"coba deh kamu nurut sama aku, jangan makan pedes dong.."
"ini gak pedes, astaga.."
Kevin menggelengkan kepalanya, sungguh menguras emosi memberitahu pacarnya ini jika makanan pedas tidak baik dimakan keseringan.
"beresin!"
Kasih mengangguk, kekasihnya perlahan menaiki tangga dan menghilang dibalik pintu. Kasih mencurucutkan bibirnya tak suka, apa Kevin tak tahu bagaimana rasanya makan ini?
Drttttt! Drtttt!
"kenapa bengong? selingkuhan?"
Kasih melotot mendapat sahutan dari kekasihnya itu.
"mama!"
Kasih dengan kesal menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan.
"halo ma?"
[Kasih, kamu dimana sekarang nak? pulang ya, papa kambuh jantungnya.]
"apa? mama dimana sekarang?"
[dijalan mau kerumah sakit cinta sejati, cepetan.]
"iya ma, aku kesana sekarang."
Tut!
Kasih segera merampas tasnya dan meninggalkan Kevin yang duduk menunggu penjelasan dari Kasih.
"Ka!"
Kasih kemudian balik lagi.
"kenapa? aku buru-buru, papa kambuh jantungnya."
"aku anter, kenapa sendiri?"
"astaga aku lupa!"
Kevin dengan sigap mengambil kunci mobilnya dan meluncur etempat rumah sakit yang sudah diberitahu mamanya tadi.
*
"pa.."
Mama menangis kala tubuh papa terbaring dengan lemah diatas brankar, dokter dengan tenang datang sembari masuk keruangan.
"tolong tunggu diluar ya buk, pak. dokter akan semaksimal menolong pasien, bantu doa agar semuanya dipermudah."
"Sus tolong, tolong sembuhin papa aku sus.."
Suster mengangguk, ia kemudian masuk dan menutup pintu. menyisakan Kasih dan Kevin mama dan Kiano sang anak sulung dikeluarga Siregar.
Kasih menangis, Kevin dengan lembut menengangkan sang kekasih meskipun ia juga merasa terpukul sang salon mertua harus mengalami kesakitan jantung yang ia derita.
"Ma, mama pulang yuk. Kian anter mama istirahat, biar yang jaga papa Kasih dulu nanti Kian balik kesini lagi."
"Nggak, mama mau disini mama mau jaga papa.."
"Ma, kalo papa sembuh dan papa tau mama sakit gara-gara jagain papa yang ada nanti papa khawatir."
"Tapi-"
"ma.."
Mama akhirnya mengangguk, dengan pisik yang lelah karna terus menerus menangis mama beranjak dari kursi ruang tunggu.
Melihat mama dan kakak satu-satunya enyah Kasih beranjak dan berdiri dipintu kaca yang menjadi penghalang antara dirinya dan papa nya.
Ceklek!
Pintu terbuka Kasig dengan cepat menyerbu dokter.
"bagaimana dok? papa saya sembuh?"
"Kami sudah semaksimal mungkin untuk menyelamatkan pasien, namun takdir berhendak lain.."
"Maksud dokter?"
"Pasien sudah meninggal dunia, kami minta maaf.."
Kasih terjatuh, ia sungguh terkejut. ia menangis sejadi-jadinya membuat Kevin panik, Kevin dengan lembut memeluk gadis itu menenangkan gadis itu kemudian mengajaknya masuk keruangan itu.
"Paa.."
Kasih menyentuh tangan itu.
"Papa kenapa tinggalin aku secepat ini pa, bukannya papa janji bakal liat aku nikah digedung yang papa mau. bukannya papa mau liat aku gendong anak, bukannya papa mau liat cucu papa dari aku-.."
"Kasih, udah sayang. sekarang, kabari mama dan kak Kian dan kasih tau mereka ya?"
Kasih mengangguk, dengan sisa kekuatannya ia mengambil ponsel disaku belakang.
"Kak, papa-"
[papa kenapa Ka?]
"Papa meninggal ma.."
Kasih menanggis lagi, ponsel Kevin ambil alih dan memeluk gadis itu. Kevin tahu penguatnya sekarang ialah dirinya, karna tak ada siapapun lagi.
"Kak, aku tunggu kakak disini. tolong yang kuat ya, aku yakin kakak kuat."
Tut!
Setelah mengatakan itu, Kevin mengelus punggung Kasih yang masih saja gemetaran karna menangis.
"Permisi.."
Pintu dibuka mama yang matanya masih sembab karna baru pulamg dari pemakaman papa.
"nyari siapa ya pak?"
"Saya Surya, ahli waris bapak Siregar."
Mama melotot, ia tak menyangka akan datang secepat ini.
"Mari masuk pak."
