Mata Winda terbelelak melihat jam dinding di kamarnya.
Gawat.. Ia harus bergegas untuk berangkat ke sekolah.
Winda mengambil handuk dengan kasar lalu masuk ke dalam kamar mandi dan tidak sampai lima menit, Ia sudah keluar dari kamar mandi.
Dengan kecepatan penuh Ia memakai seragamnya lalu keluar dari kamarnya.
Ibunya yang melihat Winda berlari ke arah pintu meneriakinya " Sarapan dulu Nak "
" Nanti saja Bu, aku sudah terlambat " Ujar Winda sambil menutup pintu. Ibunya hanya menggeleng melihat kelakuan putrinya itu.
Winda mencari Pak Asep supir keluarganya yang ternyata sedang membaca koran di pos security " Pak Asep buruan aku udah telat"
Pak Asep yang mendengar teriakan Winda segera bergegas masuk ke dalam mobil.
" Ngebut ya Pak aku udah telat banget"
" Siap Non"
Ini bukan pertama kalinya Winda telat berangkat ke sekolah. Walaupun Ia tahu peraturan di sekolahnya sangat ketat, tapi Ia tetap melakukan hal yang sama berulang kali.
Di dalam mobil Winda menyisir rambutnya yang masih basah dan menggunakan lip Gloss di bibirnya.
" Kira-kira telat nggak nih pak? "
"Sepertinya enggak Non" Pak Asep memang selalu bisa diandalkan.
Walaupun Winda telat berangkat ke sekolah, tapi sekalipun Ia tidak pernah terlambat masuk sekolah karena Pak Asep sangat jago mengendarai mobil.
Dua menit sebelum bel sekolahnya berbunyi, Winda sudah tiba di sekolahnya.
" Terima kasih banyak ya Pak "
Pak Asep belum menjawab ucapan Winda tapi Winda sudah keluar dari mobil.
Ia terburu-buru masuk bersama siswa lainnya, semenit saja Iya telat masuk ke gerbang maka satpam di sekolahnya akan menutup pintu gerbang.
Dengan nafas yang tersengal-sengal Ia masuk ke dalam kelasnya. Kedua temannya Ambar dan Dania hanya menggeleng-geleng melihat Winda yang kelelahan. Pemandangan ini sudah sering mereka lihat setiap paginya.
Winda masih mengatur nafasnya ketika David pacar Winda masuk ke dalam kelas " Aduh Beb kamu kasihan banget sih capek ya? "
Winda yang masih mengatur nafas hanya mengangguk saja dan tidak menjawab pertanyaan David.
David memberikan air mineral kepada Winda " Minum dulu Beb "
Winda langsung meminum air mineral itu, Ia memang merasakan haus yang luar biasa karena berlari dari gerbang sekolahnya.
David mengeluarkan sapu tangan dari kantongnya dan mengusap keringat yang ada di dahi Winda.
Teman sekelas Winda yang lain hanya bisa iri melihat adegan di depannya.
Winda dan David adalah pasangan paling populer di sekolah mereka. Bagaimana tidak Winda dipacari oleh Kapten tim basket di sekolahnya yang tidak hanya populer tapi juga tampan.
Banyak sekali perempuan yang iri kepada Winda, belum lagi David selalu memperlakukan Winda seperti seorang Princess.
Bukan tanpa alasan David melakukan hal itu, ia merasa beruntung mendapatkan pacar seperti Winda.
Karena menurutnya Winda adalah Perempuan paling cantik di sekolahnya. Walaupun Winda seorang pribumi tapi Ia memiliki paras seperti wanita barat.
Kulitnya yang putih dengan hidungnya yang mancung khas orang Barat serta bibirnya yang tipis dengan warna pink merona.
Winda tidak perlu bersusah payah untuk bersolek, Karena kecantikannya begitu alami.
Tidak lama kemudian pak Tatang guru matematika mereka datang "Ayo David kembali ke kelasmu, memangnya kamu mau turun kelas lagi ke kelas 2? "
" Baby aku balik ke kelas dulu ya"
" Iya Beb "
Setelah David keluar dari kelas Pak Tatang pun memulai pelajarannya.
