Hana Christy Shalom gadis cantik yang ceria, di keluarganya dia terlihat pendiam namun jika bisa membuatnya nyaman dalam sebuah pertemuan dialah yang paling banyak bercerita. Sampai-sampai terasa seperti pengalaman hidupnya sangat banyak, padahal usianya baru 21 tahun. Cukup tua iya, tapi pengalaman hidup sepertinya masih sangat dini.
Suatu hari ada kejadian besar yang merenggut sinar di wajahnya, dari kecil dia sudah tinggal dan besar bersama nenek dan kakeknya. Bukan tinggal serumah, rumah orangtuanya dan kakek neneknya berdampingan. Namun Hana selalu berada dekat dengan sang nenek, bahkan sering tidur bersama sang nenek.
Saat kecil Hana tidak terlalu dekat dengan kedua orangtuanya, karena orangtuanya pekerja keras. Mereka menghabiskan waktu untuk bekerja demi masa depan Hana seorang. Ya benar, Hana putri tunggal karenanya nenek begitu memanjakannya. Sampai-sampai tidak ada yang boleh memarahinya selain sang nenek, begitulah kedekatan keduanya.
Sewaktu kecil Hana sempat memanggil sang nenek dengan sebutan "Mama" namun semakin dewasa Hana, sang nenek mulai menjelaskan bahwa ibu kandungnya bukanlah sang nenek. Nenek terus mengajarkan Hana untuk memanggilnya nenek. Setiap kali mau pergi ke sekolah rambut Hana selalu di sisir oleh nenek dan kepulangannya selalu di tunggu oleh sang nenek.
Hal ini terus berlanjut sampai Hana kuliah dan mulai bekerja freelance sebagai perias wajah. Di akhir perkuliahannya, saat Hana sedang menyusun skripsi tiba-tiba penyakit sang nenek semakin parah. Karena sedang menyusun skripsi Hana hanya seminggu sekali pulang ke rumah, Hana lebih banyak menghabiskan waktunya di kos sahabatnya yang dekat dengan kampus.
Hana memiliki dua orang sahabat yang sangat dekat dengannya, namun kedua sahabat ini adalah teman satu angkatan dengannya yang bertemu saat ospek di universitas. Mereka beda fakultas dan jurusan, Hana jurusan tata rias sedangkan kedua sahabatnya di jurusan seni musik.
Saat sedang menginap Hana mendapat kabar dari sang ibu bahwa nenek masuk rumah sakit. Saat mendengar kabar itu jam 2 siang, Hana langsung menyusun barangnya dan bergegas pulang ke rumahnya. Hana bahkan tidak pulang ke rumahnya, melainkan langsung ke rumah sakit syukurnya saat itu Hana mengendarai mobil miliknya hadiah dari sang ibu saat dia masuk universitas. Jadi semua barang yang di bawanya, dia letakkan begitu saja di dalam mobil.
Begitu sampai di rumah sakit, Hana di jemput oleh sang ibu di lobby rumah sakit. Sepanjang jalan menuju ruangan ibu mengatakan bahwa nenek di rawat di ruang ICU, jadi mereka langsung menuju ruang tunggu keluarga khusus pasien ICU. Saat itu ibu Hana sudah memperhatikan raut wajah Hana yang mulai berbeda, Hana terlihat sangat khawatir dengan sang nenek.
Sebelum malam keluarga pasien diizinkan untuk melihat pasien di ruang ICU, dengan cepat Hana langsung berdiri dan masuk ke ruang ICU. Melihat sang nenek terbaring tidak sadarkan diri dipenuhi dengan selang di tubuhnya membuat air mata Hana menetes, tak tahan Hana langsung keluar dari ruang ICU permisi kepada sang ibu untuk mencari makanan sekaligus menenangkan dirinya yang sangat sedih melihat keadaan sang nenek.
