NovelToon NovelToon

Suamiku Tak Mencintaiku

bab 1

" Aku mencintaimu, Adibah!" Reza menyatakan cintanya dengan sangat lirih sekali.

Sementara Adibah hanya menggelengkan kepalanya.

" Stop mengatakan cinta padaku, Reza. Ingat, sadarlah kalau kamu itu sudah menikah!" Tolak tegas gadis itu.

" Tolong jangan ganggu aku lagi Reza, kita tidak memiliki hubungan apapun Dan tolong berhentilah mengatakan cinta kepadaku!"

Reza tertawa miris cintanya ditolak oleh gadis pujaannya. Kemudian dia menatap wajah gadis itu dengan tatapan sendu.

" Aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini Adibah, kau yang memintaku kau, yang memaksaku!" Kata Reza, tatapannya begitu sangat lembut kepada gadis di hadapannya ini namun hatinya begitu sangat sakit gadis yang selalu ia dambakan yang ia inginkan tidak bisa ia miliki.

" Aku sama sekali tidak mencintainya Adiba, hanya kaulah wanita yang aku cintai." Ternyata Reza begitu sangat mencintai Adiba padahal dirinya sudah memiliki seorang istri.

Praaaang ... Adiba dan Reza menoleh. Sebuah gelas jatuh berserakan di lantai untuk membuat Adiba sangat terkejut siapa pelaku yang menjatuhkan gelas itu.

" Aisyah ..." Ucapnya dengan nada panik, pasti Aisyah mendengar ungkapan cinta Reza tadi kepadanya.

Aisyah Anindya Hasna dia adalah seorang gadis muda yang masih kuliah di semester akhir, gadis yang selalu periang dan begitu sangat manja. Saat ini betapa terkejutnya mengetahui fakta bahwa suaminya Reza tidak mencintainya melainkan mencintai kakak kandungnya sendiri yaitu Adiba fukainah Azizah lebih tua 5 tahun darinya.

" Jangan mendekat," ucapnya shop sambil menggelengkan kepala bahkan air mata sudah banjir membasahi pipinya.

" Jangan mendekat!" Teriaknya kencang kemudian ia berjongkok sambil menutup kedua telinganya.

Sungguh sangat sakit sekali ia berharap ini semua hanyalah mimpi suaminya yang baru beberapa bulan menikahi dirinya ternyata tidak mencintainya melainkan mencintai kakaknya sendiri, pantes untuk apa pernikahan ini berlangsung. Lalu apa arti sebuah kehangatan selama menikah dengan laki-laki itu yang tak menunjukkan sama sekali bahwa tidak ada cinta di dalamnya, karena Reza selalu memberikan perhatian dan bersikap lembut kepada dirinya sungguh tidak dapat dipercaya Jika semua itu hanyalah sandiwara saja.

" Aisyah, dengarkan kakak. dek!" Adibah ingin menjelaskan walaupun sebenarnya tidak tahu apa yang harus ia jelaskan.

" Kalian tidak perlu menjelaskan kepadaku, tetapi kalian harus jelaskan kepada umi dan juga Abi!" Aisyah yang tadinya menangis kini menatap Taja m ke arah Adiba dan juga Reza dia menghapus air matanya dan berkata dengan sangat datar sekali karena dia tidak ingin mendengar penjelasan baginya pernyataan cinta tadi sudah cukup membuktikan bahwa keduanya memang memiliki hubungan..

" Tidak, tolong jangan katakan apapun kepada Umi dan juga Abi Dek," pinta Adibah ya tidak ingin kedua orang tuanya kecewa kepada dirinya.

" Kenapa, apa kakakku tercinta tidak ingin umi dan Abi mengetahui tentang hubungan kalian?" Ucapnya dengan nada mengejek, Aisyah menatap keduanya dengan tatapan sinis.

" Dek aku dan Reza tidak memiliki hubungan apapun?" Kata Adibah mengatakan jika dirinya memang tidak memiliki hubungan apapun karena memang nyatanya mereka tidak memiliki hubungan spesial sama sekali.

Ucapan sang kakak membuat Aisyah tertawa. " Tidak memiliki hubungan? Pantas pernyataan cintanya tadi kepadamu itu apa? Apa itu tidak memiliki hubungan, hah!" Bentaknya, ini baru pertama kalinya Aisyah membentak kakaknya karena selama ini dia selalu menyayangi kakaknya tersebut.

