NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Lelaki Kejam

1. Wanita Asing

~

~

~

💚Happy Reading Sist💚

Malam itu Gio benar-benar tak sadar karena dirinya terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol. Entah bagaimana ceritanya, keesokan harinya Gio ditangkap basah oleh tunangan dan orangtuanya sendiri saat dirinya tidur bersama wanita lain.

Dia merasa bingung saat dirinya sadar, tunangan dan orangtuanya sudah ada didepan matanya dan yang membuat Gio lebih bingung, tepat disampingnya ada seorang wanita yang sedang tertunduk diam dengan rambut acak-acakan dan juga tubuh yang hanya dibalut oleh selimut. Kebetulan juga Gio saat itu sedang bertelanjang dada.

"Gio, apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Anes menatap nyalang.

"Nes, ini tidak seperti yang kau lihat!" Sanggah Gio panik.

"Tidak seperti yang ku lihat? Lalu apa ini sekarang? Kau sedang tidur bersama wanita lain!" Pekik Anes.

"Gio, kenapa kau seperti ini!" Tekan Maya.

"Ka-kalian jangan salah paham dulu, aku benar-benar tidak mengenal wanita ini!"

"Kalau tidak kenal kenapa bisa tidur satu ranjang?" Tanya Maya.

"Gio juga tidak tahu, mah. Gio sama sekali tidak mengenal wanita ini!" Ucap Gio sambil melirik ke wanita Asing yang masih diam tertunduk

"Hei, kau! Siapa kau?" Tanya Anes.

Wanita itu hanya diam, tak berani juga mengangkat pandangannya.

Anes mendengus kesal, matanya kini sudah memerah. Gio lalu beranjak dari ranjang lalu berdiri tepat dihadapan Anes. Dia menggenggam tangan Anes, berharap Anes mau mendengarkan penjelasannya. Akan tetapi Anes tak mau mendengarkannya, karena Anes benar-benar sudah kecewa dengan lelaki yang sebantar lagi akan menjadi suaminya.

"Aku mohon jangan salah paham dulu, Nes!" Pinta Gio.

Plak.....

Anes melayangkan satu tamparan keras ke wajah Gio.

"Salah paham kau bilang? Sudahlah Gio, sekarang aku benar-benar kecewa denganmu!" Seru Anes.

"Nes, aku berani sumpah kalau aku tidak mengenal wanita ini!" Kata Gio menyakinkan.

"Hei kau, siapa kau kenapa bisa ada di apartemenku?" Tanya Gio setengah membentak.

Tapi wanita masih saja seperti tadi, hanya diam tak berani membuka suara.

"Cepat katakan, jangan bisu!" Sentak Gio.

Wanita itu perlahan mengangkat pandangannya dan menatap sendu semua orang yang menatap ke arahnya.

"Apa kau lupa?" Tanya Wanita itu pada Gio.

"Apa maksudmu, aku tidak mengerti!"

"Malam tadi saat di klub kau mabuk berat, lalu kau memaksa ku untuk tidur denganmu. Dan kau berjanji akan membayar ku setelah itu." Jelas wanita itu sambil gemetaran.

Gio tertegun, ia mencoba mengingat-ingat kembali tentang kejadian tadi malam. Tapi yang Gio ingat hanyalah saat dia tak sadarkan diri lalu jatuh pingsan.

"Tidak, kau bohong! Kau berbohong!" Pekik Gio sambil bergeleng kepala.

"Tapi aku berbicara apa adanya,"

Anes dan juga kedua orangtua Gio yang mendengar itu langsung saja merasa syok. Anes benar-benar tak habis pikir dengan Gio yang tega berkhianat dibelakangnya.

"Padahal aku sudah menyetujui ajakan menikah dari mu, tapi apa yang terjadi sekarang? Kau menghancurkan segalanya, padahal undangan pernikahan kita sudah tersebar dan hanya tinggal menghitung hari saja tapi kau---" Anes tak lagi melanjutkan ucapannya, tenggorokannya seperti tercekat.

"Nes.......kau harus percaya dengan omonganku, wanita itu berbohong!"

Plak....

Untuk kedua kalinya tamparan dari Anes mendarat diwajah tampannya.

"Aku kecewa, aku ingin pernikahan kita dibatalkan saja!" Ucap Anes.

