NovelToon NovelToon

Lasting Love

Bab 1 (Revision Ver)

Cuaca di luar sedang hujan gerimis, seorang gadis cantik masih berbaring di atas ranjangnya yang hangat, hal itu membuatnya sangat malas untuk pergi ke sekolah, terlebih lagi karena ini adalah hari Senin. Ia hanya ingin merebahkan tubuhnya sepanjang hari di atas ranjang. Namun, karena dia tidak mau melewatkan kesempatan yang hanya datang sekali seumur hidup, akhirnya ia pun mengumpulkan niat untuk mandi dan bersiap untuk ke sekolah. Dia adalah Lyora Tamara Galdine, anak kedua dari Vanesa yang kini berstatus sebagai single parent.

Setelah mengumpulkan niatnya untuk berangkat ke sekolah akhirnya ia pun bersiap-siap, Lyora langsung menuju meja makan untuk sarapan setelah selesai mandi. Di sana, dia disambut oleh kakak laki-lakinya yang super bawel dan ibunya yang lemah lembut. Sungguh perbedaan yang nyata.

"Pagi, Mah!" sapa Lyora bersemangat. Tadi dia sangat malas, tetapi sekarang malah sebaliknya. Bahkan tadi untuk bergerak saja dia tidak mau.

"Pagi juga, Sayang. Ayo duduk, kita sarapan dulu," balas Vanesa sambil memberikan nasi goreng kepada anak gadisnya itu.

Lyora langsung duduk dan mulai memakan sarapan sederhana buatan Mamanya.

"Ck, gak biasanya lu bersemangat kayak gitu. Gue yakin pasti ada apa-apanya," kata Saka tiba-tiba. Dilihat dari ekspresinya, sudah jelas bahwa Saka akan mengganggu sang adik.

"Maksud lo apaan? Ini masih pagi, jangan mancing keributan!" balas Lyora dengan kesal. Pagi-pagi begini dia sudah merasa mood-nya hancur gara-gara kakaknya.

"Lyora, kenapa kamu masih aja nyebut Abang kamu kayak gitu? Coba panggil dia yang sopan," nasihat Vanesa kepada anak bungsunya.

"Abang apanya, dia aja kelakuannya kayak bocil," jawab Lyora dengan suara berat sambil memutar bola matanya.

"Apa kata lo? Mau gue sumpel tuh mulut pake tomat?"

"Ehh, kamu juga jangan gitu dong, Ka. Sebagai Abang, seharusnya kamu ngajarin adik kamu buat berkelakuan baik, bukannya jadi anak nakal yang gak tahu sopan santun sama orang yang lebih tua," nasihat Vanesa kepada Saka. Dia yang mulai, dia juga yang kena semprot dengan sang mama.

"Tuh dengerin, Bang!" ledek Lyora. Dia sangat suka mengganggu abangnya.

"Apaan sih, gue gak suka lo manggil gue Abang. Emang gue abang-abang tukang cilok yang suka mangkal di sekolah! Dasar ikan teri," maki Saka.

"Tuh, Ma! Bang Saka masih aja panggil aku ikan teri," adu Lyora sambil tersenyum-senyum meledek.

"Saka."

Saka diam, melihat bagaimana adiknya itu meledek dengan menjulurkan lidah.

Untuk membalasnya, Saka punya sesuatu yang akan membuat sang adik diam tak berkutik.

"Emang apa isi otak lu sekarang? Ketemu sama cowok ganteng? Halu lo!" ledek Saka sambil tersenyum.

Lyora melotot ke arah Saka yang terus saja berkicau. Dia semakin kesal dan hampir melempar gelas ke arah Saka.

Vanesa menatap anak sulungnya sambil menggeleng. Ia tidak mau mendengar keributan yang sama setiap sarapan.

"Iya iya," kata Saka sambil tertawa melihat ekspresi sang adik. Ia pun kembali makan.

Sementara itu, Lyora masih menatap Saka dengan tatapan tajam.

"Ma, sebenarnya aku mau ngomong sesuatu nih," kata Lyora memulai topik baru.

Vanesa menoleh. "Ngomong apa?"

"Tapi, aku gak yakin kalau Mama bakalan percaya," kata Lyora sedikit ragu.

"Lo aja belum ngomong, gimana Mama bisa percaya? Lu bodoh apa bego sih?" sahut Saka menyahut ucapan Lyora.

