Disebuah danau yang jauh dari keramaian terlihat seorang gadis berumur 20 tahun sedang duduk berselonjor dibawah pohon. Tak ada yang dilakukannya disana, hanya duduk diam dan merenungi sesuatu? mungkin.
Gadis itu bernama Zaina Arfha Nashafa. Dia seorang kaka dari 1 adiknya yang bernama Cheryl Sausan Putri. Perbedaan usia antara Nasha dan Ucan (panggilan keduannya saat dirumah) sekitar 2 tahun.
Mereka bukan dari keluarga berada, tapi juga tidak dibilang tidak punya. Mereka hidup dalam keluarga sederhana. Ayah nya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu instansi pemerintah, dan Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa.
Terbiasa dengan kesederhanaan karena memang keduanya tidak dibiasakan untuk menghambur, terkadang mereka lebih banyak diam dirumah ketimbang pergi untuk berbelanja atau apapun itu. Kesederhanaan itu memang melekat pada nasha, bahkan penampilannya pun kelewat cuek, apalagi dia sekarang sedang kuliah dijurusan yang memang jarang ada perempuan, jadilah dia tidak terlalu mementingkan penampilannya karena faktor lingkungan.
Sebenarnya tanpa sepengetahuan orang tuanya dia juga bekerja sebagai office girl di salah satu perusahaan besar yang ada di kota tersebut. Bukan tanpa alasan dia melakukan itu, mungkin memang orang tuanya masih mampu untuk membayar uang kuliah dan juga uang jajannya. Tapi dia ingin mencoba meringankan beban kedua orang tuanya tersebut. Uang dari mereka memang dia ambil, tapi dia menyimpannya dalam tabungan yang terpisah sendiri agar tidak dia sentuh. Kurang lebih sudah 2 tahun dia bekerja disana, karna dia mulai bekerja saat semester 3 awal dan sekarang dia sudah semester 6 akhir.
Nasha memang sering datang ke danau jika pikirannya sedang kalut atau teringat seseorang di masalalu saat ia masih kecil dulu. Mungkin bagi orang lain saat sedang anak anak memang terbiasa bermain dengan siapa saja, namun nasha kecil tidak terlalu bisa berbaur dengan yang lain. Bisa dibilang dulu dia sering dibully, dan juga memang karna nasha anak pertama jadi orang tuanya kurang bisa mengontrol emosi masing-masing. Karena setiap dia melakukan kesalahan maka orang tuanya akan marah, terkadang juga sampai memukul kaki atau mengguyur dengan air dingin.
Dari sana dia mungkin terlalu berhati hati agar tidak melakukan kesalahan, dan jika ada yang membentak dia tidak tau harus berbuat apa. Dan seorang anak lelaki yang lebih tua kurang lebih 5 tahun darinya, datang dan membuatnya merasa aman dari teman teman yang sering membullynya karena anak itu akan berada didepan nasha kecil untuk menghadapi mereka semua sampai tidak ada lagi yang berani membullynya.
Mereka sering bermain bersama disebuah taman yang sedikit jauh dari rumahnya masing masing. Nasha tidak tau dimana rumah anak itu dan begitu pula sebaliknya. Pernah suatu hari anak lelaki ini marah pada nasha karena saat akan hujan nasha tidak mau pulang dan memilih diam ditaman itu, bahkan nasha menyuruh anak itu pulang sendiri saja karena nasha masih ingin disana sebab jika dia pulang dan hujan sudah turun maka dia akan dimarahi lagi oleh orang tuanya jadi dia memilih diam disana sampai hujan sedikit reda tapi dia hanya billang ingin tinggal di saung itu sebentar dan setelah hujan turun baru dia akan pulang. Anak laki-laki itu tak sengaja membentaknya dan reaksi nasha hanya diam menutup matanya dengan badan gemetar menahan tangis karna takut jika dia marah seperti orang tuanya yang marah dan akan memukulnya. Kejadian itu tak luput dari perhatian anak itu, karna memang anak itu lebih tua darinya dan bahkan sudah akan masuk sekolah menengah pertama sedangkan nasha masih kelas 2 sekolah dasar. Anak itu terdiam sejenak dan saat ia bertanya pada nasha ada apa, barulah dia bercerita jika dia takut akan seorang yang marah, dan nasha pikir semua orang yang sedang marah akan memukulnya, maka dari itu dia akan terdiam sambil menutup mata bersiap jika harus dipukul. Dari sana anak itu tidak lagi membentak atau marah pada nasha, dia akan bersikap lembut dan akan memberitahu pelan-pelan jika memang nasha melakukan kesalahan.
