" Oh iya, nanti malam aku pulang agak malam ya. Kerjaan ju banyak banget," ucap Nanda disela-sela saat sarapan bersama.
" Oke ..." Jawab singkat Juna sambil manggut-manggut. Dia terus mengunyah makanannya.
Nanda Zainal Karisa adalah wanita muda berusa 26 tahun bekerja sebagai seorang dokter anak dan bahkan dia sudah memiliki kliniknya sendiri, walaupun tidak cukup besar namun cukup terkenal di kota tersebut. Nanda sangat menyukai anak-anak, dia begitu baik dan lemah lembut.
Sementara Juna Arif Dzaky laki-laki berusia 29 tahun itu sudah memiliki karir cukup bagus diusianya yang masih muda. Dia sudah menepati jabatan cukup penting dalam perusahaan besar dimana dirinya berkerja. Untuk mendapatkan posisi sebagai manager di perusahaan itu bukanlah hal yang mudah, tentu Juna harus berkerja keras hingga pada akhirnya dirinya di tempatkan posisi yang sangat ia impikan itu. Tentu membuatnya sangat bahagia sekali hingga sifat angkuhnya terkadang mulai keluar dari dirinya.
Nanda dan Juna sudah menikah kurang lebih tiga tahun lamanya. Dalam rumah tangga mereka nampak terlihat baik -baik saja awalnya, sampai suatu saat dimana Nanda sudah mulai ingin memiliki seorang anak yang membuat Juna bungkam lantaran laki-laki itu masih menginginkan kebebasan apalagi karirnya saat ini sedang di puncak hingga membuat hubungan keduanya mulai sedikit renggang dan jarangnya komunikasi.
" Kamu gak apa-apa kan dirumah tanpa aku?" Nanda bertanya bukan kepada Juna, melainkan pada sahabat nya yang saat ini sedang menumpang dirumah mereka.
Ya ... Saat ini Nanda sedang kedatangan tamu yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Sudah hampir 5 hari sahabatnya itu tinggal dikediaman lantaran apartemen yang di sewa oleh sahabatnya itu sedang ada masalah, ada penyusup masuk hingga membuat sahabatnya itu ketakutan untuk kembali ke apartemen.
Karena kasihan, Nanda pun mengijinkan sang sahabat yang bernama Nayla Salma tinggal dirumahnya sampai keadaan wanita itu kembali baik-baik saja.
" Iya aku nggak apa-apa, justru aku yang minta maaf karena sudah merepotkan kalian," tuturnya merasa tidak enak dengan ekspresi bersalah.
Nanda tersenyum lalu menggenggam tangan sahabatnya, mereka sudah berteman cukup lama kurang lebih satu tahun. Mereka bertemu saat Nanda mengalami kecelakaan kecil dan di tolong oleh Nayla, dari sanalah keduanya mulai menjadi akrab.
" Anggap saja rumah sendiri ya ..." Begitu baik hati, dengan tulus Nanda membantu sahabatnya yang dalam trauma akibat penyusup masuk tersebut.
Nanda bangkit, dia bersiap -siap untuk pergi bekerja. Setelah mengambil tas kecilnya dan memakai jas putihnya Nanda kembali mendekat lalu dia mengecup pipi kiri suaminya untuk berpamitan.
" Aku berangkat dulu ya," ucapnya sambil tersenyum lembut.
" Iya, kamu hati-hati dijalan ya," balasnya dengan lembut bahkan dia juga membalas mengecup kening istrinya kemudian kembali duduk untuk melanjutkan sarapan yang belum selesai.
Sementara Nayla hanya tersenyum sambil membuang pandangannya ke arah lain.
" Aku berangkat dulu ya, bye." Nanda tak lupa berpamitan dengan Nayla sambil melambaikan tangan.
Wanita itu hendak bangkit dari tempat duduk.
" Kamu mau kemana?" Tanya Nanda.