Sontak Gio maupun kedua orangtuanya kaget saat mendengar Anes yang meminta pernikahan dibatalkan. Bagaimana bisa? Sedangkan undangan saja sudah tersebar dimana-mana, jadi manalah mungkin jika dibatalkan.

"Tidak Nes,.......tidak ada pernikahan batal, kita harus tetap menikah!" Kata Gio tak terima.

"Sudahlah Gio, buat apa juga kita menikah jika kau sudah tidur bersama wanita lain?" Tanya Anes, membuat Gio bingung ingin menjelaskannya seperti apa lagi.

"Anes.....Tante mohon jangan batalkan pernikahan kalian, nak!" Mohon Maya.

Sementara Darwin, papah Gio hanya diam saja sejak tadi. Namun terlihat wajahnya sangat menyimpan amarah kepada Gio.

"Maafkan Anes, Tante om, Anes tidak bisa menikah dengan lelaki pengkhianat seperti Gio. Belum menikah saja dia sudah berani seperti ini, apalagi jika sudah menikah?"

Gio maupun mamahnya terdiam saat mendengar pernyataan dari Anes yang seperti itu.

"Tolong Nes, jangan batalkan pernikahan kita. Aku sangat mencintaimu, Nes." Mohon Gio dengan wajah penuh harap.

Anes menggelengkan kepalanya. Keputusannya sudah bulat, dia ingin pernikahan ini dibatalkan saja.

"Hubungan kita cukup sama disini saja, terimakasih atas pengkhianatan nya!" Ucap Anes kemudian berlalu begitu saja.

Gio hanya menatap sendu kepergian Anes, wanita yang ia cintai selama lima tahun terkahir ini. Wanita yang ia harap bisa hidup bersama dengan dirinya selama-lamanya, nyatanya hanyalah sebuah khayalan yang sirna begitu saja.

"Mamah benar-benar kecewa terhadap kau, Gio!" Seru Maya dengan Isak tangisnya sambil mengusap-usap dada.

"Mah, tolong percaya Gio!" Ujar Gio.

"Gio, kau memang anak kurang ajar, padahal papah tidak pernah mengajarimu seperti ini!" Ucap Darwin.

"Bagaimana ini, Pah? Padahal pernikahan tinggal beberapa hari saja. Apa kata para tamu nanti? Mau ditaruh dimana muka kita, pah?" Tanya Maya disela tangisnya.

"Papah juga berpikir seperti itu, Mah. Bagaimana jika mereka tahu kalau pernikahan ini dibatalkan karena Gio anak kita ketahuan tidur dengan wanita lain, pasti keluarga kita akan mendapat cibiran dan cemoohan!"

"Lalu bagaimana jalan keluarnya, pah?" Tanya Maya.

"Satu-satunya cara ialah, kita harus tetap mengadakan pernikahan Gio." Ucap Darwin menatap Gio.

Gio menyipitkan matanya, tak paham dengan apa yang dimaksud oleh papahnya.

"Dengan siapa? Bukankah Anes sudah tidak mau!" Kata Maya.

"Siapa lagi kalau bukan wanita yang tidur bersama dengan Gio." Darwin melirik ke arah wanita asing yang hanya diam tertunduk sejak tadi.

Sontak wanita asing serta Gio dan Maya terkejut saat mendengar pernyataan dari Darwin.

"Apa papah tidak salah?" Tanya Maya.

"Mau bagaimana lagi, Mah? Inilah salah satu jalan keluarnya."

"Tidak pah, Gio tidak mau menikah dengan wanita asing ini. Lebih baik pernikahan batal daripada Gio harus menikah dengannya!" Seru Gio melirik wanita asing itu dengan penuh kebencian.

"Diam kau, Gio! Semua ini juga ulah kau!" Sentak Darwin.

"Dan kau, kau harus bersedia menikah dengan Gio!" Ucap Darwin pada wanita tersebut.

Wanita asing itu menggelengkan kepalanya, seolah tak percaya jika dia harus menikah dengan pria yang sebelumnya tak ia kenal.

"Tapi saya tidak mau menikah dengan anak anda," Ujar wanita itu.

"Mau tidak mau intinya kau harus menikah dengan anakku!" Ketus Darwin.