Hari berlalu berganti dengan bulan juga tahun. Kini anak itu sudah akan memasuki sekolah menengah pertama akhir dan nasha kelas 5 sekolah dasar. Saat sebelum ujian mereka masih bermain bersama. Namun setelah hari mendekati ujian anak lelaki itu sudah jarang bermain ditaman lagi, bahkan sampai satu minggu. Nasha tetap datang ke taman karena dia yakin jika akan bertemu lagi dengan anak itu. Tepat hari ke 7 anak itu datang ke taman dengan wajah sedihnya, nasha tidak tau jika itu hari terakhir mereka bertemu karena anak itu akan pindah keluar kota bersama kedua orang tuanya.
“Ku harap kita akan bertemu lagi suatu saat nanti,” Ucap anak itu.
“Bukankah kita selalu bertemu setiap hari ka?” ucap nasha.
“Iya.. mungkin,” Ucap anak itu sedikit ragu.
“Maksudnya ka? Kaka kenapa sih ko aneh,” Ucap nasha bingung.
“Kamu gaperlu ngerti sekarang, yang harus kamu tau, sampai kapanpun itu aku akan terus mengingatmu dan jika saatnya tiba nanti aku akan kembali untuk mencarimu dan aku akan membuatmu menjadi milikku seutuhnya. Sampai saatnya tiba nanti ku harap kamu akan selalu menungguku,” Ucap anak itu.
“Mm.. iya ka, aku akan selalu menunggumu,” Ucap nasha walaupun masih bingung.
Sepenggal percakapan terakhir itu selalu nasha ingat sampai saat ini. Awalnya dia tidak menyadari jika itu adalah kalimat perpisahan dari anak itu. Tapi lama kelamaan saat dia datang ke taman dan anak itu tak lagi muncul, dan seiring bertambahnya usia dia baru menyadari jika memang anak itu tak lagi bersamanya. Dan nasha pun jarang datang ke taman itu lagi setelahnya.
Waktu terus berputar, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Nasha kecil sudah berubah menjadi gadis yang cantik. Ditambah dengan jilbab yang dia kenakan semakin membuatnya terlihat cantik.
Selama ini hari yang dilaluinya tersa berat, mungkin orang lain yang melihatnya akan biasa saja karena dai memang pandai menutupi kesedihanya. Gadis yang dikenal ceria itu sebenarnya sangatlah rapuh. Disaat sedih dia akan datang ke sebuah danau atau taman tempat dia mengenang masa lalunya.
Sampai usianya saat ini yang baru akan memasuki angka 21 tahun, dia sama sekali belum pernah menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis. Orang tuanya memang tidak melarang untuk dekat dengan lawan jenis, dalam hal agama pun keluarganya tak terlalu kental, dengan sedikit ilmu yang diketahui mengenai Al-Quran dan Hadits.
Tak sedikit pula yang terkadang datang padanya mengajak berkenalan, tapi memang dasarnya Nasha tidak peka untuk mengartikannya jadilah orang-orang itu dianggap hanya temannya saja. Ditambah tembok tinggi yang dia pasang untuk hatinya membuat ia tidak melihat maksud lain dari mereka itu.
