NovelToon NovelToon

My Sexy Lady

Bab.01

Halo halo...

Sesuai apa yang othor pernah bilang kalau othor mungkin akan bikin cerita baby Shen.

So buat yang gak tahu siapa itu, bisa baca dulu kisah ibu bapaknya yang unik di Berondong Manisku. Farrel dan juga Mettasha.

...Happy Reading....

"Gardaaaaaaa! Baju gue mana. Baju yang udah gue siapin buat kencan malem ini. Gardaaaa ... Lo ih!" Teriak Shen dengan terus memukul pintu kamar yang kini ditempati oleh Garda. Orang yang disuruh menjaga dirinya oleh sang papa karena terlalu khawatir anak gadisnya semakin liar saat memilih hidup terpisah dan mandiri.

Ya, semenjak tinggal di L.A 6 bulan yang lalu untuk meneruskan kuliah, Shena yang justru muak karena terlahir di keluarga kaya yang memiliki bisnis luar biasa dan juga anak pemilik perusahaan yang berkembang pesat F&M corp. Wanita berusia 21 tahun itu memilih kuliah di luar negeri sekaligus bisa melarikan diri dari kekangan seluruh keluarga Adhinata yang super ketat baginya.

"Gardaa. Buka gak! Gue bisa telat pergi." ujarnya lagi dengan menendang pintu kamar.

Lamat lamat pintu kamar dengan cat berwarna putih itu terbuka, seorang pria dengan wajah bantal serta hanya mengenakan kaos oblong dan juga celana pendek menyembul keluar.

"Ada apa? Kamu ganggu tidur gue aja Shen."

"Enak banget hidup lo Gar ... papa kirim lo kesini cuma buat ongkang ongkang kaki, gak kuliah pula."

Pria bernama Garda itu pun keluar dari kamar, dia berjalan menuju ruang makan di apartemen milik Shena yang kini juga ditinggalinya.

"Lo lupa? Gue baru aja wisuda ... Lo yang ketinggalan dan gak mentingin pendididkan. Kebanyakan maen maen mulu, jadi bukan salah gue kan." dengusnya dengan mengambil air putih lalu menenggaknya.

Shena jelas tidak suka di ceramahi, apalagi selalu berkaitan dengan acara main main di dalam hidupnya yang membosankan. "Mana baju gue! Gue mau kencan."

"Lo gak bisa pergi kemana mana!"

"Gue mau!"

"Papa El bakal marah kalau lo gak nurut. Terlebih gak nurut sama gue!"

"Papa papa ... Dia papa gue! Bukan papa lo. Dasar Agar agar!" ujarShena berkacak pinggang, dengan kedua manik menajam ke arah Garda. "Enak aja lo panggil papa gue papa ....!" lanjutnya lagi.

"Kenapa gue gak boleh panggil papa lo papa? Lo aja panggil papa gue dengan sebutan papa." Garda ikut berkacak pinggang, dia mengikuti wanita di hadapannya yang tengah kesal.

"Gardaaaa!" rengeknya lagi, "Dari pada lo musingin gue, lo mending cari cewek juga biar hidup lo bermanfaat, ada kegiatan dan stop berhenti gangguin hidup gue."

"Gimana kalau lo saja yang jadi teman kencan gue. Hm?" Garda memajukan wajahnya ke arah Shena hingga jarak mereka sangat dekat.

Shena mengerjap, "Hih Najis! Gue gak mau."

Dengan cepat dia mendorong kedua pundak Garda hingga pria itu terhuyung ke belakang, namun dia justru menarik pergelangan tangan Shena sampai dia ikut terjerembab ke depan.

Bruk!

"Awww...!"

Tubuh Shena terjatuh tepat di atas tubuh Garda, dengan wajah keduanya yang amat dekat. Beberapa detik keduanya bisa saling menatap dengan lekat.

"Sebenarnya lo suka gue kan Shen?" desis Garda sambil terkekeh, sangat terus terang.

"Najis lo! Gue gak suka sama lo ya?" Shena bangkit dari tubuh Garda dengan sedikit menekan dadanya. "Lagian ya kayak gak ada pria lain aja, kita sepupu Garda. Inget itu." ujarnya lalu beranjak masuk ke dalam kamarnya.