David adalah kakak kelas Winda, Iya jatuh cinta kepada Winda dari pertama kali melihat Winda pada saat masa orientasi siswa baru.
Saat itu Winda meminta tanda tangan dari panitia MOS, dan saat itulah David pertama kali bertemu dengan Winda.
Ia sedang beristirahat di bawah pohon setelah berlatih basket.
" Maaf Kak Aku boleh minta tanda tangannya? "
David mengangkat wajahnya ketika mendengar suara seorang perempuan yang tiba-tiba datang di hadapannya.
Wajah Winda hari itu terlihat bersinar dengan senyum yang sangat cantik. David tertegun beberapa saat karena menikmati kecantikan Winda.
Winda yang melihat kakak kelasnya ini hanya terdiam dan bingung harus melakukan apa
" Boleh aku minta tanda tangannya Kak? " Winda mengulang kalimatnya lagi.
David tersadar dari lamunannya" Oh sorry boleh-boleh" Winda memberikan buku dan pulpen kepada David
" Tanda tangan di sini ya Kak" Bahkan suara Winda Terdengar sangat merdu di telinga David.
Setelah selesai menandatangani buku, David menanyakan namanya.
" Nama aku Winda Kak" Winda tersenyum dengan sangat cantik..
"Makasih banyak tanda tangannya ya Kak"
Winda berlari meninggalkan David yang masih terpana dengan kecantikan Winda.
Pagi itu kelas David terasa lebih ramai dari sebelumnya. Karena beberapa teman-temannya yang membicarakan tentang anak baru yang sangat cantik
" Gile lo harus lihat sendiri deh, cantik banget tuh cewek. Tadi gue sama dia barengan gitu datangnya, gue sampai bengong ngeliatnya cantik banget" Yogi bercerita dengan antusias kepada beberapa temannya.
" Kelas berapa? Anak baru?"
" Gua rasa anak baru soalnya gue nggak pernah lihat sih"
" istirahat nanti kita coba cari yuk, Vid Lu mau ikut juga nggak? "
David yang sedang membaca komik di pojokan tidak ikut nimbrung dengan teman-temannya.
Tapi mendengar ucapan Yogi ia jadi teringat dengan anak baru yang meminta tanda tangan waktu itu, itu pasti dia.
"Iya gue ikut"
" Ya kalau si David ikut kita nggak bisa ngegebet dia lagi, pasti tuh anak baru langsung suka sama David"
Belum apa-apa Arnold sudah pesimis. Tapi apa yang dikatakan Arnold memang benar, hampir semua wanita di sekolah ini menyukai David.
Sebagai kapten tim basket David terlihat sangat karismatik dan juga memiliki paras yang tampan.
Bukan hanya itu David juga terkenal ramah Ia selalu tersenyum ketika ada seseorang yang menatapnya.
Tidak seperti orang tampan kebanyakan yang biasanya bertingkah cool.
Tidak heran para perempuan semakin tergila-gila dengan David. Ditambah lagi sampai saat ini David belum mempunyai pacar.
Entah berapa coklat dan bunga yang ia terima pada saat Valentine, tapi David belum juga menyatakan cinta kepada seorang perempuan.
Pada jam istirahat David dan teman-temannya mengunjungi kelas satu. Mereka mencari perempuan yang Yogi maksud dimulai dari kelas 1A sampai kelas 1F.
Di kelas 1B lah David dan teman temannya melihat sosok wanita yang waktu itu membuatnya terpana.
Cantik.. perempuan ini memang terlihat cantik.
Winda dan teman-temannya langsung menoleh ke arah pintu ketika ada segerombolan laki-laki yang berdiri di depan pintu dan seperti berebutan hendak masuk ke dalam.
Winda mengenali salah satu diantaranya yaitu kakak kelas yang ia minta tanda tangan pada saat MOS.
Ia pun tersenyum kepada kakak kelasnya itu dan tentu saja senyuman Winda membuat semua laki-laki itu makin terpesona dengannya.
Dan mulai saat itu David memutuskan untuk mengenal Winda lebih jauh.
Melihat Winda yang tersenyum ke arahnya, membuat David yakin untuk mendekatinya.