Jika ditanya dia peka atau tidak memang dia peka pada suasana hati teman atau keluarganya. Dia selalu menjadi pendengar bagi mereka yang berkeluh kesah. Tapi masalah hati sendiri tentu saja jawabannya tidak, karena hatinya sudah terisi oleh anak lelaki yang sering membantunya dulu jadilah dia tak ingin tau jika ada yang mendekat.
Nasha kembali dari danau setelah mengistirahatkan pikirannya. Jarak dari danau ke tempat dia bekerja tidak terlalu jauh, hanya memerlukan waktu 20 menit jika berjalan kaki. Tapi kali ini dia sedikit datang terlambat karena ke asikan merenung haha.
“Nasha dari mana saja kamu sebenarnya? Kamu terlambat 15 menit. Apa kamu sudah tak ingin lagi bekerja disini hah?!” ucap Bu Eno senior dikantornya.
“Iyaa bu.. maaf.. saya tadi ada perlu dulu sebentar buat ngurusin admin kampus, janji deh lain kali gaakan telat-telat lagi," Ucap Nasha sambil mengangkat tangan berbentuk huruf V. Sebenarnya Bu Eno itu baik hanya saja dia tegas pada rekan rekannya sesama Office girl/boy karena memang dia sudah lama bekerja disini dan dia juga tau bagaimana atasannya, karena dia satu satunya orang yang membersihkan lantai paling atas alias ruangan direktur utamanya. Alasan itu juga yang membuat kami segan padanya, selain dia tegas dia juga seperti seorang ibu yang menjaga anak anaknya agar tidak melakukan kesalahan dan akan menegur jika memang apa yang dikerjakan itu kurang tepat.
“Ya sudah sekarang kamu kembali bekerja. Oh ya, hari ini kamu jadi lembur atau ngga?”
“Ah iya Bu. Sepertinya saya jadi untuk lembur karena besok ada seminar dikampus dan dimulainya dari jam 7 pagi, jadi saya tidak bisa ke kantor. Saya juga ijin dari sekarang ya Bu, takut besok lupa hehe,”
“Oke, saya akan ijin kan. Dan untuk hari ini kamu tak perlu lembur sampai larut malam. kalau jam 8 sudah selesai lebih baik langsung pulang saja. Perempuan tak baik pulang malam-malam,” ucap Bu Eno sembari mengingatkan Nasha agar tak pulang malam.
Setelah selesai berbicara dengan Bu Eno, Nasha mulai kembali bekerja untuk membersihkan ruangan atau membantu sedikit karyawan yang membutuhkan bantuannya disana. Nasha memang sering membantu untuk sekedar fotokopi dan merapikan halamannya, terkadang juga ada yang memintanya untuk mengoreksi suatu dokumen.
Nasha memang mempunyai otak yang cukup cerdas. Maka dari itu dia mudah memahami sesuatu yang baru saja di pelajarinya. Tak jarang hasil kerjanya dipuji karena rapi, tak ada kesalahan dan banyak pujian lainnya.
*Ada yang memuji tentu juga ada yang membenci. Itu memang hukum alam. Dan memang itu dirasakan oleh Nasha. Memang banyak orang yang mendukungnya, terlebih dia banyak membantu. Tapi juga ada beberapa orang yang hanya memanfaatkan atau juga bersikap baik di depan padahal di belakang banyak pembicaraan yang tak mengenakan jika didengar. Hati manusia memang tak ada yang tau, hanya menurut Nasha cukup kita berbuat baik dan menilai semua orang baik, walau nanti banyak yang tak sama seperti yang terlihat tapi usahakan tak membalas. Jika sudah marah cukup diam dan tenangkan diri, sesudahnya cobalah untuk memaafkan.