Pria dengan berjas itu masuk, mama memanggil Kasih dan Kian untuk keluar dan mendengar dengan seksama warisan yang telah dicatat pak Siregar.
Baik semuanya, dibuku ini tertulis jika pak Siregar ingin perusahaan dikelola oleh anak sulungnya. dan untuk Kasih Siregar, dibuku ini tertulis jika-"
"Aku? kenapa tiba-tiba aku ya Ma?"
"Sabar, mungkin papa ingin yang terbaik buat kamu." sahut mama.
"Lanjut pak." ujar Kian.
"baik, untuk Kasih Siregar pak Siregar mewariskan dan menitipkan jika putri bungsunya harus menikah dengan keluarga Davidson."
"apa?!"
Kasih terkejut, apa ini?
"Maksud bapak gimana ya? siapa keluarga Davidson?"
"Begini, surat ini murni saya tulis dengan berhadapan dengan pak Siregar langsung. pak Siregar mengatakan jika Kasih putri bungsunya harus dan dipastikan menikah dengan keluarga Davidson."
Gak aku gak mau, kenapa harus aku? aku gak percaya!"
"Ka,.."
"Saya ada rekaman saat pak Siregar menyampaikan ahli waris tersebut, mari dengarkan seksama."
Kasih dengan wajah marahnya melihat pria itu mengeluarkan seperti radio kecil namun terlihat seperti speker.
"Mama, Kian dan Kasih. kalian denger suara papa kan? mungkin, kalian dengernya pas papa udah gak ada."
"Papa mau Kian yang kelola perusahaan papa, sebelum papa jaya seperti sekarang ada temen papa yang rela kehabisan modal demi memodali usaha papa dulu."
"Namanya Davidson, dia temen papa dari SMA dan kami sama-sama jaya sekarang. dia baik banget, dia sahabat papa satu-satunya, papa mau kamu Kasih nikah sama anaknya."
"Sebagai balas budi atas terimakasih papa sama David, papa mohon kamu mau ya. karna kamu putri satu-satunya papa, gak ada pilihan lain Kasih."
Gresek!
Suaranya hilang, mama memeluk Kian karna bisa mendengar suara itu lagi. amat kehilangan, sungguh nyeri dan ngilu mendengar suaranya, bemar-benar merindukan sosok pemilik suara itu.
"Itu semua sudah pak Siregar langsung bicarakan, hanya itu yang dapat saya sampaikan."
"Saya permisi."
Semuanya mengangguk patuh, Kasih rasa ia harus melepaskan rasa sedihnya karena ditinggalkan oleh papanya. namun, rasa sakit baru akan Kasih rasakan lagi.
"Astaga, kalo ganteng gini mah siapa yang gak mau.."
Kasih mesem-mesem sendiri karna melihat wajah pria tampan didepannya yang berpakaian formal, ini adalah hari ke 7 misi Kasih untuk mengikuti pria itu sebelum menjadi suaminya.
"Pak klain sudah datang, mereka menunggu ditempat biasa."
"Siapkan berkasnya, saya kesana sekarang."
"Baik pak!"
Kasih menatap dari kejauhan, sepertinya pria itu sibuk sekali. Kasih semakin takut jika dia menikah dan pasti akan dianggurkan karna pria itu terlihat kompeten.
Kasih melotot kala matanya bersitatap dengan pria itu, Kasih segera berlari keluar pintu utama dan sekencang mungkin meninggalkan gedung itu.
"Bawa gadis itu kemari."
"Siap!"
Kasih menatap kebelakang, ia terus mengumpat karna ternyata banyak pria bertubuh kekar dengan baju hitam mengejar dirinya.
Bruk!
Kasih tersungkur ketanah, ia tak dapat lagi berlari karna lututnya lecet. dengan sigap pria itu menggendong Kasih, Kasih bergerak brutal agar ia diturunkan.
"Ini dia tuan."
Pria itu tersenyum kecut kala melihat label nama yang ada diseragam Kasih, kemudian ia mengangguk sembari memutar bolpoin.
"Metingnya kamu handle, saya ada urusan."
Pria itu meletakan kembali telponnya dan menatap Kasih yang sedang meniup lututnya.
"Kenapa?"
"Jatoh lah pake nanya!"
Pria itu beranjak, kemudian membawa kotak P3K dan mendekati Kasih.
"Ngapain kesini, saya kan bisa kerumah kamu."
"Sok kenal, gue itu gak kenal sama cowo kaya lo!"
"Yakin gak kenal?"
"Gak!"
"Terus kenapa setiap hari kesini dan liatin semua aktivitas saya?"
"Gabut."
Pria itu meneteskan obat merah dilutut Kasih, Kasih menjerit dan mendorong pria itu agar menjauh.
"Gak punya prasaan apa?"
"Ini gak akan kaya gini kalo kamu gak lari."