" Mau ngantar kamu ke depan," ujarnya, karena selama dia tinggal dikediaman ini Nayla selalu mengantar Nanda sat berangkat kerja sampai kedepan pintu.
" Tidak usah, kamu lanjutkan saja sarapan bareng suami aku." Nanda begitu sangat mempercayai keduanya sehingga tidak masalah membiarkan sahabat dan suaminya menikmati sarapan pagi bersama, berduaan saja tanpa dirinya.
" Bye ..." Lagi-lagi dia melambaikan tangan, karena jadwalnya pagi-pagi sekali sehingga dirinya selalu berangkat kerja lebih dulu ketimbang suaminya. Nanda sudah pergi meninggalkan karangan rumahnya dengan menyetir sendiri dan tinggallah Nayla dan Juna di ruang makan tersebut.
Tak mendengar suara mobil lagi, kini Juna menghentikan makannya. Dia menatap Nayla dengan sangat tajam. Selama 5 hari wanita itu tinggal dikediamannya Juna tidak sama sekali berbicara pada wanita dihadapannya ini, bahkan dia selalu menghindar, dan hari ini dia terlihat ingin berbicara. Sementara Nayla terlihat tenang sekali, bahkan tersenyum manis saat suami sahabatnya itu tengah menatap dirinya.
" Mau sampai kapan kamu tinggal disini?" Terdengar begitu sangat datar saat Juna bertanya. Tatapannya masih lurus kedepan.
Nayla mendongak, lagi-lagi dia memperlihatkan senyum manisnya. Bukannya buru-buru menjawab wanita itu malah mengambil tisu kemudian mengusap bibirnya lalu bangkit dari tempat duduknya kemudian berjalan mendekat kearah Juna.
" Kamu jahat sekali, bukannya lebih enak jika kita bisa bertemu setiap hari seperti ini?"
Tanpa diduga, wanita itu dengan sangat beraninya, dengan sangat lancangnya dia memeluk suami dari wanita yang berbaik hati dan sangat percaya padanya dari belakang dan menyandarkan kepalanya di bahu Juna bahkan Nayla berkata agak sedikit merajuk namun terdengar manja.
Dan anehnya lagi, si Juna bukannya marah atau mendorong Nayla yang memeluknya tersebut. Laki-laki itu seakan tidak mengelak sama sekali seperti adegan ini sudah biasa baginya.
" Apa yang kamu rencanakan sebenarnya?" Juna bahkan menodongkan pertanyaan tanpa risih jika yang memeluk tubuhnya adalah wanita lain.
" Aku sangat merindukanmu, Juna. Tapi kamu jahat sekali karena tidak mau lagi datang ke apartemen ku. Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?" Nayla merajuk, dia mengerucutkan bibirnya lalu melipat kedua tangannya di dada.
Juna menghela nafasnya lalu dia memutar balik tubuhnya hingga menghadap ke Nayla dan menarik tangan wanita itu dan membawanya kepangkuan.
" Aku kan sudah bilang jika aku sangat sibuk di kantor." Juna terdengar sedang membujuk Nayla yang merajuk.
" Bohong, pasti karena kamu sedang bermesraan dengan Nanda. Jika aku tidak datang kesini, mungkin sampai sekarang kita gak bisa bertemu."
Tak ada yang tahu jika keduanya ternyata sudah saling mengenal satu sama lain bahkan terlihat begitu sangat dekat. Dengan kedekatan mereka yang tak lazim tersebut tidak memungkinkan jika keduanya tidak memiliki hubungan apapun.
" Kamu kan tahu jika aku jarang pulang, Nanda bakalan curiga," ujar Juna. Tangan menyentuh bibir Nayla yang manyun tersebut.
" Mau sampai kapan kita terus-menerus sembunyi -sembunyi seperti ini Juna. Aku capek harus berpura-pura terus."
" Bukannya kamu sudah berjanji akan menikahi aku?"
Juna bungkam, dulu memang dirinya membuat janji untuk menikahi Nayla, tetapi itu sebelum dirinya menikah dengan Nanda.