" Dan kamu ..." Aisyah menunjuk suaminya.

" Jika kamu mencintai kakakku lantas untuk apa kamu menikahi ku? Apa karena cintamu ditolak lalu kau melampiaskan semuanya kepadaku?" Tanyanya dengan tatapan yang begitu sangat amat menyakitkan mulutnya gemetar nafasnya terasa sesak namun ia mencoba untuk tegar menerima kenyataan ini.

" Suamiku tidak mencintaiku," ucapnya lirih lalu air mata kembali mengalir dari kelopaknya dia menghela nafas yang panjang mencoba untuk tidak menangis.

" Jika kau memang sangat mencintai kakakku, maka nikahi lah dia. Dengan begitu pernikahan kita berakhir sampai di sini. Aku akan mengatakan kepada umi dan juga Abi bahwa pernikahan kita hanyalah sebuah salah paham saja."

Aisyah terlihat berbeda saat ini, dia tidak manja lagi bahkan terdengar begitu sangat dewasa sekali. Reza tidak bisa mengatakan apapun dia hanya diam menatap istrinya. Gereja secara tidak sengaja telah melukai dua gadis sekaligus hanya karena keegoisan dan kebodohannya. Dia menatap iba kepada wanita yang berstatus istrinya tersebut, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa lantaran memang tidak ada cinta di hatinya kepada Aisyah.

" Tidak, tolong jangan bercerai. Aku mohon," minta Adibah dia memegangi dadanya yang terasa sangat sakit nafasnya tersengal dan wajahnya sangat pucat sekali.

" Aisyah kakak mohon tolong jangan bercerai pada dengan Reza karena kakak yakin hanya Reza lah yang bisa membuatmu bahagia yang bisa menjaga dan melindungi kamu," lanjutnya sambil menggenggam tangan adiknya itu.

Adibah terlihat sangat kesakitan namun dia berusaha untuk meyakinkan agar Aisyah tidak menggugat cerai Reza dan tidak mengatakan apapun kepada kedua orang tuanya.

" Adibah kamu tidak apa-apa?" Tanya Reza dia tahu jika saat ini ada batangan menahan rasa sakitnya. Sementara Aisyah tidak tahu apa-apa namun dia dapat melihat jika kakaknya saat ini tidak sedang baik-baik saja.

" Aku mohon padamu tolong jangan bercerai dengan Aisyah, tolong cintailah dia Reza dan lupakan aku aku mohon," mintanya dengan nada lemah dia sangat berharap jika Reza dan Aisyah bisa saling mencintai hingga dirinya terbebas dari rasa bersalah. Kemudian setelah mengatakan itu Adibah pun langsung pingsan tak sadarkan.

" Adibah!" Teriak Reza memapah tubuh Adiba yang hendak jatuh tersungkur di lantai.

" Astaghfirullahaladzim Kak Adibah!" Begitupun juga dengan Aisyah gadis itu melupakan rasa sakitnya menjadi rasa khawatir melihat sang kakak yang sudah tak sadarkan diri.

" Kak Aisyah kenapa, Mas?" Tanyanya panik dia kembali menangis menangis bukan karena sakit hati melainkan menangis Karena rasa khawatir lihat kakak yang sudah begitu sangat pucat dan tak sadarkan diri di dalam pelukan suaminya.

" Kita bawa ke rumah sakit sekarang," ujar Reza Tak Ingin menunda waktu dia langsung mengangkat tubuh Adibah dan segera membawanya ke rumah sakit.

Aisyah mengangguk, lalu dia mengikuti langkah suaminya yang sedang menggendong kakaknya itu kemudian ia membuka pintu mobil dan segera Reza mendudukkan Adiba di bagian belakang kemudian Aisyah pun masuk duduk di samping sang kakak dan memberikan tubuh kakaknya di pahanya. Sementara Reza mengambil alih mengemudi dia menjalankan mobil melaju dengan kecepatan agar segera sampai ke rumah sakit.

