NovelToon NovelToon

Mafia Somplak & Cewek Anyep

Bab 1. Salah Kado

Arduino atau yang biasa disapa Ar terlihat bersungut-sungut saat keluar dari baby shop. Hari ini, bukan-bukan, maksudnya sudah lewat dari 4 bulan keponakannya lahir dan dia belum sempat menemui sang keponakan tersebut. Bagaimana tidak, keadaan di kota P yang sedikit kacau itu membuatnya tidak bisa ia tinggalkan.

Terlebih Wild Eagle sudah secara resmi memutuskan untuk pensiun. Secara garis besar kini Black Wolf yang memegang kendali dunia bawah yang berada di tanah air. Bisnis perdagangan senjata masih menjadi hal favorit yang diminta negara-negara luar kepada Black Wolf .

" Hais Sisi, ngapain sih maksa banget buat minta aku datang. Mana harus bawa kado lagi."

Ar menggerutu sepanjang jalan saat keluar dari baby shop. Bagaiman bisa mafia macho sepertinya masuk ke toko perlengkapan bayi dan memilih barang-barang yang dia tidak tahu harus membeli yang seperti apa. Alhasil dia hanya memberi instruksi kepada SPG untuk dicarikan pakaian bayi untuk usia 4 bulan.

Yang membuat ia tidak nyaman adalah saat para pengunjung di baby shop tersebut melihat intens dirinya. Wajah rupawan dengan otot terbentuk sempurna ditambah bulu bulu halus di sekitar wajah membuat daya tarik tersendiri dari pria tersebut. Terlebih memang dirinya adalah blasteran. Wajah bule nya tentu saja selalu menarik perhatian.

Bruk !!!

" Maaf tuan, maaf saya tidak sengaja. Saya harap kado tuan baik-baik saja. Permisi."

" Hei tunggu!!"

Seorang gadis menabrak kado yang dia bawa. Sesaat Ar melihat gadis yang berlari cepat seakan tengah terburu-buru itu dengan seksama.

" Dapat, bukankah kau gadis yang waktu itu? Haish, sepertinya aku harus menagih janjimu yang ingi melunasi utang mu bocah."

Arduino tersenyum simpul. Ia tentu tidak lupa gadis yang ia tolong beberapa bulan yang lalu. Waktu itu malam hari hujan begitu lebat. Arduino yang baru sampai di kota J memutuskan untuk ke apartemennya dan bukan pulang ke rumah mommy nya. Di jalan ia bertemu dengan seorang gadis yang jatuh pingsan di tepi jalan. tadinya Ar acuh, namun hati kecilnya meminta untuk ia kembali memundurkan mobilnya dan menolong gadis itu. Dengan tubuh yang amat sangat basah Ar membawa gadis itu ke apartemen. Ia bahkan memanggil Silvya untuk menggantikan baju si gadis karena takut akan terserang demam.

Sepanjang malam bahkan Arduino tidak tertidur, gadis itu terus mengigau.

" Jahat, kau sungguh jahat. Kasian bunda, kasian bunda. Bunda maaf. Maaf El bersalah . El minta maaf bunda."

Arduino mengerutkan kedua alisnya. Ia sedikit penasaran apa yang terjadi dengan bocah yang saat ini sedang tidur di atas ranjangnya itu. Arduino pun beranjak dari sisi El. Ia mengambil tas El dan mencari identitas El.

" Apa yang sebenarnya terjadi padamu bocah. Elisa Dwi Baskoro, seorang mahasiswi di Universitas Nusantara. Hmmm aku akan menyimpan kartu mahasiswa mu ini."

Pagi harinya Elisa terkejut saat menemukan dirinya terbangun di sebuah kamar yang tentu saja bukan kamarnya. Tidak ingin kenapa-napa Elisa segera pergi. Tapi langkahnya terhenti saat melihat seorang pria tanpa mengenakan bajunya. Tampaknya pria itu habis berolah raga. Elisa sedikit terpesona melihat otot-otot di perut pria tersebut. Namun secepatnya ia menggeleng pelan.

" Apakah begitu caramu berterimakasih dengan pergi mengendap-endap? Tidak kah mengucapkan sesuatu kepada orang yang menyelamatkan nyawamu."

" Ma-maaf tuan. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih. Nanti saya akan berterimakasih dengan pantas, saya janji. Saya permisi."

" Aku tunggu itu bocah."