Setelah kembali membeli makanan, Hana dan ibunya makan di ruang tunggu keluarga. Mereka juga menginap disana malam ini, karena memang harus ada keluarga yang menunggu di ruang tunggu. Tepat jam setengah tiga pagi alarm darurat dari ruang ICU berbunyi, membangunkan seluruh keluarga yang sedang menunggu keluarganya yang terbaring di ICU. Jelas raut wajah panik menunggu panggilan dari seorang suster terlihat jelas di semua orang yang ada disana begitu pun dengan Hana.
Jam tiga pagi suster memanggil nama ibu Hana, membuat keduanya langsung berdiri dan bergegas sedikit berlari ke arah ruang ICU. Begitu sampai di depan ruang ICU seorang suster mengatakan nenek dalam keadaan kritis dan tidak tertolong. Begitu masuk selang dan infus nenek sedang di lepaskan satu persatu. Hana dengan spontan masuk ke ruang ICU menangis begitu histeris, dalam pikiran Hana terlintas satu percakapan terakhirnya dengan sang nenek.
"Kapan wisudanya sayang??" tanya sang nenek.
"Sebentar lagi nek, doain ya sebentar lagi Hana wisuda." Jawab Hana.
"Baiklah, nenek tunggu ya sayang." Ucap sang nenek sembari tersenyum.
...****************...
Sebulan berlalu Hana sama sekali tidak menyentuh skripsinya, sejak kepergian sang nenek dalam sebulan terakhir Hana lebih banyak diam, termenung dan lebih banyak tidur. Keluarganya sangat khawatir dengan keadaan Hana, meminta sahabat SMA dan kecilnya berkumpul di rumah untuk menghiburnya.
Hana memiliki satu teman kecil dan dua teman SMA, namun mereka semua satu SMA jadi bisa di bilang teman kecil Hana juga temannya semasa SMA.
"Han, gimana skripsimu??" tanya Ikram sahabat kecil sekaligus sahabat semasa SMA nya namun dia seorang lelaki.
"Udah mau bab akhir sedikit lagi aku sudah bisa mengajukan sidang." Jawab Hana sembari minum segelas jus.
"Baguslah." Ucap Ikram.
"Hmm." Ucap Hana.
"Eh Ikram kamu lihat kemarin waktu penguburan nenek mantan Hana datang." Ucap Dessy.
"Hah?? siapa??" tanya Hana langsung melihat ke arah Dessy.
"Kamu gak ingat?? kamu salaman loh sama dia. Siapa lagi Han mantan terakhirmu lah Nico." Jawab Dessy.
"Oh, gak ingat aku." Jawab Hana singkat.
"Dasar ratu es, dingin banget sih." Gerutu Dessy.
"Udah berapa tahun kita temanan sama dia, masa gak terbiasa juga sih Des." Celetuk Nara.
Ikram hanya tersenyum melihat kedua sahabatnya menggerutu dengan sikap Hana. Sedangkan Ikram yang sudah sedari kecil menghadapi Hana, jelas sudah sangat terbiasa dengan sikap cuek dan dingin Hana. Walaupun begitu, yang membuat Dessy dan Nara bertahan dengan Hana karena sosoknya yang penuh perhatian dan hangat. Tanpa banyak bicara tindakan Hana jauh lebih menyenangkan dari pada perkataan yang keluar dari mulutnya.
Hana memang banyak kehilangan memori saat acara kematian neneknya. Entah mengapa yang Hana ingat hanya wajah sang nenek sebelum di kuburkan. Hana tidak terlalu perduli dengan hal lain, bahkan Hana tidak yakin teman-temannya datang atau tidak saat dia meratapi kepergian sang nenek.
Ikram yang sangat tau bagaimana dekatnya Hana dan sang nenek tidak banyak mengatakan hal-hal penghiburan bagi Hana. Karena Ikram tau bagaimana dalamnya rasa kehilangan Hana dengan kepergian sang nenek.
Di tengah perkumpulan mereka Ikram tidak lupa mengingatkan Hana untuk meneruskan skripsi yang sudah di telantarkan nya selama sebulan penuh. Hana pun setuju dengan perkataan Ikram, Hana mulai memikirkan skripsinya bagaimanapun dia harus menyelesaikannya secepatnya walaupun dia juga sudah menerima beberapa pekerjaan untuk merias pengantin.