" Sebenarnya apa yang terjadi dengan kakakku dan hubungan di antara kalian?"

bab 2

Sesampai di rumah sakit, buru-buru Reza membuka pintu lalu menggedong Adibah. Perawat datang sambil mendorong brankar agar Adibah bisa diletakkan disana, namun Reza tidak mempedulikan berangkat tersebut malah dia terus melangkah cepat menuju ruangan UGD sambil terus menggendong tubuh Adiba. Kedua perawat laki-laki itu hanya tertegun kemudian mereka terus mengikuti langkah Reza yang membawa tubuh Adiba hingga masuk ke dalam ruangan. Sementara Aisyah dia berdiri mematung menatap punggung sang suami yang begitu sangat khawatir kepada kakaknya Aisyah dapat melihat betapakah watirnya laki-laki itu. Dan dia sadar jika suaminya begitu besar mencintai kakaknya.

" Tolong lakukan yang terbaik untuk Adibah, dok!" Pintar Reza dengan memohon.

" Kami akan melakukan yang terbaik, insya Allah Pak. Dan sebaiknya Anda berdoa saja semoga istri anda baik-baik saja," ucapkan dokter sambil menepuk-nepuk pundak Reza. Melihat Reza yang begitu sangat khawatir, orang pun akan mengira jika Adibah adalah istri dari Reza.

Melihat Reza tidak mengelak sama sekali membuat hati Aisyah kembali sakit namun saat ini bukan hal yang tepat untuk meratapi hatinya yang terluka. Dia harus fokus dengan kesembuhan sang kakak.

Reza mengusap wajahnya kasar kemudian dia duduk di kursi tunggu tepat di samping ruangan UGD, berkali-kali laki-laki itu mengucap istighfar dan menghela nafasnya tanpa mempedulikan Aisyah berada di sampingnya. Karena saat ini pikirannya hanya fokus pada gadis itu saja. Reza begitu sangat khawatir akan keselamatan Adibah, karena sesungguhnya Reza mengetahui penyakit apa yang sedang diderita gadis itu.

" Apa kamu sudah tahu jika kakak sakit?" Tanya Aisyah.

" Maafkan aku," lirih Reza menjawab, dia menoleh arah istrinya yang tengah tersenyum miris, terlihat kesedihan dari sorotan matanya.

" Apa Umi dan Abi juga mengetahui ini?" Tanyanya kembali, Reza mengangguk pelan.

Aisyah tertawa kecil terdengar sangat memilukan ternyata hanya dirinya saja yang tidak tahu apa-apa tentang kakaknya yang tengah sakit parah.

" Ternyata kalian semua merahasiakan semua ini dariku?" Ucapnya sedih. Bagiamana tidak, dirinya seakan tak dianggap sehingga harus disembunyikan, memang apa salah jika dirinya mengetahui? Aisyah tidak mengerti.

" Maafkan aku Aisyah, Adibah yang meminta untuk tidak memberitahu mu tentang penyakit tang dideritanya," ujar Reza pelan.

" Untuk apa?" Sentak Aisyah kecewa.

" Untuk apa harus dirahasiakan segala? Memang apa salah jika aku tahu! Setidaknya jika aku mengetahui kalau kaka sakit, aku bisa menjaga dan merawatnya dengan baik, tapi kenapa harus disembunyikan segala?" Lanjutnya kesal, air matanya kembali mengalir.

" Kenapa kalian semua menganggap aku anak kecil terus hingga apa-apa harus disembunyikan dariku." Aisya menatap seluruh keluarganya yang sudah tiba di rumah sakit. Abi, umi dan adiknya.

" Termasuk suamiku yang mencintai kakakku! Apa kalian semua juga sudah mengetahuinya?" Tanya Aisyah, dia menatap umi Janah. " Apa Umi juga tahu?" Tanyanya lirih pada sang ibu.

" Maafkan Umi, Aisyah." Sungguh kasihan sekali melihat anaknya yang terluka, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena semuanya ini adalah permintaan Adibah putri sulungnya.

Asiyah geleng-geleng kepalanya, jika sudah tahu Reza mencintai Adibah lantas untuk apa pernikahan mereka terlaksana dan bukanya melarang malah merestui. Aisya sungguh tidak mengerti. Ingin maraj, menangis dan berteriak, namun dia coba untuk menahan semuanya karena dokter yang menangani Adibah sudah keluar.

" Dok bagiamana keadaan anak saya?" Tanya abi Ali. Umi Janah dan Reza juga menayangkan hal yang sama hingga hanya tersisih Aisyah di kursi tunggu disana. Semuanya sangat menghawatirkan Adibah.