Arduino tersenyum simpul. Ia kembali meraih kado yang masih tergeletak di lantai. Ia pun harus segera ke rumah orang tuanya sebelum sang saudara kembar mengomel.

*

*

*

"I'm coming!!!"

" Sttt, Ar berisik. Nataya baru saja tidur."

Ar seketika menutup mulutnya. Ia pun memberikan kado yang tadi dibelinya di baby shop. Tentunya sambil bersungut-sungut.

" Napa mukanya gitu?"

" Gara-gara kau Si. Aku jadi dilihatin orang se toko."

Silvya terkekeh geli. Ia memang me-warning Ar untuk membelikan kado bagi putranya tapi dengan catatan tidak boleh orang lain yang membeli. Ar harus membelinya sendiri, bahkan dia tidak boleh meminta Roki sang asisten untuk membelinya juga.

" Masa cuma beli baju bayi nya kesel sih Ar."

Fatimah datang dari dapur membawakan minuman dan camilan untuk sang putra. Ar pun langsung memeluk mommy nya itu. Mengacuhkan Ar, Silvya kembali melanjutkan membuka kado pemberian Ar. Wanita yang belum lama berstatus sebagai ibu itu pun sangat antusias dengan hadiah pemberian sang saudara kembar. Namun saat semua sudah terbuka sempurna Silvya mengerutkan kedua alisnya.

" Ar ... Kamu yakin beli ini untuk keponakanmu?"

" Maksudmu Si?"

" Ini mah untuk new born. Untuk bayi baru lahir. Lah Nataya kan udah 4 bulan."

Arduino pun langsung berjalan menghampiri Silvya lalu melihat baju bayi yang ia beli. Ar pun menepuk keningnya pelan.

" Salah kado."

" Maksudmu?"

Ar menjelaskan bahwa apa yang dibuka Silvya itu bukanlah barang yang ia beli. Meskipun dia tidak tahu menahu mengenai baju bayi tapi dia sudah memberi tahu spg baby shop tersebut untuk mencarikan baju usia anak 4 bulan. Dan dia pun yakin bukan itu yang dia beli tadi.

" Sepertinya tertukar dengan gadis itu saat bertabrakan tadi," gumam Ar lirih.

Silvya hanya mendengus pelan, tentu saja pemberian Ar yang salah itu tidak bisa dipakai oleh Nataya.

" Si, berikan kepada kakak ipar mu saja. Bukannya kata kamu istrinya Kak Radi baru saja melahirkan. Pas tuh buat baby born," ucap Fatimah memberi ide.

" Aaah benar. Mommy bener. Nanti minta mas Dika buat anter baju-baju ini ketempat kak Radi dan Hasna. Sekalian lah aku ke sana juga buat nengokin Yasa."

Ar yang tidak paham apa yang dibicarakan mommy dan kaka kembarnya itu memilih mendekati sang keponakan dan memainkan tangan ponakan lucunya itu.

" Hai ... Nataya, ini uncle. Bangun dong, main yuk sama uncle. Masa uncle datang ditinggal tidur. Nat ..."

Plak

Sebuah tangan melayang ke punggung tegap berotot pria itu. Siapa lagi kalau bukan Silvya yang melakukannya.

" Apa an sih Si. Sakit tahu."

" He??? Are you kidding me. Sakit dari hongkong. Ente ketembak aja nggak berasa sakit masa iye dikeplak gitu aja sakit. Jangan ngadi-ngadi deh Ar. Mafia apa-an dikeplak gitu aja sakit."

Arduino memberengut, hanya Silvya yang berani bicara begitu kepadanya. Jika itu terjadi di markas Black Wolf maka orang yang mengatakan sudah kehilangan nyawanya. Ya, Arduino bisa bersikap begini hanya kepada keluarganya saja. Di luar itu dia adalah Mafia yang kejam. Sebenarnya sebelas dua belas dengan Silvya dulu.

Tapi kini Arduino lambat laun sudah mengurangi kadar kekejamannya karena ia bertekad untuk berhenti dari dunia bawah tersebut. Bagaimanapun ia akan mengikuti nasehat sang mommy untuk kembali ke jalan yang benar.

" Stop bicaranya Si, nanti mommy dengar."

Silvya tergelak mendengar bisikan dari Ar tersebut.

