Pukul 1 dini hari.
Terlihat seorang wanita sedang bekerja mengahadap laptopnya di depan Meja kerja suaminya,bukan tanpa alasan dia bekerja tengah malam, itu semua di karenakan bila pagi hari dirinya sibuk mengurus anak dan segala pekerjaan rumah tangganya.
Dan di saat jam-jam seginilah waktu yang tepat untuknya melakukan pekerjaan yang sangat di cintainya dan sudah beberapa tahun ini di gelutinya,pekerjaan menjadi seorang penulis karena pada saat menulis dia bisa menyalurkan bakat imajinasinya sekaligus mencurahkan isi hatinya dalam sebuah karya novel.
Tring...
Bunyi notifikasi di ponsel suaminya yang sedang di charge dekat dengan meja kerjanya,awalnya dia tidak memperdulikannya sampai suara getar ponsel Membuatnya terusik,dan dia pun menghentikan pekerjaan beberapa saat,melihat siapa yang menelpon suaminya tengah malam seperti ini.
Dia melihat layar ponsel suaminya hanya ada deretan nomor tanpa nama bahkan foto si penelpon pun tak ada,jari jempolnya ingin menggeser tombol hijau tersebut tapi entah kenapa ada keraguan dalam hatinya hingga panggilan tersebut pun tak terjawab. Hingga dia pun akhirnya mengutak atik ponsel suaminya melihat notifikasi pesan dari medsos suaminya ketika di bukanya pesan tersebut.
Hay...sayang...
Satu pesan singkat namun membuatnya penasaran siapa pengirim pesan tersebut,dia membuka profil sang pengirim yang hanya bergambarkan anak balita sedang tengkurap.
Trek.
Di taruhmya ponsel tersebut kembali di sisi meja dan dia mulai kembali melakukan pekerjaannya.
Andrea Gemintang nama wanita tersebut mendapati pesan mesra di medsos suaminya namun dirinya berusaha untuk berfikir positif dan tidak ingin bernegatif tingking yang akan mengakibatkan pertengakaran dengan sang suami.
Saat sedang mulai mengetik laptopnya dirinya melihat kalender meja di sisinya.
"Ferbruari..."Gumamnya.
"Jadi teringat dirinya yang dulu,saat bulan ini adalah awal pertemuan kami"Andrea mengingat sesuatu di masa lalunya.
Sesuatu yang masih sangat sulit di lupakannya meski sudah bertahun-tahun lamanya,meski dirinya sudah menikah dan mempunyai buah hati,tapi kenangan itu masih melekat di hati dan fikirannya bahkan dirinya kadang selalu tersenyum dan kadang menangis bila mengingat kenangan bersama seseorang tersebut.
Apa lagi akhir-akhir ini dia selalu mendapati suaminya berulah di belakangnya hingga dia selalu mengingat seseorang yang pernah mengisi hatinya di masa lalu,seseorang yang selalu menjaganya,mengajarinya bekerja dan seseorang yang sangat menyanyanginya dirinya selalu merasa nyaman bila bersamanya.
Februari 15 tahun yang lalu.
Nama bulan yang tak pernah dia lupa karena di bulan itulah dirinya pertama kali bertemu dengannya,di bulan itulah Andrea pertama kali mendapatkan pekerjaan di sebuah pabrik spare part motor.
Dan sejak bulan itulah kisahnya dengan seseorang di mulai.
Pagi hari Andrea berangkat kesebuah pusat perindustrian dekat rumahnya,pagi ini dirinya sudah mulai bekerja di sebuah pabrik spare part motor dan mobil,Andrea bekerja sebagai operator produksi,ini adalah pekerjaan keduanya setelah satu bulan lalu dirinya keluar dari pabrik garmen setelah dirinya lulus SMA.
Pagi ini Andrea sudah mulai training sebagai anak baru bersama seniornya,seorang supervisor mengarahkannya kesebuah meja yang ada kompayernya.
Andrea bekerja di lantai dua yang mana disini rata-rata operatornya adalah wanita,meski ada beberapa operator pria tapi itu tidak banyak seorang senior mengarahkan Andrea membimbingnya dan mengajarinya dengan penuh kesabaran,Andrea yang masih sangat baru di dunia kerja pun mengamati para seniornya yang mengajari.