Dokter itu menghela nafasnya panjang menatap sedih semuanya. " Kita sama-sama berdoa semoga mbak Adibah tabah dan ikhlas dengan semuanya. Saya hanya bisa memberikan yang terbaik namun untuk semuanya hanya Allah yang mengatur bahkan kesembuhan nya. Ya semoga saja mbak Adibah diberikan keajaiban," ucap dokter laki-laki tersebut.

Dokter hanya bisa memberikan yang terbaik untuk pasiennya, sementara kesembuhan dan keselamatan hanya sang pencipta yang mengatur. Jika memang sudah di takdir kan untuk sembuh maka penyakit separah apapun bakalan sembuh. Namun jika sudah menjadi kehendaknya, maka tidak ada yang bisa melawan takdir walaupun sudah berobat ke rumah sakit yang mahal dan dokter ahli sekalipun jika sudah menjadi takdir tidak ada yang bisa berbuat apa-apa selain ikhlas.

" Ya Allah, Adibah." Umi Janah langsung menangis dalam pelukan suami.

Adibah menderita penyakit kanker stadium akhir, tidak ada yang mengira jika gadis berusia muda yang terlihat ceria itu menderita penyakit yang sangat mematikan. Bahkan kedua orangtuanya saja baru mengetahui belum lama ini, itupun setelah melihat catatan penyakit dari rumah sakit yang disimpan rapat oleh Adibah, mungkin jika umi Janah tidak sengaja menemukan keterangan penyakit putrinya itu tidak akan ada yang mengetahuinya. Adibah memang paling pintar menyembunyikan sesuatu dalam dirinya bahkan termasuk cinta dan juga rasa sakit yang dideritanya.

Aisyah terduduk lemas mendengar penjelasan dari dokter, penyakit kakaknya kemungkinan untuk sembuh sangat tipis sekali, apalagi dokter juga sudah memprediksi umur kakaknya itu yang tak lama lagi. Aisyah begitu sangat terpukul berkali-kali lipat, semuanya fakta ia ketahui dalam satu hari. Rasa sakit yang ia terima tak sebanding jika dibandingkan penyakit yang diderita oleh kakaknya. Aisyah menangis lantaran rasa bersalah karena sudah menyalahkan kakaknya tadi yang tidak memberitahu apa-apa tentang semuanya.

Setelah Adibah sudah siuman, seluruh keluarga menemui Adibah di ruang rawat. Gadis itu tidak di bolehkan pulang karena harus dirawat di rumah sakit karena kondisi semakin memburuk. Tentu membuat semuanya sedih dan sangat khawatir, begitu juga dengan Aisyah, dia menatap iba kakaknya yang lemah tak berdaya tengah terbaring dengan selang infus ditangan nya namun gadis itu masih bisa tersenyum saat kedatangan anggota keluarga yang menjenguknya.

" Umi yakin kamu pasti sembuh, kamu harus kuat," ucap umi Janah meyakinkan agar Adibah tidak putus asa.

" U-umi jangan khawatir ya, Adibah baik-baik saja kok. Umi jangan lupa untuk selalu jaga kesehatan dan banyak istirahat." Adibah tidak merasa sedih sama sekali, jutsru dia malah memberikan semangat untuk ibunya.

Adibah seakan sudah tahu akhir cerita hidupnya akan seperti apa sehingga tidak ingin membuang -buang waktu hanya untuk bersedih. Dia seperti tidak memiliki beban pikiran sama sekali dan mencoba untuk menerima dan ikhlas dengan takdir yang sedang ia jalani ini.

Umi Jannah ingin menangis namun dia mencoba untuk menahan air matanya agar tidak keluar, bagaimana tidak sedih melihat anaknya terbaring lemah seperti ini Namun berusaha untuk tetap tegar dan bahkan mengingatkan dirinya untuk menjaga kesehatan karena Adibah memang selalu menjadi pengingat jika dirinya terlalu bekerja keras dan lalai pada diri sendiri.

" Asiyah." Adibah tersenyum saat melihat adiknya yang diam mematung di belakang sang ibu. Tangannya melambai memberi isyarat agar adiknya itu mendekat.

bab 3

" Asiyah." Adibah tersenyum saat melihat adiknya yang diam mematung di belakang sang ibu. Tangannya melambai memberi isyarat agar adiknya itu mendekat.