Gio tentu saja menolak keras keputusan papahnya untuk menikahkan dia dengan wanita asing. Akan tetapi sekeras apapun Gio menolak, akhirnya Gio harus terpaksa menikahi wanita tersebut dengan berat hati.

2.Pernikahan

Beberapa hari berlalu dan hari ini adalah hari dimana acara pernikahan Gio diselenggarakan. Gio menikahi wanita yang bernama Zea. Zea Violetta, seorang wanita berusia 23 tahun dengan paras yang begitu ayu. Memiliki tubuh ideal dengan kulit berwana sawo matang dan hidung mancung serta bola mata yang kecoklatan membuat Zea bisa dibilang wanita yang cukup sempurna.

Namun dihari pernikahannya, bukannya bahagia , Zea justru tampak sedih dan hanya murung sejak beberapa hari yang lalu.

Sebaliknya dengan Gio, wajah pria itu tampak dingin seperti orang yang sedang menyimpan bara api didalam dirinya.

Sedangkan Anes, wanita itu hilang begitu saja bak ditelan bumi. Bahkan Gio sendiri pun tak tahu dimana keberadaan Anes karena semua jalur komunikasi telah terputus.

"Kalau saja semuanya tidak terjadi, mungkin aku tidak akan mau jika anakku menikah dengan wanita seperti mu!" Ucap Maya pada Zea.

"Wanita yang tidak jelas asal usulnya dari mana!" Timpal Maya.

Hati Zea bagaikan terisis pisau saat mendengar ucapan dari wanita paruh baya yang sebentar lagi akan menjadi mamah mertuanya.

"Maafkan saya, tapi sebenarnya saya juga tidak ingin menikah dengan anak anda." Balas Zea.

Maya mendecih, "Cih........tidak ingin? Dasar wanita tidak jelas, bilang saja sekarang kau sangat bahagia karena telah menikah dengan lelaki kaya raya!"

"Itu tidak benar," sanggah Zea dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kalau tidak benar lantas apa? Apa alasannya? Sementara kau saja tida mengenal Gio sebelumnya! Jadi bisa diasumsikan kalau kau itu hanya ingin mengincar harta saja!" Seru Maya dan Zea pun seketika tertunduk diam.

Zea tak mampu berkata-kata, di satu sisi dia sangat bingung karena rencananya untuk membatalkan pernikahan Gio dan Anes malah berujung dialah yang mengantikan Anes. Rencananya sungguh diluar dugaan.

Melihat Zea yang hanya diam mematung, Maya pun berlalu begitu saja.

"Kenapa semuanya malah jadi begini?" Tanya Zea membatin.

Beberapa saat kemudian, para tamu yang diundang sudah mulai berdatangan satu persatu. Pernikahan yang cukup terbilang mewah, membuat semua yang hadir tampak bahagia. Tapi berbeda dengan kedua pengantin itu, mereka tak memperlihatkan kebahagian diwajah mereka, khususnya Zea , ia tampak frustasi dengan pernikahan tersebut.

Meskipun begitu, acara pernikahan berjalan dengan lancar. Namun tak ada sedikitpun senyuman yang bisa ditemukan diwajah kedua pengantin saat acara itu berlangsung.

Dari keluarga Zea, hanya Yesa adiknya lah yang hadir. Sementara orangtua Zea yang sudah lama bercerai tak bisa datang karena sang ibu sedang sakit parah dan keberadaan ayahnya yang tak tahu dimana.

Pernikahan berlangsung, Janji suci sudah di ucapkan, ke dua cincin sudah melingkar di jari manis masing-masing. Para tamu juga bergantian untuk bersalaman dan memberikan ucapan selamat kepada Gio dan Zea.

Zea menatap sekilas lelaki yang baru saja mengucapkan janji suci padanya, terlihat Gio tersenyum namun senyumnya begitu menusuk dan menakutkan. Zea lalu mengalihkan pandangannya.

"Apa kau bahagia sekarang?" Tanya Gio setengah berbisik.

Zea gelagapan, tak berani menjawab.

"Seharusnya orang yang kucintai lah yang berdiri disampingku saat ini, bukan kau wanita asing!" Lirih Gio.