Ya, Juna dan Nayla sudah memiliki hubungan jauh sebelum menikah dengan Nanda. Bisa dibilang jika keduanya adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Karena Juna di paksa menerima Nanda yang tak lain wanita pilihan kedua orangtuanya sehingga Juna terpaksa harus meninggalkan Nayla.
" Maafkan aku, sekarang belum saatnya Nayla. Kita jalani saja dulu seperti ini sampai waktunya tiba," ucap Juna. Walaupun dia sangat mencintai Nayla namun dirinya tidak bisa menceraikan Nanda begitu saja lantaran kedua orang tidak merestui hubungan mereka.
" Mau sampai kapan? Mau sampai kapan aku terus seperti ini Juna! Hati aku sakit tau gak melihat kamu bermesraan dengan wanita itu. Aku cemburu melihat dia mencium bahkan memeluk mu, mau sampai kapan kamu terus menyakiti aku," teriak Nayla dengan nada tinggi, dia turun dari pangkuan Juna bahkan terlihat air matanya mengalir di pipi.
" Maafkan aku, aku janji secepatnya kita akan bersama." Dengan cepat Juna memeluk Nayla menenangkan wanita itu yang menangis.
" Kamu bohong, kamu bohong." Nayla memukul dada Juna, hatinya sangat sakit lagi-lagi di janjikan palsu oleh kekasihnya itu.
Di sisi lain ...
" Astaga, dokumen nya pake acara ketinggalan segala lagi." Dengan sangat kesal Nanda memutar kembali mobilnya.
Mau tidak mau dia harus kembali lagi untuk mengambil dokumen tersebut lantaran sangat penting, Untunglah belum terlalu jauh. Dengan cepat dia melajukan kecepatan mobilnya agar cepat sampai. Setelah di depan gerbang rumahnya, dia malas memasukan mobilnya karena nanti harus mengeluarkan kembali sehingga dia memilih untuk turun saja lalu berjalan memasuki gerbang rumahnya tersebut.
Nanda buru-buru mempercepat langkahnya, pintu rumahnya tidak terkunci sehingga dengan mudah dia dapat mendorong pintu tersebut. Kemudian dia kembali melangkah menuju meja di ruang keluarga dimana dirinya meninggal dokumen tadi.
Sementara itu di sisi lain, Juna dan Nayla masih berpelukan tanpa sadar jika Nanda kembali lagi. Karena tidak mendengar bunyi mobil sehingga mereka tidak berpikir jika Nanda ada di dalam rumah tersebut.
" Jangan menangis lagi, nanti cantiknya ilang loh." Juna menghapus jejak air mata Nayla. Nayla tersenyum lalu dia memukul pelan lengan kekasihnya kemudian dia kembali memeluknya lagi.
Terdengar bunyi suara hp membuat keduanya saling pandang. Dengan wajah panik keduanya buru-buru melepaskan pelukan mereka karena yakin jika bunyi hp tersebut bukan milik mereka.
" Halo ... Iya, ini masih dijalan, tolong tunggu sebentar lagi saya akan kesana." Ternyata suara hp Nanda yang menyala, wanita itu menerima panggilan saat menuju ruangan keluarga tanpa melihat dua sejoli yang sedang berpelukan.
" Nanda, kenapa kamu kembali lagi?" Tanya Juna menghampiri, di berusaha bersikap normal padahal saat ini dirinya begitu panik.
Nanda menoleh kemudian tersenyum lalu dia menunjukkan dokumen yang ketinggalan." Terlalu buru-buru, jadi melupakan hal yang penting," ucapnya seraya tertawa kecil. Kemudian dia melihat arah meja makan.
" Gak usah repot-repot di beresin, Nay. Sebentar lagi mbak Ida bakalan datang," cegah Nanda saat Nayla sedang mengemasi piring -piring kotor diatas meja makan..
Nayla pintar mengalihkan suasana, berpura-pura membersihkan agar tidak terlihat malas itu adalah akting saja.