Dan saat Andrea sedang mengamati cara senior nya bekerja,salah satu senior memanggil seseorang anak laki-laki yang sepertinya seusia dengannya.
"Bryan...kemarin kamu pinjam gunting kok belum di pulangin?"tegur mba Fajar.
"Oh...iya mba maaf sebentar ada di meja ku"ucap Bryan dia lalu pergi ke mejanya yang berada di meja sebelahnya.
Dan kembali lagi ke meja tempat Andrea melakukan training dan memberikan sebuah gunting besar berwarna hitam kepada mbak Fajar.
"Eh ada anak baru?"tanyanya saat melihat diri Andrea.
"Iya...mau kenalan?"ledek mbak Fajar.
Tapi Bryan malah nyengir saja,senyum manisnya membuatnya semakin manis karena dia berkulit hitam manis.
Bryan satu nama yang pertama kali Andrea ingat dan melekat di fikirannya,yang tak akan dia sangka nama itu juga akan melekat di hatinya selamanya.
waktu terus berlalu hingga waktu istirahat pun tiba,Andrea berkumpul dengan kawan-kawannya yang note banenya masih anak baru di pabrik ini.mereka berkenalan dan mengobrol bersama di sebuah palet dekat dengan pintu masuk karyawan.
Obrolan ringan yang hanya sekedar berkenalan diantara mereka,dan sepertinya mereka nantinya juga akan disatukan dalam satu kelompok setelah selesai hari training di kelompok senior.
Saat bel masuk tiba semua karyawan yang beristirahat pun berkumpul di depan pintu masuk karyawan,dan ketika pintu di buka semuanya masuk.dengan tertib kedalam pabrik ada yang di lantai bawah dan di lantai atas khusus produksi.
Saat Andrea dan teman-teman barunya itu mulai melangkah tiba-tiba terdengar candaan dari arah belakang mereka candaan unfaedah yang terdengar dari mulut anak laki-laki dan salah satunya adalah Bryan.
Anak yang supel dan ceria.
Batin Andrea.
Hingga satu minggu kemudian.
Kelompok anak baru pun sudah di tentukan oleh supervisor kami,dan meja kelompok Andrea bersebrangan dengan meja kelompok Bryan.
Entah kenapa saat beberapa kali Andrea melintas di mejanya dia merasa ada yang memperhatikannya dan benar saja saat dirinya melintas untuk yang ketiga kali setelah memberikan surat jalan kepada pengawasnya tiba-tiba Bryan memanggilnya.
"Hei...kesini deh"sapanya pelan.
Dengan polosnya Andrea menghampirinya.
"Ada apa?"tanyanya polos.
"Siapa nama mu?"tanyanya tiba-tiba.
Andrea bingung mau langsung jawab atau tidak,apakah dia mau berkenalan dengan ku?fikir Andrea.
"Ehm...teman ku Wan mau kenalan sama kamu"ucapnya lagi.
"Teman mu?"tanya Andrea polos.
Kenapa temannya mau kenalan tapi dia yang repot?
"Teman mu apa kamu? Yang ingin kenal aku?"tanya Andrea lagi.
"Teman ku lah"ucapnya lagi.
"Tapi kenapa nggak dia saja yang langsung ngomong kenapa harus kamu?"Entah kenapa Andrea kesal padanya karena dia melihat gelgat kebohongan di matanya hingga Andrea berjalan ke arah meja kerjanya.
"Akh...gagal"gumam Bryan.
"Iyan...hayo kerja kok malah bengong"tegur teman sekelompoknya.
Dia pun kembali bekerja tapi entah kenapa dirinya seolah tak berkonsentrasi saat bekerja sesekali dirinya memandang Andrea yang menghadapnya dan Andrea cuek saja karena masih sebal dengannya.
Dasar aneh mau kenalan kenapa bilang temannya yang mau kenalan sama aku.
Gerutu Andrea dalam hati.
Hingga saat bel pulang kerja mereka pun berpapasan di tangga menuju ruang ganti karyawan,Bryan masih saja bertanya namanya dan dengan alasan yang sama.