Ia melangkah maju menghampiri Winda dan teman-temannya. Teman-teman David yang semula sangat bersemangat melihat Winda menjadi pesimis melihat David yang mendekati Winda.
Mereka tahu bahwa David bukanlah tandingan mereka.
" Hai, kamu yang waktu itu ya? " Sapa David dengan senyum di bibirnya.
"Iya betul Kak, Makasih ya tanda tangannya waktu itu "
" Sama-sama, Aku boleh minta nomor telepon kamu? "
" Boleh Kak " Jawab Winda tanpa berfikir panjang.
David langsung mengeluarkan handphonenya dan memberikan kepada Winda.
Setelah Winda mengetik nomor teleponnya Ua mengembalikan handphone David.
" Kalau nanti aku hubungi boleh? "
Winda tersenyum dan menjawab malu malu "Boleh Kak"
Mendengar jawaban Winda, David tersenyum lebar.
" Makasih ya " Setelah itu Ia keluar dari kelas Winda.
Selama pelajaran berlangsung, David tidak bisa fokus. Terbayang senyuman Winda yang sangat cantik ia tidak bisa menemukan celah dari kecantikan Winda.
Semuanya terlihat sempurna, bahkan tahi lalatnya saja terlihat manis di ujung bibirnya.
Tidak hanya David yang tidak bisa konsentrasi belajar, beberapa temannya juga terkesima dengan kecantikan Winda.
Walaupun mereka tahu tidak ada kesempatan untuk mereka, tapi tetap saja wajah Winda tidak bisa pergi dari pikiran mereka.
Setelah pelajaran selesai David langsung mengirimkan pesan kepada Winda " Hai aku David, Kamu pulang sama siapa? Boleh aku antar? "
Tidak berapa lama Winda membalas pesannya. "Halo Kak David, aku pulang dengan Pak Asep hari ini jadi tidak usah diantar. Tapi kalau Kakak mau antar, besok boleh "
David senyum-senyum sendiri melihat jawaban Winda. Bahkan dari caranya menjawab saja begitu menyenangkan.
David benar-benar penasaran dengan Winda. Tapi ia harus bersabar sampai besok untuk dapat mengantarkannya pulang.
Dari mulai bersekolah Winda selalu menjadi pusat perhatian. Banyak teman dan kakak kelas yang berusaha mendekati Winda.
Walaupun cantik tapi sampai saat ini Winda belum pernah berpacaran. Karena Ayah Winda sangat galak dan melarang Winda untuk berpacaran sampai usianya 17 tahun.
Selama itu setiap ada laki-laki yang menanyakan nomor teleponnya ia tidak pernah memberikannya. Karena ia takut jika Ayahnya akan tahu.
Tapi tahun ini usia Winda sudah 17 tahun sehingga ia bisa memberikan nomor teleponnya kepada Kak David.
Pak Asep sudah menunggu di depan gerbang sekolahnya dan Winda langsung bergegas menghampiri Pak Asep.
" Siang Non gimana Tadi telat nggak? "
" Nggak dong Pak Asep gitu loh hebat banget deh pokoknya "
Pak Asep tersenyum mendengar ucapan Nonanya.
Sesampainya di rumah Ibu sedang menonton TV di ruang tamu.
"Assalamualaikum " Winda mengucapkan salam pada saat masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam Nak"
" Ibu lagi nonton apa sih? "
" Ini lagi nonton berita artis "
Acara gosip hari ini memberitakan tentang seorang penyanyi yang ketahuan memiliki video syur dengan pacarnya.
Hal itu membuat heboh karena baik penyanyi laki-laki itu ataupun pacarnya merupakan orang yang terkenal.
"Aduh pergaulan anak muda sekarang bikin Ibu ngeri"
Ibunya sampai mengerutkan dahi melihat berita hari ini.
" Ibu besok siang aku nggak usah dijemput sama Pak Asep ya"
" Kenapa Kok tumben? "
"Soalnya mau diantar temen besok"
" Teman siapa? kamu kan baru masuk hari ini udah punya teman dekat? "
" Tadi Kakak kelas aku bilang katanya besok mau mengantar aku pulang " Ujar Winda polos.