" Nggak apa-apa, aku gak tahan melihatnya nanti keburu banyak semut," ucapnya, dia bersikap santai seakan tak terjadi apapun. Nanda tak bisa mencegahnya lagi, kemudian dia berjalan mendekati suaminya yang hendak memakai jas kerjanya.
" Kamu mau berangkat?" Nanda mengambil alih kemudian memakaikan jas ke tubuh suaminya.
" Iya, yuk kita berangkat bareng sampai ke depan." Juna merangkul bahu istrinya setelah dirinya sudah siap dan mengajak Nanda untuk jalan bersama menuju pintu depan ke mobil masing-masing dan meninggalkan Nayla yang pura-pura tidak melihat karena saat ini Juna dan Nanda begitu sangat mesra sekali tentu membuat hatinya Nayla panas.
Nanda mengangguk, namun sebelum melangkah dia menoleh sebentar ke arah meja makan. " Nay kami kerja dulu ya, Kamu hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa cepat hubungi kami," ucapnya berpamitan, Nayla hanya mengacungkan jempolnya saja Kemudian Nanda dan Juna pergi meninggalkan Nayla yang menatapnya tak suka karena saat ini Juna tengah merangkul istrinya tersebut.
" Kau sama sekali tidak menoleh ke arahku Juna, laki-laki menyebalkan," kesalnya sambil melempar serbet ke sembarangan tempat dia kesal sekali lantaran Juna sama sekali tidak menoleh ke arah dirinya lagi.
" Lihat saja cepat atau lambat kau akan menjadi milikku Juna."
Ternyata Nayla memang sengaja mendekati Nanda dengan drama kecelakaan dan dia pun menjadi pahlawan penolong bagi Nanda sehingga mereka menjadi akrab dan menjadi sahabat Karena itulah tujuan Nayla sebenarnya berpura-pura mendekati Nanda menjadi sahabatnya agar dirinya bisa dekat dengan Juna, kekasihnya.
Saat Juna memberitahu tentang perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, tentu membuat Nayla sangat sedih, kesal, marah dan sakit hati. Dia tidak terima lantaran dirinya sangat mencintai laki-laki itu, namun Entah mengapa kedua orang tuanya Juna tidak menyetujui dirinya untuk menjadi bagian keluarga mereka, bahkan sangat menentang sekali hubungan dirinya dan juga Juna. Padahal Nayla sudah berusaha sangat keras agar menjadi wanita yang baik di mata orang tuanya Juna.
Namun tetap saja Restu itu tidak kunjung ia dapatkan hingga pada akhirnya terdengar pernikahan Juna dengan Nanda sudah sah, membuatnya sangat frustasi bahkan nekat melakukan percobaan bunuh diri jika Juna memutuskan hubungan mereka. Hingga membuat Juna tidak bisa berbuat apa-apa selain tetap menjalani hubungan asmara secara diam-diam di belakang istrinya karena nyatanya Juna memang masih sangat mencintai Nayla dan mereka pun terus berhubungan sampai sekarang ini.
" Aku jalan dulu ya, kamu hati -hati dijalan," ujar Nanda sekali lagi berpamitan.
" Iya ..." Zona hanya mengecup kening istrinya saja kemudian dia masuk ke mobil dan juga Nanda masuk ke mobil masing-masing kemudian menyalakan klakson lalu lebih dulu pergi meninggalkan karangan rumah dan juga mobil Juna yang hendak keluar.
Nanda begitu sangat mencintai suaminya itu, meskipun mereka awalnya dijodohkan namun seiring waktunya berjalan perasaannya tumbuh dan mencintai Juna dengan tulus. Walaupun agak sedikit jengkel terkadang kalah membahas masalah anak, Juna selalu saja menghindar dengan berbagai macam alasan dan salah satunya adalah masih belum siap memiliki anak hingga Nanda pun bersabar selama 3 tahun menunggu. Namun kali ini dirinya tidak bisa lagi terus menunggu, dan Nanda pun berencana harus bisa hamil karena tidak sabar ingin menjadi seorang istri yang sesungguhnya.