Garda mengulas senyuman, melihat langkah kaki wanita yang hanya berbeda satu tahun dengannya itu. Menyenangkan baginya saat terus membuat gadis yang manja itu menjadi kesal dan juga marah.

Tak lama kemudian, Shena kembali keluar dari kamar dengan cantik, wajahnya dia rias sedemikian rupa dengan dress pendek di atas lutut.

Garda yang tengah menonton televisi pun menatapnya hingga kepalanya ikut berputar saat Shena berjalan ke arah pintu.

Secepat kilat dia bangkit dan menyerbunya, "No no ... Lo gak boleh kemana mana Shen."

"Gue udah bilang tadi gue ada kencan! Masih gak paham lo? Gimana gue udah cantik kan?" selorohnya dengan merapikan rambutnya dengan jarinya.

"Shena!"

"Udah lah Gar!" Shena membalikkan tubuhnya dan segera keluar. "Jonathan udah nunggu gue di bawah. Bye ... Gue pergi dulu."

Melihat Shena pergi begitu saja, Garda tidak tinggal diam. Dia segera menyambar jaket dan celana panjangnya lalu mengenakannya dengan cepat. Setelahnya, dia ikut keluar dan menyusul Shena yang tengah berjalan ke arah mobil berwarna hitam.

"Shen!"

"Astaga!" Shena hanya mendengus saat melihat Garda menyusulnya. "Huss ... Huss ... Jauh jauh dari gue! Gue gak mau orang lain lihat lo apalagi tahu lo ditugasin jadi mata mata gue." ujarnya lalu segera masuk ke dalam mobil berwarna hitam yang tengah terparkir menunggunya.

Sementara Garda masuk ke dalam mobil lain dan segera mengikutinya dari belakang.

"Jarak aman hanya 2 meter! Tidak boleh dekat dekat apalagi sampai semua teman temannya tahu jika gue ada di sini untuk menjaganya. Ya tuhan ... wanita itu! Wanita 21 tahun yang masih terus harus di awasi." desisnya saat melakukan mobilnya mengikuti Shena yang melaju lebih kencang.

Mobil yang di kendarai Shena dan Jonathan berhenti di satu tempat, terlihat tempat itu sedikit ramai oleh orang orang seusianya atau entahlah, Garda tidak tahu.

"Ini sepertinya klub malam!" ujarnya sambil ikut menepikan mobilnya.

Shena turun dari mobil, dengan Jonathan yang merengkuh pinggangnya lalu masuk kedalam. Begitu juga dengan Garda yang ikut masuk dan terus mengawasi kakak sepupunya itu.

Musik bergema kencang, dengan lampu warna warni yang menyilaukan mata, hingar bingar malam hari di kota L.A. Negara bagian California di Amerika Serikat.

Shena terlihat duduk di samping Jonathan, namun kedua matanya memicing ke arah Garda yang duduk di kursi dekat bartender yang juga menatapnya tajam.

"Awas Lo!" gumam Shena tanpa suara ke arahnya.

Sementara Garda dengan sengaja melambaikan tangan ke arahnya dengan kedua alis turun naik.

"Sialan tuh orang! Bisa bisanya dia kayak gitu. Gak kayak papa Al yang cool," desisnya lagi dengan mengacungkan jari tengah ke arahnya.

"Babe ... You oke?" Tanya Jonathan.

"Ya ... aku baik baik aja By!"

Jonathan mengangguk, memberikan segelas minuman pada Shen. "For you babe and ... For us to night."

Shena tersenyum, namun sejurus kemudian tersentak saat hendak menenggak minumannya.

"Gardaa! Apaaan sih."

Gelas wine sudah berpindah tangan, Garda merebutnya sebelum Shen meminumnya, lalu menyimpannya lagi di atas meja.

"Lo gak pernah minum sebelumnya Shen, lo gak biasa!"

"Lo tuh ya! Gue udah bilang 2 meter, gak deket deket, lo bikin gue malu apa dengan kelakuan lo?"

Bab.02

"Shen! Apa yang gue lakukan ini juga buat kebaikan lo. So please ... kita pulang." Garda menyimpan gelas minuman diatas meja, lalu menarik tangan Shena dengan cepat.