Hana pun berencana besok akan menginap cukup lama di kos temannya, jelas saja hal itu tidak gratis dan pastinya Hana juga sudah meminta izin dari ibu kos. Tadinya Hana disarankan untuk mengambil satu kamar, tapi karena Hana tidak suka tidur sendiri di tempat asing Hana memilih satu kamar dengan sahabatnya Mila. Mila pun senang Hana memutuskan hal itu.
Walaupun jarak kampus dari rumahnya hanya satu jam setengah, Hana lebih memilih untuk kos selama mengerjakan skripsi dari pada harus bolak balik. Ibu Hana yang memang jarang di rumah karena urusan pekerjaan setuju saja dan bahkan lebih baik karena Hana jadi tidak seorang diri di rumah mereka yang cukup besar.
Hana pun menyiapkan barang-barangnya dan besok langsung berangkat ke kos untuk melanjutkan skripsinya yang tertunda.
Bersambung...
Hai teman-teman, ini cerita baru saja. Dukung cerita baru saya ya, bagikan kritik dan saran teman-teman juga agar cerita saya dapat menjadi lebih baik.
Jangan lupa like, love dan tambahkan ke favorit teman-teman ya, terimakasih.
Hari ini Hana sampai di kos Mila, sesampainya Hana di kos, disana sudah ada Ratih. Hana langsung masuk membawa barang-barangnya dan menyapa Ratih.
"Tidur disini kamu??" tanya Hana.
"Iya Han, tapi besok kayaknya enggak deh pemilik baru udah datang." Jawab Ratih.
"Hmm, kayak kamu kos dimana aja sih Tih, kamar kita cuma beda 2 pintu tau." Ucap Hana.
Ratih tersenyum melihat raut wajah Hana yang kesal. Sejak kuliah Hana belum pernah berpacaran lagi, terakhir kali Hana pacaran saat SMA kelas satu dan itu pun bukan karena cinta melainkan terpaksa. Terpaksa karena tidak enak hati menolak seseorang yang sudah di kenalnya lama. Hana menerimanya juga karena mereka beda sekolah, tidak akan selalu bertemu membuat Hana nyaman.
Saat Hana sedang beberes di kamarnya ditemani oleh Ratih dan Mila. Walaupun Mila terus mengobrol dengan pacarnya yang sangat jauh. Hana dan Ratih sudah sangat memaklumi hal tersebut, walaupun terkadang kesal karena diabaikan Mila. Namun karena mereka berdua tidak pernah berpacaran LDR, jadi mereka tidak bisa marah karena tidak mengerti apa yang dirasakan oleh Mila.
Ratih pun membuka pertanyaan yang berhasil membuat Hana berpikir karenanya.
"Han, kamu gak kesepian jomblo terus, kita kuliah udah tiga tahun tapi kamu sama sekali belum pernah pacaran. Kapan sih terakhir kali kamu pacaran??" tanya Ratih yang memang sudah kepo sejak lama.
"Saat SMA kelas satu." Jawab Hana.
"Kamu paling lama pacaran berapa lama Han??" tanya Ratih kembali .
"Setahun paling lama." Jawab Hana singkat.
"Udah bisa kamu cari pacar lagi, supaya semangat ngerjain skripsi dan ada pendamping wisudanya." Ucap Ratih.
"Iya ya, emang kamu udah gak jomblo lagi??" tanya Hana.
"Belum pacaran sih, tapi lagi pdkt. Jadi kamu juga harus cari pdkt an ya biar gak jomblo, biar aku dan Mila bisa ninggalin kamu pacaran." Ucap Ratih sambil sedikit tertawa.
"Iya deh iya, kalau gitu cariin dong. Aku gak tau nih nyari pacar gimana." Ucap Hana polos.
"Tenang, Mila banyak tuh kenalan." Ucap Ratih.