"Lu bisa diem gak?! Gue gak minta lo buat ngomong!" kesal Lyora, yang berhasil melempar sendok ke arah Saka. Dengan cepat, Saka menghindari serangan dadakan itu.

"Aduh kalian ini, pagi-pagi udah bikin Mama pusing aja. Emangnya kamu mau ngomong apa sih?" Vanesa melerai pertengkaran kedua anaknya.

Kedua anaknya memang sudah besar secara fisik, tetapi sifat keduanya sangat bertolak belakang. Setiap hari pasti ada saja yang membuat Vanesa pusing karena kelakuan mereka.

Vanesa merupakan single parent yang harus berjuang mengurus dan merawat kedua anaknya tanpa bantuan suami. Suaminya sudah tiada sejak kedua anaknya masih kecil. Meskipun mereka dibesarkan tanpa kasih sayang ayah, Vanesa tetap berjuang demi membahagiakan mereka.

"Ehm ... nanti aja deh pas aku pulang sekolah. Mood aku udah hancur gara-gara orang itu," kata Lyora sambil melirik tajam ke arah kakaknya, membuat Saka sedikit melebarkan bola matanya. Gadis itu meledek dengan menjulurkan lidah.

"Sini coba ngomong lagi, gue pukul lu pake sendok," ancam Saka.

"Liat tuh, Ma! Kelakuan Bang Saka ngeselin banget!" Lyora malah mengadu pada Vanesa sambil menjulurkan lidah ke arah Saka.

"Wah bener-bener nih bocah ...."

"Udah-udah, dari pada kalian berantem gak jelas, mending kalian berangkat aja deh ke sekolah. Lihat tuh hujannya udah mulai reda," kata Vanesa melerai lagi.

"Yaudah deh, Lyora berangkat dulu ya, Ma!"

Saka yang sudah selesai sarapan langsung bergegas ke sekolah, menyusul Lyora dari belakang.

Di Depan Gerbang SMA Pangestu

Sesampainya di sekolah, Lyora berhenti sejenak untuk mengikat tali sepatunya yang lepas.

"Lyora!" Seseorang memanggilnya dengan suara ngegas. Lyora mengangkat kepalanya dan melihat seorang siswi cantik melambaikan tangan ke arahnya.

"Eh, gue kira siapa, ternyata buaya betina," umpat Lyora yang selesai mengikat tali sepatunya.

Kayla mulai berlari kecil menghampiri Lyora yang masih terdiam di tempatnya.

"Apaan sih, manggil-manggil gue sambil ngegas gitu," tanya Lyora tanpa basa-basi.

"Kebetulan lo ada di sini. Kita disuruh ke ruang kepala sekolah sama ketua kelas," ungkap Kayla tanpa basa-basi.

"Hah?!" Lyora terkejut.

Lyora tidak tahu kenapa dia dan Kayla dipanggil kepala sekolah. Padahal dia tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi, sebelumnya dia pernah melakukan sesuatu tanpa ketahuan. Apa mungkin ada yang memergokinya lalu melaporkannya ke kepala sekolah? Bahaya nih.

"Udah ayo!" Kayla menggeleng singkat.

Tak lama kemudian seorang siswa keluar dari ruangan kepala sekolah sambil memegang selembar kertas. Siswa itu adalah salah satu murid pintar di SMA Pangestu, namanya Athar.

"Kalian udah ditunggu di dalam," kata Athar lalu bergegas pergi.

"Eh tunggu, tadi kepala sekolah ngomongin apa aja ke elo? Kasih tahu dong," tanya Kayla sambil menahan lengan kanan Athar.

"Tadi itu—"

"Lyora, Kayla, silakan masuk," tiba-tiba saja kepala sekolah memanggil mereka untuk masuk ke dalam ruangan.

"Woi, ayo! Bu Nadia udah manggil kita dari tadi," Lyora menarik lengan Kayla dan bergegas masuk ke dalam ruangan. Kayla mengangguk dan ikut masuk bersama Lyora.

Di dalam ruangan....

"Selamat ya...."

"Hah?" Lyora dan Kayla saling tatap dengan ekspresi bingung.

Baru masuk ke dalam ruangan, mereka dibingungkan dengan ucapan selamat dari kepala sekolah. Apa maksudnya?