"Bukan urusan lo!"
Kasih menatap pria itu, ia sering seri melihat wajahnya karna mendapat informasi dari mamanya. Kasih juga nekat datang kerperusaan Davidson hanya untuk memata-matai pria ini.
"Saya masih ada kerjaan buat ladenin cewe gabut kaya kamu, pulang sendiri gak keberatan kan?"
"Gak."
Pria itu menutupi rok mini itu dengan jasnya, Kasih melempar jas itu kesembarang arah. ia tak suka diperhatikan seperti itu oleh pria yang baru dikenal, mungkin dia belum kena peletnya.
"pake atau saya perk*sa kamu disini?"
"Idih, jadul."
Pria itu tertawa remeh dan mendekati Kasih, Kasih tertawa kecil dan mengambil jas itu kembali.
"Oke, cukup hari ini. Gue pulang, dan jangan ketemu lagi sampai minggu depan."
Pria itu mengangguk saja, Kasih membawa jasnya tampa niat menutupi baju seragam yang ngetat.
"badgrils, i like it!"
Pria itu kembali bekerja, sedangkan Kasih mengumpat tak jelas dijalanan.
"Mimpi apa sih gue bisa nikah sama cowok modelan kaya dia.."
Kasih meratapi dirinya, ia ingin menghilang saja jika seperti ini.
"sialan."
Sampai rumah Kasig duduk disoffa dan meniup lukanya lagi, ia rindu dengan kekasihnya karna sudah seminggu ini tak berjumpa.
@Kasih
[kamu dimana? bisa kerumah aku kan? aku kangen.]
@Kevin
[gak bisa dulu sayang, aku ada kerjaan. nanti ya, aku pasti kesana kok.]
Kasih mendesah membaca balasan pesan yang dikirim kekasihnya, ntah kenapa Kevin sekarang menjadi semakin sok sibuk padahal dulunya nggak.
Drtttttttt! Drtttttttttt!
"Ia ma?"
[mama gak pulang ya, ini lagi nyari bahan buat gaun kamu buat nikah.]
"Ma aku gak mau acaranya mewah, aku gak mau semua orang tau."
[pernikahan itu kan sekali seumur hidup, kamu tenang aja.]
Tut!
Kasih semakin frustasi, setelah kepergian sang papa Kasih menjadi gadis yang tak terurus. ia pusing dengan masalahnya sendiri, jika ada papanya ia pasti sudah dapat pelukan.
"Paaa aku kangen..."
Kasih menghapus jejak air matanya, jika menangis terus dan terus itu tidak akan mengubah takdir. sekarang yang harus dikuatkan adalah mental dan pisik Kasih, itu saja.
Seminggu menuju pernikahan mama yang menyiapkan segalanya, ia tak mau pernikahan putri satu-satunya tidak mewah bahkan dia sendiri yang memilih gaunnya.
Kasih tak siap menuju keminggu itu, ia tak tahu harus apa. ia ingin pergi namun tak bisa, ingin menerima pun rasanya sulit. apalagi, pria itu sudah betul-betul bulat ingin menikahi Kasih.
"huftt..."
Acara mewah benar-benar diadakan oleh keluarga Siregar dan keluarga Davidson, putra sulung dan putri bungsu mereka berhasil dipersatukan dipernikahan sang benar-benar megah.
"Saya Zidan Davidson, menyatakan bahwa sekarang Kasih Putri Siregar telah resmi menjadi istri dan sepenuhnya milik saya."
"Gak! kita nikah karna perjodohan, aku tau kamu juga punya pacar kan?"
"Kamu cuma milik saya, dan saya. terserah!"
"Enak aja, gak gitu lah. Kita nikah karna wasiat itu. Aku punya pacar dan kamu punya pacar, urusin masing-masing. dan jangan ikut campur!"
"Gak bisa gitu dong, saya ngucapin janji suci itu beneran. bukan cuma ngomong ngebual, Kasih!"
"Gak bisa, aku gak mau jadi istri kamu. kita nikah cuma diatas kertas!"
"Gak bisa, putusin pacar kamu dan jadi istri yang baik!"
"Gak mau ak-"
"Gak ada penolakan, kamu milik saya! dan tetep milik saya."
"Sarapan yang banyak Zidan, Kasig, biar cepet-cepet punya anak dan kasih papa cucu."
Uhuk! Uhuk!
"Minum Kasih, kamu kenapa?"
"Gak papa, cuma keselek doang kok."
Glek! Glek!
Kasih segera meneguk air putih yang disodorkan mama mertuanya yang bernama Sandra.
"Gimana malam pertamanya lancar kan?"
Uhuk! Uhuk!
Kali ini Zidan, ia terbatuk karna mendengar celotehan papa nya.