Sementara itu Nayla membiarkan piring-piring kotor atau sisa mereka salahkan tadi begitu saja tanpa berniat ingin membereskan seperti saat ada Nanda tadi. Dia berjalan menaiki tangga menuju lantai 2 di mana kamar utama rumah tersebut dan di sanalah tempat Juna dan juga Nanda tidur.
Perlahan Nayla membuka pintu kamar utama tersebut karena tidak dikunci tentu dia sangat begitu sangat mudah untuk memasukinya. Nanda memang tidak pernah mengunci rumahnya apalagi ada Mbak Ida yang sudah sangat terpercaya membersihkan rumah tersebut hingga membiarkan kamarnya tidak dikunci rapat agar supaya Mbak Ida bisa membersihkan kamarnya selama mereka tidak di rumah.
" Ini seharusnya menjadi kamarku dan juga Juna," ucap Nayla melihat sekeliling isi kamar yang terlihat begitu sangat mewah dia iri sekali karena Seharusnya dirinyalah yang menjadi Nyonya rumah ini dan menempati kamar ini bukan wanita lain.
" Rumah ini, kamar ini, bahkan seluruh isinya adalah milikku." Nayla melihat perhiasan-perhiasan yang ada di laci meja rias milik Nanda.
" Hanya aku yang pantas memakai semua perhiasan ini."
Dengan begitu sangat lancang sekali Nayla pun memakai perhiasan tersebut kalung, cincin, gelang, bahkan anting-anting iya coba satu persatu kemudian ia melihat dirinya dari pantulan cermin terlihat sangat cantik memakai perhiasan itu.
" Sangat cantik ..." Ucapnya kagum dengan keindahan dirinya yang sudah memakai semua perhiasan milik Nanda.
Dan tak hanya di situ saja jiwa serakah Nayla kembali timbul saat melihat lemari yang berukuran besar kemudian dengan cepat Naila melangkah menuju lemari tersebut lalu membuka pintunya.
" Ini semua milikku, aku yang pantas memakai semua ini."
Nayla membuka satu persatu baju-baju mewah yang bermerek tergantung di lemari tersebut kemudian ia coba ke tubuhnya karena ukuran mereka tak jauh berbeda sehingga membuat Nayla sangat berambisi sekali mencobanya.
" Benar-benar sangat cantik." Nayla tak percaya melihat dirinya dari pantulan cermin bener-bener sangat indah sekali dipandang.
Tok ... Tok ...
Terdengar suara bunyi ketukan pintu Nayla yang masih sibuk mencoba satu persatu gaun mewah milik Nanda dan juga perhiasan-perhiasan lainnya. Dia tidak merasa panik sama sekali seakan dirinyalah pemilik rumah tersebut.
" Mbak Nayla didalam?" Tanya seseorang wanita terdengar wanita tua yang memanggil sambil mengetuk pintu.
Nayla sangat kesal, dia membanting baju yang ia pegang ke lantai. " Ada apa?" Tanyanya balik dengan nada terdengar sangat kesal sekali.
" Saya mau membersihkan kamar Bu Nanda," ucapnya sopan karena sudah pekerjaannya sehari-hari jadi jam segini dia pasti akan datang ke kamar utama milik rumah tersebut.
" Tidak perlu, biar saya yang akan membersihkannya. Kamu membersihkan aja di tempat lain," jawabnya tanpa membuka pintu lantaran dirinya masih mengenakan baju dan perhiasan bahkan make up milik Nanda.
" Tapi, Mbak ..."
" Udah deh gak usah ngelawan, pergi sana pergi tempat lain," teriaknya dengan nada tinggi pembantu rumah ini benar-benar membuatnya sangat emosi jika dirinya menjadi roknya rumah ini dia tidak akan memperkerjakan wanita paruh baya seperti Mbak Ida.