Mila yang memang sudah selesai mengobrol dengan pacarnya pun mendatangi Ratih dan Hana yang sedang asik mengobrol.
"Kenalan apa aku yang banyak??" tanya Mila.
"Kenalan cowok lah, pacarmu kan temannya banyak, bagi-bagi ke Hana dong biar pacaran dia." Ucap Ratih.
"Emang kamu mau pacaran Han??" tanya Mila yang sedikit heran.
Karena setau Mila, Hana sengaja menghindari pacaran karena takut kuliahnya terganggu.
"Kayaknya udah saatnya deh aku pacaran lagi, lagian kuliah juga udah mau kelar kan. Sejujurnya aku juga kesepian nih jomblo udah lima tahun." Ucap Hana.
"Bener nih kamu mau pacaran??" tanya Mila kembali seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan Hana. Namun Mila sedikit lega karena akhirnya temannya itu membuka hati kembali.
Hana hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepada Mila. Dengan semangat Mila langsung chat ke pacarnya tanpa sepengetahuan Hana, Mila meminta pacarnya untuk mengenalkan Mila ke beberapa temannya yang jomblo. Mila ingin menyeleksi sendiri untuk Hana, bagaimana pun Mila tidak mau orang-orang sembarangan yang mendekati Hana.
Setelah Hana selesai menyusun barangnya, handphonenya pun berdering tanda sebuah panggilan masuk. Hana melihat ke layar handphone ternyata Ikram sahabatnya yang menelepon Hana.
"Halo, ada apa kram??" tanya Hana.
"Sudah di kos temanmu??" tanya Ikram kembali.
"Sudah, sudah selesai juga nyusun barang. Emang kenapa." Jawab Hana.
"Gakpapa cuma pengen pastiin aja kamu sampe di kos temanmu. Lagi apa sekarang??" tanya Ikram.
"Lagi mau makan, belum makan aku soalnya." Jawab Hana.
"Besok ke kampus gak??" tanya Ikram.
"Ke kampus pinjam buku doang tapi." Jawab Hana.
"Singgah ke kafe ya, ngerjain di kafe aja." Ucap Ikram.
"Hmmm ya.." Jawab Hana.
"Yaudah makan sana, see you." Ucap Ikram.
"See you.." Jawab Hana.
Hana langsung mematikan ponselnya dan mengambil makanan yang sudah di belinya di perjalanan menuju kos. Mila dan Ratih sudah mengenal Ikram, sebenarnya mereka sedikit aneh dengan persahabatan sepasang teman itu. Beberapa kali Mila dan Ratih sudah mengatakan kepada Hana bahwa sepertinya Ikram menyimpan perasaan padanya.
Namun Hana si tidak peka dan keras kepala selalu menyangkal hal tersebut, karena memang Ikram bagi Hana sudah seperti saudara kandung tidak ada perasaan untuk seorang lelaki di hati Hana untuk Ikram.
"Han lu yakin Ikram.." Ucap Mila baru setengah kalimat.
"Enggak La, aku sama Ikram itu gak begitu kalian kenapa sih gak percaya banget. Ikram emang begitu orangnya dari aku kecil, lagian sekarang dia punya pacar kok katanya jadi aku sama Ikram itu kayak abang adik aja udah gak lebih." Jawab Hana dengan cepat.
"Terserah deh, perasaan aku aja kali ya. Soalnya belum pernah punya sahabat laki-laki kayak Ikram." Ucap Mila menepis pemikirannya sendiri.
Setelah makan Hana beristirahat dengan merebahkan tubuhnya di kasur. Namun tetap saja setiap kali ada yang berkata seperti itu tentang dia dan Ikram, Hana selalu memikirkannya. Memikirkan apa benar Ikram memiliki perasaan padanya seperti yang dikatakan Mila dan Ratih kepadanya. Namun setiap kali memikirkannya, Hana mencoba menepisnya bukan karena Ikram bukan tipenya namun Hana tidak ingin merusak kenyamanan pertemanan mereka hanya karena perkataan orang yang tidak terlalu mengenal cara mereka berteman sedari kecil.