"Selamat buat apa, Bu? Kayaknya ulang tahun kita udah lewat deh," tanya Kayla bingung.

"Haduh, kamu ini... saya bukan mau ngasih ucapan selamat ulang tahun buat kalian," kepala sekolah menggeleng sambil memijat dahinya.

"Terus apa?" Kayla bertanya lagi dengan penasaran.

"Kalian mendapat kesempatan untuk jadi murid pertukaran pelajar sebagai perwakilan sekolah ini tanpa seleksi," kata kepala sekolah langsung tanpa basa-basi.

"Apa? Pertukaran pelajar?" Lyora dan Kayla terkejut.

...***...

Bab 2 (Revision Ver)

Setelah dua hari sejak pemberitahuan bahwa ia dan Kayla akan menjalani program pertukaran pelajar, Lyora tengah sibuk membereskan beberapa buku di raknya sambil sesekali bersenandung, menikmati lagu favoritnya dari boy group kesukaannya, BSS. Mendadak, suara pintu kamarnya yang terbuka mengganggunya. Dia segera mematikan lagu itu, tidak ingin Saka, kakaknya yang suka mengolok-olok mengetahui kesukaannya pada boy group tersebut.

Lyora membuka pintu dan mendapati Saka serta ibunya, Vanesa, berdiri di ambang pintu.

"Mama gak nyangka kalau anak Mama ini dikasih kesempatan buat jadi salah satu murid pertukaran pelajar. Mama bangga banget sama kamu," kata Vanesa sambil mendekati Lyora yang kini sudah duduk di atas ranjang. Senyum percaya diri terlukis di wajah Lyora mendengar pujian itu.

"Ck, bangga apanya?" Decak Saka yang masih berdiri di depan pintu dengan tangan dilipat di dada.

Vanesa menoleh. "Ya dong harus bangga, masa anak Mama dapet kesempatan ini harus disia-siakan?"

"Biarin aja, Ma. Dia sebenernya lagi iri sama aku," sahut Lyora sambil memasukkan beberapa buku ke dalam tas sekolahnya.

"Hah, lo bilang apa? Gue iri? Ck, ngapain amat gue iri sama ikan teri. Lo pasti ngelakuin sesuatu yang aneh sampe bisa dikasih kesempatan kayak gitu sama kepala sekolah. Ngaku lo!" Balas Saka dengan nada tinggi.

"Gue tau lo iri, jelas banget dari muka lo, Bang." Lyora tersenyum meledek ke arah Saka yang tampak semakin kesal.

"Apaan sih, kagak!" Decak Saka.

"Saka, kamu ini kenapa sih?" Vanesa semakin tidak bisa memahami isi pikiran anak sulungnya tersebut.

"Au ahh!"

Saka pergi dengan perasaan kesal, meninggalkan kamar Lyora sambil membanting pintu kamar.

"Ya ampun ... dia itu kan udah gede, kenapa tingkahnya masih aja kayak anak-anak," Vanesa menghela napas.

"Mama gak perlu mikirin kelakuan bang Saka, dia kan emang kayak gitu. Lebay." Kata Lyora dengan ekspresi julid. Vanesa membalas dengan tertawa kecil.

"Jadi, gimana persiapannya? Gak ada yang ketinggalan, kan?" Tanya Vanesa memastikan bahwa semua perlengkapan sekolah yang akan dibutuhkan Lyora sudah lengkap masuk ke dalam tasnya.

"Iya, Ma, aman kok." Jawab Lyora sambil menunjukkan satu jempol.

"Anak Mama udah gede, ya ... semoga kamu betah sekolah di sana. Tapi kalau kamu ngerasa gak nyaman bilang aja ke Mama, okey?" Kata Vanesa sambil mengelus dan membelai rambut hitam panjang anak bungsunya.

"Okey."

"Ya udah, sekarang kamu tidur, Mama mau kembali ke kamar ..." Vanesa berdiri dari ranjang Lyora dan mematikan lampu agar anaknya mulai tidur.

Lyora menghempaskan tubuhnya di ranjang dan menatap langit-langit atap sebelum terlelap.

Huft ... besok adalah hari pertama gue jadi siswi pertukaran pelajar. Kira-kira SMA Bumintara itu kayak gimana, ya? Batin Lyora bertanya-tanya.

...**...