Andrea masih tak menjawab pertanyaannya,hingga dia tahu dari teman sekelompoknya yang bernama Yumi karena dia menegurnya.
"Andrea..."tegur Yumi.
"Eh...iya ada apa?"tanya Andrea.
Bryan terus mantap ku dan tersenyum kecil seolah dia mendapatkan kemenangan saat mengetahui nama Andrea.
"Pulang bareng yuk"ajak Yumi.
"Oh...boleh"
Aku pun berjalan bersma Yumi melintasi Bryan dan kawan-kawannya yang sedang mengobrol dan bersiap akan pulang juga.
"Andrea mereka melihat ke arah kita"bisik Yumi.
"Ya biarkan saja mereka kan punya mata yang memang fungsinya untuk melihat"ucap ku santai.
Tapi Yumi malah terlihat salah tingkah saat sekelompok mata laki-laki disana melihat ke arah kami,bagi Andrea itu tak menjadi masalah yang membuat Andrea jadi cepat-cepat ingin segera meninggalkan pabrik itu karena tatapan seseorang yang sejak kemarin melihatnya dalam diam saja yaitu mata seorang Bryan.
Sementara Andrea ingin segera meninggalakan pabrik Bryan sendiri tak mengerti dengan perasaannya pada gadis polos itu,entah kenapa gadis itu membuatnya penasaran ini adalah pertama kali untuknya,meski dulunya saat SMA dirinya termasuk idola sekolah, tapi saat ini Lexi ayahnya memintanya untuk bekerja di luar perusahaannya dahulu,bekerja keras mulai dari bawah dahulu baru lah Bryan bisa menggantikan posisi Lexi di perusahaannya dan tak ada yang mengetahui latar belakang Bryan selain pemimpin perusahaan disini.
Bahkan karena dirinya bekerja di pabrik yang suasananya panas di tambah lagi Bryan benar-benar tidak di beri fasilitas kendaraan oleh Lexi dirinya harus naik kendaraan umum bila pergi dan pulang bekerja dan itu membuat kulitnya yang putih berubah menjadi coklat saat ini.
Dan saat dirinya sampai di rumah,kedua ibu angkatnya yang sedang berkunjung melihat keanehan di wajah pemuda tersebut.
"Iyan...ada apa kok senyum-senyum sendiri gitu?"tanya ibu Reka.
"Eh...ibu nggak apa-apa kok,kapan ibu datang?"tanya Bryan.
"Baru saja ibu mengantarkan makanan kesukaan mu nih"ibu Reka menunjukan sebuah kotak makan berisi semur kentang dan telur kesukaan Bryan.
"Wah...kayanya enak tuh...makan ah..."Bryan langsung berjalan ke meja makan.
"Cuci tangan mu dulu Bryan"tegur Ayah Lexi saat di meja makan.
"Ah...iya aku lupa"Bryan pun langsung berlari ke arah dapur dan mencuci tanganya di sana.
Saat makan malam tiba,Lexi menanyakan perihal pekerjaannya disana.
"Bagaimana pekerjaan mu?"tanya ayah Lexi.
"Baik ayah...hemmm ibu ini enak banget"puji Bryan pada ibu Reka.
Ibu Reka hanya tersenyum saja melihat anak angkatnya ini makan dengan lahapnya.
Bersambung.
Sementara di sebuah rumah kontrakan sederhana terdapat seorang gadis yang sedang asik menonton acara anime di televisi dirinya sesekali tertawa saat melihat adegan lucu yang tayang tersebut.
"Andrea...kamu sudah makan belum?"tanya ibunya,yang sebenarnya ibu tirinya.
"Belum bu...nanti saja aku belum lapar hihi"jawabnya sambil cekikikan karena masih menyaksikan tv.
Ibunya Hanya menggeleng pelan saja,walau sebenarnya sangat kesal dengan kelakuan anak tirinya yang sangat cuek ini.
Mental Andrea sudah terbentuk sejak dirinya kecil,meski sering di perlakukan tidak adil oleh ibu tirinya tapi dirinya tak memperdulikannya bahkan ayahnya lebih menyangi anak sambungnya itu ketimbang dirinya yang anak kandungnya karena sang ibu tiri berhasil mencekoki berbagai argumen pada otak ayahnya,hingga ayahnya membenci anak-anak kandungnya sendiri.