"Gardaa! Lo biang kerok banget sih," Shena marah, dia menghentakkan tangannya hingga terlepas dari Garda.

"Shen ... Setidaknya cari tempat lain untuk kencan, lo gak mesti pergi ke klub. Bisa lo bayangkan seburuk apa pria yang mengajak seorang wanita berkencan untuk pertama kali dan tempatnya ke klub? Itu bukan hal baik!"

Shena tentu saja marah, dia sudah cukup dewasa untuk berkencan dimana pun termasuk di klub, larangan tidak berarti apa apa untuknya, terlebih hanya dari seorang Garda yang tidaklah membuatnya takut. Pria yang hanya terpaut satu tahun dengannya saja.

"Cukup Gar! Lo gak usah nyeramahin gue, gue udah dewasa, gue bukan anak kecil lagi."

Jonathan keluar untuk menyusulnya, dan dia menghampiri Shena yang tengah ribut.

"Babe ... Apa dia mengganggumu?"

"Ya By ... Sangat! Aku benci sama dia." sahut Shena dengan kedua mata menajam pada Garda.

"Shen!"

Bugh!

Jonathan melayangkan pukulan pada tepat pada rahang Garda, dan tentu saja Garda melawannya dengan memberikannya pukulan juga hingga keduanya sama sama berduel. Shena yang hanya menonton itu berdecak lalu menarik Jonathan.

"Udahlah By ... Kita pergi aja." ujarnya menarik tangan Jonathan dan berjalan menjauh.

"Awas saja kalau masih mengganggu pacarku!" desis Jonathan.

"Gue gak takut!" sahut Garda dengan kembali mendorong bahu Jonathan.

"Gardaa!" teriak Shen padanya, "Sekali lagi lo bertingkah, gue gak bakal maafin lo seumur hidup!" ucapnya dengan kembali menarik pacarnya.

Garda meringis karena bibirnya sedikit perih, namun dia segera menyusul mereka kembali dan menarik Shena yang tengah berjalan.

"Shen ... Kalau lo terus begini, gue juga nanti yang kena marah papa."

"Bodo amat! Emangnya gue fikirin. Jangan ikutin gue!" sentaknya sambil menepiskan tangan Garda, dan melanjutkan langkahnya.

"Tapi Shen!"

"Stop Garda! Jauh jauh ... Mending lo balik ke apart kalau perlu balik ke indo sana. Gue gak butuh lo di sini."

Tanpa mempedulikan Garda, Shena masuk ke dalam mobil yang di kendarai oleh Jonathan pacarnya. Tak lama, mobil melaju dan meninggalkan Garda yang berdiri mematung. Shena hanya menatap Garda dari dalam mobil dengan tajam hingga tidak lagi terlihat.

"Sial! Kalau bukan karena papa El ang maksa, gue gak mau repot repot begini." dengus Garda menendang botol kaleng yang ada di sana.

***

Garda mondar mandir di luar apartemen, menunggu Shena yang tidak kunjung pulang, padahal waktu sudah menunjukkan dini hari. Dan kali ini, adalah kali pertama Shena pulang selarut itu.

Bunyi high hills menghentak lantai, dengan suara tawa renyah yang tidak asing baginya diselingi tawa seorang pria juga. Garda tersentak saat melihat Shena yang pulang dalam keadaan mabuk parah bersama Jonathan.

"Shen ... Astaga!"

"Heh ... Kenapa lo di sini?" Tanyanya dengan menepuk nepuk pipi Garda. "Gue udah bilang kan gue ini udah dewasa, dan inilah yang dilakukan orang dewasa." ujarnya lagi lalu masuk ke dalam, dengan masih saling merangkul dengan Jonathan.

Dalam pengaruh alkohol keduanya terus tertawa, mereka masuk ke dalam kamar Shena dan menutup pintu. Namun Garda yang paham apa yang akan terjadi jika mereka tidak dicegah tentu saja merangsek masuk ke dalam kamar Shena.

Pria bertubuh atletis itu menarik paksa Jonathan yang sudah ambruk di atas ranjang bersama Shena, bahkan mereka sudah saling berciumaan dan membuatnya mual.