...****************...
Keesokan paginya, Hana bangun pukul 9 pagi kedua temannya sudah pergi ke kampus sedari jam 8 karena mereka ada mengulang beberapa mata kuliah. Sedangkan Hana yang memang dikenal cukup pintar di fakultasnya tinggal menyelesaikan satu bab terakhir di skripsinya yang sudah dia terlantarkan sebulan sejak kepergian sang nenek.
Tidak hanya keluarga, teman-teman sekitarnya pun sadar akan aura Hana yang meredup sejak kepergian neneknya. Bahkan mereka sadar saat Hana tiba-tiba diam dengan tatapan kosong. Mereka ingin menegur Hana yang seperti itu, namun belum ada satu temannya yang berani menyinggungnya karena takut Hana akan teringat dan semakin sedih karena kepergian sang nenek.
Tak jarang juga Hana sering menyendiri dengan menatap ponselnya lama padahal hanya layar ponsel yang gelap yang di tatap olehnya.
Tanpa sarapan Hana langsung pergi ke kampus mengembalikan dan meminjam kembali beberapa buku yang sangat dia perlukan. Setelah meminjam beberapa buku, Hana langsung pergi ke kafe Ikram untuk mengerjakan skripsinya disana.
Di kafe Ikram ada satu tempat khusus untuk Hana, tempat yang paling sudut tepat di dekat sebuah jendela besar yang memiliki view langsung ke jalan raya. Sejak kafe itu ada hingga sekarang sudah setahun beroperasi tidak ada satu orang pun selain Hana yang duduk disana.
Setiap kali ada yang ingin duduk, Ikram selalu membuat tanda reservasi di sana. Agar tamu tau bahwa tempat itu sudah ada yang memesan. Dessy dan Nara tidak heran melihat tingkah Ikram, sejak mereka SMA Ikram selalu memperlakukan Hana dengan berbeda.
Dessy dan Nara juga sudah capek menebak hubungan keduanya tapi semakin lama berteman mereka paham bahwa Ikram dan Hana tidak akan melewati sebuah batas dalam pertemanan. Entah mengapa jika semakin mengenal keduanya aura itu jelas ada di keduanya, mereka sama-sama menahan diri untuk tidak melewati batasan dalam pertemanan.
Bersambung..
Ikuti terus ceritanya ya teman-teman, jangan lupa dukung cerita saya dengan like, komen, share, vote dan tambahkan ke favorit teman-teman.
See you di next episode 🥰.
Hana masuk dan duduk di tempat favoritnya, begitu dia duduk Ikram langsung membuat minuman kesukaan Hana dengan melihat raut wajahnya. Begitulah kedekatan keduanya, dari raut wajah saja sudah bisa membaca minuman apa yang cocok di sediakan.
"Ini minumannya nyonya.." Ucap Ikram dan langsung duduk di hadapan Hana.
"Terimakasih bos." Jawab Hana.
Ikram tersenyum setiap kali mendengar kata bos keluar dari mulut Hana. Hana menyeruput minuman dingin di hadapannya.
"Umm memang minuman buatan bos yang terbaik." Ucap Hana.
"Pastilah.." Ucap Ikram sedikit menyombongkan kemampuannya.
"Kram, kayaknya aku sudah harus pacaran deh. Udah lama banget kan aku jomblo, kamu dan teman-teman semuanya udah punya pacar." Ucap Hana.
"Hmm terserah kamu saja, tapi jangan cari pacar karena kamu merasa sendiri yang jomblo. Cari pacar karena memang kamu butuh dia." Ucap Ikram mengingatkan.
"Hmm iya tau kok. Tapi kalau gak dari sekarang di cari kan kapan aku mulai pacarannya." Gerutu Hana.
"Yaudah pacaran sana.." Ucap Ikram.
"Ini juga lagi di cari kok siapa yang cocok sama aku." Ucap Hana sembari mulai membuka buku dan laptopnya.