TBC

Hai hai, karya baru nih readers.. Ehmm othor mau tes ombak, kalau pada suka othor lanjut deh kisah kembaran Silvya ini hehhe. Kalau nggak banyak yang suka, ya ntar othor hapus aja 😁. Happy reading, semoga suka ya.

Bab 2. Tugas Mafia

Di kediaman Hasna, Elisa sungguh kesal sangat mengetahui baju yang ia buka tidak sesuai dengan apa yang dia beli. Gadis berusia 20 tahun bersungut-sungut. Gara-gara diburu-buru oleh sang teman dia harus menabrak seorang pria yang membuat kado mereka tertukar.

" Sudah jangan kesal gitu. Ini tetep masih bisa dipakai kok, tapi kalau Yasa udah agak gedean."

Hasna yang masih duduk di ranjang sambil menyusui sang putra hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan karena tingkah sang sepupu.

" Huuuft, padahal kan aku pengen lihat Yasa pakai baju yang aku beli itu."

Jasmine bunda dari Elisa juga berada di sana dikarenakan Sekar mertua Hasna sedang pulang sebentar untuk mengambil beberapa baju. Ya Sekar dan Jasmine bergantian membantu Hasna dalam merawat baby new born tersebut. Elisa pun jika sang bunda menginap di rumah Hasna maka ia juga ikut menginap. Sementara toko bunga milik Jasmine ia liburkan.

" Jangan begitu El, sudah ikhlaskan. Jangan disesali yang sudah."

Elisa mengangguk. Ia duduk di sebelah sang keponakan yang masih terlihat merah itu.

Tak berselang lama Radi yang baru pulang dari kampus langsung masuk ke kamar. Namun langkahnya di hadang oleh Jasmine.

" Pak dosen, cuci tangan dan ganti baju dulu. Bila perlu mandi biar kuman dari luar nggak kena ke baby."

" Astagfirullaah lupa tante."

Radi langsung berlari ke kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya seketika. Ia tidak sabar ingin segera menggendong putranya itu. Kemarin saat keponakannya lahir, Radi juga sangat antusias. Sampai-sampai Dika bersungut-sungut dengan kelakuan Radi yang terus ingin menggendong Nataya.

" Sudaaah ... Hai jagoan ayah."

Radi yang mandi super duper kilat itu langsung menggendong sang putra. Rasa rindu ingin cepat pulang benar-benar baru ia rasakan. Namun tiba-tiba ada yang mengganggu pengelihatannya.

" Kenapa tuh bocah?"

" Hehehe dia lagi kesel. Tadi beli baju buat Yasa tapi kayaknya ketuker sama pembeli lain. Bajunya itu kegedean."

" Oohh, haish tante mu itu Yas, adaaa aja ... Woi cewek jangan manyun mulu. Ntar nggak ada cowok yang mau deket lho kalau muka mu kayak gitu."

" Auh ah kak."

Radi terkekeh. Selama beberapa bulan mengenal dekat dengan Radi dan Hasna, Elisa mulai mengerti kepribadian Radi yang sangat jauh berbeda dari yang ada di kampus. Bahkan kini Elisa suka kesal dengan ulah iseng Radi. Sesekali Elisa menggerutu dalam hatinya melihat kelakauan kakak iparnya itu.

" Buseeet deh, napa nih dosen killer jadi ancur kalo di rumah. Nyesel nggak sih dulu gue pernah naksir ma nih dosen."

Elisa memilih melenggang keluar kamar dan menuju ke dapur menemui sang bunda. Jika ia lama-lama di kamar Radi dan Hasna percayalah, ia pasti akan jadi bulan-bulanan Radi.

" Mau makan El?"

" Nggak bund, El mau keluar bentar. Harus nyelesein tugas tuh si dosen killer. Mau balik kampus aja buat ngelarin tugas. Tadi mau di selesein tapi diburu-buru sama temen."

" Ya udah hati-hati ya."

Elisa mengangguk lalu melenggang keluar. Ia memakai helm nya dan menyalakan mesin motor maticnya.

Brummmm

Elisa meninggalkan kediaman Om Yudi dan kembali ke kampus sesuai apa yang dikatakan. Jasmine membuang nafasnya kasar. Semenjak mengetahui kelakuan buruk sang ayah sikap El berubah drastis. Yang tadinya ceria kini lebih pendiam dan tertutup. Bahkan bisa dibilang sekarang dia jadi pribadi yang introvet. Di kampus ia hanya punya satu teman dan sekarang dia sama sekali tidak pernah mengikuti kegiatan apapun di kampus. Setelah selesai kelas, El akan segera pulang dan membantu ibunya di toko bunga milik ibunya.