" Gangguin orang aja," gua maunya kesal kemudian dia kembali menatap dirinya dari pantulan cermin Dan melanjutkan memakai cincin cincin bahkan hingga 10 jarinya penuh iya coba semuanya.
Mbak Ida di depan pintu kamar tersebut nampak kebingungan lantaran Nayla begitu lancang sekali memasuki kamar milik majikannya tersebut, apalagi tidak membiarkannya masuk bahkan berani menutup pintu dan menguncinya. Apa yang sebenarnya wanita itu lakukan pikir Mbak Ida, namun ia tidak berani untuk mengadu Karena wanita itu adalah sahabat dari majikannya sendiri.
Mbak Ida pun terpaksa membawa kembali sapu pel dan keboncengnya pergi meninggalkan lantai 2 dan lebih membersihkan lantai satu saja. Dia tidak ingin ikut campur selagi wanita yang masih berada di dalam kamar majikannya itu tidak terbukti melakukan sesuatu hal yang ada di dalam pikirannya yaitu mengambil barang-barang berharga milik majikannya.
Sementara itu di dalam kamar Nayla kembali membuka lemari pakaian Nanda dan dia terkejut saat melihat beberapa baju haram milik Nanda untuk menggoda kekasihnya. Iya ambil salah satu baju yang sangat tipis sekali itu dan transparan berwarna merah.
" Dasar pelakor, beraninya dia menggoda kekasihku." Sungguh sangat kesal sekali melihatnya Nayla pun membuang baju haram tersebut ke lantai kemudian ia injak-injak karena seharusnya dirinyalah yang layak memakai baju tersebut untuk menggoda kekasihnya.
" Juna laki-laki brengsek, bisa-bisanya dia menghianatiku." Nayla teriak dia menangis lantaran sakit hati karena mengetahui jika kekasihnya berhubungan badan dengan Nanda walaupun sebenarnya mereka memang sah melakukan hal tersebut namun tetap saja hatinya sangat sakit hancur berkeping-keping laki-laki yang seharusnya menjadi miliknya malah melakukan hubungan dengan wanita lain.
" Apa salahku sebenarnya Tuhan, kenapa orang tuanya Juna tidak merestui aku untuk bersama dengan Juna, kami saling mencintai. Apa salahku?"
Nayla terduduk di lantai lantaran dia tidak mengerti entah apa penyebab dirinya tidak disukai oleh keluarga jumlah dan sangat menentang sekali hubungan mereka padahal sudah sangat jelas bahwa dirinya dan juga Juna saling mencintai.
" Aku tidak boleh begini, apapun caranya, bagaimanapun aku harus bisa mendapatkan Juna. Juna hanya milikku seorang, sekalipun terhalang oleh tembok yang kokoh aku akan pasti merobohkannya demi untuk bersama dengan Juna."
Tekad Nayla, dia bangkit dari terpuruknya yang terduduk di lantai kemudian mengusap air mata. Lalu dia kembali memungut baju haram tersebut kemudian dia menyeringai licik.
****
Malam harinya, Nanda masih sibuk dengan pasien yang mengantri untuk berobat di klinik gigi miliknya sehingga terpaksa pulang larut malam ini. Jadwalnya begitu sangat padat, padahal hari sudah menunjukkan pukul 7 malam. Namun dengan senyum ramah dia tetap semangat melayani pasien tersebut tanpa keluh kesah.
" Hai, siapa namanya sayang?" Tanya Nanda sangat lembut sekali saat hendak memeriksa seorang anak yang cantik tengah takut untuk diperiksa.
" Manda," jawabnya pelan, dia agak kesusahan bicara karena sakit gigi yang dia alami.
" Wah namanya kita hampir sama ya, aku Nanda. Manda, Nanda. Boleh kita berteman?" Kata Nanda, dia mengeluarkan jari kelingkingnya untuk mengajak gadis kecil itu berteman dengannya.