Hari ini adalah hari pertama Lyora menjalani program pertukaran pelajar, atau yang dalam bahasa Inggris disebut student exchange. Dadanya berdesir dan wajahnya terlihat pucat karena gugup. Biasanya, jika ia bersama teman dekatnya--Kayla, kegugupan itu tidak akan separah ini.

"Duh, gue pasti udah gila. Tenangin diri lo," katanya pada diri sendiri, berusaha menutupi rasa gugupnya dengan memikirkan hal-hal menyenangkan. Namun, pikirannya malah dipenuhi oleh kekhawatiran seperti, "Gimana kalau makanan di kantinnya gak enak?"

"Let's go!" seru Lyora menyemangati dirinya sendiri dan melanjutkan perjalanannya menuju SMA Bumintara.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar di dalam saku seragamnya.

"Ish, ngagetin aja sih!" Lyora merogoh ponselnya dan melihat nama Kayla di layar.

"Ngapain Kay nelpon gue?" ucapnya saat mengangkat panggilan itu.

"Apa?" tanya Lyora tanpa basa-basi.

"Lo udah sampe di SMA Bumintara belum?" tanya Kayla penasaran.

"Belum, kenapa nanya-nanya?" balas Lyora.

"Gue udah nyampe di SMA Senjana nih. Sekarang gue lagi di dalam kelas. Lo tau gak, Ra? Gue udah dapet teman sebangku yang cantik dan baik banget," ungkap Kayla bersemangat.

"Iya iya, terserah lo deh. Tapi inget, mukanya emang cantik tapi belum tentu hatinya baik. Bisa aja dia baik kalau lagi ada maunya doang," balas Lyora ketus.

"Duh, gak usah posesif gitu deh. Intinya kalau lu udah nyampe plus dapet teman sebangku kasih tau gue ya," pinta Kayla.

Lyora menghela napas. "Eh, udahan dulu ya, udah bel masuk, by!"

"Idih, ngapain amat gue ngasih tau siapa temen sebangku gue nanti," gumam Lyora setelah menutup panggilan.

"Kayaknya dia seneng banget. Ah, dari pada gue netink terus, mending gue buru-buru dah ke sekolah. Kayaknya gue udah telat, nih," kata Lyora sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Lyora melanjutkan perjalanannya dengan langkah cepat. Jika dia telat, pasti kepala sekolah SMA Bumintara akan memakluminya karena dia adalah murid pertukaran pelajar.

"Kay bilang kalau di SMA Bumintara itu sekolah yang isinya serbuk berlian semua... Maksudnya apaan coba?" katanya sambil terheran-heran.

"Mungkin maksud dia di sekolah itu ada berliannya? Atau... gedungnya terbuat dari berlian? Wah, gila sih kalau itu beneran," pikir Lyora polos.

Tiba-tiba, Lyora teringat ucapan Kayla sebelum ia memasuki SMA Bumintara.

"Di saat-saat gini lo gak tau SMA Bumintara? Hadeuh... Oke, sini gue kasih tau. Jadi di SMA itu isinya murid-murid yang terkenal banget. Di sana banyak murid ganteng dan cantik, terus mereka semua berbakat. Arrggh! Gue iri banget sama lo, Ra," teriak Kayla.

Lyora mengingat bagaimana Kayla dan teman-temannya mengatakan bahwa SMA Bumintara adalah sekolah dengan seribu murid berbakat.

"Ck, dia bilang iri sama gue cuma karena gue dapet di SMA Bumintara. Gue rasa ini bakalan jadi masa-masa kelam dari setiap mimpi buruk gue selama ini," gumam Lyora sambil terus berjalan.

Di depan gerbang SMA Bumintara, Lyora menganga. Yang dikatakan Kayla mungkin benar. Hanya saja, Lyora lebih tertarik dengan gedung sekolah daripada murid-murid yang akan ia temui nanti.

"Wah, gede juga sekolahnya. Tapi warnanya gak kayak berlian," ujar Lyora terheran-heran.

Lyora melihat sekelilingnya, menoleh ke kanan dan kiri. Sepi. Hanya ada dia dan bayangannya di depan pintu gerbang SMA Bumintara.

Lyora pun berjalan mendekati satpam yang hendak menutup gerbang. Ia berlari untuk mencegahnya.

"Tunggu, Pak!" pekik Lyora sambil melambaikan tangan.

