya yang sekarang dapat menikah dan bahagia. Ia belum tahu jika kekasih ibunya adalah orang yang semalam bermain panas dengannya.
"Ibu, malam ini aku pulang. Mobilku sudah selesai diperbaiki. Sebentar lagi Sean datang," sahut Sandra
"Hemm kenapa kau tak ingin tinggal disini lagi? Ibu kesepian,"
"Aku juga sendirian disana, tapi aku menyukai sepi," sahut Sandra
Ting Tong
"Itu pasti Sean," ucap Sandra
"Biar ibu yang buka pintunya,"
Sean datang bersama istri dan anaknya. Dia membawa mobil Sandra dan Istrinya memakai mobilnya.
"Oh my boy, astaga kau tambah gendut. Bella melayanimu dengan baik kah? Hingga kau menjadi gendut haha," canda Ibunya pada Sean
"Haha iya Bu, dia selalu memasak makanan kesukaanku sampai aku tak bisa mengontrol makanku," ucap Sean
"Awas, kau punya kolesterol yang tinggi," seru Sandra kemudian mengambil air minum dan meneguknya, setelah itu ia pergi menghampiri Sean dan Istrinya
"Tenang saja aku memasaknya dengan sedikit minyak," ucap Bella mereka pun berbincang sedikit.
Sandra pamit pulang duluan karena takut kemalaman, sementara Sean dan Istrinya masih di rumah Ibunya. Ini adalah cara terbaik melupakan Damian.
.
.
Waktu berjalan cepat, Sandra menjalani profesinya sebagai manager di sebuah perusahaan. Padahal awal dia bekerja disana adalah sebagai marketing. Ia gila kerja sampai tak mengenal kata cinta di kamus hidupnya.
Banyak pria yang datang silih berganti mendekatinya, tetapi tanggapan Sandra nihil. Mereka semua lewat, tak ada yang menarik hatinya kecuali manusia yang bernama Damian
Dua minggu kemudian, Sandra merasa pusing ketika bangun tidur. Tetapi ia memaksakan diri untuk ke kantor.
Sebelum berangkat, seperti biasa Sandra sarapan dahulu. Ia membuat sarapannya sendiri yaitu omelet daging dengan beberapa campuran bawang, tomat dan paprika untuk sausnya
Baru mencium baunya saja, Sandra sudah mengeluh pusing dan mual. Ia langsung ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya yang masih kosong. Hanya sebuah cairan karena ia belum makan sama sekali.
Firasat lain pun muncul, "Jangan bilang kalau aku hamil," gumam Sandra yang baru menyadari jika mualnya bukanlah sakit. Karena ia selalu menjaga pola makannya yang teratur
Akhirnya wanita itu mengurungkan niatnya untuk ke kantor, dan pergi ke apotek untuk membeli tes pack.
Sebenarnya ia hanya iseng, karena takut jika firasatnya terbukti benar.
Kini ia mendekam di balik toilet, merendam alat tes kehamilan itu beberapa detik lalu mengangkatnya dan menunggu hasilnya. Sandra memejamkan matanya tak berani melihat.
"Semoga tidak terjadi apa-apa, semoga hanya mual biasa," doa Sandra
Ia mengambil napas dalam dan membuangnya kasar lalu membuka matanya. Dipandanginya alat tes kehamilan itu dengan jantung yang berdebar kencang. Ia terpaku tak bisa berkata apa-apa rasanya tenggorokannya tercekat.
Benih yang ditebar pria itu berhasil berkembang. Sandra hamil. Lututnya lemas melihat apa yang baru saja terjadi dengannya
"Aku hamil...Astaga apa yang akan ku lakukan? Haruskah aku meminta pertanggungjawabannya? Sementara dia kabarnya akan menikah?" kata Sandra pada dirinya sendiri.
Sungguh dia kebingungan, hamil diluar nikah sudah biasa di negara barat tapi tidak di keluarganya. Merry selalu melarang hubungan diluar pernikahan. Termasuk dirinya sendiri yang menjaga pribadinya.
Untuk membuktikan kebenaran dari alat test pack tersebut, Sandra ke rumah sakit untuk memeriksa dirinya. Karena biasanya hasil test pack tidak akurat. Ya dia percaya mungkin bisa saja alat itu salah.
Namun hasil yang didapatkan adalah Sandra hamil. Ia memandangi surat tanda jika dirinya hamil. Akhirnya dengan penuh tekad. Sandra akan ke rumah tetangganya itu dan meminta pertanggungjawaban.
Sementara di rumah Damian, pria itu baru saja mempercepat kepulangannya dari Chicago. Pria itu ingin menemui Merry dirumahnya tetapi tak ada orang dirumah.
Damian mengambil ponselnya dan menelpon Merry
"Merry, aku sudah pulang dan kini aku di rumahmu tapi tak ada orang," ucap Damian
"Oh kapan kau pulang?" tanya Damian setelah mendengar Merry berbicara.
"Kabari aku jika kau sudah pulang. Ada hal penting yang ingin ku bicarakan denganmu," ucap Damian.
Setelah itu ia pulang ke rumahnya, membersihkan dirinya dan menonton televisi di ruang tengah sambil berbaring di sofa.
Beberapa jam kemudian Merry datang ke rumah Damian. Tidak terkunci, wanita itu pun langsung masuk dan tidak menutup pintunya kembali.
Terlihat Damian tertidur pulas di Sofanya, dengan nakal Merry membangunkan kekasihnya itu dengan kecupan kecupan di bibir.
"Bangun sayang," sahut Merry dengan lembut.
Damian terbangun karena Merry terus mengecupi seluruh wajahnya.
"Merry, haha astaga kapan kau datang, aku tertidur maaf," ucap Damian
"Baru saja, aku kangen kamu," Merry langsung memeluk kekasihnya itu tanpa aba-aba karena dia sangat merindukan dirinya.
Tak berapa lama Sandra datang kerumah Damian, dia ingin menunjukkan hasil pemeriksaan dirinya yang sedang hamil sekaligus meminta pertanggungjawaban.
Tapi yang terjadi ia malah melihat Ibunya sedang memeluk Damian tak hanya itu, setelah Merry puas memeluk wanita itu langsung mencumbu Damian.
Padahal Damian ingin sekali melepaskan. Sungguh hatinya mengganjal. Dia ingin jujur soal apa yang terjadi dengan dirinya. Tetapi Merry menyerangnya seperti macan yang sedang kehausan.
Setelah melihat pemandangan didepannya, hatinya sedikit tersiksa. Wanita yang ingin menikah dengan Damian adalah Ibunya sendiri.
"Astaga, mana mungkin aku tega pada Ibuku," Sandra bersandar pada dinding dan menangis meratapi kisah hidupnya.
Haruskan Sandra menggugurkannya atau lari dari kehidupannya yang sekarang dan membesarkan buah hatinya sendirian.
"Sepertinya itu keputusan yang baik, aku bukan pelakor, dan aku tidak ingin mengambil kebahagiaan ibu ku," pikir Sandra
Ia meremat kertas hasil pemeriksaannya dan membuangnya di tong sampah. Lalu pergi meninggalkan rumah Damian serta hidupnya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!