" Kakak kelas? Laki-laki atau perempuan? "
Ragu-ragu ia menjawab pertanyaan ibu
" Laki-laki Bu"
" Ih kamu, Ayah kan udah bilang kamu nggak boleh pacaran dulu"
" Aku nggak pacaran Ibu, kakak kelas itu hanya mengantarku saja
" Ya ngapain dia nganterin kamu kalau tidak punya maksud apa-apa nak? "
" Tapi kata ayah kalau usiaku sudah 17 tahun aku boleh dekat dengan seorang laki-laki"
Ibunya baru menyadari jika anak perempuannya ini sudah berusia 17 tahun bulan kemarin.
Mereka tidak memiliki alasan lagi untuk mengekang anaknya karena usia Winda sudah legal di mata hukum.
"Nanti kamu coba bilang Ayah dulu ya"
" Iya.. tapi Ibu bantuin aku ya " Winda merangkul lengan ibunya.
Ibu mengelus rambut Winda, ternyata anaknya sudah beranjak dewasa.
Walaupun ada kekhawatiran, tapi ia harus percaya dengan anak semata wayangnya itu.
"Iya nanti Ibu bantuin, tapi kamu jaga kepercayaan kami ya nak jangan sampai kayak artis itu tuh, Ibu pasti bakal malu banget"
" Ibu, aku janji nggak akan kayak gitu, aku nggak akan malu-maluin Ibu dan Ayah. Aku kan sayang sama Ibu dan Ayah"
" Ya sudah kamu ganti baju dulu, setelah itu makan ya"
" Iya Ibu " Winda beranjak menuju kamarnya, Sesampainya di kamar ia langsung mengganti pakaiannya dan menulis buku diary.
Ia bercerita dalam diary-nya jika ia bertemu dengan kakak kelas yang Winda suka.
Bukan hanya David yang terkesima pada saat pertemuan pertama, Winda juga suka dengan David saat pertama kali bertemu.
Walaupun David bukan panitia MOS, tapi ia meminta tanda tangan dari David.
Sadari tadi ia melihat David yang sedang bermain basket sendirian, permainan David mengalihkan pandangan Winda.
Dan ketika ada kesempatan untuk mendekatinya, Winda langsung berpura-pura meminta tanda tangan kepada David.
Ia bahkan menuliskan nama David di dalam dirinya. Dan alangkah senangnya ketika hari ini David menghampirinya ke kelas Winda.
Bukan hanya itu ia bahkan meminta nomor handphone Winda dan mengirimkan pesan ingin mengantarnya pulang.
Winda sudah tahu maksud laki-laki mengajak pulang seorang perempuan, dan Ia senang jika perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.
David adalah sosok laki-laki yang Winda idam-idamkan selama ini. Ia suka sekali dengan cowok yang tinggi dan suka bermain basket.
Dan itu semua ada di diri David, bahkan Winda mendapatkan bonus wajah tampan David.
Sambil menulis diary-nya Winda tidak berhenti tersenyum. Ia mencoba mengingat detail kejadian hari ini dan menuangkannya ke dalam buku diary.
Karena Winda merupakan anak tunggal, Ibu membiasakan Winda untuk bercerita apapun kepada Diary.
Winda sudah menulis Diary itu dari saat SD hingga sekarang.
Diary nya dari SD hingga sekarang masih tersimpan rapi di dalam rak buku. Jika sedang ada waktu senggang ia akan kembali membaca diary yang sudah ia tulis.
Itu seperti mengulang kembali momen apapun yang sudah Winda lalui selama ini.
Dan Baru kali ini ada nama laki-laki di dalam diary Winda.
Karena larangan dari ayahnya, Winda sama sekali tidak pernah memperhatikan teman-teman atau kakak kelas laki-lakinya di sekolah.
Dan Karena sekarang usia sudah 17 tahun, ia mulai berani untuk memperhatikan teman laki-laki.
Seperti sebuah takdir, ia melihat sosok laki-laki yang Ia idam-idamkan selama ini.
Doakan aku agar Ayah memperbolehkan aku untuk diantar oleh kak David besok ya, aku sungguh bersemangat untuk dibonceng kak David besok, tulis Winda di akhir ceritanya.
Tidak seperti biasanya, hari ini Winda bangun lebih awal bahkan Ia sedang bersolek di depan kaca.