Andrea itu anak bungsu dari lima bersaudara ke empat kakaknya yang tiga laki-laki dan satu perempuan tidak tinggal bersama ayahnya karena ayah selalu memusuhi mereka hingga mereka memilih pergi dari rumah hingga menjalin rumah tangga,dan saat ini yang bertahan hanya Andrea karena ayahnya sakit-sakitan saat ini di karenakan usianya memang sudah sangat tua juga.
Kembali lagi ke meja makan di kediaman Lexi Irawan.
Tari dan reka sebagai ibu angkat dari Bryan melihat ada yang berbeda dari anak angkatnya itu seorang pemuda yang sedang menuju dewasa.
"Iyan... Apa terjadi sesuatu yang menyenangkan saat di pabrik?"tanya ibu Tari lembut.
"Hem....iya bu..."jawab Bryan polos.
"Apa itu? Kalau boleh ibu tahu?"tanya Ibu Reka.
"Ada anak baru di pabrik lucu bu...kelihatan masih polos"jelas Bryan yang sedang makan.
"Teman kerja mu?"tanya Tari.
"Iya...namanya Andrea"jelas Bryan.
"Uhuk...uhuk..."ibu Reka tersedak saat minum saat mendengar anak angkatnya menyebutkan sebuah nama.
"Anak perempuan maksud mu?"tanya Ibu Reka.
"iya bu"jawab Bryan polos.
"Kau...kau ingat nama teman perempuan mu?"tanya Ibu Tari ragu.
"Iya memangnya kenapa sih?"Bryan bingung.
Dia tak sadar kalau ini adalah sesuatu yang langka karena dia mengingat nama teman perempuannya.
"Sudah berapa hari kalian kenal?"tanya ibu Reka penasaran.
"Dia sudah satu minggu kerja dan aku baru tahu namanya hari ini,kenapa sih bu?"Bryan bingung.
Sementara kedua ibu angakatnya terlihat terkejut sang ayah malah asik makan tak perduli dengan pembicaraan mereka semua.
"Seminggu? Dan baru hari ini kamu tahu namanya? Oh astaga seperti apa anak perempuan itu sih?"tanya kedua ibu berbarengan.
"Anaknya biasa saja kulitnya tidak putih tidak hitam,wajahnya pun biasa saja tidak cantik,matanya kecil,pipinya tembam,bibirnya tipis..."
"Lexi...kamu dengar itu anak mu Lex anak mu..."jerit Tari dan Reka berbarengan hingga membuat Bryan tak meneruskan kata-katanya karena melihat keanehan pada kedua ibu angkatnya.
"Dia sudah besar tak ada salahnya jatuh cinta Reka.... Tari...bukan kah ini juga yang kalian inginkan"ucap ayah Lexi santai.
"Uhuk...uhuk...uhuk..."Bryan tersedak makanan saat mendengar ayahnya berbicara.
"Ayah ngomong apa sih siapa yang jatuh cinta sih Yah"Bryan menyangkal.
"Ya kamu...Iyan..."ucap kedua ibu itu berbarengan.
"Aku? Dengan siapa jatuh cinta?"Bryan masih tak menyadari.
"Ck sudah sih jangan bahas lagi anaknya juga belum ngerti"ucap Lexi santai.
Dan kedua ibu pun hanya mengangguk saja membenarkan perkataan ayah Lexi.
Sementara si objek pembicaraan hanya kebingungan sendiri,masih tidak mengerti maksud pembicaraan semua orang yang ada di meja makan ini.
Hingga hari terus berlalu.
Bryan terus mendekati Andrea dengan alasan kalau temannya yang bernama Wan itu ingin dekat dengannya.
Tapi Andrea berfikir itu alasan Bryan saja agar bisa berbicara dengannya,karena selama Bryan mengatakan kalau Wan ingin berkenalan dan dekat dengannya Wan sendiri pun tak pernah sama sekali bertegur sapa dengan Andrea.