Terkadang juga kita tidak sadar jika apa yang kita lakukan akan berbalik juga pada diri kita sendiri. Seperti berprasangka buruk pada orang lain, bisa jadi juga orang lain beranggapan begitu pada kita. Membicarakan orang juga sama, jika kita bisa membicarakan orang lain dengan mudah maka kita juga harus menerima jika ada yang membicarakan kita di belakang kita. Memang kadang kita egois, tak mau disakiti tapi tanpa sadar kita juga menyakiti. Sulit memaafkan tapi ingin mudah dimaafkan. Ingin dimengerti tapi tak ingin mengerti.
Menurutku jika memang apa yang orang lain lakukan sedikit melenceng atau menjadi kebiasaan buruk bagi orang tersebut, apa salahnya kita menegurnya. Menegur juga bukan berarti menjudged, beritau dengan halus tanpa membuat orang yang kita tegur tersinggung. Tapi terkadang juga orang tak mau jika dikritik dan hanya ingin mengkritik. Hahaha manusia memang seperti itu. Tapi bagaimanapun orang tergantung pada pola pikir dan juga lingkungan. Banyak pepatah mengatakan jika ingin menjadi baik maka berkumpullah dengan orang -orang baik, dan itu memang benar pola pikir tergantung dari lingkungan sekitar kita.
Kita memang tidak bisa memilih dari mana kita berasal, dari keluarga yang mana, tapi setidaknya jangan keluar dari jalur yang telah ditentukan, walaupun terkadang jalan yang lurus lebih banyak durinya dibandingkan jalan berkelok yang aman.
Kadang orang jahat juga mempunyai alasan mengapa dia berbuat seperti itu, entah faktor ekonomi, kasih sayang, trauma, dan masih banyak lagi. Walau kesal pada orang yang seperti itu, tapi jangan juga menghakimi, untuk bela diri tak apa, tapi untuk balas dendam lebih baik jangan.
Sedikit intermeso selagi menunggu Nasha bekerja hehe.*
Sekarang waktu sudah menunjukkan angka 7.50 p.m. yang artinya sepuluh menit lagi Nasha sudah bisa pulang. Berhubung pekerjaannya juga sudah selesai semua jadi dia akan bersiap untuk pulang. Nasha juga sudah memberitahu orang rumah jika dia akan pulang terlambat karena akan mengerjakan tugas bersama sahabatnya. Sahabat Nasha bernama Rumi dan juga Dariel . Jika Dariel yang selalu membantu dalam hal pelajaran di kampus, maka Rumi yang paling dekat karena dia perempuan juga menjadi teman yang sering pergi bersama dengannya. Dia memang tak terlalu sering pergi bersama teman lelakinya, dari dulu juga dia hanya sering bepergian dengan sahabat dari SMP atau saudaranya saja. Dan Nasha juga jarang pergi-pergi karena kebanyakan temannya laki-laki, jadi dia sangat jarang menghambur uangnya untuk suatu barang yang tak dia butuh kan. Tapi jika soal makanan maka dia akan semangat untuk pergi ke tempat-tempat yang baru untuk mencoba berbagai macam makanan.
Waktu tempuh kantor dan rumah Nasha sekitar 35-45 menit. Tapi jika angkutan umum sudah jarang maka waktu yang dia gunakan akan lebih lama lagi. Jika dari rumah ke kampus akan berganti angkot sebanyak 2 kali, maka dari kantor ke rumah akan berganti angkot sebanyak 3 kali, dan dari kampus ke kantor hanya akan naik 1 angkutan umum saja, karena letak kampus dana kantor yang strategis jadi banyak angkutan umum yang akan melewati jalanan terseebut.
*Rumah*
“Assalamualaikum,” ucap Nasha ketika baru membuka pintu.
“Wa ’alaikumsalam,” ucap Ayah, Ibu dan Uca serempak karena mereka sedang berkumpul di ruang tamu sambil menonton TV. Nasha pun bersalaman dengan Ayah dan Ibunya, ketika melewati adiknya dia hanya menepuk jidat adiknya saja.
“Baru pulang Sha? Gimana belajarnya beres?” tanya Ibu.
“Baru pulang Sha? Kalau besok pulang malem lagi kasih tau Ayah aja nanti dijemput,” ucap Ayah juga.