Winda bahkan membawa Lip Gloss dan parfumnya ke sekolah.
Hari ini ia akan diantar pulang oleh kak David. Akhirnya Ayah memberikan izin untuk Winda diantar pulang oleh kak David, walaupun dengan perdebatan yang alot.
" Nggak! Buat apa kamu diantar sama kakak kelasmu itu ? kan ada Pak Asep yang bisa antar jemput kamu "
Winda tahu sekali Ayah akan berbicara seperti itu.
"Tapi kan Ayah bilang kalau umur Winda udah 17 tahun Winda boleh dekat sama lawan jenis"
Winda mengetuk-ngetukkan sendoknya ke piring makanannya.
" Siapa yang bilang begitu?! "
" Ih Ayah lupa, Ayah ngomong gitu waktu Aku masih SMP, ya kan Bu? "
Ibunya menarik nafas panjang sebelum mulai membela Winda." Iya Yah sudah biarin aja Winda diantar pulang sama temannya, toh dia sudah dewasa sekarang"
Winda senang Ibunya membelanya di depan Ayah.
Ayah memang galak, tapi selalu luluh dengan perkataan Ibu. Winda berharap kali ini Ayahnya juga akan luluh dengan perkataan Ibu dan memperbolehkan kak David mengantarkan Winda besok.
Sampai mereka selesai makan malam, Ayah belum juga menjawab pertanyaan Winda.
" Jadi bagaimana Ayah boleh kan besok teman Winda mengantarkan Winda pulang? "
" Memangnya kamu kenal dengan temanmu itu? Siapa namanya?"
" Dia kakak kelasku namanya Kak David, dia Kapten basket di sekolahku orangnya baik Ayah"
" Tahu dari mana dia baik?"
" Waktu Winda lagi orientasi di sekolah, Aku minta tanda tangan sama kak David. Dia baik nggak seperti kakak kelas yang lainnya"
Ayahnya mengganggu-ganggu mendengar ucapan Winda.
" Oke Ayah kasih kamu kepercayaan penuh, jadi jangan sekali-kali kamu kecewakan Ayah dan Ibu ya"
" Makasih Ayah, Winda sayang sekali sama Ayah" Winda memeluk ayahnya senang.
" Tapi jangan senang dulu, besok waktu David mengantarkanmu, suruh dia turun dan bertemu dengan ibu "
" Buat apa Ayah?"
" Biar Ibumu kenal sama kakak kelasmu itu, kamu kan masih muda belum bisa menilai orang lain, biar Ibu yang nilai Kakak kelasmu itu"
Wajah Winda yang semula ceria sekarang menjadi cemberut.
" Ya sudah jadi mau nggak nih diantar Kakak kelasnya? Ayah ngijinin kamu diantar David tapi syaratnya David harus ketemu sama ibumu, Jika dia orang baik Ayah yakin dia tidak akan keberatan dengan itu. percaya dia sama ayah "
Winda menimbang-nimbang pembicaraan dengan Ayahnya, tapi karena Winda sudah terlanjur mengiyakan ajakan Kak David besok akhirnya Winda menyetujui syarat dari ayah.
" Ingat ya Nak jaga kepercayaan kami "
" Iya Ayah"
Berkali kali Pak Asep melihat Winda dari spion. Tidak seperti biasanya hari ini nonanya itu berangkat lebih awal dari biasanya.
Bahkan Ia terlihat lebih riang dari biasanya. Sepanjang perjalanan dari rumah menuju sekolah Pak Asep melihat majikannya itu tidak berhenti tersenyum.
Sebelum turun Winda mengingatkan kembali kepada Pak Asep untuk tidak menjemputnya nanti.
" Siap Non"
Selama jam pelajaran berlangsung Winda terlihat gelisah, Ia ingin cepat-cepat jam pulang sekolah agar bisa bertemu dengan kak David.
Di jam istirahat, Kak David mengirimkan pesan kepada Winda
" Nanti jadikan pulang bareng? "
Winda senyum-senyum sendiri melihat isi pesannya.
" Iya jadi Kak nanti aku tunggu di kelas ya "
" Oke "
Mendekati jam pulang sekolah, perasaan Winda semakin tidak karuan.