"Enyah lo dari sini! Dasar brengsekk!" Garda mendorong tubuh Jonathan ke luar apartemen, tubuh yang lemah tanpa tenaga karena sedang mabuk lebih mudah di intimidasi, dia juga menendangnya dua kali dengan keras.

Shena berteriak memanggil namanya dan juga mengumpatinya di dalam kamar, Garda kemudian mengunci pintu kamarnya dengan cepat.

"Gardaaaaa! Sialan lo. Bukaa."

"Teriak sesuka lo saja lah, gue gak akan buka sampai lo sadar." gumamnya memasukkan kunci kamar ke dalam saku celananya.

"Gardaaaa!"

Bugh!

Bugh!

Shena memukul mukul pintu kamar dengan keras, dan terus meracau kemana mana, tidak lupa juga umpatan umpatan untuk Garda yang sudah berani menguncinya di dalam kamar.

Sementara Garda hanya terkekeh, dengan santai dia bersiul siul dan menuju dapur, memasak mie instan untuknya sendiri.

"Gue sampai lupa makan gara gara dia ...!" gerutunya sambil menunggu mie instan miliknya matang.

Sayup sayup suara Shena semakin lemah, bisa dia duga juga Shena sudah tidur karena efek minuman yang dia minum, atau bahkan tidak sadarkan diri, atau lompat keluar jendela, lebih parah lagi menyayat urat nadi.

Fikiran fikiran buruk dia tepiskan, kembali menuang mie instan ke dalam mangkuk, menggunting bumbu dan menuangkannya.

Tidak, fikiran itu kembali lagi, bagaimana jika Shena melakukan hal hal yang akan berakibat buruk baginya sendiri, sudah pasti dia yang akan kena getahnya juga.

Dia melempar gunting begitu saja dan bergegas menuju kamar Shena, merogoh kunci kamar dan membukanya.

"Shen?" Tidak ada tanda tanda kehadirannya di atas ranjang, "Shena?" panggilnya lagi.

Wanita berambut hitam bergelombang itu tidak ada, dia pun mencarinya di kamar mandi, namun saat tepat melangkah masuk, pintu kamar tertutup sangat keras.

Bruk!

Di akhiri suara lengkingan tawa dari Shena yang kini justru berada di luar, begitu juga bunyi pintu di kunci.

"Shena!"

"Bye agar agar ... Lo fikir gue bego? Rasain lo, emang enak gue kunciin."

"Shen! Buka pintunya ...!" Garda menggedor gedor pintu dengan keras, menendangnya juga.

Shena tertawa girang, dia menghempaskan tubuhnya di atas sofa, "Gak ... Enak aja! Dah lo di situ aja, gue muak sama lo. Papa kenapa sih kirim lo kesini. Ribet tahu gak."

"Itu karena papa sayang sama lo Shen, lo itu harapan keluarga Adhinata!"

"Ahh ... Bodo amat! Bosen gue, semua orang bilang gue harapan mereka, beban tahu gak!' cerocosnya menimpali teriakan Garda dari dalam kamar.

Harum mie instan menyerbu masuk lubang hidungnya, membuat perutnya yang kosong menjadi keroncongan.

"Lo bikin mie Instan ya! Gue udah bilang, lo di larang makan mie di sini, lo mau sakit ... Mau lo lambung lo kumat lagi, dan lo ngerepotin gue nanti." Shena bangkit dari sofa, berjalan sempoyongan menuju dapur dan melihat semangkuk mie yang telah siap kumplit dengan sayur dan bakso kesukaannya.

"Huuumm! Wanginya."

"Shena ... Jangan sentuh mie milik gue!"

"Bodo amat!"

"Shen ... Shena! Awas saja lo berani nyentuh mie gue."

Shena mengambil mangkuk mie dan menghirup kepulan asap yang wangi dan menggoda itu, dia juga siap siap menyendoknya.

Brak!

Bab.03

Pintu kamar terbuka, entah dari mana kekuatan Garda, yang pasti dia bisa membuka pintu dengan sekali tarikan saja. Pria kekar itu segera menuju dapur, dengan sekali tarikan mengangkat tubuh Shena yang hendak menyuapkan mie ke dalam mulutnya.

"Gardaaaa!"