Hingga Andrea kesal pada Bryan.
"Sebenarnya yang ingin dekat dengan aku itu kamu atau Wan sih?"tanya Andrea kesal.
"Ya...Wan..."Bryan gugup.
"Bohong banget"Andre ketus.
"Beneran besok mau nggak janjian jalan"
Andrea berlalu dari hadapan Bryan dan menuju mejanya.
"Dasar sinting Wan....Wan... Yang mana yang namanya Wan juga aku nggak tahu,mau jadi makcomblang tapi nggak jelas"gerutu Andrea.
"Kamu kenapa?"tanya April teman satu mejanya.
"Eh...nggak apa-apa hehe"Andrea tidak bercerita pada temannya tentang sikap Bryan yang selalu mendekatinya diam-diam.
Hingga suatu hari Bryan datang ke mejanya dan mengobrol dengan Yumi,mereka tampak akrab,dan entah kenapa Andrea jadi semakin kesal dengan Bryan saat melihat itu.
Bahkan sejak saat itu Bryan tetap menegurnya bila bertemu tapi dia selalu menanyakan perihal Yumi padanya.
Seperti sore ini setelah pulang bekerja dan mereka turun dari ruang ganti disaat keadaan sepi Bryan mendekati Andrea dan berjalan beriringan dengannya,menanyakan perihal Yumi.
"Kamu kalau suka sama oranganya bilang ajah nggak usah tanya-tanya sama aku,lagi pula aku tuh baru kenal sama dia jadi nggak tahu watak dia kaya apa"jelas Andrea saat Bryan bertanya padanya.
Bryan hanya senyum saja.
"Kenapa senyum-senyum?"tanya Andrea kesal.
"Nggak apa-apa cuma lucu ajah"
"Lucu apanya?" Andrea sewot.
"Kamu lucu"
"Aku?lucu? Memangnya aku ini pelawak dasar aneh"
"Hahaha tuh kan kamu lucu"
"Ish...apaan sih nggak jelas"Andrea kesal dan berjalan meninggalkan Bryan.
"Kau menyukai ku?"tanya Bryan.
Langkah Andrea langsung terhenti ketika Bryan berkata seperti itu.
Andrea mengepalkan tangannya menggenggam erat tali tas slempangnya,sebenarnya dirinya sendiri pun tak mengerti apa perasaan yang sedang melandanya kini.
Apa benar aku suka padanya? Nggak....nggak mungkin ini rasa suka nggak mungkin memang sih dia ganteng dan manis tapi nggak aku nggak mau jatuh cinta dulu,aku mau fokus kerja,aku mau ngobatin bapak dulu.
Mempunyai riwayat bapaknya yang sudah tua dan sakit-sakitan membuat Andrea jadi tidak mau berpacaran dahulu di tambah lagi saat ini dirinya tinggal dengan ibu tiri dan kakak tiri,yang kurang menyangi bapaknya.
Andrea berbalik badan melihat ke arah Bryan.
"Kenapa kau menyimpulkan begitu?"tanya Andrea.
"Karena aku melihat tulisan di dahi mu ada kata cemburu bila aku sedang dekat dengan teman mu itu"Bryan mendekat kini jarak mereka hanya selangkah lebih dekat.
"Dasar sinting" ucap Andrea ketus.
Tapi Bryan hanya tersenyum saja mendapat perkataan seperti itu.
Andrea meninggalkan Bryan sendirian,dan berlari kecil menuju gerbang pabrik.
Cemburu siapa yang cemburu dasar aneh... Lagi pula dia kalau mau dekat dengan Yumi kenapa harus banyak tanya sama aku sih nyebelin.
Andrea terus menggerutu dalam hatinya hingga dia tidak sadar saat berjalan dengan terburu-buru dan akhirnya menabrak seseorang,hingga dirinya hampir terjatuh.
Duk...
"Aaaaa"
Greb.
Sebuah tangan menangkap tangannya berusaha menolongnya agar tidak terjatuh.
"Ngelamun ya..."ucap seorang pemuda ini tidak asing bagi Andrea tapi dia masih belum mengenal namanya.
"Eh...maaf dan terima kasih ya hehe"Andrea jadi gugup.