“He’em Bu, alhamdulillah beres. Iya Yah, insyaallah nanti kalo pulang malem ngasih tau Ayah, Makasih Yah. Oh iya Bu besok aku ada seminar jam 7.30, ingetin yah takut lupa hehe,” ucap Nasha diakhiri dengan cengiran khasnya.
“Halah bisa bangun juga kagak. Palingan besok telat hahaha,” ucap Uca meledek.
“Heh kalo ngomong enak banget sih. Aku tuh bangunnya pagi terus tau, Cuma kalo emang gaada kerjaan ya aku tidur lagi aja hahaha,” ucap Nasha membalas ledekan Uca.
“Halah halah alasan aja kamu uuuuu,” balas Uca sambil menyoraki.
“Serah dah serah bocah mah selalu menang,” balasku lagi.
“Udah-udah gausah ribut, cape tau dengerin kalian berantem mulu. Kaliann mah aneh kalo jauh nyariin, kalo deket malah ledek-ledek kan gini. Udah sana kamu ganti baju, udah makan belum? Kalo belum langsung makan aja sana,” ucap Ibu menengahi mereka yang memang selalu begitu saat bersama dan menyuruh Nasha ganti baju.
“Oke nanti aku makan, sekarang ke kamar dulu ya Bu, Yah, Ca,” ucap Nasha sambil berlalu menuju kamarnya.
Keesokan harinya, sesuai prediksi Nasha akan bangun terlambat. Kemarin waktunya dihabiskan untuk bekerja, dan malam harinya Nasha mengerjakan beberapa tugas yang memang belum sempat dia kerjakan.
Tok.. Tok.. Tok..
Tak lama terdengar suara ketukan di pintu berwarna putih yang bertuliskan Zaina Arfha Nashafa. Selang beberapa menit, pintu dibuka oleh orang yang mengetoknya. Siapa lagi yang masuk jika bukan Sang Ibu.
“Nasha, bangun udah jam 7, katanya kamu ada seminar hari ini,” ucap Ibu Nasha setelah mendekat dan duduk di sisi ranjang Nasha.
Tak lama setelah menyebutkan jam berapa sekarang, Nasha bangun dan dengan tergesa mengambil handuk serta baju ganti, setelahnya dia pergi ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. Tentu sebelumnya dia suda bilang terimakasih pada Sang Ibu karena telah membangunkannya.
Ritual mandi seorang Nasha memang tak memakan waktu yang lama, sekitar 15 menit dia sudah selesai dan keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang biasa digunakan untuk kuliah. Nasha juga tak lupa untuk melakukan ibadah yang biasa orang muslim lakukan, walaupun terlambat tapi ibadah adalah suatu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan bukan? Jadi walaupun waktunya sudah terlewat usahakan tetap menjalankannya.
“Ibu, Nasha berangkat dulu yah. Makasih udah bangunin. Dah Ibu, assalamualaikum,” ucap Nasha sembari salam pada Ibunya.
“Ngga sarapan dulu Sha? Kebiasaan kalau buru-buru jadi gini nih, wa‘alaikumsalam,” ucap Ibu Nasha sambil geleng kepala, melihat kebiasaan anaknya jika telat seperti sekarang.
.
.
.
.
.
Setelah memakan waktu di jalan sekitar 40 menit, karena tadi sempat terjebak macet. Nasha langsung menemui sahabatnya yang juga terlambat dan menunggunya untuk masuk ke gedung seminar.
“Zana, lama amat sih, biasanya udah nyampe duluan, tumben telat banget,” ucap Rumi yang sedikit kesal karena menunggu Nasha terlalu lama. Di kampus Nasha memang memiliki berbagai nama yang digunakan oleh teman temannya, tapi lebih dikenal dengan nama Zana seperti nama depannya tapi dikurangi huruf i.