Ia menjadi salah tingkah sendiri, teman sebangkunya Dania bahkan sampai mencoba menenangkannya.
" Udah tenang aja Win buset dari tadi resah bener "
" Sebentar lagi jam pulang sekolah Ni "
" Ya terus kenapa? " .
" Kok jantung gue rasanya ga karuan banget ya "
" Rileks aja kali Win "
Itu yang Winda coba sedari tadi, dia mencoba serileks mungkin tapi sekuat apapun Winda mencoba tetap saja ia tidak bisa tenang.
Bell sekolah berbunyi bertanda jam pelajaran sudah berakhir.
"Gue pulang dulu ya Sorry banget nih nggak bisa nungguin soalnya sopir Gue udah sampai, Good luck ya " Dania langsung keluar dari kelas meninggalkan Winda dengan beberapa teman lainnya.
Pandangan Winda tertuju pada jendela kelasnya Ia menunggu sosok Kak David di sana.
Sambil menunggu Kak David Ia menyemprotkan parfum ke bajunya dan memakai lip gloss.
Berkali-kali ia melihat wajahnya di kaca, walaupun sudah terlihat rapih tapi Winda masih merasa masih ada yang kurang.
Ketika Winda sudah melihat wajahnya di kaca, kak David menghampirinya." Hi Win "
Mendengar suara Kak David membuat Winda makin salah tingkah.
Padahal dari tadi ia sudah menanti waktu ini tapi tetap saja ketika Kak David datang jantungnya berdebar sangat kencang.
" Hai Kak, kita pulang sekarang? "
" Ayo Win "
Winda dan kak David berjalan berduaan menuju parkiran. Selama dalam perjalanan itu mereka tidak banyak berbicara.
" Oh iya Aku bonceng pakai motor nggak apa-apa? "
Seumur-umur Winda tidak pernah naik motor, karena kedua orang tuanya melarang Winda untuk naik kendaraan selain mobil dengan alasan keselamatan.
Tapi tentu saja ia tidak mungkin menolak Kak David karena alasan itu.
" Ia Nggak apa-apa kok Kak, santai saja"
Sesampainya di parkiran Winda terkejut melihat motor kak David yang besa dan tinggi.
Ia bahkan tidak tahu bagaimana cara naik ke motor itu.
David seperti paham dengan reaksi Winda
" Kamu baru pertama kali naik motor ini ya?" Wina mengangguk dengan wajahnya yang masih bingung.
" Udah nggak usah khawatir, nanti naiknya pelan-pelan aja pasti bisa kok" Ujar David sanbil memberikan helm kepada Winda.
Winda mencoba untuk naik ke atas motor Kak David. Berkali-kali ia mencoba sampai akhirnya bisa menaiki motor itu.
Jika tahu akan menaiki motor besar seperti ini, mungkin Winda akan membawa celana panjang.
Karena cukup sulit menggunakan rok dengan motor besar seperti ini.
Bukan hanya itu masalahnya, ternyata motor jenis CBR ini membuat orang yang dibonceng kebingungan untuk duduk.
Winda merasa selalu merosot dan bingung harus meletakkan tangannya di mana.
Mereka tidak banyak mengobrol di atas motor. Sesampainya di rumah, Winda mengajak Kak David untuk turun menemui ibunya.
Walaupun bingung David tetap mengikuti apa yang Winda inginkan.
David masuk ke dalam rumah Winda yang terlihat megah. Rumah dengan corak putih ini ditumbuhi banyak tanaman di depan rumahnya.
Jelas sekali ibunya Winda menyukai tanaman "Duduk dulu ya Kak, aku panggil Ibu dulu "
David mengangguk.
David memperhatikan ruang tamu yang di penuhi foto keluarga Winda.
Hanya dengan melihat foto saja ia tahu bahwa Winda adalah anak tunggal.
Di dinding dan di beberapa sudut, banyak foto-foto mereka di berbagai tempat dan negara.
" Halo David "
Terlihat seorang wanita berusia 40 tahun mengenakan baju warna coklat dan terlihat sangat cantik.
David jadi tahu dari mana kecantikan Winda berasal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!