Pemuda tersebut pun tersenyum padanya,seorang pemuda yang sederhana dan juga manis itu terlihat sedang berinteraksi dengan Andrea dari kejauhan.
Dan Bryan yang melihat itu langsung berlari mendekat pada mereka.
"Asik...udah kenalan gitu ceritanya"celetuk Bryan saat melihat tangan Andrea masih di pegang oleh pemuda tersebut.
"Eh...Yan... Hehehe nggak kok dia tadi mau jatuh jadi gue tolongin"jelas pemuda tersebut.
"Sudah sih Wan...masih malu-malu ajah"singgung Bryan.
Wan...jadi ini yang namanya Wan.
"Apaan sih Yan... Hehe maaf ya... Bryan memang suka begitu suka bercanda,udah ya...lain kali kalau jalan hati-hati" Wan meninggalkan mereka berdua kembali.
Andrea ingin berjalan tapi langkahnya terhenti lagi saat Bryan berbicara.
"Hati-hati dengan Wan dia itu predator"celetuk Bryan.
Andrea hanya memicingkan matanya,karena heran.
"Dasar aneh kemarinnya kau mejodohkan ku dengannya sekarang kau malah membuat ku takut dengannya?"gumam Andrea.
Sedangkan Bryan berjalan melewati Andrea yang terlihat kesal padanya.
"Hei...Yuyu..."Bryan menyapa Yumi.
"Nama gue Yumi...Bryan kenapa sih elu lupa mulu"Yumi kesal.
"Ah...gitu ya hahaha"Bryan malah tertawa.
Sedangkan di belakang mereka terlihat juga wajah kesal dari seorang gadis yang merasa di permainkan oleh pemuda yang ada di hadapannya ini,hingga dirinya berjalan dengan sengaja menabrak dan membelah mereka berdua yang terlihat akan mengobrol bersama.
Yumi bingung dengan kelakuan Andrea sedangkan Bryan hanya tersenyum saja melihat itu,entah kenapa dirinya jadi senang,bila melihat Andrea marah padanya saat dirinya bersama Yumi.
Bersambung.
Di teras rumah seorang pemuda terlihat senyum-senyum sendiri mengingat bagaimana kejadian hari ini.
Sesekali dia tergelak dan menggelengkan kepalanya pelan entah apa yang membuatnya seperti orang kurang waras begitu.
"Hayo...kakak...kenapa nih..."tiba-tiba ada dua orang gadis remaja mendekat padanya dan membuatnya terkejut.
"Eh...kalian...sejak kapan datang?"Bryan mencoba mengalihkan pembicaraan karena kedua adik angkatnya ini pasti akan meledeknya bila tahu apa yang sedang di lamunkannya saat ini.
"Baru saja kami tiba kakak nggak sadar karena kakak sedang asik senyum-senyum sendiri"ucap Moza dia tersenyum meledek kakaknya.
"Hayo...apa hayo...yang membuat kakak kita ini senyum-senyum sendiri?"goda Ribca.
Dan keduanya pun menggoda kakak mereka ini.
"Apaan sih..."Bryan mengelak.
"Sepertinya kakak kita ini sedang jatuh cinta Za..."
"Wah...benarkah itu...jadi penasaran siapa wanita hebat yang mampu menaklukan hati kakak kita yang satu ini"goda Moza.
"Apaan sih kakak itu tersenyum karena ingat kejadian lucu di pabrik"
"Kejadian lucunya sama cewe ya kak hihi"goda Ribca.
"Pastinya soalnya aura kakak ini terlihat banyak bunga-bunga bertebaran tuh kak di sekitaran kakak hahaha"Moza tertawa lepas.
Keduanya tertawa lepas meledek sang kakak,yang sangat terlihat jelas sedang jatuh cinta.
Tak ingin meladeni kedua adik angkatnya yang neyeblin Bryan memilih pergi dari teras dan berlari ke kamarnya.
Keduanya masih cekikikan saat Bryan meninggalkan mereka,sedangkan Bryan di kamarnya merebahkan tubuhnya di kasur empuknya dan mengambil sebuah bingkai foto di nakas.