Tak jarang banyak yang menyebutnya dengan nama Nasha, seperti di kantor, hanya Bu Eno dan juga temannya yang sama-sama masih kuliah yang bernama Rumi hanya mereka yang sering menggunakan nama Nasha. Sisanya akan memanggilnya dengan nama depannya yang lengkap Ziana.
“Ya maaf, tadi aku kesiangan ditambah jalanan macet banget, dan angkotnya juga tadi lumayan lama, maafin yah,” ucap Nasha sambil memelas agar sahabatnya tak marah.
“Yaudahlah da udah, ayo masuk, kata yang lain sih acaranya belum mulai jadi masih bebas keluar masuk, eh tapi mending kita jajan dulu yu biar gabosen nanti,”
“Huh.. harusnya emang kita santai aja datengnya, kebiasaan banget kalo ada acara selalu ngaret. Yaudah deh mending kita jajan dulu aja, kbetulan aku juga tadi gasarapan dulu,”
Mereka pun pergi ke minimarket yang ada di sebelah kampus untuk membeli beberapa makanan ringan dan juga minuman, dan juga Nasha membeli permen yang memang menjadi andalannya jika kantuk mulai menyerang. Terkadang mendengarkan seminar juga sedikit membosankan, selain dengan makanan ringan, makan permen juga bisa membantu menjaga mata tetap fokus. Itu kata Nasha jika ditanya kenapa selalu membeli permen jika stoknya sudah habis.
Seminar kali ini berkaitan dengan teknologi yang digunakan untuk membuat suatu konstruksi yang ramah lingkungan. Ada sekitar 3 narasumber dari kampus maupun instansi yang berbeda serta memiliki tema yang sama dalam pembuatan buku maupun bahan yang diuji coba. Diantara para pembicara ada yang usianya masih terbilang cukup muda.
Seminar yang diadakan ini memakan waktu hampir 8 jam, dan diselingin dengan waktu istirahat pada jam 12 siang.
Seminarpun telah usai serta ditutup oleh pertanyaan sebelum waktu berakhir. Sebelum membubarkan diri ada juga sesi foto bersama, tapi memang dasarnya Nasha tak terlalu suka berfoto jadilah dia kabur dengan meninggalkan tempat acara lebih dulu dan menunggu sahabatnya di sekitar koridor dekat gedung.
Selagi menunggu, dan karena Nasha tidak berhati-hati pada jalan yang licin jadilah dia hampir terjatuh jika saja tak ada orang di belakangnya yang menahan tubuh Nasha agar tidak jatuh.
Seorang lelaki yang menjadi salah satu pembicara di seminar tadi yang telah menolongnya. Tadinya Nasha akan berterimakasih jika saja..
“ck.. bisakah jika sedang jalan mata fokus dan tidak ceroboh seperti ini, menyusahkan saja,” ucap laki-laki itu yang bernama Farzan .
“sabar Sha sabar, memang kamu yang sala tadi, jangan terpancing emosi,” batin Nasha.
“Iya pak, maafkan saya karena sudah menyusahkan Bapak tadi. Tapi jika memang Bapak tak mau menolong saya sebaiknya tak usah bersusah payah seperti tadi,” ucap Nasha pada orang tersebut dan berlalu begitu saja setelahnya.
“ck.. sudah ditolong bicaranya malah seperti itu, jika begitu tak akan ku tolong tadi,” kesal lelaki tersebut.
ditempat lain
“ck.. apa-apaan orang itu, jika tak ikhlas menolong seharusnya tak usah menolongku tadi, semoga saja aku tak bertemu orang menyebalkan itu lagi nanti,” gerutu Nasha di sepanjang jalan menuju tempat duduk yang berada di dekat parkiran kampus.
“Ini Rumi kemana lagi, foto ko lama amat. Kebiasaan banget sih, kan udah sore, tadi ngajak makan dulu ke tempat ramen, kalo lama kan keburu malem pulangnya, huh” ucap Nasha sambil mengatur napasnya yang sedang emosi itu.