"Kasih tau aku kalau udah dapat. Aku balik ke kasir dulu, semangat ngerjain skripsinya." Ucap Ikram sembari bangkit dari tempat duduknya dan tidak pernah lupa untuk mengacak rambut Hana.
Hana sudah terbiasa dan bahkan tidak bisa kesal lagi, karena percuma saja jika dia kesal pun itu tidak membuat Ikram berhenti mengacak-acak rambut ikal panjangnya.
Ikram memikirkan perkataan Hana yang ingin berpacaran, Ikram sedikit khawatir jika Hana berpacaran gimana pun dia memiliki batasan dalam menjaga Hana jika sudah memiliki pasangan. Ikram sangat takut jika pasangan Hana melewati batasan saat mereka berpacaran, kekhawatiran Ikram kepada Hana seperti ayah yang khawatir ke anaknya.
Hana yang mulai merasakan lapar pun berdiri dan menghampiri Ikram di mejanya. Hana bahkan lupa kalau dia belum sarapan sementara sekarang sudah jam satu siang.
"Ikram, Dessy, Nara mana kok belum masuk??" tanya Hana.
"Mereka kan part time, selesai kuliah baru kemari. Kenapa emang??" tanya Ikram.
"Aku lapar, tadi pagi gak sarapan." Ucap Hana dengan wajah memelas.
"Kok gak bilang dari tadi belum sarapan, biasanya kan setiap pagi kamu sarapan, kenapa hari ini enggak??" tanya Ikram yang kaget namun tampak jelas di wajahnya dia khawatir.
"Lupa aku, yaudah aku pesan roti sama pasta carbonara ya. Aku tunggu di meja, nanti aku bayar waktu pulang." Ucap Hana dan langsung kembali ke mejanya.
Siang itu kafe Ikram tidak terlalu ramai, jadi Hana tidak perlu menunggu pesanannya terlalu lama. Begitu pesanannya sampai Hana langsung menyingkirkan buku dan laptopnya, Hana langsung menyantap makanan yang masih hangat di hadapannya.
Hana biasanya selalu berada di kafe Ikram sampai Mila dan Ratih menghubunginya, karena memang Hana sangat tidak suka sendirian di kos. Saat Hana mulai fokus kembali mengerjakan skripsinya handphone Hana berdering. Sebuah panggilan datang dari Mila.
"Halo La, sudah pulang kampus??" tanya Hana.
"Sudah, kamu lagi dimana??" tanya Mila.
"Lagi di kafe Ikram.." Jawab Hana.
"Tunggu disana aku dan Ratih akan kesana, kami belum makan siang soalnya." Ucap Mila.
"Oke, aku tunggu ya. Aku duduk di pojok dekat jendela besar." Ucap Hana memberitahukan posisi duduknya.
"Oke." Jawab Mila dan langsung menutup teleponnya.
Mila, Ratih, Ikram, Dessy dan Nara sudah saling mengenal. Namun mereka jarang ngumpul bareng, karena canggung, mereka hanya akan ngumpul bersama jika tidak sengaja saling bertemu. Namun mereka semua satu universitas, beda jurusan dan fakultas itu yang membuat mereka semua jarang bertemu.
Hana hanya akan bertemu dengan Ikram, Dessy dan Nara jika berkunjung ke kafe Ikram atau berada di rumah. Karena jarak rumah mereka berdekatan. Sedangkan Hana hanya bertemu Mila dan Ratih saat di kampus atau di kos selebihnya mereka hanya berkomunikasi lewat telepon.
Tak sampai dua puluh menit, Mila dan Ratih sudah sampai di kafe begitu pun dengan Dessy dan Nara yang sudah waktunya bekerja part time di kafe Ikram. Sesekali mereka saling menyapa dan mengobrol, namun Mila dan Ratih tidak akan menggangu Hana jika sudah fokus ke skripsinya jadi mereka asik ngobrol berdua tanpa memperdulikan Hana yang sedang serius di depan mereka.