"Waduh, kamu telat sepuluh menit, Nak. Maaf, Bapak gak bisa bukain gerbang ini buat siswi yang telat," kata satpam dengan tegas.

"Tunggu dulu, Pak. Saya bukan murid di sini," ungkap Lyora berusaha meyakinkan satpam yang nampak terheran-heran.

"Hah? Tapi... seragam sekolah kamu itu kan seragam sekolah ini, Nak," balas satpam.

"Iya, tapi saya benar-benar bukan salah satu siswi di sekolah ini. Saya ini siswi pertukaran pelajar dari SMA Pangestu," jelas Lyora.

"SMA Pangestu? Kalau begitu tunggu sebentar, ya," kata satpam sambil berjalan ke posnya. Ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.

"Baik, Pak, akan saya sampaikan," kata satpam setelah menutup telepon. Ia kembali menghampiri Lyora.

"Gimana, Pak?" tanya Lyora.

"Kepala sekolah bilang kamu boleh masuk ke dalam, tapi sebelum itu kamu harus ke ruang guru dulu," kata satpam.

"Okey, makasih banyak, Pak. Saya permisi dulu," balas Lyora sambil membungkuk.

"Loh, emang kamu tau di mana ruang gurunya? Mau Bapak antar gak?" tawar satpam.

"Gak usah, Pak. Saya cari sendiri aja. Makasih," tolak Lyora dengan lembut.

"Ya udah, hati-hati jangan sampai nyasar, ya," ingat satpam.

Lyora memasuki sekolah dengan perasaan gembira. Mulutnya menganga lebar, takjub dengan semua yang ada di hadapannya. Sekolah ini terlihat seperti hotel bintang lima.

BRUKK!!

"Woi!" erang seseorang yang ditabrak oleh Lyora.

"Aduh, sial. Baru pertama kali gue datang ke sekolah ini udah kejadian kayak gini. Mampus gue, pasti gue kena koar-koar sama ni cewek," gerutu Lyora dalam hati.

"Sorry...."

Lyora tanpa sengaja menabrak seseorang. Siswi yang kini tengah memegangi kepalanya menatap Lyora dengan tajam.

...***...

Bab 3 (Revision Ver)

"Woi, kalau jalan itu pake mata dong!" erang siswi itu memaki Lyora yang tak sengaja menabraknya.

"Gue minta maaf, gue gak sengaja nabrak lo. Soalnya tadi gue gak lihat." Lyora yang merasa bersalah membungkuk terus menerus dan meminta maaf.

"Ck, lo pikir gue ini apaan? Arwah gentayangan?" Decak siswi itu kembali.

"Hahaha, kalo lo arwah gentayangan pasti semua orang di sini terpesona sama lo, Rin." Sahut temannya tersenyum manis ke arah siswi yang kini masih dengan raut sebalnya.

"Duh, ini tuh bukan waktunya buat muji gue." Kesal siswi itu.

"Heh! Lo anak baru ya?" Tanya siswi itu sinis.

"Ehm, gue-"

"Lo gak tau siapa gue?" Potongnya.

"Ehm...siapa ya?" Lyora mengernyit bingung.

"Sumpah lo gak tau?"

Lyora menggeleng benar-benar tidak tahu menahu soal siswi yang ada di hadapannya ini.

"Gue Karina Violetta Shaquille, gue pentolan cewek-cewek di sekolah ini."

"Pentolan? Maksud lo tukang bakso?" Sahut Lyora sedikit mengejek.

"Enak aja ngatain gue tukang bakso! Ngeselin banget sih lo!" Decak Karina.

"Nindy, gue punya rencana." Ujar Karina tiba-tiba.

"Rencana?" Awalnya Nindy bingung dengan maksud ucapan Karin. Tapi tak lama kemudian keduanya saling tatap dan tersenyum miring.

"Bawa anak ini ke tempat biasa," titah Karin pada Nindy.

"Oke!" Nindy yang polos langsung mengiyakannya.

Tiba-tiba Nindy dan Karin memegangi lengan Lyora dan sontak membuat sang empu terkejut bukan main.

"Tunggu tunggu! Kalian mau bawa gue ke mana?" Tanya Lyora yang kebingungan karena kedua siswi itu menarik paksa dirinya. Lyora pun berusaha memberontak. Apakah ini akan jadi masalah besar?