" Maafkan bunda El, sungguh bunda tidak ingin kamu menjadi seperti ini. Tapi bunda pun juga tidka bisa jika harus bertahan dengan kelakuan bejat ayahmu."

🍀🍀🍀

Roki tangan kanan Arduino begitu pusing karena kartel narkoba Magna Arbor mulai mendekat ke tanah air. Ini akan jadi gesekan besar di dunia bawah. Dari dulu semenjak dunia bawah yang ada di tanah air dinaungi oleh Wild Eagle dan Black Wolf tidak ada yang boleh dan berani menginjakkan kaki mereka di tanah air. Bagaimana pun tanah air tidak boleh terkontaminasi oleh barang-barang haram tersebut.

Q a.k.a Silvya dan K a.k.a Arduino mereka memang menjual barang-barang tersebut ke negara luar tapi tidak pernah menjualnya di negera sendiri. Beberapa pihak yang hendak mencoba menjualnya di negara sendiri langsung kena tumpas oleh Q atau K.

Masih ingat kasus Jeff yang dengan terang-terangan berkhianat kepada Silvya karena ingin mencoba menguasai perdagangan narkoba di tanah air langsung di hempaskan hidupnya. Bukan dihilangkan nyawanya. Jeff benar-benar di buat tidak berdaya dan dilempar ke jalanan oleh Silvya. Jeff kehilangan kemampuan berjalan dan tangannya hanya bisa digunakan sebelah saja. Kejam? Ya, Silvya memang kejam pada waktu itu. Bahkan salah satu anak buahnya yang menjadi pengikut Jeff langsung saja dihabisi di tempat.

Dean Benicio pemimpin dari kartel Magna Arbor merupakan seseorang yang terkenal bengis dan juga ambisius. Ia akan berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan dengan berbagai cara. Termasuk menerobos otorisasi organisasi lain.

Tanah air merupakan tempat yang belum bisa ia terobos selama ini. Itu membuat Dean begitu penasaran.

" Apa yang aku inginkan harus jadi milikku bagaimanapun caranya."

Itulah slogan Dean Benicio. Tentu saja hal tersebut membuat Roki pusing saat ini karena menurut informasi dari Drake kapal mereka sudah masuk ke perairan tanah air.

" Sial! Apa yang harus aku lakukan. King Ar masih berada di kota J."

Roki berusaha untuk tenang namun tetap saja tidak bisa. Dengan terpaksa dia pun menghubungi tuannya itu meskipun ia tahu pasti akan kena semprot oleh Ar.

" Halo King."

" Et daah Rok bisa nggak sih gue libur barang sehari aja. Demen banget sih ente gangguin liburan gue."

" Ini darurat K."

Roki yang sebenarnya begitu kesal selalu dipanggil Rok itu lambat laun mulai menerima panggilan itu dengan lapang dada. Seberusaha mungkin dia komplain terhadap tuannya toh sama saja dan tidak membuahkan hasil. Roki mulai menceritakan mengenai kedatang anak buah Dean Benicio. Ar tampak mendengarkan dengan seksama. Meskipun dia bukan pihak kepolisian tapi seperti prinsip pendahulunya yakni tidak akan membiarkan barang haram itu merusak negeri sendiri.

" Apa yang harus kita lakukan K."

" Hadang, hancurkan sebelum sampai di bibir pelabuhan. Jangan sisakan sedikitpun."

" Tapi K,itu akan menyinggung pria bengis itu."

" Aku tidak takut, sebelum Black Wolf benar-benar pensiun aku harus memastikan orang-orang seperti mereka tidak akan ada yang berani mengusik wilayah ku."

Roki terdiam, ia hanya bisa mematuhi perintah tuannya. Sedangkan Ar, ia nampaknya harus berdiskusi dengan Silvya. Meskipun Wild eagle sudah pensiun tapi pengaruh dan kekuatannya masih sama seperti sebelumnya.

" Haish baru ge gue mau ngejar tuh cewe, tapi tugas negara sudah memanggil, eh tugas mafia ding," gumam Ar lirih di balkon kamarnya.

TBC

Bab 3. Tukang Culik?