Di sela-sela gerutuannya, Nasha melihat banyak kerumunan disekitar mobil sport keluaran terbaru yang terparkir ditempat khusus tamu. Dan yang tambah membuat Nasha kesal karena disana ada sahabatnya juga orang yang tadi membantunya dikoridor. Pria itu menjadi sorotan karena parasnya yang tampan dan juga kekayaan yang dia punya.
“Tuu anak, aku tungguin dari tadi malah nyangkut disitu. Bener-bener bikin kekesalanku bertambah dihari ini. Liat aja nanti dia dateng aku gasegan segan buat marahin dia,” gerutu Nasha pelan.
.
.
.
“Nasha.. kamu tau ga sih, Pak Farzan Adya Lakeswara tu ganteng banget ya ampunn.. walaupun emang mukanya datar tapi tetep gangurangin ketampanannya itulohhh, Nasha pokonya aku seneng bangetttt. Ehh.. ntar ntar kenapa tu muka kusut, bukannya tadi baik-baik aja yah?” ucap Rumi tanpa henti membuat kekesalan Nasha bertambah lagi.
“Kamu tuh aku tungguin dari tadi lama banget sih!! Udah tadi malah foto-foto sama tu orang, nyebelin banget sih. Kenapa sih orang-orang tu pada nyebelin hari ini. Inginku berkata kasar Ya Allah, astaghfirullah sabarrrr sabarrrr,” ucap Nasha panjang lebar sembari mengelus dada.
“Lah ni anak kenapa sihh, aku tu tadi didalem ada yang ngajak ngobrol dulu dan kebanyakan yang ngajak aku ngobrol malah nanyain kamu, harusnya kan aku yang sebel, kenapa jadi kamu yang kesel gini coba,” kesal Rumi.
Tadi memang saat selesai acara foto bersama beberapa anak laki-laki dari kelas lain menanyakan keberadaan Nasha, seperti..
“Rumi kenapa sendiri, Ziana gaikut kah?”
“Umii gimana udah disampein belum salam aku ke Nasha?”
“Rumi,, Nasha apa kabar? Dia gaikut kah?”
“Rumi,, boleh aku minta nomer Nasha?”
Kira-kira pertanyaan seperti itulah yang didapatkan Rumi. Beruntung tadi dia sedang bersama teman sekelasnya yang lain dan mereka mengajaknya keluar gedung seminar, jadilah dia bisa terbebas dari menjawab pertanyaan orang-orang yang memang beberapa dia kenal itu.
Kebanyakan dari mereka menganal Rumi karena dia aktif di beberapa kegiatan kampus. Teman sekelasnya yang lain juga sering ditanya, tapi mereka selalu menjawab jika Nasha lebih dekat dengan Rumi, jadilah dia sering menjadi narasumber dadakan haha.
“Huh.. kenapa sih orang-orang nanya mulu? Aku males tau tanggepin mereka. Lain kali kalo ada yang nanya bilang aja Ziana udah ada yang punya dan yang punya orangnya galak gaboleh banget aku deket sama orang lain selain dia. Semoga aja mereka mau ngerti nanti,” ucap Nasha sambil menghela nafas kasar, karena banyak yang bertanya tentangnya. Harusnya mereka menjauh karena dia juga sering dibilang galak sama anak kelas. Tapi anehnya ada aja yang penasaran. Kenapa coba?
“Hahaha.. biasalah yang galak lebih menarik soalnya haha.. udahlah gausah marah-marah terus, mending sekarang kita ke warkop aja beli mie rebus sama susu murni, wah kayanya bakal madep bangett,” ucap Rumi sambil membayangkan ada mie panas dengan minum susu murni dingin haha.
“Yaudahlah dari pada tambah kesel terus, ayok kesana,” ucap Nasha.
Merekapun pergi ke warkop (warung kopi) yang ada di sebrang kampus untuk mengganjal perut mereka yang tak terlalu lapar itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!