"Tapi tenang saja, habis ini aku akan memberikan mu sebuah pernikahan yang begitu mengerikan sampai rasanya kau ingin mati saja!" Kata Gio lalu tersenyum menyeringai.

Seluruh tubuh Zea menjadi gemetaran saat mendengar perkataan Gio yang seperti itu. Dia tak bisa berbuat apa-apa lagi, dia mengakui kalau dirinya bersalah karena telah melakukan hal gila hingga menjebak dirinya sendiri dalam pernikahan yang tak diinginkan.

Tiba-tiba sorot mata Gio tertuju pada dua sosok yang tak asing baginya, yaitu Dion dan Anes yang ternyata hadir ke acara pernikahannya. Dion sendiri adalah sahabat dekat dari Gio.

"Selamat atas pernikahan kalian!" Ucap Dion pada Gio dan Anes.

Gio tak menanggapinya dan malah bertanya pada Dion mengapa dia bisa bersama Anes.

"Kenapa kau bisa bersama dengan Anes?" Tanya Gio.

Dion tak buru-buru menjawab, ia menatap sebentar ke arah Anes seolah membiarkan Anes untuk menjawabnya.

"Akulah yang menghubungi Dion agar Dion bisa menemani ku untuk datang ke pernikahanmu." Ujar Anes.

"Aku datang hanya ingin mengucapkan selamat atas pernikahanmu," timpal Anes dengan senyuman lalu menatap Zea dengan tatapan penuh arti.

"Anes......seharusnya kau lah yang berdiri di sampingku." Ucap Gio. "Tapi semuanya sudah terlambat, aku ingin sekali menjelaskan semuanya padamu, tapi kau memutuskan semua komunikasi padaku." Jelas Gio dengan wajah sendu.

"Sudahlah Gio, tidak usah disesali, memang kita bukan ditakdirkan untuk berjodoh. Mulai sekarang lupakan lah aku," Ucap Anes.

"Aku mencintaimu, mana mungkin aku akan melupakanmu!"

"Aku tahu, tapi kau harus bisa Gio. Aku sudah iklas, sekarang jalani Lah kehidupanmu dengan wanita yang sekarang sudah menjadi istrimu." Kata Anes.

Gio menghela nafas panjang, tak bis dipungkiri bahwa dirinya memang benar-benar mencintai Anes.

" Selamat ya......!" Ucap Anes lalu memeluk tubuh Zea.

"Terimakasih," Bisik Anes ditelinga Zea seraya tersenyum licik.

Acara telah selesai, para tamu satu persatu mulai pulang. Ada juga yang sebagian mengobrol dengan keluarga Gio.

Sore hari, setelah pamitan kepada kedua orangtua Gio yang sekarang sudah menjadi orangtuanya juga, Zea langsung diboyong Gio untuk pulang ke hunian baru yang akan mereka tinggali. Sebelumnya papah Gio memang membelikan sebuah rumah yang cukup mewah untuk Gio dan Zea tinggal nanti.

Sepanjang perjalanan, Zea terus saja membuang muka ke arah jendela. Ia merasa gugup dan canggung berada didalam situasi yang seperti ini. Sesekali juga dia melirik ke arah samping dimana terlihat Gio sedang memejamkan matanya, mungkin pikirnya mengantuk dan lelah karena seharian sudah berdiri di pelaminan.

Beberapa saat kemudian, supir menghentikan mobil tepat dihalaman rumah mewah.

Kebetulan juga Gio sudah bangun dari tidurnya dan tanpa sepatah katapun, Gio membuka pintu mobil lalu keluar begitu saja tanpa menghiraukan Zea.

"Ayo nyonya, keluarlah!" Ucap pak Supir yang membukakan pintu mobil.

Zea mengangguk, lalu ia turun dari mobil. Dia mematung sejenak saat memandangi sekelilingnya, rumah mewah bernuansa Eropa modern itu sungguh membuat mata tak berkedip. Zea merasa dirinya bagai bermimpi akan tinggal di rumah semegah ini. Zea memang berasal dari keluarga sederhana, jadi melihat rumah seperti ini sungguh membuat Zea takjub.

Dirumah besar ini kehidupan baru akan dimulai. Rumah ini akan menjadi saksi bisu tentang kehidupan pernikahan mereka. Entah itu baik atau buruk tergantung mereka yang menjalani.