Hana memang sosok yang cuek dan ajaib, dia tidak akan pernah terganggu oleh apapun jika sedang fokus ke satu titik. Lebih tepatnya dia tidak pedulikan apapun jika menurutnya itu akan mengganggu konsentrasinya.
...****************...
Jam empat sore Hana dan teman-temannya pulang ke kos, Dessy dan Nara sudah memperhatikan tatapan Ikram yang seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Woi, kamu mikirkan apa sih?? dari tadi aku perhatikan bengong terus." Ucap Nara.
"Siapa lagi yang dia pikirkan selain Hana." Celetuk Dessy.
"Apaan sih des." Gerutu Ikram.
"Udahlah jujur aja." Ucap Dessy.
"Tuh si Hana teman kalian pengen pacaran, tanya-tanya deh ke dia jangan sampai pacaran sama orang aneh-aneh." Ucap Ikram kepada keduanya.
Hana dan Dessy saling tatap dan kemudian tertawa, mereka lucu tapi sekaligus bersyukur akhirnya jomblo akut di circle mereka sudah memikirkan masa depan.
"Oke, oke, harus tanya ke dia nih. Minggu ini dia pasti pulang ke rumah kan??" Ucap Dessy yang sangat bersemangat.
"Hmm.." Jawab Ikram dan langsung meninggalkan kedua temannya yang masih tertawa mengingat betapa lucunya jika Hana memiliki seorang pacar.
Sesampainya Hana di kos bersama Ratih dan Mila, mereka berpisah di kamar Mila. Ratih pergi ke kamarnya untuk bebersih dan menelepon sebentar dengan pdkt an nya sebelum kembali berkumpul bersama Mila dan Hana.
Mila langsung mandi, sementara Hana merebahkan diri di kasur mereka menunggu giliran untuk mandi. Tapi sore itu Hana yang memang cukup lelah berpikir pun akhirnya tertidur.
Tanpa terasa Hana sudah tidur sampai pukul enam sore menjelang magrib. Sayup-sayup Hana mendengar suara tertawa Mila, Hana mengumpulkan kesadaran dan bangun dari tidurnya.
"Eh udah bangun, mau makan malam apa??" tanya Mila.
"Terserah, aku mau mandi dulu." Jawab Hana setengah sadar.
Hana wanita paling lama mandi dari semua teman-temannya, menunggu Hana mandi hampir satu jam setengah baru selesai. Begitu Hana selesai mandi, makanan sudah datang dan Mila sudah menghabiskan makanannya duluan.
Hal itu sudah terbiasa terjadi karena memang Hana sangat lama jika sudah di dalam kamar mandi. Hana juga di kenal yang paling rapi dan wangi dari teman-temannya, jika sudah selesai mandi kamar mandi sampai ruangan seisi kamar bisa wangi karena sabun dan produk-produk perawatan yang dipakai Hana, makanya tidak heran jika Hana mandi begitu lama.
Hana langsung duduk di hadapan Mila, membuka makanan yang syukurnya masih hangat. Hana memakan makanan itu perlahan sembari memainkan ponselnya.
Saat sedang memainkan ponselnya Ratih pun datang dan duduk di sebelah Hana, tak lama Mila memanggil Hana terus menerus menyuruhnya untuk melihat ke arah Mila.
"Han, han lihat sini dong.." Ucap Mila.
"Cih, apaan sih La, heboh banget tau gak." Ucap Hana.
Dengan wajah kesalnya Hana tetap melihat ke arah Mila dan ternyata Mila mengarahkan handphonenya ke arah Hana sambil tertawa sendiri. Hana hanya menatap heran ke arah Mila yang tidak jelas seperti itu, Hana mengabaikannya dan kembali menikmati makanannya.
Bersambung..
Ikuti terus ceritanya ya teman-teman, jangan lupa dukung cerita saya dengan like, komen, share, vote dan tambahkan ke favorit teman-teman.
See you di next episode 🥰.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!