Aisyah mendekat, setetes air mata menetes dari kelopaknya. Cepat-cepat Aisyah hapus air mata tersebut lalu dia menatap iba sang kakak yang sedang tersenyum menatap dirinya.

" Kak ..." Suara terdengar serak, banyak sekali yang ingin dia tanyakan namun rasanya tidak mampu lidahnya untuk berucap.

" Ssstttt, kakak tidak apa-apa. Kamu jangan menangis, nanti cantiknya ilang loh, kalau ilang bisa-bisa Reza kabur," ujar Adibah masih bisa bercanda.

" Kenapa ... Kenapa kakak merahasiakan semua ini dari Aisyah, Kak? Kenapa hanya Aisyah sendiri saja yang seperti orang bodoh tak tahu apa-apa." Pada akhirnya Asiyah berhasil bertanya yang dia simpan sedari tadi dalam hatinya.

" Bahkan tentang hubungan kakak dan juga mas Reza! Kenapa tidak bilang dari awal? Kenapa," lanjutannya, tangisnya pecah tak tertahankan lagi. Aisyah mengeluarkan amarahnya.

" Apa aku tidak dianggap ada dalam keluarga ini? Tidak menganggap penting perasaan ku." Aisyah memukul dadanya yang terasa sesak. Kemudian dia menghapus air matanya laku kembali menatap sang kakak.

" Katakan pada Aisyah jika kakak mencintai mas Reza!" Ujarnya. Jika memang kakaknya itu mencintai suaminya, lantas untuk apalagi pernikahan ini.

" Aisyah ..."

" Jawab saja kak, apa kakak mencintai mas Reza?" Tanyanya ulang, Aisyah tak ingin mendengar kata-kata lain selain jawaban dari pertanyaannya.

Adibah terdiam, dia menatap pilu adiknya.

" Kakak tidak mencintainya, Aisyah. Kakak hanya mengaguminya saja, karena Reza adalah sosok laki-laki yang dewasa dan juga Sholeh. Jadi kakak yakin jika dia bisa menjadi seorang suami yang baik untuk kamu, tidak lebih. Jadi kakak mohon jangan salah paham ya, karena kakak tidak pernah mencintainya." Tegas Adibah mengatakan.

Deg ... Reza tertegun, hatinya bener-bener sangat sakit mendengar kenyataan jika wanita yang dia cintai tidak mencintai dirinya. Ingin sekali dia berkata jika ucapan Adibah itu adalah kebohongan, karena dia sangat yakin sekali jika wanita itu mencintai dirinya juga, terlihat jelas dari sorotan matanya dulu saat mereka sering bertemu, Reza merasakan cinta didalamnya.

Akan tetapi, sesat dia menyampaikan isi hatinya pada Adibah, wanita itu menolak dengan alasan tidak mencintainya. Padahal Reza sangat yakin dengan nalurinya jika wanita itu juga memiliki rasa padanya. Hingga Reza memutuskan untuk melamar Asiyah hanya untuk membuat Adibah marah dan cemburu, namun sampai hari pernikahan terjadi wanita itu tetap tidak mengatakan apapun, bahkan seakan bahagia atas pernikahan.

Karena rasa penasaran, Reza pun kembali mengungkapkan cintanya pada Adibah. Hingga penyakit yang di derita Adiba pun dapat diketahui oleh Reza karena laki-laki itu selalu saja memperhatikan wanita yang ia cintai sekaligus kakak iparnya tersebut. Dan Reza pun bertanya kepada Adibah Apa karena penyakit yang dideritanya itu hingga membuat cintanya selalu ditolak.

" Jangan berpikir yang macem-macem ya, kamu fokus saja sama pernikahan kamu. Kakak yakin kalian pasti akan hidup bahagia selamanya, kakak hanya berharap semoga kalian selalu langgeng hingga akhir hayat, dan jangan pernah untuk berpikir cerai. Kamu tahukan kalau Allah tidak suka dengan perceraian," ucap Adibah dengan nada lemah, dia menggenggam tangan adiknya kuat berharap ucapnya terkabulkan. Karena sesungguhnya jika dirinya sangat mencintai laki-laki itu tidak akan mengubah apapun, penyakitnya sudah menjalar di seluruh tubuh hingga dia pun merelakan cintanya pada sang adik yang juga mencintai laki-laki yang sama.