Tubuh Shena melayang ke udara saat Garda mengangkatnya dan membawanya ke kamar, menjatuhkannya tepat di atas ranjang, begitu juga dengannya yang ikut terjatuh dan menimpa tubuh Shena.

Bruk!

"Lo berani menyentuh mie instan gue Nona Shena Farasya Adhinata!" ujar Garda dengan kedua mata tajam, "Lambung lo lebih parah dari gue"

Keduanya saling menatap, jarak keduanya yang terlampau dekat dengan nafas saling berembus hangat membuat jantung Garda berdebar debar kencang.

"Garda ... lo---"

Shena mendorong dada Garda yang menghimpit tubuhnya, namun tenaganya tidak lah seberapa dibandingkan tenaga Garda.

"Garda Alfiansyah, gue bilangin Papa Al karena lo kirang ajar, ---"

"Hm! Bilang saja, dan mereka akan tahu segimana nakalnya lo." Garda terus memandangi wajah cantik Shena, wajah yang sejak kecil dia kagumi, kecantikannya tidak pernah berubah malah semakin cantik saja.

Perlahan namun pasti, suasana hangat dan membuat keduanya terlena, Garda memajukan wajahnya dan mengecuup ranuum bibir Shena, membuat gadis 21 tahun itu tidak bisa menolaknya, dia ikut hanyut dalam pusaran perasaan yang tidak bisa dia mengerti, entahlah mungkin hanya pengaruh minuman saja.

Garda mencecaapnya lembut, bahkan saat lembut hingga keduanya semakin larut dalam gelombang yang memabukkan. Decakan demi decakan kini terdengar saat keduanya saling memaggut, membelit satu sama lain dengan nafas menderu hebat.

"My lady!" Garda bergumam lirih, menahan gejolak yang tidak terelakkan lagi.

Shena yang masih dipengaruhi alkohol juga ikut bergejolak, gairaah nya semakin tersulut hebat, dengan dada naik turun terhimpit tubuh Garda yang beraroma maskulin.

Perlahan namun pasti, tangan Garda yang merengkuh ceruk lehernya kini turun merengkuh pinggangnya, membuat darah Shena semakin mendesir.

"Gardaa ...!"

Paguttan keduanya terus bertaut, dengan kedua tangan Shena yang melingkari leher anak kecil yang kini tumbuh menjadi pria dengan pemikiran dewasa, perlakuannya dan segala tindakannya sangat stabil, bahkan lebih dewasa darinya, selalu menjaga dan menuruti segala keinginannya. Walaupun usia Garda lebih muda satu tahun dari nya.

Namun, tiba tiba Garda berhenti memaggut, melepaskan dirinya dan berguling disamping Shena. Keduanya terdiam dengan nafas yang masih menderu, sesuatu yang menyeruak kini harus mereka tahan.

Shena tertawa, berguling ke kiri lalu ke kanan, merasa jika sesaat sebelumnya hanyalah mimpi. "Kita sepupu Garda, jijik banget sampe ciumaan begitu!"

"Gue tahu itu Shen ... Tapi ... Apa lo gak bisa nahan diri untuk gak ngelakuinnya juga?"

Shena terdiam, menoleh ke arahnya dengan heran.

"Ini jelas gak boleh! Jangan lakukan lagi!"

"Heh ... Lo yang___"

Garda perlahan bangkit, mengecup kening Shena lalu beranjak keluar. Sementara Shena mengerjap ngerjapkan kedua manik hitamnya. "Lo yang mulai bego...." cicitnya seraya melihat Garda menghilang di balik pintu kamar.

Pria itu masuk ke dalam kamarnya, langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dan menghela nafas panjang.

"Sial! Apa yang terjadi barusan?" ucapnya dengan meraup wajah dengan kasar karena tidak bisa mengendalikan diri.

"Bodoh. Apa yang gue lakukan tadi!" ujarnya lagi dengan terus membayangkan wajah Shena dan juga apa yang baru saja mereka lakukan.

Begitu juga dengan Shena, walau dia mabuk dan berfikir itu hanya mimpi, namun ternyata dia sadar jika itu nyata, dan sadar jika yang dilakukannya bersama Garda itu salah, tapi entah kenapa dia membalasnya juga.