"Minum Zi, pelan-pelan makannya."
"Iya pa."
Glek! Glek! Glek!
Zidan meneguk air putih yang disodorkan papa, gimana gak keselek coba orang pertanyaannya kaya begitu.
"Btw kalian mau hanymoon kemana?"
Kasih menunduk dan meremas sendok, sungguh ia ingin menghilang.
"Gak tau ma, belum kita pikirin."
"Kalo kalian hanymoon keluar negri, mama ikut ya. sekalian jalan-jalan, udah 1 tahun gak pernah naik pesawat lagi."
Kasih menggeleng dalam diam, jiwa sosialita mertuanya ternyata tinggi.
"Aku juga mau ikut ya kak."
Kasih menoleh, hah? siapa itu bocil.
"Lala, hanymoon itu bukan jalan-jalan. kamu harus sekolah, karna sebentar lagi kenaikan kelas." ujar Zidan.
"Yaaaaaaaaaaah, gagal deh keparis."
"Nanti kalo kamu nilai seratus, papa ajak keparis."
"Beneran ya pa?"
"Ia, makanya harus rajin belajar."
Lala kecil mengangguk, Niken duduk dikelas 1 sekolah dasar. sedangkan Kasih duduk disekolah menegah akhir kelas 3.
"Oh ya, Kasih. Gimana sekolah kamu, kamu cuti berapa hari?"
"Kasih gak ambil cuti, cuma izin buat beberapa hari gak sekolah."
"Oh gitu ya, nanti cuti lah terus hanymoon sama Zidan. Papa bayarin, spesial tapi harus cepet-cepet kasih cucu buat papa."
Zidan tertawa sedangkan Kasih tersenyum manis, amat manis yang mendefinisikan hatinya jika ia tak menyukai topik ini.
"Yaudah ya, papa berangkat dulu. udah jam 8 lewat, bay ma."
"Hati-hati, pa."
Kasih membantu mama untuk membereskan piring kotor, mama melarang Kasih untuk mencucinya karna pelayan disini bisa kehilangan pekerjaan.
"Saya berangkat, kalo mau apa-apa telpon aja."
"Ya."
Zidan menyodorkan tangannya, Kasih yang bingung malah mematung.
"Cium!"
"Dih, gak!"
Zidan melangkah maju lagi membuat Kasih mentok dilemari.
"Cium!"
Chup!
Kasih mengecup punggung tangan Zidan, Zidan tersenyum menang kemudian meninggalkan ruangan itu.
"sialan, aku gak mau disini. papa, mama!"
Kasuh menjerit, ia sungguh tak betah disini. selain harus beraptasi, disini juga tak boleh melakukan hal-hal yang tak Zidan izinkan.
"Tidak non, jangan tuan Zidan melarang."
"Jangan non, tuan Zidan melarang."
Hari ini Kasih memutuskan untuk duduk ditepi kolam renang sembari merasakan angin sepoy-sepoy, namun pelayan segera menariknya.
"Mbak, kenapa?"
"Jangan non jangan, tuan Zidan melarang."
"Aduh stop deh, aku itu jenuh disini mbak. aku cuma duduk dipinggirnya, gak akan kecebur juga."
"Tapi ini dalam non, nona bisa tenggelam."
"Mbak, tenang aja. aku gak bakal nyebur, cuma disini aja."
"Tidak non, tolong..."
Kasih dengan muak menganggat betis putihnya yang sudah ia tenggelamkan dikolam, Kasih harus apa jika ia sendirian dirumah. mertuanya sering kali tiada, dengan alasan arisan atau perjumpaan teman lama.
"Bisa setres aku disini, bisa gila aku!"
"Peraturan yang saya buat harus kamu taati, kamu gak bisa jadi istri yang baik ya?"
"Aku cuma duduk dipinggir kolam, masa gak boleh sih? sebenernya yang gak baik itu aku apa kamu?"
"Kalo kamu tenggelem?"
"mana ada tenggelem, aku cuma duduk dipinggir doang!"
Udahlah, saya cape. apapun yang pelayan itu larang kamu harus nurut, karna itu perintah saya."
"Aku gak mau kalo kaya gini terus, aku mau balik kerumah mama."
"Apa kamu bilang?"
"AKU MAU BALIK KERUMAH MAMA DAN NINGGALIN COWO GILa KAYA KAMU!"
Kasih meninggalkan Zidan yang mematung, ia memutuskan untuk keluar agar pikirannya fresh lebih plong rasanya enak banget.
"Kasih!"
Seisi rumah penuh dengan teriakan Zidan dimalam hari, Kasih sampai menutup telinga karna terlalu berisik.
"Besok aku sekolah dan gak akan balik kesini lagi."
"Kamu kira semudah itu?"
"Oke, kita liat besok!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!