"Nyonya silahkan masuk, saya akan membawakan koper nyonya nanti!" Kata pak Supir.

Zea lalu melangkahkan kaki nya untuk masuk ke dalam rumah tersebut. Sampai didalam, Zea merasa bingung dan tak tahu harus kemana dan berbuat apa.

3. Benci

Zea melirik ke sekelilingnya, dia benar-benar terpukau saat melihat beberapa furniture yang tampak begitu mewah dan tentunya pasti sangat mahal harganya.

Tak.......

Tak......

Terdengar suara langkah kaki yang menuruni anak tangga. Dan Zea langsung saja melihat ke arah sumber suara tersebut yang ternyata itu adalah Gio yang sudah berganti pakaian.

Zea tak berani memandang Gio, ia menunduk dengan tubuh gemetar. Langkah Gio semakin mendekat ke arahnya, membuat jantung Zea berdebar.

"Apakah kau senang sekarang, hah?" Tanya Gio setengah membentak.

Zea hanya diam, tak berani menjawab pertanyaan Gio.

"Jawab! Apakah kau bisu?" Gio tiba-tiba mencengkram wajah Zea.

"Sakit......! lepaskan!" Pinta Zea memohon.

Gio lalu melepaskan cengkraman tangannya. "Jangan berpikir jika aku akan menjadi suami yang baik untukmu. Tapi berpikirlah bagaimana caranya agar kau bertahan hidup didalam genggaman tanganku!" Ucap Gio dengan tegas namun membuat Zea merasa takut.

"Sekarang ikut aku.....!" Gio menarik rambut Zea, pria itu lalu menyeretnya dan membawanya menuju ke arah gudang.

Bugh....

Gio mendorong tubuh Zea hingga jatuh tersungkur ke lantai yang begitu keras dan berdebu.

"Argh......" Ringis Zea kesakitan.

"Aku tidak sudi jika harus tidur satu kamar denganmu. Jadi kau tidurlah disini!" Seru Gio.

"Tapi Gio---"

"Berani sekali kau menyebut namaku pakai mulut kotor mu itu. Cuih.....panggil aku TUAN bodoh!" bentak Gio pada Zea yang belum menyelesaikan ucapannya.

"Ma-maaf tuan,"

"Jangan karena status kita yang sudah sah menjadi suami istri kau jadi berlagu seperti ini!" Hardik Gio yang terus menerus mencari maki istrinya sendiri.

Gio pun lalu pergi meninggalkan Zea yang berderai air mata.

Zea tak menyangka jika Gio, lelaki yang menikah dengannya itu akan se-arogan ini.

"Kau harus kuat, Zea." Lirih Zea seraya mengusap kasar cairan bening yang terus jatuh.

Walaupun tubuhnya terasa lelah, tapi Zea harus membersihkan terlebih dahulu gudang tersebut untuk tempat tidurnya. Zea memang sudah mengerti dari awal jika Gio pasti tidak akan mau tidur seranjang dengan dirinya.

"Nyonya......nyonya tidak apa-apa?" Tanya pak Kasman yang datang menghampiri.

"Tidak apa-apa, Pak!" Jawab Zea berbohong.

"Ya sudah kalau begitu, ini kopernya!" Ucap pak Kasman.

"Terimakasih, pak!"

Pak Kasman mengangguk, kemudian berlalu pergi.

Setelah membersihkan gudang, Zea pun pergi ke kamar mandi yang terletak didekat dapur untuk menyegarkan diri karena sebentar lagi hari akan gelap.

Selesai membersihkan diri, Zea segera pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk Gio.

Sebetulnya Zea tak tahu makanan apa yang disukai oleh Gio, tapi dia tetap nekad masak apa saja untuk sang suami.

Makanan yang dimasak Zea cukup banyak dan terlihat begitu menggugah selera.

Setelah menyajikan dimeja makan, Zea mencari keberadaan Gio yang sejak tadi tak terlihat.

Sudah beberapa ruangan Zea masuki, akan tetapi ia tak juga melihat adanya Gio. Mungkin pikir Zea Gio sedang pergi keluar.

Akhirnya Zea pun memutuskan untuk menunggu Gio di ruang keluarga sambil duduk membaca majalah.

Hingga pukul tujuh malam, barulah terdengar suara deru mobil yang berhenti didepan rumah.