"Bego banget sih lo Shen!" rutuknya pada diri sendiri, menggigit bibirnya saat bayangan kedua benda kenyal saling memagutt beberapa menit yang lalu. "Gak ... Ini pasti karena gue mabuk aja!" ujarnya setengah sadar dan langsung tertidur saat itu juga.

Tidak ada yang kembali keluar dari kamarnya masing masing sampai ke esokan harinya. Dan seperti biasa, Garda akan lebih dulu bangun dari pada Shena, berolah raga dengan berlari pagi lalu akan kembali pulang dengan membawa sarapan untuknya sendiri dan juga Shena, sementara Shena masih bergelung manja di bawah selimut tebal, kuliahnya hari ini sedang libur, jadi dia bisa bersantai santai ria diapartemen.

Berbeda dengan biasanya, Garda berlari pagi lebih lama hari ini, selain dia menjadi kikuk karena perbuatannya semalam, dia juga belum berani bertegur sapa pada wanita yang sejak kecil dia panggil dengan sebutan My Lady.

Sejak kecil, Garda selalu jadi garda terdepan untuk Shena, sang ayah selalu mendidik dan melatih untuk menjaga sepupunya itu, sesuai namanya. Garda Alfiansyah, membentuk pribadinya kuat dan berjanji menjaganya sampai kapanpun, namun apa yang dilakukannya semalam. Dia tidak mengerti kenapa semuanya terjadi begitu saja.

Perasaan bersalah timbul tenggelam, saling beradu dengan perasaan suka yang lama lama semakin mencuat saja. Sejauh dia berlari, semakin ingat dia akan sosok cantik yang dia tinggalkan di apartemen.

Sementara Shena terbangun dengan kepala yang nasih terasa berat dan perut keroncongan, mengerjapkan kedua matanya saat sinar mentari kota L.A yang menghangat ditambah mimpi semalam yang rasanya bukan mimpi semata.

"Gardaa!" panggilnya saat dia keluar dari kamar.

Biasanya, pria itu sudah meletakkan sarapan pagi di atas meja makan dan duduk menunggunya. Kegiatan yang menurutnya membosankan karena hanya itu yang dia lakukan selama tinggal bersamanya. Namun kali ini tidak ada apapun di atas meja makan.

"Apa dia belum pulang jogging?" gumamnya dengan terus memijit pelipisnya yang masih berdenyut pusing.

"Gardaa!" Dia masuk ke dalam kamar mencarinya, namun tidak juga melihatnya.

Dan tiba tiba pintu terbuka. Garda datang dan langsung meletakkan sarapan miliknya di atas meja lalu berbalik. Menghindari kontak mata karena merasa bersalah dan berniat langsung masuk ke dalam kamar untuk sembunyi. Namun sayang, kedua matanya justru langsung beradu dengan Shena yang baru keluar dari kamarnya.

"Lo baru balik. Gue laper Ga." ujar Shena mengelus perutnya yang keroncongan.

Namun Garda hanya diam saja, dia masuk ke dalam dapur dan kembali keluar dengan piring yang dia bawa.

"Kok satu. Lo emang udah sarapan?"

"Udah tadi!" ujarnya simple.

Shena duduk, membuka bungkusan sandwich yang dibeli Garda. Kedua matanya berbinar saat melihat sarapan kesukaannya dan langsung melahapnya.

Sesekali Dirga meliriknya diam diam, lalu masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri.

"Dih kenapa dia?" Ujarnya dengan terus mengunyah lalu menatap pintu kamarnya "Aneh."

Namun dia tiba tiba berhenti mengunyah, kembali teringat mimpinya yang seperti nyata semalam lalu menatap pintu kamar Garda dengan pupil yang membesar.

"God. Apa itu bukan mimpi?"

Garda keluar dengan kemeja dan jas yang membalut tubuh atletisnya, dengan dasi yang masih menjuntai di kerah lehernya.

Biasanya, Shena akan membantu memasangkan dasinya setiap pagi, dan kebiasaan itu tidak pernah terlewatkan satu hari pun. Dan kali ini, Dasi yang melilit kerah kemeja Garda sudah terlihat rapi.

Shena terbeliak, menyadari ada yang aneh dan rasanya tidak enak.

"Gar ...! Lo udah bisa pasang dasi lo sendiri?"

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!