" Si, apakah Taya udah tidur? Bisa bicara sebentar. Kakak ipar aku pinjam Sisi sebentar ya."

Dika mengangguk dengan permintaan adik iparnya itu, lebih tepatnya saudara kembar Silvya. Dika yang memang hari ini jatah shift pagi tentu saja malam berada di rumah sehingga bisa bergantian menjaga Nataya.

" Kenapa Ar, sepertinya penting."

" Apa kau masih ingat Dean Benicio?"

Ar membawa Silvya ke kamarnya. Kini mereka mulai berbincang, dna hal yang pertama ditanyakan Ar adalah pria itu. Silvya tentu tahu siapa pria yang disebutkan Ar. Namun selama ini Wild Eagle tidak pernah bersinggungan dengan kartel Magna Arbor. Silvya kemudian mengangguk menjawab pertanyaan Arduino.

" Orang-orangnya sedang menuju kemari mereka mulai memasuki perairang kita."

" Apa tidak dicegat oleh pihak berwajib."

" Aku yakin mereka memanipulasi kedatangan. Dean Benicio bukan anak kemarin dalam perdagangan ilegal."

Silvya tentu setuju dengan ucapan Arduino. Dean bukanlah anak bau kencur di dunia bawah. Hal ini lah yang membuat segan. Ia khawatir apa yang akan mereka lakukan terhadap orang-orang Dean akan menimbulkan akibat kedepannya nanti.

" Jadi apa keputusanmu tetap akan menghentikan Dean?"

" Tentu saja, aku sudah mengirim orang-orang ku ke sana."

" Kampret, lalu buat apa kamu nanya lagi Aaaar !"

Arduino hanya nyengir kuda melihat wajah kesal Silvya. Namun dalam hati Silvya merasa tenang karena Arduino mau membicarakan hal ini sebelumnya. Biasanya saudara kembarnya itu akan bertindak diam-diam.

" Apa kamu juga akan ke sana?"

" Tidak aku akan mengawasi dari sini. Tapi malam ini juga aku harus balik ke kota P."

" Secepat itu? Bahkan Nataya belum bermain denganmu."

" Tenang saja aku pasti tidak lama akan kembali, ada hal yang mengharuskan aku kembali soalnya."

Silvya memicingkan sebelah matanya. Ia menangkap sesuatu yang mencurigakan dari ucapan Arduino.

" Apa itu, jangan sok misterius. Awas kalau macem-macem."

" Nggak akan."

Arduino benar-benar meninggalkan kota J malam itu juga. Setelah berpamitan dengan Fatimah dan Harold ia langsung meluncur mengemudikan Jeep Wrangler JL berwarna grey miliknya dengan kecepatan penuh. Tentu saja melalui bantuan Drake sehingga lalu lintas yang ia lewati sangat lancar.

" Heh bocah, aku akan kembali nanti. Tunggu aku menagih hutang mu."

Arduino teringat kepada gadis yang ia tabrak tadi pagi. Sebenarnya ia hendak menemui hgadis itu akan tetapi Black Wolf membutuhkannya saat ini. Roki yang sedari tadi menghubungi ponsel Ar akhirnya diangkat juga panggilannya oleh Ar.

" Tck, berisik tau nggak Rok."

" Elaah bos, gimana udah otewe ke markas belum?"

" Lagi di jalan. Lu sih kenapa nggak kirim heli biar cepet."

" Udah malem bos takut ganggu orang dan memancing perhatian."

Arduino setuju kali ini dengan alasan Roki. Ia pun melajukan kendaraannya dengan lebih cepat agar bisa segera sampai di markas Black Wolf. Tidak dipungkiri kini pikirannya tertuju pada kedatangan anak buah Dean Benicio. Ia yakin Dean tidak bodoh dengan mengirim narkoba melalui kapal yang tanpa pengamanan.

Bahkan tadi dia menerim laporan dari Drake, Dean menggunakan kapal pesiar yang tentu di dalamnya terdapat banyak penumpang.

" Rupanya dia benar-benar sudah membuat persiapan yang sangat matang. Kali ini dia benar serius ingin masuk ke tanah air."

Ar harus memikirkan ulang membumi hanguskan kapal yang ditumpangi oleh anak buah Dean. Ia tidak mungkin mengorbankan warga sipil. Ar akhirnya menghubungi Roki untuk meng-hold serangan. Ia meminta Roki untuk membuat penjagaan di seluruh pelabuhan, dan langsung menangkap aktivitas pemindahan barang.