Zea lalu bangkit dari duduknya, dia berniat ingin membukakan pintu sekaligus menawari Gio untuk makan malam.

"Aku sudah masak makan malam, jadi silahkan makan dulu," Ucap Zea saat Gio masuk.

Langkah Gio terhenti, dan ia menatap tajam ke arah Zea.

"Aku tidak Sudi memakan masakanmu!" Bentak Gio.

"Ta-tapi tuan, saya sudah memasaknya untuk tuan,"

"Cuih.....sudah ku bilang, aku tidak Sudi memakan masakanmu! Kalau perlu kau buang semua makanan itu! Pekik Gio kemudian berlalu pergi keluar mencari restoran untuk makan malam.

Zea terisak saat mendapatkan perlakuan yang seperti itu dari Gio. Dia lalu pergi ke ruang makan dan memakan masakannya seorang diri. Setelah itu dia menunggu Gio pulang dengan duduk kembali disofa ruang keluarga. Karena merasa lelah dan lama menunggu, tanpa sadar Zea pun tertidur disofa tersebut.

Tengah malam barulah Gio pulang ke rumah. Dia membuka pintu dan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumahnya. Suasana rumah tampak begitu sepi dan hening, Gio menatap lurus ke depan dan ia melihat ada Zea yang sedang tertidur pulas disofa.

Gio mendekat ke arah tubuh yang sedang tertidur itu, kemudian ia menarik paksa lengan Zea hingga Zea jatuh tersungkur ke lantai.

"Aaaawww........" Zea mengaduh kesakitan saat tubuhnya membentur lantai.

"Hei.....wanita murahan! Berani-beraninya kau tidur disofa mahal milikku!" Seru Gio.

"Maafkan saya tuan," ucap Zea menunduk ketakutan.

"Tubuhmu itu kotor, jadi bisa-bisa sofaku kotor nanti!"

"Sekali lagi maafkan saya, tuan." Ujar Zea menunduk sedih.

"Kalau mau tidur, tidurlah di gudang sana!"

Gio lalu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju ke kamarnya untuk beristirahat.

Dan Zea, wanita itu bangkit berdiri lalu melangkah menuju ke kamar pelayan yan menjadi kamarnya sekarang.

Saat sudah dikamar, Zea dengan sedih langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur busa yang tipis. Sesekali ia jua menghapus sudut matanya yang basah.

Di gudang tidak ada AC dan kamar mandi berada di luar kamar tepatnya disamping dapur. Zea yang masih merasa lelah dan ngantuk akhirnya melanjutkan tidurnya. Dia memejamkan matanya namun hawa panas membuatnya tak bisa tidur.

Zea beranjak dari posisi tidurnya, lalu ia pergi ke dapur untuk mengambil air minum karena tenggorokannya begitu kering. Didapur, ia langsung saja membuka kulkas untuk mencari air dingin. Suasana begitu sepi, Zea sesekali melirik ke arah lantai atas. Pikirnya mungkin Gio sudah tidur.

Bagi pengantin baru, malam pertama adalah malam yang ditunggu-tunggu atau menjadi momen yang sakral sekaligus privasi untuk beradu cinta. Namun berbeda dengan Gio dan Zea, sepasang pengantin yang baru saja mengucapkan janji suci beberapa jam yang lalu itu, mereka sama sekali tak melakukannya. Kebencian Gio terhadap Zea sudah benar-benar mendarah daging bahkan dalam hati Gio sudah bersumpah pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan pernah menyentuh Zea.

Pukul dua dini hari, barulah Zea bisa memejamkan kedua matanya dan pagi buta barulah ia terbangun dari tidurnya. Zea memang tipe orang yang selalu bangun pagi. Pernah Zea bagun kesiangan, tapi yang ada kepalanya terasa sangat pusing.

Setelah membereskan tempat tidurnya, Zea pergi kekamar mandi dengan maksud ingin mencuci mukanya agar terlihat segar. Setelah itu Zea pergi ke dapur dengan maksud ingin menyiapkan suaminya sarapan. Zea tak peduli, meskipun Gio mengatakan jika dia tidak Sudi memasak makanan yang dibuat olehnya. Bagi Zea itu semua sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang isteri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!