Setidaknya Adibah bersyukur, Reza menikah dengan wanita yang tepat. Karena dia percaya jika Aisyah yang terbaik untuk Reza.

" Sudah Aisyah, berhenti membuat kakak kamu terus berbicara. Dia harus banyak istirahat," ujar Abi Ali, dia tidak tega melihat nafas anak sulungnya yang seperti kesusahan.

Aisyah mengangguk lalu dia mengusap pucuk jilbab kakaknya kemudian dia kecup keningnya sekilas.

" Kakak istirahat ya jangan terus banyak bicara. Maaf karena sudah marah-marah sama kakak tadi, Aisyah berharap semoga kakak lekas sembuh, agar supaya kita bisa kembali lagi seperti dulu. Banyak sekali yang ingin Aisyah ceritakan pada kakak, jadi kakak harus bersemangat untuk sembuh, ya."

Adiba mengangguk pelan sambil tersenyum, kemudian dia menatap kedua orang tuanya yang menatapnya tersenyum juga. Kemudian perlahan Adibah memejamkan matanya Karena ia merasa ngantuk sekali. Tak lupa berpamit untuk tidur sejenak pada kedua orang tuanya.

" Kalian kembalilah pulang biar Umi dan Abi yang menjaga Adiba di sini," ucap Umi Jannah kepada Aisyah dan juga Reza.

" Apa sebaiknya Umi dan Abi saja yang pulang, kalian juga harus banyak istirahat biar Aisyah yang menjaga kakak di sini, Aisyah nggak mau Umi dan Abi sampai sakit nanti yang ada kakak marah," tolak Aisyah dia tidak tega melihat kedua orang tuanya harus menjaga sang kakak karena mereka sudah terlihat sangat lelah sekali walaupun sejujurnya Aisyah juga lelah namun dia tidak mungkin egois.

" Apa tidak apa-apa?" Tanya umi Janah.

" Iya Umi, lagipula kan ada mas Reza yang menemani Aisyah disini. Ya kan Mas?' ucapnya menoleh kearah Reza yang sedang menatap Adibah tidur.

" Ah, i-iya. Umi dan Abi sebaiknya istirahat saja di rumah. Kalau ada apa-apa nanti insyaallah kami akan langsung menghubungi Umi dan juga Abi secepatnya," jawabnya.

" Baiklah kalau begitu, maaf ya jadi merepotkan kamu," kata Abi merasa tidak enak pada menantunya itu.

" Tidak apa-apa, Abi. Lagipula Adibah adalah kakak ipar Reza, jadi jangan risau." Berat sekali rasanya mengatakan wanita yang dia cintai adalah kakak ipar. Tapi kenyataannya memang fakta.

Umi dan Abi pun berpamitan untuk pulang hingga tinggallah Reza dan Aisyah berada di ruang rawat Adibah. Keduanya nampak canggung. Tak ada kata terucap dari salah satunya. Aisyah duduk di samping Adibah, sementara Reza duduk di sofa.

Aisyah menghela nafasnya, dalam hatinya sangat berharap sekali jika suaminya itu mengatakan sesuatu prihal kejadian tentang mengungkapkan cinta pada Adibah. Tetapi Reza bahkan sama sekali tidak mau menjelaskan apalagi meminta maaf, Aisyah pun merasa sedih karena sangat yakin jika suaminya itu memang mencintai kakaknya sendiri.

" Apa aku bisa bertahan dengan pernikahan yang hanya cinta sebelah tangan ini. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku akan meminta cerai, atau membuatnya jatuh cinta sama aku."

Aisyah bingung, tidak ingin pernikahan berakhir apalagi baru saja di bangun dalam 3 bulan yang lalu. Akan tetapi, suaminya itu tidak cinta padanya, lantas akan mau dibawa kemana pernikahan ini? Akan menjadi seperti apa jika terus bertahan. Aisyah pun tertidur dengan kepala bersandar di brankar samping Adibah karena sudah sangat mengantuk sekali.

Reza berjalan mendekat, dia melihat dua wanita yang tengah tertidur pulas. Yang satunya adalah istri sah dan yang satunya adalah wanita yang dia cinta. Reza terus memperhatikan kedua.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!