Di pandangnya foto tersebut di belainya dengan lembut kaca bingkai tersebut.
"Bu...apa benar aku jatuh cinta?"ucap Bryan yang menatap foto almarhum ibunya.
"Dia memang berbeda bu... Hihi aku tahu sebenarnya dia menyukai bu tapi sepertinya dia gengsi untuk mengakuinya,dia gadis yang kaku dan sulit diajak bicara,harus selalu aku pancing,kira-kira umpan apa ya bu yang akan langsung di makan olehnya hehehe aku sudah seperti akan memancing ikan saja ya bu hihi"Bryan curhat dengan foto ibunya sendiri.
Dia lalu banyak bercerita dengan foto tersebut tentang perasaannya pada Andrea ,karena ini adalah hal yang pertama baginya sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya pada siapa pun juga.
Ngoceh-ngoceh sendiri dengan figura ibunya hingga tak terasa dirinya tertidur memeluk foto ibunya.
Pintu kamar yang tidak tertutup rapat membuat ayah Lexi ingin menutup pintu kamar anak semata wayangnya itu,saat mengintip anaknya sedang tertidur sambil memeluk figura foto ibunya membuat Lexi melangkah masuk kedalam kamar tersebut,mengambil bingkai yang ada di dada putranya.
Lexi tersenyum melihat bingkai tersebut.
"Apa yang dia ceritakan pada mu kali ini sayang"ucap Lexi lembut pada foto tersebut.
Lexi pun menaruh bingkai foto tersebut di nakas,dia lalu membelai kepala anaknya,dan setelah itu dia pun pergi dari kamar tersebut dan menutup rapat pintu kamar anaknya.
Keesokan pagi di pabrik.
Andrea berjalan sendirian dan Bryan sedang berkumpul dengan teman-teman semejanya,melihat Andrea berjalan sendirian membuat Bryan ingin menggodanya.
"Andrea...dapat salam dari Wan..."celetuknya.
Andrea hanya melirik sinis pada mereka.
Bryan tak sadar kalau ketiga temannya itu terkejut bahkan rahang mereka seolah lepas dari tempatnya hingga mereka menganga lebar karena kelakuannya ini,pasalnya ini pertama kali Bryan tidak salah menyebutkan nama seorang perempuan.
"Yan...elu sehat?"tanya Aruf.
"Sehat kenapa emangnya?"Bryan bingung.
Juri langsung menempelkan punggung tangannya di dahi Bryan memeriksa keadaan temannya ini.
"Nggak panas sih,tapi kok aneh ya?"Juri seolah nampak berfikir.
"Apaan sih elu berdua yang aneh"Bryan kesal dan menepis tangan Juri yang masih menempel di dahinya.
"Iya aneh Yan...soalnya nggak biasanya elu bener nyebutin nama cewe"celetuk Wan.
"Emangnya gue suka salah gitu nyebutin nama orang?"Bryan tak sadar kalau dirinya sama seperti ayahnya yang selalu salah menyebutkan nama wanita yang tidak dekat dengannya.
Yang membuat teman-temannya heran itu karena Andrea adalah anak baru yang belum genap sebulan bekerja di pabrik.
Saat mereka sedang asik ngobol membahas hal yang tidak penting,tiba-tiba Yumi dan April datang mendekat pada mereka yang sedang berdiri di depan pintu masuk karyawan.
"Bryan..."sapa Yumi.
"Eh...Miranda"ucap Bryan.
"Astaga aku Yumi Bryan....Yumi...sudah berkali-kali salah terus sih nyebutin nama ku"Yumi kesal.
Ketiga temannya menahan tawa saat melihat ekspresi dari Yumi.
"Kayanya dah sehat lagi dah dia"celetuk Juri.
Dan kedua kawannya mengangguk berbarengan pertanda setuju.
"Andrea sudah ke atas tuh duluan kalian nyari dia?"Bryan berbasa-basi karena sebenarnya dia malas meladeni kedua cewe di depannya ini.
Anak ini kenapa ya kok sama cewe yang satu itu nggak salah sebutin namanya,apa karena namanya kaya laki-laki ya Andrea jadi dia gampang inget gitu.
Fikir Wan.