Ar yakin para turis yang ada di kapal feri itu tidak akan menepi. Mereka hanya akan melintas di perairan. Berarti bisa diambil kesimpulan bahwa akan ada transfer barang di tengah laut.

" Rok, awasi kapal yang ditumpangi Dean itu. Kau yakin mereka akan memindahkan barangnya di tengah laut. Sergap setelah berhasil dipindahkan."

" Siap King."

*

*

*

Di sebuah rumah minimalis seorang gadis masih berkutat dengan laptop miliknya. Tugas kuliah yang sangat banyak membuat Elisa memilih tinggal di rumah dan tidak ikut menginap di rumah kakak sepupunya bersama sang bunda.

Meskipun dosennya adalah kakak iparnya namun Pak Radi yang memiliki predikat dosen killer itu tentu saja tidak ada toleransi. Jangankan dia yang hanya adik ipar sepupu, dengan Hasna saja yang mempunyai predikat istri Radi tidak berbelas kasih.

" Hasih, tuh dosen herman gue, eh heran gue nggak sembuh gitu dari kekilerannya. Yasa, onty harap kamu jangan kayak ayahmu ya."

Elisa bermonolog sambil terus menatap layar laptop dan buku bergantian. Sesaat berlalu ponsel gadis itu tiba-tiba berdering. Ia pun segera mengangkatnya.

" Hallo,lind ... Olinda ... Hallo!"

" El, please help me. Aku ..."

" Lind, kenapa."

" Aku ada di market deket toko bungamu tapi aku lupa bawa uang."

" Kampret, ku pikir kau kenapa. Ya udah tunggu di situ."

Elisa membuang nafasnya kasar. Dia tadi sudah berpikiran buruk terhadap temannya itu. Ia khawatir Olinda kenapa-napa. Tapi rupanya sang teman hanya lupa membawa uang.

" Dasar temen lucknut."

" Sorry El."

Olin tersenyum simpul. Ia kemudian meraih tangan El dan menggandengnya dengan lembut. Olinda adalah satu-satunya temen El saat ia terpuruk setelah prahara rumah tangga kedua orang tuanya. Elisa yang tiba-tiba menarik diri dari teman-temannya tidak membuat Olin begitulah sapaan akrabnya itu diam saja.

Tadinya El juga enggan bercerita kepada gadis berwajah bule itu. Namun lambat laun sikap Olin yang ceria membuat El mau berbagi rasa hatinya. Kini keduanya berteman karib.

" Kamu ngapain sih jam segini keliaran."

" Tadi aku tuh pengen ke rumahmu. Tapi laper, pengen beli camilan tapi lupa bawa dompet ."

Olin nyengir kuda dan menampilkan deretan gigi-giginya yang putih. El hanya mendesahkan nafasnya pelan. Ia cukup tahu bagaimana random nya sang teman. Beruntung hari ini dia berada di rumah Jika tidak pasti Olin tidak akan tertolong.

" El, kamu udah jadi ngurus kartu mahasiswa mu yang ilang belum?"

" Belum, males ah. Gampang ntar aja."

" Jangan gitu, takutnya pas ujian semester kepake bingung loh kayak kemarin."

Elisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bagaimana kartu mahasiswanya itu bisa hilnag sedangkan ia tidka pernah mengambilnya dari dompetnya. Elisa juga yakin dia tidak pernah kecopetan hingga ia mengingat sesuatu.

" Apa waktu tuh orang nolongin gue dia ngambil kartu mahasiswa gue ya. Tapi buat apa? Jangan-jangan tuh orang jahat. Sindikat penjualan manusia. Terus dia ngambil kartu mahasiswa gue buat sewaktu-waktu nyulik gue terus gue bakal di jual."

Pikiran Elisa sungguh berkelana kemana-mana. Dia mengingat kejadian saat seorang pria menolongnya waktu malam hujan lebat saat itu. Tapi jika benar apa yang dipikirkan, pasti dia sudah diculik dari kemarin-kemarin.

" Tapi masa iya ganteng gitu tukang culik?"

Elisa menggelengkan kepalanya perlahan. Meskipun sudah lewat berbulan-bulan tentu dia tidak bisa lupa dengan wajah tampan dan otot perut pria yang menolongnya itu.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!