"Ke tempat di mana lo bisa ngeliat realita," jawab Karina tersenyum sinis.

"Hah?"

Lyora terus ditarik paksa oleh Karina dan Nindy ke suatu tempat. Kedua siswi tersebut memegangi lengan Lyora cukup kencang sehingga untuk memberontak saja Lyora sedikit kesulitan.

Duh! Nih dua cewek kuat juga. Gerutu Lyora dalam hati.

"Lepasin tangan gue!" Lyora masih berusaha memberontak namum selalu gagal.

Sesampainya di toilet perempuan, Karina dan Nindy mulai melancarkan aksinya.

Karina mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Lyora lalu menyipitkan matanya dan setelah itu matanya terbelalak. Lyora yang terkejut langsung memalingkan pandangannya ke arah yang lain.

Duh ... gue gak mau nyari gara-gara sama mereka. Gumam Lyora masih tidak mau menatap mata Karina.

"Sialan, lo cantik juga. Kalo semua cowok di sini jadi tergila-gila sama lo, bisa-bisa reputasi gue sebagai Queen Of Beauty bakal tamat." Kata Karina sedikit gusar dengan reputasinya saat ini.

"Kita mau ngapain sih, Rin?" Tanya Nindy mulai penasaran.

"Operasi dandan," jawab Karina lalu mengeluarkan beberapa alat make up dari sakunya.

"Serius? Gue suka banget dandanin orang, Rin!" Nindy berseru kencang.

"Cepat dandanin dia, gue yang pegangin tangannya." Karina berdiri di belakang Lyora sambil mengunci kedua lengan Lyora.

"T-tunggu dulu! Kalian gak perlu susah-susah dandanin gue, gue udah dandan dari rumah kok." Erang Lyora membuat alasan, dia pun masih berusaha untuk melepas tangannya dari cengkraman Karina.

"Lo tenang aja, gue yang bakalan bikin lo lebih cantik lagi." Kata Nindy yang nampak begitu bahagia bisa mendandani Lyora.

FYI: Nindy tidak bisa berdandan tetapi mottonya adalah "gue suka berdandan" Namun kenyataannya tidak seperti itu, jika seseorang di dandani oleh Nindy, maka otomatis hasilnya akan sangat buruk. Benar-benar buruk.

Sebenarnya tidak dandan pun Nindy sudah terlihat cantik secara natural.

Nindy mulai mendandani Lyora dengan memakaikan bedak yang sangat tebal hingga Lyora merasakan gatal di hidung dan perih di matanya. Cara Nindy mendandani Lyora cukup kasar. Dia seperti mendandani boneka.

"Berhenti!"

Karina menoleh saat suara berat berteriak untuk menghentikan aksinya.

Nindy yang tadi sibuk mendandani Hayoung pun langsung menghentikan aksinya dan juga ikut menoleh.

"Raga?" Karina langsung melepas cengkeramannya dari lengan Lyora.

Lyora yang masih terpojok hanya menghela napas dan memegangi lengannya yang lumayan sakit saat dicengkeram Karina.

"Raga, lo kayaknya salah masuk toilet deh. Ini kan toilet cewek. Toilet cowok itu ada di samping, tau." Ucap Nindy sambil menunjuk ke arah toilet laki-laki yang ada di samping toilet perempuan. Dia bahkan tidak tahu kalau sebenarnya Raga masuk ke toilet perempuan karena ulahnya.

Raha menghela napas. "Gue tau. Gue ke sini karena denger suara ribut dari luar, jadi gue mutusin buat masuk dan ngeliat. Ternyata kalian yang udah bikin keributan." Balas Raga masih menatap Karina dan Nindy dengan tajam.

Ketika Raga mengarahkan pandangannya ke arah Lyora, dia terkejut saat melihat wajah siswi tersebut sudah babak belur oleh bedak, lipstik, dan berbagai macam jenis make up yang tidak diketahui olehnya. Membuat wajah Lyora berantakan.

"Mending lo berdua balik ke kelas," titah Raga dengan suara beratnya pada Karin dan Nindy. Karina langsung berdecak sebal dan menarik lengan Nindy untuk meninggalkan toilet.

"Ayo, Nindy!"

"Oke." Nindy langsung mengangguk dan mengikuti Karina dari belakang.