Dan tanpa menunggu lama mereka pun naik kelantai dua menunggu bel masuk.
Yumi cemberut saat sampai meja,dia masih kesal mengingat Bryan yang tak pernah ingat dengan namanya.
Andrea melihat itu.
"Kenapa?"tanya Andrea pada April.
"Dia kesel Bryan salah manggil namanya terus"jelas April.
"Ooo....begitu"Andrea hanya manggut-manggut saja.
Tapi entah kenapa tiba-tiba dirinya berteriak ke seberang meja.
"Bryan...Yumi ngambek nih...bujuk dong..."ledeknya.
Bryan seolah mendapatkan durian runtuh saat mendengar Andrea mau bercanda dengannya.
Wajahnya langsung berbinar dia tersenyum saat itu juga.
Dasar nakal.
Batinnya.
Bryan bukan tipe cowo yang pandai merayu jadi dia sendiri pun bingung harus merayu bagaimana,meski pun itu hanya sekedar candaan saja.
Hingga waktu berlalu dan tak terasa sudah masuk bulan April Bryan masih mendekati Andrea,meski tak bisa di pungkiri Andrea kalau saat ini hatinya pun mulai menyukai Bryan,bagaimana tidak Bryan itu laki-laki yang supel,pandai dan cekatan itu menjadi poin special bagi Andrea,dia kagum pada sosok pria hitam manis tersebut dan satu lagi Bryan itu suka bertingkah konyol dan lucu bila di hadapannya itu yang membuat dirinya sangat mengagumi Bryan.
Hingga suatu hari disaat pulang bekerja sore menjelang senja,Andrea baru selesai berganti pakaian di ruang ganti dia turun sendirian sudah tak ada orang disana karena semua karyawan sudah pulang dan lebih banyak berkumpul di depan gerbang utama.
Saat dirinya sedang berjalan sendirian tiba-tiba Bryan mengagetkannya dari bawah tangga.
"Dor..."
Andrea terkejut tapi dirinya hanya bertriak kecil saja dirinya gemas dan kelapasan memukul bahu Bryan.
"Apaan sih ngagetin ajah"ucap Andrea kesal meski sebenarnya dirinya senang.
"Sendirian ajah"
"Iya mau sama siapa lagi semuanya sudah pulang duluan"
"An...tunggu"Bryan menghentikan langkah Andrea ketika ingin berjalan meninggalkannya.
"Ada apa?"
"Teman mu itu sudah punya pacar ya?"
"Iya kenapa memangnya kau patah hati gitu ceritanya?"Andrea setengah meledek.
"Tidak...kau sendiri gimana sama Wan?"
"Aku sama dia tidak ada rasa apa-apa,sudah ya..."
Andrea mulai berjalan lagi.
"Tapi sepertinya Wan tertarik sama kamu"
Andrea yang kesal dengan kelakuan Bryan akhirnya menoleh lagi ke arahnya.
"Hei...yang sebenarnya tertarik dengan ku itu kamu atau dia sih? Kalau dia tertarik sama aku seharusnya dia yang mendekati aku bukan kamu yang repot"
Perkataan Andrea Bagai anak panah yang langsung tembus ke hati Bryan.
"Jangan bilang ini semua hanya akal-akalan mu saja agar bisa dekat dan berbicara dengan ku? Karena aku orang yang pendiam dan sulit di ajak berbicara mangkanya kamu nyari bahan yang aneh begini"
Panah kedua seolah menancap kembali ke hati Bryan saat Andrea berbicara lagi.
Bryan langsung mendekat pada Andrea yang terlihat kesal jarak mereka saat ini hanya selangkah saja.
"Aku tak menyangka di balik sifat diam mu itu,ternyata kau adalah pengamat yang handal"ucap Bryan.
"Dan kalau boleh jujur memang semua yang kau katakan itu adalah benar,sebenarnya aku menyukai mu"ucap Bryan akhirnya.
di usianya yang ke 19tahun menjelang 20tahun dirinya menyatakan cinta untuk pertama kali pada gadis berusia 18 tahun menjelang 19tahun,cinta kedua anak manusia yang beranjak dewasa.
Kisah baru di mulai....
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!