Tentu Nanda harus membujuk lebih dulu agar anak-anak saat di periksa giginya tidak merasa takut lagi. Dan tentu dengan lemah lembut dan tidak memaksa.
" Nanti kalau kita sudah berteman, kakak bakalan kasih ini?" Nanda mengambil sebuah boneka berukuran kecil namun sangat lucu.
" Untuk ku ..." Ujarnya sangat tertarik dengan boneka tersebut.
" Emmm, tapi harus dengan satu syarat. Ya itu Manda gigi Manda harus di periksa dulu, karena kalau tidak boneka Mimi nya gak mau sama anak yang sakit gigi, katanya takut tertular," bujuk Nanda, dia sangat pintar sekali membujuk anak yang tidak mau diperiksa giginya.
" Tapi Manda takut," cicitnya pelan. Nanda pun tersenyum kemudian dia berjongkok menatap Manda.
" Kalau Manda mau diperiksa, Kakak janji akan memberikan boneka Mimi 2. Tapi kalau nggak mau di periksa ya sudah boneka imut ini kakak bakalan kasih ke anak yang pemberani saja, padahal Mimi sudah sangat menyukai Manda, sayang sekali," ucapnya dengan nada sedih.
" Jangan, Manda mau kok di periksa." Dengan cepat Manda mengambil boneka tersebut. Walaupun agak takut giginya di periksa tapi demi boneka Mimi dia pun memberanikan diri.
" Nah gitu dong baru anak yang pemberani." Nanda mengusap pucuk kepala Manda. Kemudian menggandeng tangan Manda untuk menuju ke ruangan untuk diperiksa bagian gigi yang sakit.
Seseorang tersenyum dari tadi terus memperhatikan interaksi Nanda yang membujuk anaknya tidak mau diperiksa. Dia sangat kagum sekali dengan keramahan dokter di klinik ini patut saja ramai pengunjung untuk berobat di sini karena bukan hanya kualitasnya yang bagus tetapi pelayanannya juga sangat baik sekali.
***
Sementara itu di rumah kediaman Juna dan Nanda Bi Ida sudah kembali pulang ke rumahnya karena wanita purba yaitu hanya bekerja dari jam 08.00 sampai jam 05.00 sore saja dan sekarang hanya tinggal Nayla saja di rumah yang cukup lumayan besar itu dia baru saja keluar dari kamar pribadi Juna dan Nanda.
Nayla sudah terlihat sangat segar sekali lantaran dirinya baru saja selesai mandi dan wanita itu berdandan sangat cantik malam ini dan yang paling mengerikan sekali baju haram transparan berwarna merah itu ia kenakan hingga memperlihatkan logo tubuhnya yang sangat lumayan seksi putih mulus dan cukup membuat mata laki-laki tergoda.
Nayla sengaja berpakaian seperti ini untuk merayu kekasihnya karena sudah hampir 2 bulan lebih mereka tidak bersama, tentu dirinya sangat merindukan kekasihnya tersebut merindukan akan sentuhannya dan merindukan bercinta dengannya.
Terdengar bunyi suara mobil memasuki karangan rumah Nayla tersenyum dia sangat yakin jika itu adalah jola karena saat ini Nanda sudah mengirimnya pesan jika wanita itu agak pulang larut malam ini sehingga dia sangat bersemangat sekali menyambut kedatangan Juna dan duduk manis di sofa.
Juna masuk ke rumah setelah membuka pintu, tak lupa dia kunci kembali pintu tersebut, saat melangkah masuk laki-laki itu melonggarkan dasinya yang mencekik lehernya, badanya terasa sangat lelah sekali. Saat dirinya hendak menaiki anak tangga, tiba-tiba lampu ruang tamu menyala, tentu membuat Juna menoleh dan sangat terkejut sekali, matanya terbelalak nyaris bola matanya keluar dari kelopaknya saat seseorang yang sedang duduk di sofa dengan senyum nakalnya namun terlihat sangat seksi dan menggoda sekali.
" Nayla, apa-apaan kamu!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!