Raga menghela napas berat kembali setelah melihat perundungan terjadi di toilet perempuan, dan itu dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Pelakunya juga selalu sama, yaitu Karina dan kawan-kawannya.

"Lo gak apa-apa?" Tanya Raga yang khawatir pada wajah Lyora yang sudah terlihat seperti badut.

"Huhh...mereka kenapa sih?" Lyora menatap dirinya di depan cermin. Sial sekali dia hari ini.

"Pake sapu tangan gue nih." Raga menyodorkan sapu tangan miliknya kepada Lyora yang masih membersihkan wajahnya dengan air di wastafel.

"Thanks." Lyora menerima sapu tangan itu dan mulai membersihkan bekas make up tebal yang masih sisa di wajahnya.

Setelah selesai membersihkan wajahnya, Lyora dan Raga keluar bersama dari toilet perempuan. Untungnya keadaan sedang sepi, jadi tidak ada siapa-siapa yang melihat mereka keluar dari toilet. Kalau mereka terlihat oleh orang lain, bisa-bisa akan terjadi masalah baru.

"Lo telat?" Tanya Raga.

Mereka berdua masih terdiam di depan toilet.

Lyora menatap Raga dan menggeleng pelan. "Engga, sebenarnya gue siswi pertukaran pelajar dari SMA Pangestu." Jawabnya.

"Ini hari pertama lo, ya? Gue gak pernah liat lo sebelumnya." Tanya Raga kembali.

Sebelum menjawab pertanyaan Raga, Lyora nampak menghela napas kasar. "Sebelum gue dikerjain sama dua cewek tadi, gue sebenernya lagi nyari ruang guru." Jawab Lyora jujur.

"Gue antar lo aja, gimana? Kebetulan gue juga mau ke sana." Tawar Raga.

"Beneran?" Lyora masih tidak mempercayai apa yang barusan dikatakan Raga.

Raga membalas dengan mengangguk dan tersenyum.

"Siapa nama lo?" Tanya Lyora.

"Ehh? Karina dan Nindy udah nyebut nama gue padahal, lo gak sadar?"

"Ehh, masa sih? Sorry sorry, gue gak sadar." Lyora terkekeh.

Lyora menerima jabatan tangan Raga. "Oke. Salam kenal, Raga."

"Yaudah ayo," ajak Raga dengan ramah. Lyora mengangguk lalu mengikuti Raga pergi.

Mereka berdua pun sampai di ruang guru. Raga langsung mengambil buku semua siswa dari kelasnya dan Lyora langsung menghadap ke salah satu guru untuk menanyakan kelasnya saat ini.

"Tunggu sebentar, ya ... saya mau cari data kamu dulu. Duduk aja dulu, Lyora." Kata guru itu lalu sibuk mencari sesuatu dari laptopnya.

"Baik, Bu." Lyora mengangguk singkat dan menunggu.

Setelah Lyora duduk di kursi yang sudah disediakan oleh guru tersebut. Raga pun menghampiri Lyora setelah mengambil beberapa buku.

"Gue harus ke kelas sekarang. Lo gak apa-apa kalo gue tinggal sendiri di sini?" Tanya Raga.

Lyora menoleh. "Iya, makasih udah nganter gue. Nanti gue diantar sama ibu ini kok." Ucapnya sambil tersenyum.

Tak lupa juga Lyora berdiri dan membungkukkan tubuhnya untuk mengatakan terima kasih pada Raga.

Raga mengangguk singkat lalu pergi.

Di luar ruang guru dia seperti sedang menggerutu sambil senyum-senyum sendiri.

"Dia imut juga," katanya masih senyum-senyum gak jelas.

Lyora masih menunggu dengan duduk di salah satu kursi yang sudah disediakan oleh guru yang masih mencari data tentang diri Lyora di laptopnya.

"Ibu udah dapet data kamu dari SMA Pangestu. Kayaknya kamu masuk ke kelas yang bermasalah deh ..." kata guru itu, dia bergumam ketika mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Ibu bilang sesuatu sama saya?" Lyora berusaha mencerna maksud ucapan sang guru.

"Ahh, gak apa-apa kok. Ibu akan antar kamu ke kelas sekarang. Ayo," ajak guru itu. Lyora mengangguk singkat dan bangkit dari kursi untuk mengikuti setiap langkah guru itu.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!